BAB 6 PEMBAHASAN
6.1.6. Daerah Asal Penderita DM dengan Komplikasi
Distribusi proporsi penderita DM dengan komplikasi yang dirawat inap di RSU Herna Medan tahun 2009-2010 berdasarkan daerah asal dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 6.6. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Daerah Asal di RSU
70,1% 29,9%
Daerah Asal
Kota Medan Luar Kota MedanDari gambar 6.6 di atas diketahui bahwa proporsi tertinggi penderita DM dengan komplikasi berdasarkan daerah asal yaitu penderita yang tinggal di kota Medan 70,1% dan proporsi terendah yaitu penderita yang tinggal di luar kota Medan 29,9%.
Hal ini disebabkan karena rumah sakit tersebut berada di kota Medan sehingga pengunjung yang datang berobat sebagian besar berasal dari kota Medan. Selain itu juga ada juga penderita yang berasal dari luar kota Medan, yang ketika berobat menggunakan alamat keluarga yang tinggal di kota Medan atau kemungkinan penderita yang berasal dari luar kota Medan ingin mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik.
6.2. Jenis Komplikasi DM
Distribusi proporsi penderita DM dengan komplikasi yang dirawat inap di RSU Herna Medan tahun 2009-2010 berdasarkan jenis komplikasi dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 6.7. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita DM dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Jenis Komplikasi di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010
Dari gambar 6.7. di atas diketahui bahwa proporsi tertinggi penderita DM dengan komplikasi berdasarkan jenis komplikasi adalah Ulcus-Gangren 26,1% dan proporsi terendah adalah Retinopati Diabetik 1,5%.
Hal ini sesuai dengan penelitian Roza (2008) di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2006 yang mendapatkan bahwa proporsi penderita DM dengan komplikasi berdasarkan jenis komplikasi tertinggi adalah Ulcus-Gangren 26,4%.18
Salah satu komplikasi menahun DM adalah kelainan pada kaki yang disebut Kaki Diabetik yang dapat berupa ulcus gangren. Kaki Diabetik merupakan masalah yang rumit dan tidak terkelola dengan maksimal, karena sedikit sekali orang yang berminat menggeluti Kaki Diabetik ini dan belum ada pendidikan khusus untuk mengelola Kaki Diabetik. Pengetahuan penderita yang kurang tentang Kaki Diabetik,
26,1% 15,7% 13,4% 12,8% 6,7% 6,7% 5,2% 4,5% 3,7% 3,7% 1,5% 0 5 10 15 20 25 30 P rop or si ( % )
Jenis Komplikasi
kurangnya perhatian dokter terhadap komplikasi yang timbul, dan besarnya biaya pengelolaan juga menambah peliknya masalah ini.51
Kaki Diabetik berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai adanya kematian jaringan setempat. Penderita DM yang tidak mengontrol kadar gula darahnya dengan baik, tidak mengkonsumsi obat yang diberikan dokter secara teratur, dan tidak melakukan perawatan kaki dengan baik dapat mengakibatkan penderita mengalami komplikasi Kaki Diabetik ini.16
6.3. Kategori Komplikasi DM
Distribusi proporsi penderita DM dengan komplikasi yang dirawat inap di RSU Herna Medan tahun 2009-2010 berdasarkan kategori komplikasi dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 6.8. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Kategori Komplikasi di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010
85,1% 14,9%
Kategori Komplikasi
Komplikasi Kronik Komplikasi Akut
Dari gambar 6.8. di atas diketahui bahwa proporsi tertinggi penderita DM dengan komplikasi berdasarkan kategori komplikasi yang dirawat inap adalah komplikasi kronik 85,1% dan proporsi terendah adalah komplikasi akut 14,9%.
Diabetes dapat dikontrol dalam waktu yang lama, Namun, hidup dengan DM dalam waktu yang lama menimbulkan berbagai kerusakan atau komplikasi kronik apabila kontrol gula darah yang tidak teratur.38 Berdasarkan penelitian di atas, proporsi penderita DM dengan komplikasi tertinggi berumur ≥ 40 tahun (95,5%) yang kemungkinan telah mengidap DM dalam waktu yang lama.
Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan oleh Amelya (2006) di Rumah Sakit Tembakau Deli Medan didapat bahwa proporsi penderita DM tertinggi adalah yang mengalami komplikasi kronik 89,0%.42
6.4. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita DM dengan Komplikasi
Lama rawatan rata-rata penderita DM dengan komplikasi yang dirawat inap di RSU Herna Medan tahun 2009-2010 adalah 6,82 hari (7 hari), dengan Standar Deviasi 5,449 hari. Lama rawatan penderita DM dengan komplikasi bervariasi, dimana lama rawatan tersingkat adalah 1 hari dan lama rawatan terlama 26 hari.
Penderita DM dengan komplikasi yang dirawat selama 1 hari ada 16 penderita (11,9%). Dari 16 penderita tersebut, penyakit DM dengan komplikasi yang terbanyak diderita yaitu Nefropati Diabetik yang diderita oleh 4 orang. Seluruh penderita DM dengan komplikasi yang lama rawatan rata-rata 1 hari menggunakan sumber biaya sendiri/ umum.
Penderita DM dengan komplikasi yang dirawat selama 26 hari ada 1 penderita (0,7%). Karakteristik penderita DM dengan komplikasi yang dirawat selama 26 hari adalah penderita DM tipe 2 berumur 80 tahun yang mengalami komplikasi kronik yaitu Ulcus-Gangren dengan menggunakan sumber biaya perusahaan untuk mendapatkan perawatan. Lamanya perawatan penderita DM bergantung pada kondisi kesehatan sebelum dan sesudah penanganan yang diberikan rumah sakit.
6.5. Pengobatan Penderita DM dengan Komplikasi
Distribusi proporsi penderita DM dengan komplikasi yang dirawat inap di RSU Herna Medan tahun 2009-2010 berdasarkan pengobatan dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 6.9. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Pengobatan di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010
59,7% 31,3% 9,0%
Pengobatan
Obat Hipoglikemik OralDari gambar 6.9. di atas dapat diketahui bahwa proporsi tertinggi penderita DM dengan komplikasi berdasarkan pengobatan adalah Obat Hipoglikemik Oral (OHO) 59,7%, kemudian OHO + suntik insulin 31,3% dan suntik insulin 9,0%.
Hal ini sesuai dengan penelitian Agustin (2009) di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukit Tinggi tahun 2006-2007 yang mendapatkan bahwa proporsi penderita DM yang terbanyak adalah yang mendapatkan pengobatan OHO yaitu 65,0%.52
Tingginya penggunaan OHO ini berkaitan dengan tipe DM yang paling banyak dialami oleh penderita yang dirawat inap di RSU Herna Medan tahun 2009- 2010 yaitu DM tipe 2. Sesuai dengan tipe DM ini maka penderita tidak membutuhkan penyuntikan insulin.38
6.6. Sumber Biaya Penderita DM dengan Komplikasi
Distribusi proporsi penderita DM dengan komplikasi yang dirawat inap di RSU Herna Medan tahun 2009-2010 berdasarkan sumber biaya dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 6.10. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Sumber Biaya di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010
Dari gambar 6.10. di atas dapat diketahui bahwa proporsi penderita DM dengan komplikasi berdasarkan sumber biaya tertinggi adalah umum/ biaya sendiri 76,9% dan proporsi terendah adalah Askes 4,5%.
Rumah Sakit Umum Herna Medan adalah rumah sakit non pemerintah yang melayani pasien dengan Asuransi Kesehatan (Askes), biaya perusahaan, dan umum/ biaya sendiri. Penderita DM dengan komplikasi yang bekerja sebagai ibu rumah tangga, pensiunan, wiraswasta, pegawai swasta dan petani datang berobat dengan biaya sendiri sehingga sumber biaya pengobatan dijumpai lebih banyak dengan umum/ biaya sendiri.
Penderita DM dengan komplikasi juga dapat berobat dengan Askes misalnya sebagian penderita yang bekerja sebagai PNS atau dapat berobat dengan biaya perusahaan misalnya sebagian penderita yang bekerja di BUMN seperti PT PLN, PT
76,9% 18,6% 4,5%
Sumber Biaya
Umum/Biaya Sendiri Biaya Perusahaan AskesTelkom, PT Pertamina, dan PDAM. Perawatan yang ditanggung oleh Askes/ Biaya perusahaan dapat membantu penderita DM dengan komplikasi dari segi biaya. Apabila penderita DM dengan komplikasi ingin mendapatkan perawatan yang lebih baik, maka penderita dapat membayar selisih dari biaya yang ditanggung oleh Askes/ Biaya Perusahaan.
6.7. Keadaan Sewaktu Pulang Penderita DM dengan Komplikasi
Distribusi proporsi penderita DM dengan komplikasi yang dirawat inap di RSU Herna Medan tahun 2009-2010 berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 6.11. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010
64,2% 19,4%
16,4%
Keadaan Sewaktu Pulang
Pulang Berobat Jalan (PBJ) Meninggal
Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS)
Dari gambar 6.11. di atas dapat diketahui bahwa proporsi tertinggi penderita DM dengan komplikasi berdasarkan keadaan sewaktu pulang adalah pasien yang pulang berobat jalan (PBJ) 64,2% dan proporsi terendah adalah pasien yang pulang atas permintaan sendiri (PAPS) 16,4%.
CFR penderita DM dengan komplikasi yaitu 19,4%. Berdasarkan penelitian diatas diketahui semua penderita DM dengan komplikasi yang meninggal berumur ≥ 40 tahun. Penderita DM dengan komplikasi yang meninggal terdapat 24 orang yang mengalami komplikasi kronik yaitu 6 orang diantaranya mengalami Ulcus Gangren, 2 orang mengalami Hipertensi, 1 orang mengalami PJK, 5 orang mengalami TB Paru, 2 orang mengalami Stroke, 7 orang mengalami Nefropati Diabetik, dan 1 orang mengalami Neuropati Diabetik. Penderita DM dengan komplikasi yang meninggal terdapat 2 orang yang mengalami komplikasi akut yaitu penderita yang mengalami Hiperglikemia.
Semua Penderita DM dengan komplikasi yang pulang atas permintaan sendiri (PAPS) berumur ≥ 40 tahun dan terdapat 20 orang mengalami komplikasi kronik, dan 2 orang mengalami komplikasi akut.
Hal ini sesuai dengan penelitian Haryanti (2007) di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah (BPK-RSUD) kota Langsa tahun 2006, bahwa proporsi tertinggi penderita DM dengan komplikasi adalah penderita yang pulang berobat jalan (PBJ) 56,9%.53
Tingginya penderita DM dengan komplikasi yang pulang berobat jalan berkaitan dengan penyakit DM merupakan penyakit yang tidak bisa disembuhkan,
mencegah terjadinya komplikasi atau memperkecil kemungkinan terkena berbagai komplikasi yang lainnya.
6.8. Case Fatality Rate (CFR) DM
Case Fatality Rate (CFR) diabetes mellitus dengan komplikasi di RSU Herna Medan tahun 2009-2010 dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 6.12. Diagram Bar Case Fatality Rate (CFR) Diabetes Mellitus dengan Komplikasi di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010
Dari gambar 6.12. di atas dapat diketahui bahwa Case Fatality Rate (CFR) tertinggi DM dengan komplikasi terjadi pada tahun 2010 yaitu 22,1% sedangkan pada tahun 2009 terdapat CFR 16,7%. Peningkatan CFR di atas tidak dapat menggambarkan yang seharusnya (ideal) dikarenakan kasus penderita DM dengan komplikasi yang sedikit sehingga tidak menggambarkan penyebut minimal yaitu ≥ 100 penderita. 16,7% 22,1% 0 5 10 15 20 25 2009 2010 P ro p o rs i ( % ) Tahun
Penyebab kematian terbanyak tahun 2010 dengan CFR 22,1% adalah penderita yang mengalami komplikasi kronik sebanyak 13 orang yaitu 4 orang mengalami Ulcus-Gangren, 3 orang mengalami TB Paru, 2 orang mengalami Stroke, dan 4 orang mengalami Nefropati Diabetik. Diasumsikan penderita telah mengidap penyakit DM dalam waktu yang lama dengan kontrol gula darah yang tidak teratur sehingga menimbulkan komplikasi kronik yang dapat menyebabkan kematian.
6.9. Analisis Statistik
6.9.1. Umur Berdasarkan Kategori Komplikasi DM
Distribusi proporsi umur penderita DM dengan komplikasi yang dirawat inap berdasarkan kategori komplikasi di RSU Herna Medan tahun 2009-2010 dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 6.13. Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur Penderita DM dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Kategori Komplikasi di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010
5,0% 4,4% 95,0% 95,6% 0 20 40 60 80 100 120
Komplikasi Akut Komplikasi Kronik
P rop or si ( % ) Kategori Komplikasi
Umur Berdasarkan Kategori Komplikasi
< 40 tahun
Dari gambar 6.13. di atas dapat diketahui bahwa proporsi penderita DM dengan komplikasi akut pada kelompok umur < 40 tahun adalah 5,0% sedangkan pada kelompok umur ≥ 40 tahun adalah 95,0%. Proporsi penderita DM dengan komplikasi kronik pada kelompok umur < 40 tahun adalah 4,4% sedangkan pada kelompok umur ≥ 40 tahun adalah 95,6%
Analisis statistik dengan uji chi-square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan karena terdapat 1 sel (25,0%) expected count yang besarnya kurang dari 5, kemudian dilanjutkan dengan uji Exact Fisher. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Exact Fisher diperoleh p > 0,05 (p = 1,000) berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara umur berdasarkan kategori komplikasi. Proporsi umur tidak berbeda secara bermakna pada kategori komplikasi baik komplikasi akut maupun komplikasi kronik.
Hal ini sesuai dengan penelitian Agustin (2009) di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukit Tinggi tahun 2006-2007 dengan desain case series yang memperoleh hasil bahwa tidak ada perbedaan proporsi antara umur berdasarkan kategori komplikasi.52
6.9.2. Jenis Kelamin Berdasarkan Kategori Komplikasi DM
Distribusi proporsi jenis kelamin penderita DM dengan komplikasi yang dirawat inap berdasarkan kategori komplikasi di RSU Herna Medan tahun 2009-2010 dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 6.14. Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita DM dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Kategori Komplikasi di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010
Dari gambar 6.14. di atas dapat diketahui bahwa proporsi penderita DM dengan komplikasi akut pada laki-laki 55,0% dan pada perempuan 45,0% sedangkan proporsi penderita DM dengan komplikasi kronik pada laki-laki 37,7% dan pada perempuan 62,3%.
Analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh p > 0,05 (p=0,146) artinya tidak ada perbedaan yang bermakna antara jenis kelamin berdasarkan kategori komplikasi. Proporsi jenis kelamin tidak berbeda secara bermakna pada kategori komplikasi baik komplikasi akut maupun komplikasi kronik. 55,0% 37,7% 45,0% 62,3% 0 10 20 30 40 50 60 70
Komplikasi Akut Komplikasi Kronik
P ro p o rs i ( % ) Kategori Komplikasi
Jenis Kelamin Berdasarkan Kategori Komplikasi
Laki-laki Perempuan
6.9.3. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Kategori Komplikasi DM
Lama rawatan rata-rata penderita DM dengan komplikasi yang dirawat inap berdasarkan kategori komplikasi di RSU Herna Medan tahun 2009-2010 dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 6.15. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita DM dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Kategori Komplikasi DM di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010
Dari gambar 6.15. di atas dapat diketahui bahwa lama rawatan rata-rata berdasarkan kategori komplikasi adalah komplikasi akut dengan lama rawatan rata- rata 5,45 hari dan komplikasi kronik dengan lama rawatan rata-rata 7,06 hari.
Pada gambar di atas juga dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata paling lama adalah pada komplikasi kronik. Analisis statistik dengan menggunakan uji t-test diperoleh p > 0,05 (p=0,224) berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan kategori komplikasi. Hal ini menunjukkan bahwa
7,06 5,45
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Komplikasi Kronik Komplikasi Akut
Lama Rawatan Rata-Rata (hari)
J en is K o m p li k a si
Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan
Kategori Komplikasi
kategori komplikasi penderita DM dengan komplikasi akut maupun kronik tidak membuat lama rawatan menjadi berbeda.
Hal ini sesuai dengan penelitian Sinaga (2009) di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar tahun 2004-2008 dengan desain case series yang memperoleh hasil bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan kategori komplikasi.54
6.9.4. Kategori Komplikasi Berdasarkan Pengobatan
Distribusi proporsi kategori komplikasi penderita DM dengan komplikasi yang dirawat inap berdasarkan pengobatan di RSU Herna Medan tahun 2009-2010 dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 6.16. Diagram Bar Distribusi Proporsi Kategori Komplikasi Penderita DM dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Pengobatan di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010
Dari gambar 6.16 di atas dapat diketahui bahwa proporsi penderita DM
17,5% 16,7% 9,5% 82,5% 83,3% 90,5% 0 20 40 60 80 100 Obat Hipoglikemik Oral
Suntik Insulin OHO + Suntik Insulin
P ro p o rs i ( % ) Pengobatan
Kategori Komplikasi Berdasarkan Pengobatan
Komplikasi Akut Komplikasi Kronik
17,5% yang mengalami komplikasi akut dan 82,5% yang mengalami komplikasi kronik. Proporsi penderita DM dengan komplikasi yang diberikan pengobatan Obat suntik insulin yaitu 16,7% yang mengalami komplikasi akut dan 83,3% yang mengalami komplikasi kronik. Proporsi penderita DM dengan komplikasi yang diberikan pengobatan Obat Hipoglikemik Oral (OHO) dan suntik insulin yaitu 9,5% yang mengalami komplikasi akut dan 90,5% yang mengalami komplikasi kronik.
Analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square tidak dapat dilakukan karena terdapat 1 sel (16,7%) dengan expected count kurang dari 5.
6.9.5. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Sumber Biaya
Lama rawatan rata-rata penderita DM dengan komplikasi yang dirawat inap berdasarkan sumber biaya di RSU Herna Medan tahun 2009-2010 dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 6.17. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita DM dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Sumber Biaya di RSU Herna
8,68 6,26
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Bukan Biaya Sendiri Biaya Sendiri
Lama Rawatan Rata-Rata (hari)
S u m b er B ia y a
Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan
Sumber Biaya
Dari gambar 6.17. di atas dapat diketahui bahwa lama rawatan rata-rata penderita DM dengan komplikasi berdasarkan sumber biaya adalah sumber biaya sendiri dengan lama rawatan rata-rata 6,26 hari dan sumber biaya bukan biaya sendiri dengan lama rawatan rata-rata 8,68 hari.
Analisis statistik dengan menggunakan uji t-test diperoleh p < 0,05 (p=0,030) berarti secara statistik ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya. Hal di atas menunjukkan bahwa lama rawatan rata-rata penderita DM komplikasi dengan sumber biaya bukan biaya sendiri lebih lama dibandingkan lama rawatan rata-rata penderita DM komplikasi dengan biaya sendiri.
Semakin lama penderita DM dengan komplikasi dirawat maka semakin besar pula biaya yang akan dikeluarkan untuk pengobatannya di rumah sakit. Hal ini kemungkinan memberikan kesempatan yang besar kepada penderita yang menggunakan sumber biaya bukan biaya sendiri di RSU Herna Medan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada di RSU Herna Medan.
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
7.1.1. Proporsi penderita DM dengan komplikasi berdasarkan sosiodemografi, proporsi tertinggi pada kelompok umur ≥ 40 tahun 95,5%, jenis kelamin perempuan 59,7%, suku Batak 64,1%, agama Kristen Protestan 45,5%, pekerjaan Ibu Rumah Tangga 43,3%, dan daerah asal Kota Medan 70,1%. 7.1.2. Proporsi penderita DM dengan komplikasi berdasarkan jenis komplikasi DM
diperoleh proporsi tertinggi pada penderita DM yang mengalami komplikasi Ulcus-Gangren 26,1%.
7.1.3. Proporsi penderita DM dengan komplikasi berdasarkan kategori komplikasi diperoleh proporsi tertinggi pada penderita DM yang mengalami komplikasi kronik 85,1%.
7.1.4. Lama rawatan rata-rata penderita DM dengan komplikasi adalah 6,82 hari (7 hari).
7.1.5. Proporsi penderita DM dengan komplikasi berdasarkan pengobatan diperoleh proporsi tertinggi pada penderita DM dengan komplikasi yang mendapat pengobatan dengan Obat Hipoglikemik Oral (OHO) 59,7%.
7.1.6. Proporsi penderita DM dengan komplikasi berdasarkan sumber biaya diperoleh proporsi tertinggi pada penderita DM dengan komplikasi yang berobat dengan biaya sendiri/ umum 76,9%.
7.1.7. Proporsi penderita DM dengan komplikasi berdasarkan keadaan sewaktu pulang diperoleh proporsi tertinggi pada penderita DM dengan komplikasi pulang berobat jalan (PBJ) 64,2%.
7.1.8. Case Fatality Rate (CFR) tertinggi diabetes mellitus dengan komplikasi terjadi pada tahun 2010 yaitu 22,1%.
7.1.9. Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara umur berdasarkan kategori komplikasi pada penderita DM dengan komplikasi. (p=1,000).
7.1.10. Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara jenis kelamin berdasarkan kategori komplikasi pada penderita DM dengan komplikasi. (p=0,146).
7.1.11. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan kategori komplikasi pada penderita DM dengan komplikasi. (p=0,224).
7.1.12. Analisis statistik tidak dapat dilakukan untuk kategori komplikasi berdasarkan pengobatan.
7.1.13. Ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya pada penderita DM dengan komplikasi. (p=0,030).
7.2. Saran
7.2.1. Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian informasi kepada penderita DM yang pulang berobat jalan agar melakukan kontrol kesehatan secara teratur, menerapkan pola hidup sehat, mengikuti
klub-klub kesehatan, dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga komplikasi DM dapat dicegah.
7.2.2. Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk memeriksakan secara rutin kadar glukosa darah, mematuhi daftar menu yaitu yang disajikan, dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar gula darah bisa terkontrol untuk mencegah komplikasi yang lebih berat.
7.2.3. Kepada penderita DM yang belum terkena komplikasi agar mengontrol kadar gula darah dengan baik, mengkonsumsi obat secara teratur, menjaga pola makan dan gaya hidupnya untuk mencegah terjadinya komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. 2004. Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta.
2. Depkes R.I., 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta.
3. Bustan, M.N., 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Cetakan 2. Jakarta: Rineka Cipta.
4. WHO., 2008. Integrated Chronic Disease Prevention and Control.
5. Depkes, R.I., 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.
6. Soegondo, S, dkk., 2004. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
7. UKM PIO Farmasi Unsoed, 2010. Diabetes Mellitus dan Terapinya.
8. Permana, H., 2008. Komplikasi Kronik dan Penyakit Penyerta pada
Diabetes
9. Rahmadiliyani, N., 2008. Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Penyakit dan Komplikasi Pada Penderita Diabetes Melitus Dengan Tindakan Mengontrol Kadar Gula Darah di Wilayah Kerja Puskesmas I Gatak Sukoharjo. Berita Ilmu Keperawatan ISSN, Nomor 2, Volume 1, Hal 1979- 2697.
10. WHO., 2004. Global Burden Disease Report
11. WHO., 2010. Global Burden of Chronic Noncommunicable Diseases.
12. International Diabetes Federation. 2005. The Diabetic Foot: Amputations are
Preventable.
13. International Diabetes Federation. 2008. IDF South East Asia Region Leads The Way in The fight Against Type 2 Diabetes
14. Utah Diabetes Center. 2008. Prevalence of Diabetes in The United States.
15. Depkes RI,. 2009. Tahun 2030 Prevalensi Diabetes Mellitus di Indonesia
Mencapai 21,3 Juta Orang
16. Hastuti, R., 2008. Faktor-Faktor Risiko Ulkus Diabetika Pada Penderita Diabetes Mellitus. Tesis Mahasiswa Magister Epidemiologi Universitas Diponegoro.
17. Tjokroprawiro, A., 2006. Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes Mellitus. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
18. Roza, V., 2008. Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus Dengan Komplikasi yang Rawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2006. Skripsi Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
19. International Diabetes Federation. 2001. Diabetes and Cardiovaskuler Disease.
20. PERKENI., 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta.
21. Pranadji, D., 2000. Perencanaan Menu Untuk Penderita Diabetes Mellitus. Jakarta: PT Penebar Swadaya.
22. Soehadi, K., 1996. Diabetes Mellitus Pria. Surabaya: Airlangga University Press.
23. Shadine, M., 2010. Mengenal Penyakit Hipertensi, Diabetes, Stroke, dan Serangan Jantung. Jakarta: Penerbit Keenbooks.
24. Day, J., 2002. Living With Diabetes. England: British Diabetic Association. 25. Greenstein, B., 2010. At a Glance: Sistem Endokrin. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
26. Moore, M. C., 1997. Buku Pedoman Terapi Diet dan Nutrisi, Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Hipocrates.
27. Inzucchi, S., 2005. The Diabetes Mellitus Manual. Singapura: The MC Graw Hill Companies.
28. Bangun, A.P., 2005. Sehat dan Bugar Pada Usia Lanjut. Jakarta: Penerbit Agromedia Pustaka.
29. Prince S dan Wilson L, 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC.
30. Waspadi, S., 2002. Pedoman Diet Diabetes Mellitus. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
31. Depkes R.I., 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Mellitus. Jakarta.