• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor Risiko terhadap Kejadian Stunting pada Balita (0-59 Bulan) di Negara Berkembang dan Asia Tenggara

DAFTAR PUSTAKA

Berat badan

lahir rendah < 0,00110

0,04711 3,82 (2,29-6,37) 10

rumahtangga 0,001 14

- 2,1 (9,8-22,2)14 fasilitas air: <

0,00116 Air tidak layak:

1,09 (1,06-1,12) 17 3,47 (1,73-7,28) 12

-

-KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam review literatur ini, maka dapat dibuat simpulan bahwa faktor status gizi dengan berat badan lahir

<2.500 gram memiliki pengaruh secara bermakna terhadap kejadian stunting pada anak dan memiliki risiko mengalami stunting sebesar 3,82 kali.

Faktor pendidikan ibu memiliki pengaruh secara

bermakna terhadap kejadian stunting pada anak dan memiliki risiko mengalami stunting sebanyak 1,67 kali. Faktor pendapatan rumah tangga yang rendah diidentifikasi sebagai prediktor signifikan untuk stunting pada balita sebesar 2,1 kali. Faktor sanitasi yang tidak baik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kejadian stunting pada balita dan memiliki risiko mengalami stunting hingga sebesar 5,0 kali. Faktor sanitasi yang tidak baik merupakan faktor dominan terhadap risiko anak mengalami stunting.

SARAN

Berdasarkan hasil analisis di atas, pengembangan kebijakan untuk menggabungkan manajemen kekurangan gizi kronis dan kelebihan gizi diperlukan. Untuk meningkatkan dan mempertahankan kondisi yang baik untuk pertumbuhan anak adalah penting untuk memperkuat pendidikan ibu. Peningkatan status sosial ekonomi dan program pendidikan kesehatan harus dimasukkan dalam strategi kontrol dan pencegahan kesehatan masyarakat.

Selanjutnya, perlu pula pengembangan kebijakan dan program untuk mengatasi stunting anak di Indonesia dengan mempertimbangkan kualitas air, sanitasi dan intervensi kesehatan. Selain itu, perlu diberikan asupan gizi yang adekuat pada balita stunting agar dapat mengejar (catch up) pola pertumbuhan normal pada periode umur berikutnya.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada dosen pembimbing akademik, dosen-dosen pengajar mata kuliah penulisan ilmiah dan publikasi, serta teman-teman yang telah memberikan saran dan komentar untuk menyelesaikan tulisan ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anindita P. Hubungan tingkat pendidikan ibu, pendapatan keluarga, kecukupan protein

& zinc dengan stunting (pendek) pada balita usia 6-35 bulan di Kecamatan Tembalang Kota Semarang. J Kesehat Masyarakat.

2012;1(2):617–26.

2. Losong NHF, Adriani M. Perbedaan kadar hemoglobin , asupan zat besi , dan zinc pada balita stunting dan non stunting. Amerta Nutr.

2017;1(2):117–223.

3. Loya RRP, Nuryanto N. Pola asuh pemberian makan pada bayi stunting usia 6-12 bulan di

Analisis Faktor-Faktor Risiko terhadap kejadian Stunting pada .... (Gladys Apriluana dan Sandra Fikawati) Kabupaten Sumba Tengah, Nusa Tenggara

Timur. J Nutr Coll. 2017;6(1):84–95.

4. Ohyver M, Moniaga J V, Restisa K. Logistic regression and growth nutritional and stunting status : a review. procedia comput sci. Elsevier B.V.; 2017;116:232–41.

5. Kementerian Kesehatan RI. Hasil pemantauan status gizi (PSG) 2017. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI; 2018.

6. Kementerian Kesehatan RI;. Situasi balita pendek. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI;

2016.

7. Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI; 2010.

8. Marzali A. Menulis kajian literatur. J Etnosa.

2016;1(2):1–80.

9. Galdas P, Darwin Z, Fell J, Kidd L, Bower P, Blickem C, et al. A systematic review and metaethnography to identify how effective, cost-effective, accessible and acceptable self-management support interventions are for men with long-term conditions (SELF-MAN). Heal Serv Deliv Res [Internet].

2015;3(34):1–302. Available from: https://

www.journalslibrary.nihr.ac.uk/hsdr/

hsdr03340.

10. Blake RA, Park S, Baltazar P, Ayaso EB, Monterde DBS, Acosta LP, et al. LBW and SGA impact longitudinal growth and nutritional status of Filipino infants. PLoS One. 2016;11(7):1–13.

11. Rachmi CN, Agho KE, Li M, Baur LA.

Stunting, underweight and overweight in children aged 2.0-4.9 years in Indonesia:

Prevalence trends and associated risk factors.

PLoS One. 2016;11(5):1–17.

12. Torlesse H, Cronin AA, Sebayang SK, Nandy R. Determinants of stunting in Indonesian children: Evidence from a cross-sectional survey indicate a prominent role for the water, sanitation and hygiene sector in stunting reduction. BMC Public Health. BMC Public Health; 2016;16(1):1–11.

13. Nguyen HT, Eriksson B, Petzold M, Bondjers G, Tran TK, Nguyen LT, et al. Factors associated with physical growth of children during the first two years of life in rural and urban areas of Vietnam. BMC Pediatr.

2013;13(1):149.

14. Rajoo Y, Ambu S, Lim YAL, Rajoo K, Tey SC, Lu CW, et al. Neglected intestinal parasites, malnutrition and associated key factors:

A population based cross-sectional study among indigenous communities in sarawak, Malaysia. PLoS One. 2017;12(1):1–17.

15. Larsen DA, Grisham T, Slawsky E, Narine L.

An individual-level meta-analysis assessing the impact of community-level sanitation access on child stunting, anemia, and diarrhea: Evidence from DHS and MICS surveys. PLoS Negl Trop Dis. 2017;11(6):1–

16. Tasnim T, Dasvarma G, Mwanri L. Housing 13.

conditions contribute to underweight in children: An example from rural villages in southeast Sulawesi, Indonesia. J Prev Med Public Heal. 2017;50(5):328–35.

17. Danaei G, Andrews KG, Sudfeld CR, Fink G, McCoy DC, Peet E, et al. Risk factors for childhood stunting in 137 developing countries: A comparative risk assessmentanalysis at global, regional, and country levels. PLoS Med. 2016;13(11):1–

18. AL-Rahmad AH, Miko A, Hadi A. Kajian 18.

stunting pada anak balita ditinjau dari pemberian ASI Eksklusif , MP-ASI , status imunisasi dan karakteristik keluarga di Kota Banda Aceh. J Kesehat Ilm Nasuwakes.

2013;6(2):169–84.

19. Mardani RAD, Wetasin K, Suwanwaiphat-thana W. Faktor prediksi yang mempengaruhi terjadinya stunting pada anak usia di bawah lima tahun. J Kemas. 2015;11(1):1–7.

20. Rahayu A, Yulidasari F, Putri AO, Rahman F. Riwayat berat badan lahir dengan kejadian stunting pada anak usia bawah dua tahun.

Kesmas Natl Public Heal J. 2015;10(2):67.

21. Arifin DZ, Irdasari SY, Sukandar H. Analisis sebaran dan faktor risiko stunting pada balita di Kabupaten Purwakarta 2012. Bandung;

2012.

22. Illahi RK. Hubungan pendapatan keluarga, berat lahir, dan panjang lahir dengan kejadian stunting balita 24-59 bulan di Bangkalan. J Manaj Kesehat Yayasan RS Dr Soetomo.

2017;3(1):1–14.

23. Kristanto B. Review literatur: analisis pengaruh faktor risiko terhadap kejadian stunting pada anak balita. Kosala.

2017;5(1):71–81.

24. Fikrina LT, Rokhanawati D. Hubungan tingkat sosial ekonomi dengan kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di desa Karangrejek Wonosari Gunung Kidul.

Universitas ’Aisyiyah Yogyakarta; 2017.

25. Fikawati S, Syafiq A. Kajian implementasi kebijakan ASI eksklusif dan IMD di Indonesia. Makara Kesehat. 2010;14(1):17–

26. Natalia P, Tri S. Sanitasi lingkungan yang tidak 24.

baik mempengaruhi status gizi pada balita. J Stikes RS Baptis Kediri. 2013;6(1):74–83.

27. Ahmed N, Barnett I, Longhurst R.

Determinants of child undernutrition in Bangladesh: Literature review. Washington DC; 2015.

Deteksi Virus Penyebab Infeksi Saluran Pernafasan Akut di Rumah Sakit .... (Vivi Setiawaty, et al)

Deteksi Virus Penyebab Infeksi Saluran Pernafasan Akut di