• Tidak ada hasil yang ditemukan

Agustina R. 2007. Pemanfaatan Air Pada Bendung Kecil di Sub DAS Ciomas-DAS Cidanau, Banten. [Skripsi]. Jurusan Teknik Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Asdak C. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Asriningrum W. 2002. Studi Kemampuan Landsat ETM+ untuk Identifikasi Bentuklahan (Landform) di Daerah Jakarta-Bogor. [Tesis]. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

BP4K Kuningan. 2012. Klasifikasi iklim menurut Schmidt dan Ferguson. http://www.bp4kkuningan.web.id/index.php/component/content/article/36/ 98. [27 Juni 2012].

BPS Banten. 2012. Geografi dan Iklim. http://lebakkab.bps.go.id. [27 Juni 2012]. BPS Banten. 2012. Penduduk. http://lebakkab.bps.go.id. [27 Juni 2012].

Dwiyanti E. 2009. Analisis Data Landsat ETM+ untuk Kajian Geomorfologi dan Penutup/Penggunaan Lahan dan Pemanfaatannya untuk Pemetaan Lahan Kritis di Kota Cilegon. [Skripsi]. Jurusan Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Fakultas Geografi UGM-Bakosurtanal. 2000. Pembakuan Spek Metodologi Kontrol Kualitas Pemetaan Tematik Dasar dalam Mendukung Perencanaan Tata Ruang Yogyakarta. Kerjasama Fakultas Geografi UGM dan Proyek Inventarisasi Evaluasi Sumberdaya Nasional Matra Laut-Bakosurtanal. Grabs T, Seibert J, Bishop K, Laudon H. 2009. Modeling spatial patterns of

saturated areas: A comparison og the topographic wetness index and a dynamic distributed model. Journal of Hydrology. 373: 15-23.

Lillesand T M, R W Kiefer. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Manan S. 1979. Pengaruh Hutan dan Manajemen Daerah Aliran Sungai. [Skripsi]. Jurusan Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. PPLH. 2010. Laporan Akhir Pekerjaan Jasa Penelitian dan Pemrosesan Model

Halimun-Salak melalui Pembangunan PLTMH Lebakpicung 1 x 10 Kw. Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. Institut Pertanian Bogor.

Rosytha A, M Taufik. 2011. Studi Analisa Banjir dengan Menggunakan Teknologi SIG di Kabupaten Bojonegoro. Seminar Nasional VII 2011 Teknk Sipil ITS Surabaya. Penanganan Kegagalan Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur.

Samadikun B P. 2009. Tinjauan kondisi bentanglahan kawasan tembalang akibat perubahan tata guna lahan (landuse). Jurnal Presipitasi Vol. 6 No.1 Maret 2009, ISSN 1907-187X.

Sinaga M, Gunadi, Yusron H, Suwadi M. 1994. Inventarisasi Penggunaan Lahan di Kecamatan Baturetno Wonogiri Jawa Tengah. Majalah Geografi Indonesia Th. 6-8, No. 10-13, hal. 69-84.

Sorensen R, J Seibert. 2007. Effects of DEM resolution on the calculation of topographical indices: TWI and its components. Journal of Hydrology. 347: 79-89.

Sosiawan H, Subagyono K. 2007. Pembagian Air Secara Proporsional untuk Keberlanjutan Pemanfaatan Air. Jurnal Sumberdaya Lahan. Vol.1 No.4. Halaman 17-18. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.

Suara Pembaruan. 2006. Benarkah Indonesia krisis air tawar? tanggal terbit 27 Februari 2006). www.suara pembaruan.com. [8 Januari 2012].

Suharyadi. 1996. Petunjuk Praktek Studi Kota. Jurusan Kartografi dan Penginderaan Jauh. Fakultas Geografi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Wiradisastra U, Tjahjono B, Munibah K. 2002. Geomorfologi dan Analisis Lanskap. Laboratorium Penginderaan Jauh dan Kartografi. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Wolock D M, Prince C V. 1994. Effect of digital elevation model map scale and data resolution on a topography-based watershed model. Water Resources Research. 30 (11): 3041-3052.

Yesilnacar E, Suzen L. 2006. A land-cover classification for landslide susceptibility mapping by using feature components. International Journal of Remote Sensing. Vol 27(2): 253-275.

Zhang W H, Montgomery D R. 1994. Digital elevation model grid size, landscape representation, and hydrologic simulations. Water Resources Research. 30 (4): 1019-1028.

Zonneveld I S. 1989. The Land Unit, A Fundamental Concept in Landscape Ecology, SPB Academic Publishing B.V. Vol. 3(2). The Hague.

Zuidam R A V. 1985. Aerial Photo-Interpretation in Terrain Analysis and Geomorphologic Mapping. Netherlands: Smith Publisher Hague.

Lampiran 1. Luas masing-masing Kelas TWI di DAS Cimadur

No. Kelas TWI Luas Area

Ha %

1 1 1 0,007

2 2 20987 99,830

3 3 34 0,163

Luas Total 21022 100

Lampiran 2. Luas Kelas TWI dan order Sungai Cimadur No Kelas

TWI

Order sungai Luas Area

Ha % 1 1 3 0,5 0,005 2 4 0,5 0,002 3 2 3 6493 30,885 4 4 4585 21,812 5 5 5417 25,767 6 6 4492 21,366 7 3 3 14 0,068 8 4 7 0,031 9 5 6 0,030 10 6 7 0,033 Luas Total 21022 100

Lampiran 3. Luas kelas ketinggian di DAS Cimadur No Kelas Ketinggian Luas Area Ha % 1 0-300 3608 17,16 2 300-600 5740 27,30 3 600-900 9042 43,01 4 900-1200 2165 10,30 5 >1200 467 2,22 Luas Total 21022 100

Lampiran 4. Luas kemiringan lereng pada masing-masing penggunaan lahan di DAS Cimadur

No Penggunaan Lahan

Kemiringan Lereng (Ha)

0-3% 3-8% 8-15% 15-30% >30% 1 Su 65 2 0 8 16 2 H 877 48 468 2847 3044 3 Kc 1268 142 1078 4174 2287 4 P 69 28 60 50 15 5 Sa 1190 312 767 1174 248 6 Se 153 14 107 343 127 7 Tb 5 0 3 22 11 Luas Total 3627 546 2483 8618 5748

Lampiran 5. Hubungan Kelas TWI dan penggunaan lahan di DAS Cimadur

No Penggunaan Lahan

Kelas TWI (Ha)

1 2 3 1 Su 0 89 0 2 H 1 7278 19 3 Kc 0 8930 61 4 P 0 212 1 5 Sa 0 3625 43 6 Se 0 727 1 7 Tb 0 35 0 Luas Total 1 20896 125

Lampiran 6. Penjelasan lanjutan batuan di DAS Cimadur

Jenis batuan induk di daerah penelitian terdiri dari 11 Formasi, yakni: Formasi Cimapag (Tmc), Tufa Citorek (Tpv), Formasi Cikotok (Temv), Anggota Batugamping (Tojl), Formasi Cicarucup (Tet), Anggota Batupasir (Toj), Formasi Cimanceuri (Tpm), Limestone Member (Tebm), Anggota Batugamping (Tmtl), Anggota Konglomerat (Teb), dan Aluvial (Qa). Penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Formasi Cimapag (Tmc)

Batuan Sedimen Miosen Awal: breksi aneka bahan, tuf, batupasir, konglomerat aneka bahan, lava, kayu terkersikkan, batuan terubah dan

batulempung. Breksi dan konglomeratnya berkomponen andesit, dasit, basal, batupasir kuarsa, granodiorit, batu permata (ametis, opal, turmalin, dsb). Kayu terkersikkan setempat terarangkan berupa ranting, batang atau akar. Satuan ini tersebar di sekitar Bayah dan Ciletuh, yang termasuk dalam Formasi Citarate, Formasi Cimapag, dan sebagian dari Formasi Jampang.

2. Tufa Citorek (Tpv)

Batuan Gunungapi Pliosen: tuf, tuf berbatu apung, tuf breksi, batupasir, dan batulempung tufan, bersisipan napal. Tuf berbutir halus-kasar, mengandung kuarsa, felspar, biotit, andesit, dan basal serta gelas; berlapis baik. Napalnya mengandung fosil foram berumur Pliosen. Satuan ini tersebar di daerah Muncar dan Kerta yang disebut Formasi Cipacar.

3. Formasi Cikotok (Temv)

Batuan Gunungapi Eosen-Miosen: breksi gunungapi, tuf, lava, batuan terubah; mengandung urat-urat kuarsa. Batuannya bersusunan andesit sampai basal, trakit, dan sienit; batuannya mengandung kuarsa, felspar, dan kaca gunungapi. Tuf setempat terkersikkan, berlapis baik. Lava andesitnya berstruktur aliran, trahitik, berlembar, dan vesikular; terkekarkan dan termineralkan (sulfida dan bijih). Urat kuarsa pengisi retakan atau rekahan setebal beberapa mm sampai beberapa meter mengandung mineral kalsit, emas, perak, tembaga, seng, timbal, turmalin, magnetit, dan pirit. Satuan ini terdapat di sekitar Cikotok, Bayah dan disebut sebagai Formasi Cikotok, berumur Eosen Akhir hingga Miosen Awal, mungkin merupakan bagian dari “Old Andesit”. 4. Anggota Batugamping (Tojl)

Batuan Karbonat Oligosen: batugamping terumbu napal, batulempung dan batupasir. Batugamping terumbu mengandung foram yang berumur Oligosen Awal-Oligosen Akhir. Singkapannya terdapat di daerah Bayah yang disebut sebagai Anggota napal dan Anggota batugamping Formasi Cijengkol.

Batuan Sedimen Eosen: batupasir kuarsa, konglomerat kuarsa, batulempung, serpih, batu sabak, dan tuf; berlapis baik, berstruktur sedimen lapisan silang-siur; mengandung pula lapisan tipis batubara dan sisa tumbuhan terarangkan; termalihkan rendah. Setempat terdapat sisipan grewake dan breksi aneka bahan yang mengandung bongkahan batugamping dengan fosil foram yang menunjukkan umur Eosen. Satuan ini tersingkap di selatan Teluk Ciletuh dan di daerah Bayah sebelah barat Teluk Pelabuhan Ratu dan disebut sebagai Anggota Konglomerat dan Anggota Batulempung Formasi Bayah atau Formasi Cicarucup. Satuan ini menjemari dengan batuan Karbonat Eosen.

6. Anggota Batupasir (Toj)

Batuan Sedimen Oligosen: batupasir, konglomerat, tuf dan bersisipan batubara, grewake, batulempung, dan napal. Batupasir, gampingan, banyak mengandung foram dan moluska yang menunjukkan umur Oligosen. Konglomerat, aneka bahan berkomponen andesit, kuarsa, batuan malihan, dan rijang radiolaria. Satuan ini menjemari dengan Batuan Karbonat Oligosen, berumur Oligosen Awal-Akhir. Satuan ini termasuk Formasi Rajamandalaatau Anggota batupasir Formasi Cijengkol.

7. Anggota Batugamping (Tmtl)

Batuan Karbonat Miosen Awal: batugamping, napal bersisipan batupasir dan batulempung. Batugamping berupa batugamping terumbu, mengandung koral, ganggang, foram dari ekinoid, gastropoda dan lithothamnium yang menunjukkan umur Miosen Awal. Satuan ini tersebar di daerah Bayah dan Ciletuh. Yang termasuk dalam satuan ini adalah Anggota Batugamping Formasi Citarate dan Anggota Batugamping Formasi Cimapag.

8. Anggota Konglomerat (Teb)

Batuan Sedimen Eosen: batupasir kuarsa, konglomerat kuarsa, batulempung, serpih, batu sabak, dan tuf; berlapis baik, berstruktur sedimen lapisan silang-siur; mengandung pula lapisan tipis batubara

dan sisa tumbuhan terarangkan; termalihkan rendah. Setempat terdapat sisipan grewake dan breksi aneka bahan yang mengandung bongkahan batugamping dengan fosil foram yang menunjukkan umur Eosen. Satuan ini tersingkap di selatan Teluk Ciletuh dan di daerah Bayah sebelah barat Teluk Pelabuhan Ratu dan disebut sebagai Anggota Konglomerat dan Anggota Batulempung Formasi Bayah atau Formasi Cicarucup. Satuan ini menjemari dengan batuan Karbonat Eosen.

9. Aluvial (Qa)

Batuan Sedimen Holosen: disusun oleh batuan yang berbahan aluvium yang diendapkan di lingkungan sungai.

10. Formasi Cimanceuri (Tpm)

Berumur Pliosen Akhir, bercirikan sedimen klastika yang kaya akan fosil molusca, kuarsa dan konglomerat yang bersisipan dengan sedimen laut dan terendapkan pada lingkungan laut dangkal sampai daratan.

11. Limestone Member (Tebm)

Batuan Karbonat Neogene: batugamping terumbu, pejal sebagian berlapis, berongga, dan batugamping tufan dan pasiran, berumur Miosen Akhir-Pliosen Awal. Satuan ini tersebar luas di sekitar Kalipucang dan disebut Formasi Kalipucang, serta sedikit di daerah Bayah selatan yang disebut sebagai Formasi Cibodas.

Dokumen terkait