• Tidak ada hasil yang ditemukan

Halaman 1.

2. 3.

Peta lokasi penelitian... Hasil out put uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian….... Hasil out put analisis korelasi Tau-B Kendall………...…

166 167 169

Latar Belakang Penelitian

Pembangunan pertanian subsektor perkebunan mempunyai arti penting dan strategis terutama di negara yang sedang berkembang, yang selalu berupaya: (1) memanfaatkan kekayaan sumberdaya alam secara lestari dan berkelanjutan dan (2) memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menghasilkan produksi perkebunan dan bahan baku industri. Secara nasional, subsektor perkebunan telah memberikan kontribusi nyata terhadap pembangunan nasional. Selama ini Indonesia dikenal sebagai negara produsen utama kopi robusta dunia dengan pangsa pasar sebesar 20 persen dari ekspor kopi robusta dunia. Namun beberapa tahun terakhir, yaitu sejak 1998 telah digeser oleh Vietnam yang saat ini pangsa pasar kopi robustanya telah mencapai lebih dari 30 persen dari perdagangan kopi robusta dunia. Saat ini Indonesia merupakan negara produsen kopi utama keempat setelah Brasil, Vietnam dan Colombia. Secara umum, rendahnya tingkat produktivitas dan produksi kopi Indonesia disebabkan sebagian besar areal tanaman kopi merupakan perkebunan rakyat yang umumnya diusahakan secara monokultur dan belum menerapkan kultur teknis yang sesuai anjuran dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia dan lembaga terkait lainnya, kesadaran petani akan benih unggul bermutu masih rendah (Ditjenbun 2007).

Ambarsari et al. (2004) juga menyatakan bahwa kopi merupakan salah satu komoditi perdagangan subsektor perkebunan yang mempunyai peluang untuk dikembangkan dalam rangka usaha memperbesar pendapatan negara dan meningkatkan penghasilan pengusaha dan petani. Yahmadi (2007) mencatat bahwa sumbangan ekspor kopi terhadap nilai ekspor hasil pertanian adalah cukup besar berkisar antara 12-13 persen. Areal tanaman kopi tersebar mulai dari Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi dan Nusa Tenggara dan sekitar 90-95 persen areal tersebut merupakan perkebunan rakyat.

Pengembangan kopi di Indonesia dimulai sejak periode tahun 1960-an, dalam bentuk perkebunan rakyat. Selama tiga dasa warsa, pengembangan kopi telah memberikan hasil yang cukup menggembirakan. Pada tahun 1968 luas areal tanaman kopi masih 339.418 ha dengan produksi 153.478 ton, pada tahun 2006

luas areal kopi Indonesia total mencapai 1.309.732 ha dengan produksi nasional sebanyak 682.158 ton. Perkebunan kopi merupakan sumber mata pencaharian utama bagi 1.589.334 rumah tangga petani (Ditjenbun 2007).

Kesadaran petani kopi rakyat untuk menerapkan inovasi teknologi merupakan kunci adanya perubahan menuju tercapainya produksi dan produktivitas kopi yang tinggi, sehingga peningkatan kesadaran dalam penerapan inovasi teknologi perlu mendapatkan prioritas perhatian bagi pihak-pihak yang terkait. Demikian juga dengan wilayah Kabupaten Jember Jawa Timur sebagai daerah yang secara umum sesuai untuk menempatkan kegiatan perkebunan sebagai kegiatan ekonomi penduduk yang paling dominan. Kabupaten Jember merupakan salah satu daerah produsen kopi terbesar kedua di Jawa Timur setelah Kabupaten Malang dengan jumlah petani kopi di tahun 2008 mencapai sekitar 17.090 orang dan jumlah produksi 1.976,87 ton. Produksi tersebut sebagian besar kontribusinya adalah dari wilayah Kecamatan Silo dengan produksi 788,83 ton, dengan luas areal 2.192,23 ha dan rata-rata produktivitasnya sekitar 0,4 ton/ha (Dishutbun Kabupaten Jember 2006).

Perkebunan kopi di Kabupaten Jember sebagian besar didominasi oleh kumpulan kebun-kebun kecil yang dimiliki petani (perkebunan rakyat) dengan luas lahan antara satu sampai dua hektar. Petani yang memiliki perkebunan rakyat ini belum mempunyai modal, teknologi dan pengetahuan yang cukup untuk mengelola tanaman secara optimal. Dengan demikian, produktivitas tanaman adalah relatif rendah dibandingkan dengan potensinya. Selain itu, petani umumnya juga belum mampu menghasilkan biji kopi dengan mutu seperti yang dipersyaratkan untuk ekspor. Dengan demikian upaya meningkatkan produksi dan mutu kopi perkebunan rakyat dengan meningkatkan kemajuan penerapan inovasi teknologi melalui kelembagaan kelompok tani perlu segera mendapat perhatian dari berbagai pihak yang terkait.

Syahyuti (1995) berpendapat bahwa pembangunan pertanian dan pedesaan melalui penetrasi besar-besaran pihak luar, baik pemerintah maupun non pemerintah umumnya menggunakan pendekatan kelompok sebagai sebuah bentuk rekayasa sosial, dengan menciptakan pola-pola ikatan baru secara coercive (seragam dan bertarget). Pengembangan kelompoktani produktif pada saat ini

dipandang sebagai langkah strategis dalam menumbuhkan kewirausahaan di kalangan masyarakat pedesaan. Pemberdayaan para petani pada dasarnya adalah sebagai langkah untuk membangun ekonomi masyarakat.

Mosher (1986) berpendapat bahwa salah satu syarat pelancar pembangunan pertanian adalah adanya kegiatan kerjasama kelompoktani. Subyek pembangunan pertanian adalah masyarakat petani (kelompoktani). Pangarsa et al. (2003) juga berpendapat bahwa sebagai salah satu komponen sistem agribisnis maka peran kelompok sangat menentukan keberhasilan pembangunan pertanian. Petani harus berkelompok, mengingat usahatani pada umumnya dihadapkan pada banyaknya intervensi dari lingkungan agribisnisnya. Perlu diingat bahwa semua yang mengintervensi usahatani tersebut pada dasarnya adalah sebuah lembaga, karena yang mengintervensi adalah lembaga, maka usahatani yang diusahakan secara individu kurang mempunyai posisi tawar, karena petani berhadapan dengan lembaga yang jauh lebih kuat. Intervensi lembaga pada usahatani tidak selalu menguntungkan. Untuk itu, usahatani harus diperkuat untuk menghadapi lingkungan yang mempengaruhinya. Upaya penguatan kelompoktani harus menyentuh tiga aspek, yaitu kelompok sebagai media belajar, sebagai unit produksi dan sebagai lembaga ekonomi. Pada era agribisnis seperti sekarang ini kelompoktani sebagai unit ekonomi, telah mendapatkan perhatian yang lebih banyak sebagai media belajar dan unit produksi.

Penyuluhan pertanian sebagai bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa (khususnya petani) dan memajukan kesejahteraan umum merupakan salah satu kunci sukses dalam rangka memperkuat kelompoktani, selain dukungan inovasi teknologi serta kebijaksanaan makro ekonomi yang berpihak pada petani.. Banyak kelompoktani telah ditumbuhkan, tetapi banyak pula yang dipertanyakan eksistensinya. Sering kelompok tumbuh menjamur seiring dengan adanya tawaran paket kredit, tawaran subsidi sarana produksi, bantuan fisik dan dalam rangka dianjurkan untuk menerapkan teknologi. Fakta juga telah menunjukkan, dengan berakhirnya bantuan tersebut, maka berakhir pula kelompoknya dan teknologi anjuran mulai ditinggalkan (Purwanto & Wardani 2006).

Kelompoktani sebagai lembaga pelaksana pembangunan pertanian di tingkat desa, sampai saat ini tetap menarik untuk ditelaah, karena meskipun kelompoktani

telah terbentuk lebih dari dua dasarwarsa yang lalu sebagai satu jenis institusi sosial penting pada masyarakat pertanian-pedesaan, masih ada kelompoktani yang belum menunjukkan kinerja ataupun prestasi yang cukup baik. Hal ini terjadi, di samping karena kondisi usaha pertanian yang kurang menggembirakan juga diakibatkan adanya ketidakpastian kebijakan pemerintah.

Menurut Purwanto dan Wardani (2006), adanya Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Pertanian dan Menteri Dalam Negeri Tahun 1991 yang menjadikan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) tidak berfungsi, karena BPP berfungsi sebagai instalasi Dinas Subsektor. Selanjutnya keluar lagi SKB Menteri Pertanian dan Menteri Dalam Negeri 1996 yang ingin mengusahakan berfungsinya Balai Informasi Penyuluhan Pertanian (BIPP) dan BPP, namun belum sampai berhasil sudah tersusul oleh adanya otonomi daerah. Pada kenyataannya otonomi daerah mengakibatkan bervariasinya pengelolaan penyuluhan di masing-masing daerah tingkat II. Ada yang mempertahankan keberadaan BIPP, namun ada juga yang menghapuskan sama sekali, karena telah terjadi polemik bahkan menganggap penyuluhan sebagai beban bila dikaitkan dengan anggaran Pendapatan Asli Daerah (PAD). Balai Informasi Penyuluhan Pertanian yang mempunyai instalasi BPP adalah pengelola kelompoktani, sehingga apabila lembaga pengelolanya tidak jelas maka keberadaan kelompoktani juga tidak jelas pula. Artinya, walaupun kelompoktani tersebut ada namun akibat tidak jelas pembinaannya umumnya kelompoktani tersebut kurang atau tidak dinamis, peran dan fungsi kelompoktani tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan. Selanjutnya terbit Undang-undang Nomor 16 tahun 2006 tentang sistem penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan untuk menata kembali pelaksanaan penyuluhan, sehingga di era reformasi ini perlu kiranya dikaji keefektivan undang-undang tersebut dalam pembinaan dan pemberdayaan kelompoktani.

Menurut Setiana (2005), pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki sendiri oleh masyarakat. Jadi, pendekatan pemberdayaan petani mementingkan masyarakat lokal yang mandiri sebagai suatu sistem yang mengorganisasi diri sendiri. Adanya kerangka pemberdayaan diharapkan tercipta kondisi, suasana atau iklim yang

memungkinkan potensi yang ada berkembang melalui kegiatan organisasi dan kelompok-kelompok.

Di samping itu, berbagai kemampuan dan potensi petani dapat dikembangkan dalam suatu kegiatan kelompok yang memiliki kesamaan kepentingan. Petani yang tergabung dalam kelompok dapat saling menukar informasi, pengetahuan, inovasi teknologi dan pengalaman mengenai usahataninya melalui wadah kelompok. Melalui wadah kelompoktani, petani juga dapat saling bekerjasama dalam memenuhi kebutuhan dalam usahataninya sehingga cita-cita dibentuknya suatu kelompok dapat terwujud, yaitu menjadi petani yang memiliki kemampuan dalam pengembangan kapasitas; produktivitas, pemasaran, keamanan usahatani, berkelompok, berjaringan dan kapasitas dalam peningkatan kemajuan usaha. Terbentuknya kelompoktani tersebut akan memudahkan dalam menyampaikan program, tujuan dan proyek yang akan dan hendak dicapai oleh kelompoktani. Kelompoktani yang telah terbentuk, diharapkan dapat dijadikan sebagai media untuk berkelompok dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kapabilitas petani dengan atau tanpa adanya intervensi dari luar sehingga pendapatan dan kesejahteraannya dapat meningkat. Dengan demikian akan timbul kedinamisan dari kelompok-kelompok tersebut. Peran kelompoktani terhadap anggotanya diharapkan akan berdampak terhadap pembangunan perkebunan kopi rakyat, sehingga para anggota akan dengan serius terus mengembangkan usahataninya.

Mawardi (2008) menyebutkan bahwa untuk membangun daya saing komoditas kopi salah satu upaya strategisnya adalah pemberdayaan kelembagaan petani kopi. Petani kopi rakyat pada umumnya merupakan petani kecil dengan luas areal usahatani sekitar satu hektar. Oleh karena itu, pemberdayaan kelompoktani akan menjadi salah satu faktor penting dalam upaya meningkatkan daya saing produk kopi yang dihasilkan. Pemberdayaan kelompoktani selain diharapkan akan menunjang produktivitas kebun juga dapat meningkatkan mutu. Pemberdayaan kelompoktani dalam rangka peningkatan daya saing pasar kopi sekurang-kurangnya memiliki tiga unsur penting, yaitu: (1) pembentukan dan penguatan kelompoktani; (2) penguatan penerapan ilmu pengetahuan dan inovasi teknologi di tingkat petani dan (3) membangun prasarana dan sarana produksi

yang diperlukan. Kelompoktani diharapkan sebagai wahana bagi petani untuk meningkatkan kinerja dan menyelesaikan masalah sosial ekonomi melalui penguasaan inovasi teknologi guna meningkatkan produktivitas dan mutu kopi.

Petani kopi rakyat di Desa Sidomulyo, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember Jawa Timur sudah membentuk wadah kelompoktani yaitu sebanyak lima kelompoktani kopi rakyat dengan masing-masing sudah tingkat lanjut sampai madya. Kelompok tersebut bertujuan untuk dapat mengelola usahatani kopi rakyat secara baik dengan jalan menerapkan inovasi teknologi. Namun kenyataannya sampai saat ini belum memberikan hasil yang maksimal. Ketidakberhasilan kelompok mengindikasikan tidak tercapainya tujuan kelompok dan peran kelompok dalam meningkatkan kemampuan anggotanya. Selanjutnya karena pencapaian tujuan kelompok adalah gambaran dari dinamika kelompok maka ketidakberhasilan tersebut sekaligus merupakan gambaran dari dinamika kelompok itu sendiri. Oleh karena itu, peningkatan kemampuan petani kopi melalui kelompok sangat penting guna menjawab permasalahan pengelolaan usahatani kopi rakyat tersebut. Maka dari itu dinamika dan peran kelompok tersebut masih terus perlu pembinaan dan peningkatan dalam upaya peningkatan penerapan inovasi dan teknologi (Puslitkoka Indonesia 2005). Berdasarkan latar belakang tersebut maka dirasakan perlu dilakukan penelitian yang mengkaji mengenai hubungan dinamika dan peran kelompoktani kopi rakyat terhadap kemampuan anggota dalam penerapan inovasi teknologi di Desa Sidomulyo Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Usahatani kopi tersebut diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat di kawasan perkebunan rakyat Desa Sidomulyo pada khususnya dan kawasan perkebunan rakyat di Indonesia pada umumnya.

Masalah Penelitian

Pengembangan dan pembangunan perkebunan bertujuan untuk mewujudkan partisipasi masyarakat perkebunan menuju masyarakat maju, mandiri, dan sejahtera. Menyadari kondisi dan potensi masyarakat yang beragam maka pemberdayaan melalui pendekatan kelompok-kelompok menjadi lebih efisien dalam penerapan dan pengembangan inovasi teknologi. Teknologi yang

tepatguna di era globalisasi sangat diperlukan demi kemajuan dan kesejahteraan petani.

Pengelolaan perkebunan kopi rakyat pada umumnya masih kurang dalam penerapan inovasi teknologi, sehingga tidak jarang petani mengalami permasalahan dalam peningkatan produktivitas dan mutu produk kopi yang dihasilkannya. Salah satu penyebab rendahnya produktivitas kopi robusta di Wilayah Kabupaten Jember Jawa Timur ialah masih banyak petani kopi yang belum menggunakan bibit unggul sesuai dengan kondisi lingkungan setempat. Selain itu, petani di lokasi tersebut pada umumnya masih banyak yang menggunakan teknologi tradisional dalam panen dan pascapanen. Akibatnya, mutu kopi yang dihasilkan tidak masuk pada kategori mutu pertama dan hanya masuk pada mutu kopi asalan atau kualitas rendah.

Kesadaran petani kopi rakyat untuk menerapkan inovasi teknologi tersebut merupakan kunci dari adanya perubahan menuju tercapainya produksi dan produktivitas kopi yang tinggi. Oleh sebab itu, peningkatan kesadaran dalam mengadopsi dan menerapkan teknologi baru perlu mendapatkan prioritas perhatian bagi pihak-pihak yang terkait. Masalah penerapan inovasi teknologi merupakan masalah yang kompleks yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang terkait satu dengan yang lain, sehingga keberadaan kelompok petani kopi rakyat yang diakui dan merupakan kebutuhan semua anggota dapat menjadi pendorong keberhasilan usahatani kopi rakyat. Suatu kelompok yang sudah terbentuk diharapkan dapat meningkatkan dinamikanya dan berperan sebagai: (1) kelas belajar-mengajar, (2) unit produksi usahatani, (3) wahana kerjasama dan (4) unit ekonomi antara anggota kelompok dengan kelompok lainnya dalam upaya menghadapi tantangan perbaikan sistem produksi sesuai dengan permintaan pasar dan mendorong pengembangan industri pedesaan agar tercipta pasar lokal (emerging market) dan lapangan kerja produktif.

Kelompoktani kopi rakyat perlu dilakukan pembinaan yang intensif melalui program-program penyuluhan, sehingga keberadaannya dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan kemampuan anggotanya. Mengingat masih banyak keberadaan kelompok yang kurang dinamis dan kurang berperan dalam meningkatkan kemampuan anggotanya karena lebih mementingkan terealisasinya

program pembangunan. Akibatnya anggota kelompok semakin tergantung pada adanya bantuan program-program pemerintah dan lembaga penyandang dana lainnya. Kondisi tersebut merupakan masalah yang harus segera dipecahkan, sehingga kelompoktani kopi rakyat dapat menjadi wadah untuk meningkatkan kemampuan anggotanya dalam mengelola usahatani kopi rakyat dan memainkan peranan penting dalam pembangunan pertanian dan perkebunan.

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

(1) Seperti apakah karakteristik anggota, dinamika dan peran Kelompoktani Kopi Rakyat Tingkat Madya maupun Tingkat Lanjut di Desa Sidomulyo Kecamatan Silo Kabupaten Jember?

(2) Seberapa besar tingkat kemampuan anggota Kelompoktani Tingkat Madya maupun Tingkat Lanjut dalam menerapkan inovasi teknologi usahatani kopi rakyat di Desa Sidomulyo Kecamatan Silo Kabupaten Jember?

(3) Sejauhmana hubungan karakteristik anggota, dinamika dan peran Kelompoktani Kopi Rakyat Tingkat Madya maupun Tingkat Lanjut dengan kemampuan anggota dalam menerapkan inovasi teknologi usahatani kopi rakyat di Desa Sidomulyo Kecamatan Silo Kabupaten Jember?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan berbagai permasalahan yang berkembang, secara spesifik tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

(1) Mengkaji karakteristik anggota, dinamika dan peran Kelompoktani Kopi Rakyat Tingkat Madya maupun Tingkat Lanjut di Desa Sidomulyo Kecamatan Silo Kabupaten Jember.

(2) Menganalisis kemampuan anggota Kelompoktani Kopi Rakyat Tingkat Madya maupun Tingkat Lanjut dalam menerapkan inovasi teknologi usahatani kopi rakyat di Desa Sidomulyo Kecamatan Silo Kabupaten Jember.

(3) Menjelaskan hubungan karakteristik anggota, dinamika dan peran Kelompoktani Kopi Rakyat Tingkat Madya maupun Tingkat Lanjut dengan kemampuan anggota dalam menerapkan inovasi teknologi usahatani kopi rakyat di Desa Sidomulyo Kecamatan Silo Kabupaten Jember.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: (1) Memberikan informasi dan pengetahuan bagi para petani kopi rakyat,

penyuluh, dan masyarakat pada umumnya tentang pentingnya dinamika dan peran kelompok bagi peningkatkan kemampuan petani dalam menerapkan inovasi teknologi.

(2) Memberikan masukan yang berarti bagi pemerintah desa, pemerintah daerah, perusahaan perkebunan dan pihak-pihak yang terkait sebagai dasar dalam menentukan kebijaksanaan dalam pembinaan, strategi pengembangan dan pemberdayaan kelompoktani kopi rakyat.

(3) Sebagai bahan acuan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang dinamika dan peran kelompok terkait dengan kemampuan petani dalam penerapan inovasi teknologi usahatani kopi rakyat.

Definisi Istilah

(1) Usahatani kopi rakyat adalah pengelolaan tanaman kopi yang diusahakan oleh perkebunan rakyat atau selain perkebunan milik negara dan milik swasta.

(2) Kelompoktani kopi rakyat adalah kumpulan petani kopi rakyat (bapak, ibu dan pemuda tani) yang terikat secara nonformal atas dasar keserasian, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya), keakraban, kepentingan bersama dan saling percayamempercayai serta mempunyai pimpinan untuk mencapai tujuan bersama.

(3) Kelompoktani Kopi Rakyat Tingkat Madya (KKRTM) adalah kelompoktani yang memiliki skor penilaian (501-750 poin) dari rentang skor (1-1000 poin) dari lima jurus kemampuan, yaitu: (1) Kemampuan kelompok dalam merencanakan kegiatan untuk meningkatkan produktivitas usahatani dengan menerapkan teknologi yang tepat dan memanfaatkan sumber daya secara optimal; (2) Kemampuan melaksanakan dan mentaati perjanjian dengan pihak lain; (3) Kemampuan pemupukan modal dan pemanfaatan modal secara rasional; (4) Kemampuan meningkatkan hubungan kelembagaan antara kelompok dengan koperasi/KUD dan (5) Kelompok menerapkan

teknologi, pemanfaatan informasi, serta kerja sama kelompok dicerminkan oleh tingkat produksi dari usaha tani para anggota kelompok.

(4) Kelompoktani Kopi Rakyat Tingkat Lanjut (KKRTL) adalah kelompoktani yang memiliki skor penilaian (251-500 poin) dari rentang skor (1-1000 poin) dari lima jurus kemampuan, yaitu: (1) Kemampuan kelompok dalam merencanakan kegiatan untuk meningkatkan produktivitas usaha tani dengan menerapkan teknologi yang tepat dan memanfaatkan sumber daya secara optimal; (2) Kemampuan melaksanakan dan mentaati perjanjian dengan pihak lain; (3) Kemampuan pemupukan modal dan pemanfaatan modal secara rasional; (4) Kemampuan meningkatkan hubungan kelembagaan antara kelompok dengan koperasi/KUD dan (5) Kelompok menerapkan teknologi, pemanfaatan informasi, serta kerja sama kelompok dicerminkan oleh tingkat produksi dari usaha tani para anggota kelompok.

(5) Varietas kopi adalah jenis tanaman kopi yang ada di lokasi penelitian yaitu varietas kopi jenis Robusta. Kopi Robusta merupakan keturunan beberapa spesies kopi, terutama Coffee canephora. Tumbuh baik di ketinggian 400-700 m di atas permukaan laut (dpl), temperatur 21-24°C dengan bulan kering 3-4 bulan secara berturut-turut dan 3-4 kali hujan kiriman.

(6) Inovasi teknologi adalah sesuatu teknologi yang mempunyai sifat kebaruan yang meliputi teknologi budidaya, panen, pascapanen dan akses informasi inovasi teknologi, modal dan pasar dalam usahatani kopi rakyat.

(7) Penerapan inovasi teknologi usahatani kopi rakyat adalah tingkat kemampuan petani kopi rakyat dalam menerapkan inovasi teknologi yang dianjurkan oleh penyuluh dan dinas-dinas terkait.

(8) Karakteristik adalah keberagaman ciri dan sifat-sifat dari individu petani kopi rakyat.

(9) Dinamika kelompok adalah tingkat kegiatan dan keefektifan kelompok dalam rangka mencapai tujuannya.

(10) Peran adalah aspek dinamis terhadap kedudukan/status sehubungan dengan hak dan kewajiban.

(11) Kemampuan adalah keragaman kemampuan yang dimiliki individu petani dalam mengerjakan usahatani kopi rakyat.

Pengertian Kelompok

Kelompok merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan sosiologis, ekonomis maupun kebutuhan psikologisnya. Dengan berkelompok, manusia dapat mengembangkan potensi, aktualisasi dan eksistensi dirinya (Soekanto 2006). Beberapa ahli telah merumuskan beberapa definisi tentang kelompok, antara lain:

(1) Kelompok adalah kumpulan orang-orang yang bergaul (berinteraksi satu sama lain secara teratur dalam suatu periode waktu serta menganggap dirinya saling bergantung dalam kaitannya dengan pencapaian satu tujuan bersama atau lebih (Wexley & Yuki 2005).

(2) Kelompok adalah kumpulan individu yang terdiri dari dua atau lebih individu dan kehadiran masing-masing individu mempunyai arti serta nilai bagi orang lain dan ada dalam situasi saling mempengaruhi (Kartono 2006). (3) Menurut Johnson dan Johnson (Sarwono 2005), sebuah kelompok adalah

dua individu atau lebih yang berinteraksi tatap muka yang masing-masing menyadari keanggotaannya dalam kelompok, masing-masing menyadari keberadaan orang lain yang juga anggota kelompok, masing-masing menyadari saling ketergantungan secara positif dalam mencapai tujuan bersama.

(4) Kelompok adalah kumpulan dari dua individu atau lebih dengan tingkat interaksi yang sangat bervariasi, demikian pula dengan tingkat kesadaran atau pencapaian tujuan bersamanya (Sarwono 2005).

(5) Kelompok didefinisikan sebagai dua individu atau lebih yang berinteraksi dan saling bergantung untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Robbins 2007). (6) Menurut Cohen (Simamora 1992), kelompok adalah sejumlah orang yang

berinteraksi secara bersama dan memiliki kesadaran sebagai anggota yang didasarkan pada kehendak-kehendak perilaku yang disepakati.

(7) Secara sosiologis, kelompok sosial didefinisikan sebagai himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama. Hubungan tersebut menyangkut kaitan timbalbalik yang saling mempengaruhi dan juga kesadaran untuk saling tolong-menolong (Soekanto 2006).

(8) Chaplin (Walgito 2003) menyebutkan bahwa kelompok adalah kumpulan individu yang secara umum memiliki karakteristik yang sama, atau yang sedang mengejar suatu tujuan bersama, dan saling berinteraksi baik secara bertatap muka maupun tidak.

Pengertian kelompok menurut Iver dan Page (Mardikanto 1993) adalah himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama sehingga terdapat hubungan timbalbalik dan saling pengaruh mempengaruhi serta memiliki kesadaran untuk saling tolong menolong. Sherif dan Sherif (Ahmadi 1991) menyatakan bahwa kelompok adalah suatu unit sosial yang terdiri dari dua atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur, sudah terdapat pembagian tugas, mempunyai struktur dan norma-norma tertentu yang khas bagi kelompok tersebut.

Sprott memberikan pengertian kelompok sebagai beberapa orang yang bergaul satu dengan yang lain. Kurt Lewin juga berpendapat bahwa ”The essence of a group is not the similarity or dissimilarity of its members but their interdependence.” Selain itu, Smith mendefinisikan kelompok sebagai suatu unit yang terdapat beberapa individu yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatuan persepsi (Santoso 2004).

Mardikanto (1993) juga memberikan pengertian bahwa kelompok merupakan himpunan yang terdiri dari dua atau lebih individu manusia yang

Dokumen terkait