• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR INDIKATOR KINERJA SKPD

Dalam dokumen LAINNYA Jakarta Dalam Angka 2011 (Halaman 56-65)

lviii Jakarta Dalam Angka 2010

No Urusan Indikator Kinerja Nomor Tabel Halaman

Affairs Performance Indicator No of Table Page

6. Perhubungan Jumlah Koridor, Penumpang 11.1.7. 498

Transportation & Bus Trans Jakarta

The number of corridors, Passenger & Bus of Trans Jakarta

7. Lingkungan Hidup a. Produksi & Kapasitas 4.8.1 – 4.8.6 231 – 236

Environment Angkut Sampah

Production & Capacity Waste Transport

b. Jumlah dan Luas Taman 10.3. 478

Number and Parks Area

8. Kependudukan dan Jumlah bayi ber akte 3.1.8. 77 Catatan Sipil The number of babies who

Population and Civil have birth certificates

9. Keluarga Berencana

dan Keluarga Jumlah Peserta KB Baru dan Aktif 4.2.7. – 4.2.9 151 - 153 Sejahtera

Family Planning and

Family Welfare Number of new family planning participants and Active

10. Sosial a. Jumlah Penyandang

Kesejahteraan Sosial 4.5.1. 163

Social Number of Social Welfare of

Disabled

b. Jumlah Panti Sosial 4.5.5. – 4.4.15. 168 - 180

Number of Social Institution

11. Ketenagakerjaan a. Jumlah Penganggur Terbuka 3.2.6. 94

Man Power Number of Open

Unemployed

b. Jumlah Tenaga Kerja yang

Terserap 3.2.10. 98

http:/

/jakar

ta.bps

LIST OF PERFORMANCE INDICATOR OF ORGANIZATION LOCAL GOVERNMENT

Jakarta In Figures 2010 lix

Number of absorbed Labor

No Urusan Indikator Kinerja Nomor Tabel Halaman

Affairs Performance Indicator No of Table Page

12. Penanaman Modal Realisasi PMA dan PMDN 12.2.1. – 12.1.5. 543 - 548

Investment Realization of Domestic and

Foreign Investment

13. Kebudayaan Jumlah Museum 4.3.1 – 4.3.3. 154 - 156

Culture Number of Museum

14. Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa Jumlah Penduduk Miskin 4.4.1. 157 - 161

Community and

Village Empowerment Number of Poor

15. Pariwisata a. Jumlah Kunjungan

Wisatawan 10.2.2. 475

Tourism Mancanegara

Number of Visits Foreign Tourism

b. Jumlah Kunjungan

Wisatawan Nusantara 10.2.3. 476

Number of Visits Local Tourism

16. Perikanan, Kelautan

dan Peternakan Produksi Ikan Tangkapan 5.2.1. – 5.2.20. 250 - 283

Fisheries, Marine and

Animal Husbandry Production of Marine Fisheries

17. Perdagangan a. Realisasi Ekspor 9.1.1. – 9.1.7. 427 - 438

Trading Realization of Expor

b. Realisasi Impor 9.2.1. – 9.2.2. 439 - 440 Realization of Impor

http:/

/jakar

ta.bps

.go.id

SEJARAH KOTA JAKARTA

lx Jakarta Dalam Angka 2010

SEJARAH KOTA JAKARTA HISTORY OF JAKARTA

1. Kota Jakarta sudah berdiri sejak abad yang silam, tepatnya pada awal abad XVII persisnya tahun 1527. Dimulai dari nama “GEMEENTE dan STAD-GEMEENTE BATAVIA” kemudian berubah menjadi “JAKARTA TOKU-BETSUSHI“. Pada jaman pendudukan Jepang sampai Indonesia merdeka dan sekarang lebih dikenal dengan KOTA METROPLITAN JAKARTA.

1. Jakarta city was established over 460 year ago, in 1527„s. During its history it was not even called Jakarta but born the name given it by the Dutch and administrators who settled there: “Gemeente en Stadgemeente Batavia“ or simply “Batavia“. Since Japanese occupation in World War II, it was called “Jakarta Toku-betsushi“. Following the struggle for independence in 1949 is finally taken on its current and popular name, Jakarta Metropolitan City.

Awal abad ke-XIV di daerah Jawa Barat, yang terletak di dekat kota Bogor sekarang, berdiri sebuah kerajaan bernama Pajajaran yang diperintah oleh Sri Baduga Maharaja. Di Muara kali Ciliwung yang merupakan batas sebelah Utara Kerajaan Pajajaran terletak sebuah bandar bernama Sunda Kelapa yang pada waktu itu berfungsi sebagai kota perdagangan. Seperti diketahui, pada masa itu sebagian besar perdagangan di semenanjung Malaka dikuasai oleh bangsa Portugis, yang selalu berusaha mengembangkan kegiatannya di Asia Tenggara. Tahun 1522 utusan Portugis tiba di Sunda Kelapa, dengan maksud mengadakan persahabatan dengan Raja Pajajaran. Maksud perutusan Portugis itu disambut baik oleh raja Pajajaran, karena mengharapkan bantuan apabila ada bahaya dari kerajaan-kerajaan lain yang sedang berkembang di Jawa bagian timur pada waktu itu. Beberapa tahun kemudian, dugaan tersebut menjadi kenyataan, kerajaan Demak yang cukup dikenal dengan kekuatan agama Islamnya mengadakan

In the early 14th century some of area

around Jakarta was controlled by Pajajaran Kingdom under its leader Sri Baduga Maharaja. The capital of this kingdom was located near Bogor city. The northern boundary was Ciliwung river estuary where Sunda Kelapa an ancient seaport was located. This was also a time when trading in the Malaca Straits was dominated by Portuguese merchant who was always trying to expand their influence further into South East Asia. In 1522 a Portuguese mission arrived at Sunda Kelapa for seeking trade ties with the Kingdom of Pajajaran. The King welcomed the delegation, not only for trading but also for helping potential threats from other kingdoms, especially from the East Java Kingdoms. Nevertheless increasingly powerful, Islamic Kingdom in Central and East Java at that time has been influenced to the western part of Java. The Islamic Kingdom was Demak Moslem Kingdom which was trying to expand its power.

http:/

/jakar

ta.bps

HISTORY OF JAKARTA

Jakarta In Figures 2010 lxi

perluasan kekuasaan dan menyebarkan pengaruhnya ke sebelah Barat. 2. Falatehan seorang guru agama terkenal

dari Kerajaan Demak, dapat merebut Banten dan Sunda Kelapa dari tangan Pajajaran dengan bantuan tentara Portugis. Sebelumnya Kerajaan Pajajaran telah memberikan persetujuan kepada Portugis untuk mendirikan benteng pertahanan. Kedatangan tentara Portugis untuk merealisir pembangunan benteng menimbulkan perang terbuka dengan tentara Islam Demak, yang merupakan musuh kerajaan Pajajaran. Peperangan ini berakhir dengan kekalahan pihak Portugis meskipun telah bekerjasama dengan Kerajaan Pajajaran. Falatehan mengganti nama Bandar Sunda Kelapa dengan Jayakarta, yang berarti “Kemenangan Akhir” dan tanggal 22 Juni 1527 dinyatakan sebagai tanggal dikuasainya oleh Falatehan. Akhirnya Jayakarta disingkat menjadi „ Jakarta „.

2. Falatehan noted Ulama from Demak Kingdom occupied the Sunda Kelapa and Banten Port with the of portuegese troops. Eventhough the King of Pajajaran had given approval of the Portuguese Government to set defense fortifications in West Java already. However arrival of Portuguese troops had affected war between the Demak Moslem Kingdom and Pajajaran Kingdom. The Portuguese troop sustained big loses in the war eventhough they had already worked together with Pajajaran Kingdom. Then Falatehan changed the name Sunda Kelapa to „Jayakarta‟. Its means “The Last Victory”. The founding of Jayakarta, set historically as June, 22, 1527, represents the date when Falatehan‟s forces occupied Sunda Kelapa. Later, the name Jayakarta was shortened to „Jakarta‟.

Falatehan kemudian lebih dikenal dengan nama Fatahillah, segera menunjuk pembantunya untuk memerintah kota. Tahun 1596 untuk pertama kalinya Bandar Jakarta didatangi oleh 4 buah kapal Belanda, yang akan memulai melakukan perdagangan dengan Bangsa Indonesia. Maksud Belanda ini mendapat hambatan dari Hasanuddin putra Fatahillah selaku raja Kerajaan Islam Banten, terletak sebelah barat Bandar Jakarta. Hasanuddin tidak setuju dengan adanya usaha dagang dengan pihak Belanda karena diperkirakan dapat merusak/ mempengaruhi budaya penduduk yang beragama Islam. Walaupun demikian

Falatehan, who has also known as Fatahillah, rapidly developed a local administration and recommended his assistant to rule this city. In 1596 four Dutch vessels visited the Jakarta port first time. The Dutch East-Hindia Company attempted to spread trading ties in the area. However, Hasanuddin, the son of Falatehan, as King of the Islamic Empire in Banten (which then included a large part of West Java) was suspicious of the Dutch intentions. He refused to grant exclusive trading right to the Dutch since he felt a trading link would be only harm existing trading with other nations. He also felt that too close tie could adversely affect the culture of the

http:/

/jakar

ta.bps

SEJARAH KOTA JAKARTA

lxii Jakarta Dalam Angka 2010

orang-orang Belanda berhasil secara paksa mendirikan sebuah Benteng disekitar teluk Jakarta yang diberi nama ' Batavia'.

Islamic religion. Even though, the Dutch managed to force into Indonesia, and they constructed a fortification near Jakarta bay, in which called “Batavia”.

Benteng tersebut didirikan oleh Van Raay pada tanggal 20 Maret 1602 dan merupakan pusat dari persekutuan Dagang VOC untuk wilayah Hindia bagian timur. Semenjak itulah Belanda memulai penjajahannya di seluruh kepulauan Nusantara yang berjalan selama tiga setengah abad.

Nama „Batavia„ hanya dikenal di dunia International, sedangkan penduduk aslinya mengenalnya dengan nama Betawi. Keadaan ini berjalan sampai pada tahun 1942.

The Port was built by Van Raay and it was completed on March 20, 1602. Batavia become the centre of trade activities of the Dutch East Hindia Company (VOC). From Batavia the Dutch‟s influence and colonialization spread to other parts of Indonesia, and lasted, more or less intact for more three centuries. Actually, the name

“Batavia” was used only

internationally. The indigenous inhabitants called the city “Betawi”.

3. Tanggal 5 Maret 1942 kota Betavia jatuh ke tanggan tentara Jepang. Pada tanggal 9 Maret 1942 tentara Hindia Belanda menyerah kepada Jepang yang akhirnya berperan sebagai penjajah bangsa Indonesia. Untuk memperkuat kedudukannya di Indonesia, Jepang mengeluarkan Undang-Undang no.42 Tahun 1942 tentang “Perubahan Tata Pemerintahan Daerah” yang disebut „Syuu‟ (Karesidenan) dan Syuu dibagi lagi dalam beberapa „Shi„ (Stad-gemeente). „Shi‟ pada jaman Belanda berperan hanya mengurus rumahtangga saja, tanpa melaksanakan urusan Pamong Praja, sedangkan menurut UU No.42 Tahun 1942, „Shi‟ berwenang untuk mengelola pemerintahan daerah didalam lingkungannya.

Urusan Pemerintahan (Pamong Praja) didalam Stadgemeente yang diurus oleh Bupati, Wedana, Asisten Wedana, Lurah, Kepala Kampung atau Wijkmeester, sekarang termasuk dalam

3. On March 5, 1942 Batavia fell to the Japanese troops. The Dutch formally surrendered to the Japanese occupation forces on March 9, 1942 and rule of the colony was transferred to the Japan. For strengthen its authority in Indonesia the occupation, Government issued an Act No.42, 1942‟s on the “Restoration of the Regional Administration System”. Under this Act, Java was divided into several regions called “Syuu” (Resident Administration) in which Syuu were divided into several “Shi”

(City Administration). The

Administration affairs in each Syuu were managed by the Bupati (Regent). Below Bupati were the Wedana (District Head), Assistants Wedana (Sub District Head), Lurah (Village Unit Head) and Kepala Kampung (Kampung Chief). In Jakarta, however, all of these officials were under the Schichoo (Major). Besides that, in

http:/

/jakar

ta.bps

HISTORY OF JAKARTA

Jakarta In Figures 2010 lxiii

kekuasaan “Schichoo “ Walikota. Disamping itu, sesuai dengan isi Undang-Undang dimaksud “Guisenkan” (Kepala Pemerintahan Bala Tentara Jepang) membentuk “Tokubetsu Shi” (Stadgemeente Luar Biasa). Tata cara pemerintahan ini tidak mengenal Dewan-Dewan, akan tetapi langsung berada dibawah 1 (satu) orang sebagai Pemerintah Tunggal. Pada tahun 1943 dalam Tata Pemerintahan Bala Tentara Jepang diadakan perubahan dengan membentuk Badan Penasehat.

accordance with the law, there was also Guisenken (Head of the Japanese troops Administration). He was responsible for setting up to the Tokubetsu Shi (Special Municipality). The effect of this system was a one-man rule with no councils of representative bodies. In the 1943 the Japanese Administration system was revised slightly and a special counseling body was established.

Badan Penasehat terdiri dari penduduk Jawa yang dianggap loyal dan setia kepada Bala Tentara Jepang. Anggota penasehat tersebut terdiri dari sebanyak-banyaknya 12 orang laki-laki berbangsa Indonesia. Diantara mereka yang pernah terpilih menjadi Zyoyaku adalah Suwiryo dan Baginda Dahlan Abdullah. “ Jakarta Tokubetsu Shi “ ini dipimpin oleh “Tokubetsu Schichoo” dan beberapa orang “Zyoyaku” (pegawai tinggi), yang diangkat oleh Gunseiken. Sampai berakhirnya pendudukan Jepang tahun 1945, Jakarta merupakan satu-satunya “Tokubetsu Shi “ di Indonesia dan “Schichoo”nya yang pertama adalah “Tsukamoto”, sedangkan yang terakhir adalah Hasegawa.

The special counseling body was comprised of Javanese leaders regarded as loyal to Japanese. It consisted of twelve Indonesians; among them are Suwiryo and Baginda Dahlan Abdullah. The Jakarta Tokubetsu Shi was led by the “Tokubetsu Schicho” (Major) and several “Zyoyaku” (High Officials) who were appointed during the Japanese occupation until 1945. Jakarta city was the one of the Tokubetsu Shi in Indonesia and the first schichoo is Tsukamoto and the last is Hasegawa.

4. Pada upacara Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 di Jl. Pegangsaan Timur No.56 (sekarang jalan Proklamasi), Suwiryo masih turut hadir dan bertindak sebagai ketua panitia. Secara de facto Suwiryo diakui sebagai Walikota Jakarta pertama dan istilah “Jakarta Tokubetsu Shi” diganti

4. Since Indonesia Independence was proclaimed on August 17, 1945 at Pegangsaan Timur No.56 (Jalan Proklamasi), Suwiryo still presented and acted as committee chairman. At that time, He recognized the first Major of Jakarta or Jakarta Tokubetsu Shi (The name was soon changed to “The Jakarta National Administration”).

http:/

/jakar

ta.bps

SEJARAH KOTA JAKARTA

lxiv Jakarta Dalam Angka 2010

dengan Pemerintah Nasional Kota Jakarta tersebut berlangsung sampai tanggal 21 Nopember 1945, karena pada waktu itu walikota Suwiryo berikut stafnya ditangkap oleh NICA. Pada tanggal 27 Desember 1949 Pemerintah Kerajaan Belanda mengakui kedaulatan Indonesia sebagai negara yang berbentuk Federasi dengan sebutan Republik Indonesia Serikat.

However, Suwiryo remained his power only until November, 21, 1945 when he and his assistants were arrested by NICA (the Dutch Civil Administration) who had returned to their former colony. On December 27, 1949 the Government of the Netherlands recognized Indonesia as an independent country and sovereign federal state under the name of “Republik Indonesia Serikat” (The United Indonesia Republic).

Dengan adanya pengakuan tersebut, Pemerintah Nasional Kota Jakarta dihidupkan kembali, dan sebagai Walikota dijabat oleh Mr.Sastro Mulyono. Untuk mendirikan suatu majelis baru yang mencerminkan keadaan masyarakat Jakarta yang sebenarnya pada saat itu, maka dibentuklah apa yang dinamakan “Panitya Tujuh“.

Pada tanggal 9 Maret 1950 Panitya Tujuh telah mengambil langkah dan keputusan sebagai berikut :

At that time the Jakarta City Administration was leaded by Mr.Sastro Mulyono as Major. Setting up a new council which reflected the Jakarta community at that time, a seven man committee formed (Panitya Tujuh) was published on March 9,1950, the Panitya Tujuh came out with the following resolution :

1. Pemerintah Kotapraja Jakarta terdiri dari:

 Dewan Perwakilan Kota Sementara (DPK)

 Dewan Pemerintah Harian (BPH)

 Walikota

1. The Jakarta Municipality Government would consists of : A Provincial City representative

Council (DPK)

An Administration Board (BPH) A Major

2. Dewan Perwakilan Kota Sementara terdiri dari 25 orang diketuai oleh Walikota, sedangkan anggota-anggotanya diangkat oleh Menteri Dalam Negeri.

2. The Provincial City Representative Council would be comprised of 25 members lead by the Major. The members would be appointed by the Minister of Home Affairs.

3. BPH terdiri dari Walikota sebagai ketua merangkap anggota dan dibantu oleh 4 anggota lain yang dipilih dari anggota-anggota DPK Sementara.

3. The BPH would consist of the Major, as chairman and four other members of the provincial DPK.

http:/

/jakar

ta.bps

HISTORY OF JAKARTA

Jakarta In Figures 2010 lxv

4. Dengan harapan Pemilian Umum akan segera diadakan, maka masa kerja DPK Sementara dan BPH dibatasi hanya selama 3 bulan, dengan catatan selambat-lambatnya pada tanggal 1 Juli 1950 sudah harus meletakan jabatan.

4. Hoping for a general election would be held as soon as possible, the working term of provincial DPK and BPH was limited only three months. It would be automatically dissolved by at least July 1, 1950.

Keputusan Panitya Tujuh tersebut diatas disyahkan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri RIS tanggal 16 Maret 1950 Nomor BJ 3/4/13, terhitung mulai tanggal 16 Maret 1950.

The decision of the „Panitya Tujuh‟ were ratified by a degree of the Home Affairs Minister on March 16,1950

Sebagai anggota BPH pertama kali ialah : Supranoto, Sardjono, Tabrani dan De Quelju. Berdasarkan Keputusan Presiden RIS, Pejabat Walikota Jakarta Mr. Sastro Mulyono diganti oleh Suwiryo. Serah terima jabatan dilaksankan pada tanggal 30 Maret 1950. Dengan penggantian walikota itu maka pada tanggal 31 Maret 1950 sekaligus dilakukan pula penyerahan kekuasaan Pemerintah dari Gubernur Distrik Federal (Gubernur Batvia en Ommelanden) kepada walikota ditambah dengan penyerahan beberapa wilayah baru yaitu :

The first BPH members were Supranoto, Sardjono, Tabrani and De Quelju. Base on the RIS President Decree, Mr Sastro Mulyono was replaced as Major of Jakarta by Suwiryo. He became Major on March 30, 1950. The specific area brought under the Jakarta Administration at this time included:

1. Pulau Seribu

2. Onderdistrik Cengkareng

3. Sebagian onderdistrik Kebayoran (Kebon Jeruk, Kebayoran Ilir dan Kebayoran Udik) serta Sebagian dari onderdistrik Bekasi (Pulau Gadung dan Cilincing).

1. Pulau Seribu (Seribu Island) 2. The Subdistrict of Cengkareng. 3. Part of Kebayoran‟s Subdistrict

(Kebon Jeruk, Kebayoran Ilir and Kebayoran Udik) Part of Bekasi‟s Subdistrict (Pulau Gadung and Cilincing ).

Pemerintahan Kotapraja ini diatur dalam Undang-Undang Daerah RIS tanggal 13 Maret 1950 dengan nama “ Undang-Undang Pemerintahan Jakarta Raya “ serta luas wilayahnya menjadi lebih dari 530 km2.

The Municipality Administration was regulated under the Republican Regional Law dated March 13, 1950, called “Law of Jakarta Raya Administration“. It provided the basis for administering area that covering more than 530 km2.

Secara yuridis Kotapraja Jakarta waktu

itu tunduk pada suatu rangkaian The Jakarta Municipality was juridical in its basic administrative nature since

http:/

/jakar

ta.bps

SEJARAH KOTA JAKARTA

lxvi Jakarta Dalam Angka 2010

peraturan tersendiri, yaitu: it was organized directly around as series of regulation handed by the central government, these included:

1.Mengenai aparatur pemerintahan diatur dengan Keputusan Presiden RIS nomor 114 dan no.125 tahun 1950.

1.Presidential Decision 1950 No.114 and No.125 which regulated the administration apparatus of city.

2.Mengenai pembentukan, nama dan statusnya dengan Undang-Undang Darurat nomor 20 tahun 1950.

2.Emergency Law No.20, 1950 which defined the formation, name and status of the Municipality of Jakarta.

Namun demikian dalam prakteknya Walikota Kotapraja Jakarta Raya dengan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1948 itu berkedudukan setingkat dengan gubernur provinsi lainnya di seluruh Indonesia

However, even in practice the functioning of the Jakarta Raya Municipality Administration was at the provincial level, on an equal footing with others level in Indonesia

http:/

/jakar

ta.bps

KEY STATISTICS

Jakarta In Figures 2011 1

Statistik Kunci, 2007-2011

Key Statistics, 2007-2011

Rincian / Description Satauan / Unit 2007 2008 2009 2010 2011

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Dalam dokumen LAINNYA Jakarta Dalam Angka 2011 (Halaman 56-65)

Dokumen terkait