• Tidak ada hasil yang ditemukan

c Sarana Transportasi Laut :

1. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)

a. Sejarah

Jogja (resminya bernama "Yogyakarta") adalah kota yang terkenal akan sejarah dan warisan budayanya. Yogyakarta merupakan pusat kerajaan Mataram Kuno (1575-1640), dan sampai sekarang ada Kraton (Istana) yang masih berfungsi dalam arti yang sesungguhnya. Jogja juga memiliki banyak candi berusia ribuan tahun yang merupakan peninggalan kerajaan-kerajaan besar jaman dahulu, di antaranya adalah Candi Borobudur yang dibangun pada abad ke-9 oleh dinasti Syailendra.

Berdirinya kota Yogyakarta berawal dari adanya Perjanjian Gianti pada tanggal 13 Februari 1755 yang ditandatangani Kompeni Belanda dibawah tanda tangan Gubenur Nicholas Hartingh atas nama Gubernur Jendral Jacib Mossel. Perjanjian tersebut berisikan bahwa Negara Mataram dibagi dua, Setengah masih menjadi hak milik Kerajaan Surakarta, setengahnya lagi menjadi Hak Pangeran Mangkubumi dengan gelar Sultan Hamengku Buwono Bupati ing Alega Abdul Rachman Sayidin Panataga

b. Daerah Bersejarah dan Wisata

Yogyakarta adalah kota yang sangat bersejarah, kota ini pernah menjadi ibukota Kerajaan Mataram, sekitar tahun 1949 menjadi ibukota Republik

Indonesia yang baru saja terbentuk. Jadi pasti akan menemukan istana di sini. Ada empat istana di Yogya. Pertama, Istana Kepresidenan (Gedung Agung), yang sekarang masih digunakan untuk upacara dan kegiatan kepresidenan di Yogyakarta. Kedua, Kraton (Istana Sultan). Menurut sejarah, Yogyakarta dulunya merupakan kesultanan, yaitu Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Gubernur Yogyakarta hingga sekarang selalu Sultan Yogyakarta.

Kedua tempat ini tidak saling berjauhan, keduanya berada di dekat Malioboro. Dan kedua istana ini masih digunakan sebagai istana yang sebenarnya, bukan sekedar pajangan. Di seputar Kraton, akan menemukan suatu tempat yang disebut Istana Air. Dulu, tempat ini adalah kolam renang yang indah untuk keluarga kerajaan. Sekarang tidak begitu indah lagi, tapi cukup menarik.

Berikutnya adalah Kraton di Kotagede (Kraton sebenarnnya bermakna istana raja). Kotagede adalah wilayah di bagian selatan kota Yogyakarta. Kraton di sini lebih tua daripada kraton di pusat kota, dan tidak begitu besar pula. Kotagede dulu pernah menjadi pusat kerajaan, tapi sekarang tidak. Di Kotagede, Istana yang keempat adalah Kraton Ratu Boko (Queen Boko's Temple), yang merupakan kerajaan tertua di antara semuanya.

Kraton Ratu Boko adalah sebuah istana yang dibangun di puncak bukit. Istana ini berada di dekat candi Prambanan. Kraton Ratu Boko sekarang ini masih ‘baru’. Pemerintah baru saja merenovasi dan menemukan situsnya

baru beberapa tahun yang lalu. Tempat ini memiliki bangunan khas Kraton, memiliki sebuah kolam renang, sebuah ‘aula' (tetapi terbuka), pintu gerbang, dan segalanya.

Selain warisan budaya, Jogja memiliki panorama alam yang indah. Hamparan sawah nan hijau menyelimuti daerah pinggiran dengan Gunung Merapi tampak sebagai latar belakangnya. Pantai-pantai yang masih alami dengan mudah ditemukan di sebelah selatan Jogja.

c. Stakeholder

Masyarakatnya di Jogja hidup dalam damai dan memiliki keramahan yang khas. Saat mengelilingi kota dengan sepeda, becak, ataupun andong; maka akan menemukan senyum yang tulus dan sapaan yang hangat di setiap sudut kota. Atmosfir seni begitu terasa di Jogja. Malioboro, yang merupakan urat nadi Jogja, dibanjiri barang kerajinan dari segenap penjuru. Musisi jalanan pun selalu siap menghibur pengunjung warung-warung lesehan.

d. Transportasi ke Jogja:

a. Kereta Api

Anda bisa mencapai Jogja dengan kereta api dari Jakarta, Bandung, atau Surabaya.

b. Bis

Jogja bisa dicapai dengan bis dari Pulau Sumatera, Pulau Bali, dan hampir semua kota di Pulau Jawa.

c.Pesawat

Saat ini telah tersedia penerbangan langsung Singapura-Jogja dan Kuala Lumpur - Jogja. Juga tersedia penerbangan domestik Jakarta- Jogja, Denpasar-Jogja, Balikpapan-Jogja, dan masih banyak lagi.

e. Hotel dan Penginapan

Jika ingin tinggal dekat dengan Kraton (Istana Sultan), mungkin perlu mempertimbangkan Hotel Natour, Hotel Mutiara, atau Hotel Melia Purosani, semuanya ini di sekitar Malioboro, jalan yang paling terkenal di Yogya yang menuju istana Sultan. Jika ingin tinggal dekat dengan bandar udara, maka mungkin hotel Sheraton, Quality, atau Jayakarta. Untuk jadi pelancong di sana, sebaiknya mempertimbangkan untuk tinggal di sekitar Malioboro. Di sana ada banyak sekali losmen.

f. Kondisi Geografis

f. i. Batas Wilayah

Yogyakarta berkedudukan sebagai ibukota Propinsi DIY dan merupakan daerah tingkat II yang berstatus Kota. Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

Timur : Bantul dan Sleman Selatan : Bantul

Barat : Bantul dan Sleman f. ii. Letak Geografis

11°24’19’’ sampai 110°28’53’’ BT dan 7°49’26’ sampai 07°15’24’’ LS

f. iii. Topografi

Ketinggian rata-rata : 114 m diatas permukaan air laut f. iv. Keadaan Alam

Secara garis besar merupakan dataran rendah dimana dari barat ke timur relative datar dan dari utara ke selatan mempunyai kemiringan. Serta terdapat 3 sungai yang melintas Kota Yogyakarta, yaitu : Sungai Gajah Wong, Sungai Code, Sungai Winongo.

f. v. Luas Wilayah

Mempunyai luas wilayah 32,5 Km² yang berarti 1,025% dari luas wilayah DIY. Dengan membagi menjadi 14 Kecamatan, dan dihuni oleh ±489.000 jiwa, dengan kepadatan rata-rata 15.000 jiwa/Km²

f. vi. Kondisi Tanah

Kondisi tanah cukup subur dan memungkinkan untuk berbagai tanaman pertanian maupun perdagangan, dengan didukung oleh muntahan lava pada daerah yang berada didataran lereng Gunung Merapi (fluvia volcanic food plain), dimana mengandung tanah regosol atau tanah vulkanis muda.

f. vii. Iklim

Tipe iklim AM dan AW, curah hujan dangan rata-rata 2.012 mm/thn dengan suhu rata-rata 24,7%.

g. City Branding Kota Yogyakarta

Menurut data dari Stuppa Indonesia, suatu lembaga penelitian kepariwisataan, merk "Jogja: Never Ending Asia" diberikan kepada Sultan Hamengku Buwono X pada bulan Februari tahun lalu oleh perusahaan konsultan pemasaran yang bertujuan untuk mendongkrak promosi tanah yang kaya akan budaya.

Nama "Jogja", bukannya "Yogyakarta" atau "Yogya", digunakan sebagai promosi bagi pasar Yogyakarta karena "Y" merupakan huruf permulaan yang sulit bagi kebanyakan hadirin internasional baik dalam pembacaannya maupun pengejaannya. Sementara "Jogja" lebih mudah dituturkan sebagai "JOG-ja", bahkan "JOG" pun bisa dipakai sebagai panggilan singkat.

Sementara itu, dengan jalur promosi Never Ending Asia, Jogja diharap akan bergabung dengan "klub Asia". Sejauh ini Singapura dan Malaysia telah menggunakan "New Asia" dan "Truly Asia" sebagai jalur promosi mereka. (dikutip dari www.yogyes.com)

h. Analisis Media Periklanan DIY

Pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sendiri telah banyak mengadakan kegiatan pemasaran secara luas dan mengadakan promosi diberbagai media (diantaranya Website). Dengan lingkup dalam wilayah DIY maupun sampai di luar daerah.

Melihat kondisi dan keadaan produk pembanding, telah menggunakan strategi yang baik dalam menarik konsumen.

Dokumen terkait