• Tidak ada hasil yang ditemukan

telah ditetapkan pada fase perencanaan.

Sistem Manajemen Basis Data

Sistem manajemen basis data adalah sebuah aplikasi yang paling kompleks, menyimpan dan mengambil informasi secara fisik dari basis data dan mengelola semua informasi di dalam basis data (Mcleod, 2001). Manajemen data ini menyangkut unsur definisi struktur informasi penyimpanan data dan ketersediaan mekanisme untuk memanipulasi informasi. Sistem manajemen basis data juga mampu membatasi spesifikasi pemakai dan membatasi sumber daya database yang diakses oleh pemakai.

Normalisasi Data

Normalisasi data adalah suatu proses untuk optimasi desain tabel pada basis data relasional (McFadden & Hoffer, 1994). Normalisasi diperlukan untuk :

1. Minimisasi redundansi data

2. Minimisasi anomali pada operasi data 3. Mempererat keterikatan antar atribut

atau kelompok atribut dalam tabel-tabel basis data relasional

Proses normalisasi adalah konversi basis data menjadi bentuk normal yang telah ditetapkan, antara lain :

1. First Normal Form(1-NF). Relasi yang dihasilkan grup yang tidak berulang. 2. Second Normal Form (2-NF). Jika dan

hanya jika memenuhi 1-NF dan semua atribut bukan primary key harus tergantung secara fungsional pada semua atribut primary key.

3. Third Normal Form (3-NF). Jika dan hanya jika memenuhi 2-NF dan tidak ada ketergantungan fungsional antara dua atau lebih atribut bukan kunci. 4. Fourth Normal Form (4-NF). Apabila

setiap determinan adalah candidate key dan tidak mengandung multivalued dependencies.

5. Fifth Normal Form (5-NF). Apabila sudah memenuhi bentuk 4-NF dan tidak memiliki join dependencies.

Query

Query merupakan pernyataan untuk mengambil informasi (McFadden & Hoffer, 1994). Salah satu bahasa query yang paling sering digunakan adalah SQL yang merupakan kepanjangan dari Structured Query Language. Tujuan SQL adalah untuk membangun bahasa yang bukan didasari dari bahasa pemrograman manapun, tetapi dapat digunakan di dalam setiap bahasa pemrograman sebagai cara untuk memperbaharui informasi dalam suatu basis data.

Struktur dasar dari ekspresi SQL terdiri dari tiga buah operator, yaitu :

1. Operator Select mewakili operasi proyeksi yang digunakan untuk memilih atribut hasil yang diinginkan dalam query.

2. Operator From mewakili operasi pengaksesan relasi yang akan diperlukan dalam query.

3. Operator Where mewakili operasi seleksi kondisi yang harus dipenuhi dalam query.

Sistem Informasi Berbasis Komputer Sistem adalah suatu integrasi elemen-elemen yang semuanya bekerja menuju satu tujuan. Semua sistem meliputi tiga elemen utama yaitu input, transformasi, output. Informasi adalah data yang telah diproses atau data yang memiliki arti (McLeod, 2001). Informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam mengambil keputusan saat ini atau mendatang (Davis, 1993).

Agar informasi dapat berguna dalam sebuah pengambilan keputusan maka informasi harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut : 1. Informasi harus akurat, berarti informasi

harus lengkap dan mengandung kebenaran, serta keamanannya terjamin.

2. Tepat waktu, berarti informasi yang telah diterima oleh user tidak boleh terlambat, karena informasi menjadi tidak berguna bila telah usang. Informasi juga merupakan dasar dalam pengambilan keputusan apabila pengambilan keputusan terlambat maka dapat berdampak fatal bagi perusahaan.

3. Relevan, berarti informasi harus memiliki hubungan dengan persoalan yang dihadapi. Bila informasi tersebut tidak memiliki hubungan dengan persoalan yang dihadapi maka informasi tersebut tidak berguna.

Sistem informasi adalah kumpulan dari komponen-komponen yang berhubungan dengan fungsinya untuk mengumpulkan dan mendistribusikan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan dan pengawasan pada suatu organisasi (Laudon, 1994). Sistem informasi manajemen adalah sistem pengolahan informasi yang menerapkan komputer-komputer untuk menyajikan informasi bagi manajemen dan pengambilan keputusan (Davis, 1993).

Persediaan (Inventory)

Inventory adalah persediaan (stock) dari item yang memberikan kontribusi terhadap output organisasi. Inventory dapat berupa barang atau jasa. Setiap persediaan berada di antara dua kegiatan atau proses, yaitu proses penawaran dan proses permintaan (Zipkin, 1995). Proses penawaran berhubungan dengan produksi, transportasi dan kegiatan lain yang menambah jumlah persediaan, sedangkan proses permintaan menggambarkan berbagai kegiatan yang memanfaatkan dan mengurangi jumlah persediaan.

Manajemen Persediaan

Manajemen persediaan berusaha mencapai keseimbangan antara kekurangan dan kelebihan persediaan dalam suatu periode perencanaan yang mengandung resiko dan ketidakpastian. Manajemen persediaan melibatkan sejumlah kegiatan koordinasi antara persediaan dan produksi serta kegiatan konsumsi pada sejumlah tahapan proses dan lokasi yang berhubungan (Viale, 2000).

Tujuan dari manajemen persediaan adalah menyelesaikan sasaran yang berpotensi untuk :

1. memaksimalkan pelayanan pada pelanggan

2. memaksimalkan efisiensi pembelian dan produksi

3. meminimalkan investasi stock 4. memaksimalkan profit

Sistem Pencatatan Persediaan

Pada umumnya, setiap perusahaan akan selalu memperhatikan sistem pencatatan mengenai persediaannya karena pencatatan terhadap persediaan mempunyai peranan yang cukup penting dalam menyokong pelaksanaan operasi perusahaan seperti yang diinginkan. Ada dua sistem pencatatan persediaan yang umum dikenal dalam menentukan jumlah persediaan pada akhir suatu periode yaitu dengan:

1. Periodik sistem, yaitu setiap akhir periode dilakukan perhitungan secara fisik dalam menentukan jumlah persediaan akhir. 2. Perspektual sistem yaitu dalam hal ini

dibina catatan administrasi persediaan. Setiap mutasi dari persediaan sebagai akibat dari pembelian ataupun penjualan dicatat atau dilihat kartu administrasi persediaannya. Bila metode ini yang dipakai, maka perhitungan secara fisik hanya dilakukan paling tidak setahun sekali yang biasa dilakukan untuk keperluan counter checking antara jumlah persediaan menurut fisik dengan menurut catatan dalam kartu administrasi persediaan. Dengan diterapkannya sistem pencatatan terhadap persediaan, diharapkan akan diperoleh data dan informasi yang dapat dipercaya, berguna bagi pimpinan dalam mengadakan analisa-analisa terhadap jumlah persediaan yang dimiliki perusahaan.

Pengendalian Persediaan

Pengendalian persediaan adalah semua metode dan tindakan yang dilaksanakan untuk mengamankan persediaan sejak mendatangkannya, menerima, menyimpan dan pengeluarannya baik fisik maupun

kualitas dan pencatatannya termasuk penentuan dan pengaturan jumlah persediaan (La Midjan, 1995). Pengendalian untuk melindungi persediaan melibatkan pembentukan dan penggunaan tenaga keamanan untuk mencegah kerusakan persediaan atau pencurian oleh karyawan (Niswonger, 1999). Perhitungan fisik persediaan sangat penting juga sebagai salah satu pengendalian persediaan yang cukup penting dalam setiap perusahaan. Karena kondisi barang yang kemungkinan mengalami kerusakan dalam penyimpanan atau juga karena kemungkinan terjadinya pencurian terhadap barang yang disimpan di gudang, maka secara periodik catatan persediaan harus dicocokkan dengan persediaan yang secara fisik ada di gudang.

Sistem Informasi Akuntansi

Sistem akuntansi pada dasarnya adalah suatu tata cara kerja dengan menggunakan berbagai fomulir dan catatan serta laporan untuk menghasilkan informasi yang diperlukan oleh pihak perusahaan itu sendiri maupun pihak luar yang mempunyai hubungan transaksi dengan perusahaan itu. Sistem informasi akuntansi adalah sebuah sistem yang memproses data dan transaksi guna menghasilkan informasi yang bermanfaat untuk merencanakan, mengendalikan, dan mengoperasikan bisnis (Mulyadi, 2001).

Sistem akuntansi yang andal harus mampu menghasilkan informasi yang diperlukan oleh manajemen untuk melaksanakan tugas-tugas manajerialnya, yaitu : tepat pada waktunya, relevan dengan kebutuhan, teliti dan benar, menjamin terselenggaranya suatu mekanisme pengendalian intern, serta dengan biaya yang murah atau sepadan dengan manfaat informasi yang dihasilkan.

Sistem Akuntansi Persediaan

Sistem akuntansi persediaan bertujuan untuk mencatat mutasi tiap jenis persediaan yang disimpan di gudang. Sistem ini berkaitan erat dengan sistem penjualan, sistem retur penjualan, sistem pembelian, dan sistem retur pembelian (Mulyadi, 2001).

METODE PENELITIAN Bahan Percobaan

Data penelitian yang dipakai dalam membuat sistem informasi inventory ini adalah data stock barang perusahaan Wintex dari Juli 2002 sampai Juli 2004, yang meliputi data

jenis-jenis kain, data supplier, data harga setiap jenis kain, data customer, laporan pembelian barang, laporan per bulan retur penjualan dan laporan per bulan retur pembelian.

Kerangka Pemikiran Operasional

Setiap kebijakan yang diambil oleh perusahaan selalu mengacu pada tujuan yang ingin diperolehnya. Tujuan utama perusahaan antara lain untuk memaksimalkan keuntungan dan menjaga kelangsungan hidup usahanya. Perusahaan akan berusaha mencapai tujuannya dengan menerapkan serangkaian kebijakan tertentu yang terintegrasi satu dengan lainnya sehingga dapat mempertahankan keberadaannya dalam pasar.

Strategi dalam aspek produksi yang dilakukan perusahaan untuk mempertahankan keberadaannya dalam pasar antara lain dengan menjaga kontinuitas produksinya serta melakukan inovasi berkelanjutan. Persediaan merupakan salah satu aspek yang mempunyai peranan penting bagi perusahaan karena persediaan sangat berpengaruh terhadap usaha perusahaan dalam mempertahankan kontinuitas produksinya.

Agar pengolahan persediaan dapat lebih efektif, dibutuhkan suatu sistem akuntansi yang merupakan suatu alat administratif yang memberikan pedoman mengenai tata kerja dan prosedur atau sebagai pedoman pokok pelaksanaan kegiatan perusahaan dan menyajikan bentuk-bentuk formulir-formulir yang diperlukan di dalam melaksanakan segala kegiatan dan transaksi-transaksi perusahaan serta memberikan bahan pertimbangan untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya bagi pimpinan. Peranan sistem akuntansi dalam suatu perusahaan dapat membantu terlaksananya fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan dan pengendalian, sehingga tujuan umum perusahaan yaitu mendapat laba tercapai. Begitu pula dengan sistem akuntansi persediaan akan membantu manajemen dalam mengelola persediaan sehingga proses produksi dapat dilaksanakan dengan lancar.

Metode Siklus Hidup Sistem

SLC terbagi atas lima fase, empat fase pertama ialah fase pengembangan (System Development Life Cycle/SDLC) dan fase terakhir adalah fase penggunaan.

1. Fase Perencanaan

Fase perencanaan dimulai dengan identifikasi permasalahan, alternatif solusi yang ada, menentukan tujuan sistem, dan mengidentifikasikan kendala-kendala sistem.

Permasalahan yang terjadi adalah data persediaan yang sangat banyak, sehingga pencatatan dan analisis pengadaan persediaan secara manual banyak menghabiskan waktu. Diharapkan dengan sistem yang akan dikembangkan ini, dapat menghasilkan output yang cepat dan efisien, berupa informasi semua transaksi yang berhubungan dengan persediaan.

2. Fase Analisis

Analisis sistem adalah penelitian atas sistem yang telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem yang baru atau diperbarui. Karena sistem yang dibuat merupakan sistem yang baru dibangun, maka penelitian atas sistem yang telah ada tidak dilakukan. Sedangkan fase analisis itu sendiri meliputi :

a. Deskripsi kebutuhan informasi bagi pengguna (output).

b. Deskripsi kebutuhan data bagi sistem (input), pemodelan kebutuhan fungsional yang meliputi bagan alir (flow chart), Data Flow Diagram (DFD) Level 0 (diagram konteks), DFD level 1 dan DFD level 2.

3. Fase Perancangan

Perancangan sistem merupakan tahapan kebutuhan yang telah didefinisikan pada tahap analisis kebutuhan lalu diterjemahkan ke model presentasi sistem. Fase perancangan menspesifikasikan bagaimana sistem dapat memenuhi kebutuhan informasi bagi para pengguna. Fase ini meliputi perancangan basis data, perancangan input dan perancangan antarmuka pemakai.

Spesifikasi ini digunakan sebagai dasar pengembangan perangkat lunak, akuisisi perangkat keras, pengujian sistem dan aktivitas lainnya pada fase implementasi.

4. Fase Implementasi

Fase implementasi merupakan fase pembuatan perangkat lunak, tahap transformasi perancangan menjadi instruksi-instruksi yang dapat dimengerti oleh mesin. Selain itu, fase ini juga mencakup akuisisi perangkat lunak dan perangkat keras yang akan digunakan.

Sistem yang akan dibangun diimplementasikan menggunakan bahasa pemrograman Microsoft Visual FoxPro 8.0 yang berorientasi pada basis data.

5. Fase Penggunaan

Fase penggunaan merupakan tahap untuk memastikan sistem berjalan sebagaimana mestinya yang kemudian akan diterapkan kepada pengguna serta dilakukan pemeliharaan agar sistem dapat digunakan dengan baik.

Metode pengujian yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode black box.

Metode pengujian black box ini berkaitan dengan pengujian yang dilakukan pada interface perangkat lunak. Meskipun didesain untuk mengungkap kesalahan, pengujian black Box digunakan untuk memperlihatkan bahwa fungsi-fungsi perangkat lunak adalah operasional; bahwa input diterima dengan baik dan output dihasilkan dengan tepat, dan integritas informasi eksternal (seperti file data) dipelihara (Pressman, 2001).

HASIL DAN PEMBAHASAN Sesuai dengan metode penelitian yang digunakan yaitu Siklus Hidup Sistem, maka hasil dan pembahasan dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Fase Perencanaan

1.1 Permasalahan dan alternatif solusi

Permasalahan yang selama ini terjadi di Wintex adalah pembuatan surat-surat atau dokumentasi yang berhubungan dengan transaksi aliran barang Wintex masih belum tersusun rapi, masih dibuat dengan Microsoft Word dan Microsoft Excel saja. Jadi tidak memiliki form khusus ataupun sistem khusus untuk mencatat atau membuat surat-suratnya. Pembuatan laporan penjualan, pembelian ataupun yang lain hanya dengan menggunakan Microsoft Excel, hal ini sangat tidak efisien karena menghabiskan banyak waktu.

1.2 Tujuan dan Kendala Sistem

Sistem Informasi Persediaan adalah sistem informasi yang baru dikembangkan. Sistem ini ditujukan untuk digunakan dalam mengatasi masalah Wintex dalam pencatatan persediaan barangnya.

Sistem ini digunakan untuk melakukan pengolahan data persediaan barang yang jumlahnya banyak secara cepat dan rapi.

Data persediaan barang yang digunakan berasal dari Wintex Denpasar. Data ini merupakan hasil pencatatan setiap transaksi yang berhubungan dengan persediaan barang meliputi penjualan, purchase order (PO), penerimaan barang, retur penjualan dan retur pembelian.

1.3 Deskripsi Umum Sistem

Gambaran singkat tentang sistem yang dibuat adalah sebagai berikut pengguna akan memasukkan data-data yang berhubungan

dengan stock ke dalam sistem, data akan diolah dan hasilnya akan ditampilkan melalui layar dan dapat dicetak. Selain itu, data yang dimasukkan oleh user akan disimpan ke dalam basis data.

Gambaran tentang sistem dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1 Deskripsi Umum Sistem Informasi Akuntansi Persediaan

Bagian-bagian yang terlibat dalam sistem kerja:

1. Direktur Operasional selaku Supervisor

2. Chief Accounting/Kasir 3. Bagian Gudang 4. Bagian Pembelian

Bussines Process sistem ini adalah sebagai berikut :

1. Transaksi pembelian barang ke supplier Kasir melihat daftar stock barang pada laporan persediaan akhir, apabila barang masih ada maka tidak melakukan pembelian. Tetapi bila stock barang kosong maka kasir meminta bagian gudang memeriksa ulang berdasarkan kartu stock. Jika barang benar kosong, maka bagian gudang mengirimkan informasi dan meminta bagian pembelian membuat surat pesanan pembelian yang diketahui oleh kasir. Surat pesanan pembelian kepada supplier, yang dibuat oleh bagian pembelian ini mendapatkan persetujuan dari kasir, dan direktur operasional. Kemudian barang yang datang dari supplier, diterima oleh kasir dan diperiksa oleh bagian gudang berdasarkan PO. Pada proses penerimaan dan pemeriksaan barang, jika ada barang yang tidak sesuai, maka bagian gudang bekerja sama dengan bagian pembelian untuk membuat retur pembelian yang disetujui kasir. Jika barang yang diterima tidak ada masalah, maka bagian pembelian akan membuat surat penerimaan barang pembelian berdasarkan purchase order dan faktur dari supplier, yang disetujui kasir.

Surat purchase order dan surat penerimaan barang pembelian ini kemudian disimpan, sampai pembuatan laporan pembelian dan

laporan stock oleh bagian pembelian dan bagian gudang disetujui kasir yang nantinya akan diserahkan kepada direktur operasional.

2. Transaksi penjualan langsung

Customer membeli barang dengan menelepon atau datang langsung melalui kasir. Setelah menerima order dari customer, kasir akan melihat persediaan barang berdasarkan laporan persediaan akhir. Jika stock ada maka kasir langsung meminta bagian gudang menyiapkan barang dan kasir membuatkan faktur penjualan untuk customer. Jika stock kosong maka kasir akan menginformasikan kepada customer bahwa barang kosong. 3. Transaksi penjualan dengan pemesanan

Kasir menerima PO dari customer melalui fax atau melalui telepon. Kalau PO customer melalui fax maka PO inilah yang disimpan sebagai memo pemesanan. Tetapi jika melalui telepon maka kasir akan mencatat barang pesanan dalam sebuah memo saja. Ketika PO customer telah diterima maka kasir akan meminta bagian gudang untuk memeriksa stock barang. Jika stock barang ada maka barang akan dikirim sesuai waktu yang diminta oleh customer, kasir membuatkan faktur penjualan. Tetapi jika barang kosong maka kasir akan melakukan koordinasi dengan customer dan supplier. Jika koordinasi dengan supplier dan customer berhasil, maka kasir akan memberitahukan kepada bagian pembelian untuk melakukan pesanan pembelian, membuat PO kepada supplier dengan barang sesuai permintaan customer. Jika terdapat masalah terhadap barang yang dikirim ke customer dengan faktur penjualan, dan customer melakukan pengembalian barang, maka kasir akan membuatkan retur penjualan. Faktur penjualan dan retur penjualan ini akan disimpan sampai dibuatnya laporan penjualan yang dilaporkan kepada direktur operasional.

Gambaran tentang busines process ini dapat dilihat pada Lampiran 1.

2. Fase Analisis

2.1 Identifikasi Kebutuhan Informasi Output (Pengguna)

Pada tahap analisis pengguna, disimpulkan bahwa sistem yang dirancang terutama ditujukan untuk memudahkan pengguna dalam pemasukan data, pemeliharaan data, kecepatan dan ketepatan dalam mendapatkan hasil

pengolahan data, serta kemudahan dalam pembuatan laporan.

2.2 Indentifikasi Kebutuhan Data Input (Sistem)

a. Deskripsi Kebutuhan Fungsional

Deskripsi kebutuhan fungsional merupakan kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan proses pengolahan atau transformasi data. Tabel kebutuhan fungsional (KF) dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini :

Tabel 1 Kebutuhan Fungsional

Kode Deskripsi

KF-1 Melihat, memasukkan, mengedit, menghapus, dan mencetak data master barang.

KF-2 Melihat, memasukkan, mengedit, menghapus, dan mencetak data master supplier

KF-3 Melihat, memasukkan, mengedit, menghapus, dan mencetak data master customer.

KF-4 Melihat, memasukkan, mengedit, menghapus, dan mencetak data transaksi purchase order.

KF-5 Melihat, memasukkan, mengedit, menghapus, dan mencetak data transaksi penerimaan barang. KF-6 Melihat, memasukkan, mengedit,

menghapus, dan mencetak data transaksi retur pembelian.

KF-7 Melihat, memasukkan, mengedit, menghapus, dan mencetak data transaksi faktur penjualan.

KF-8 Melihat, memasukkan, mengedit, menghapus, dan mencetak data transaksi retur penjualan.

KF-9 Melihat dan memasukkan stock awal pada stock awal

KF-10 Mencetak laporan pembelian berdasarkan supplier

KF-11 Mencetak laporan pembelian per periode

KF-12 Mencetak laporan penjualan berdasarkan customer

KF-13 Mencetak laporan penjualan per periode

KF-14 Mencetak laporan kartu stock KF-15 Mencetak laporan persediaan akhir KF-16 Mencetak laporan limit stock

b. Karakteristik Pengguna

Karakteristik pengguna adalah pengguna-pengguna yang bertugas dalam pengelolaan sistem. Pengguna SIAP (Sistem Informasi Akuntansi Persediaan) meliputi supervisor, kasir, bagian pembelian dan bagian gudang. Karakteristik pengguna SIAP dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Karakteristik pengguna SIAP Katagori

Pengguna

Hak Akses ke Aplikasi

Supervisor (Direktur Operasional) Kasir Bagian Pembelian Bagian Gudang ¬ KF-1, KF-2, KF-3 ¬ KF-4, KF-5, KF-6 ¬ KF-7, KF-8, KF-9 ¬ KF-10, KF-11 ¬ KF-12,KF-13 ¬ KF-14, KF-15 ¬ KF-16 ¬ KF-3, KF-7, KF-8 ¬ KF-12, KF-13 ¬ KF-2, KF-4, KF-5 ¬ KF-6, KF-10, KF-11 ¬ KF-1, KF-9 ¬ KF-14, KF-15, KF-16 c. Pemodelan fungsional

Berdasarkan kebutuhan fungsional dari sistem, maka dapat diketahui dan dibuat flowchart,dan Data Flow Diagram(DFD). DFD yang dihasilkan adalah DFD level 0 diagram konteks, DFD level 1, DFD level 2. Flowchart dapat dilihat pada Lampiran 2. DFD level 0 diagram konteks dapat dilihat pada Lampiran 3, DFD level 1 pada Lampiran 4, dan DFD level 2 dapat dilihat pada Lampiran 5.

3. Fase Perancangan 3.1 Perancangan Basis Data

Tahapan mendesain basis data ada 3 yaitu: 1. Desain Konseptual. Perancangan

model konseptual merupakan perancangan ditingkat konsep, misalnya : kebutuhan aplikasi, sasaran pengguna dan tujuan pemanfaatan. Hasil dari desain konseptual basis data ini adalah berupa entity relationship diagram (ERD). Entity yang dihasilkan adalah entity barang, customer, supplier, faktur penjualan, retur penjualan, purchase order, penerimaan

barang, retur pembelian dan kartu stock. Hubungan antar entity dapat dilihat pada Lampiran 6.

2. Desain Logikal. Memiliki penekanan pada spesifikasi dan elemen-elemen pada database. Desain pada level ini merancang struktur database dan relasi antar tabel. Model database yang digunakan dalam sistem ini adalah model basis data relasional. Database sistem ini disimpan dengan nama Mdata.dbc. Tabel yang ada dalam sistem ini antara lain :

1. Tabel master merupakan tabel yang penting dan terus ada di dalam sistem informasi. Tabel master ini terdiri dari tabel barang, tabel piutang (tabel customer), tabel hutang (tabel supplier) dan tabel kartu. Tabel barang memiliki fields antara lain kode barang, nama barang, warna, limit, dan satuan. Tabel hutang memiliki fields antara lain kode supplier, nama supplier, alamat1, alamat2, kota, telp, fax, dan attn. Tabel piutang memiliki fields kode customer, nama customer, alamat1, alamat2, kota, telp, fax, attn, kode pos dan email. Tabel kartu memiliki fields antara lain kode barang, nama barang, tgl, no, awal, masuk, keluar, akhir, no po, no faktur, harga dan jumlah. 2. Tabel transaksi untuk mencatat

semua data hasil transaksi yang terjadi. Tabel ini terdiri dari tabel po, tabel pom (tabel detail po), tabel bpb (tabel penerimaan barang), tabel bpbm (tabel detail penerimaan barang), tabel rb (tabel retur pembelian), tabel rbm (tabel detail retur pembelian), tabel inv (tabel faktur penjualan), tabel invm (tabel detail faktur penjualan), tabel rj (tabel retur penjualan), dan tabel rrm (tabel detail retur penjualan). Tabel po memilki fields antara lain no po, tgl po, kode barang, qty barang, up po, jum po, disc po, dan disc1 po. Tabel pom memiliki fields no po, tgl po, kode supplier, nama supplier, ppn, ppn1, cash dan cash1. Tabel bpb memiliki fields antara lain adalah no bpb, tgl bpb, kode barang, nama barang, no faktur, qty bpb, up bpb dan jum

bpb. Tabel bpbm memiliki fields antara lain no bpb, tgl bpb, no po, no faktur, kode supplier, nama supplier, ppn, ppn1, cash dan cash1. Tabel rb memiliki fields no rb, tgl rb, kode barang, qty rb, up

Dokumen terkait