• Tidak ada hasil yang ditemukan

Agresti A, Finlay B. 2009. Statistical Methods for The Social Science. Ed ke-4. New Jersey: Pearson Education Inc

Ali M. 2003. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Bekerja dan Ibu Tidak Bekerja Tentang Imunisasi. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara. Sumatra Utara : Universitas Sumatra Utara.

Ansari LM, Soodbakhsh S, Lakzadeh L. 2010. Knowledge, attitudes and practices of workers on food hygienic practices in meat processing plants in Fars, Iran. J Food Control 21: 260-263.

Azemi NAR. 2010. Gambaran Perilaku Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Terhadap Demam Chikungunya Tahun 2010. Medan: Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.

Azwar S. 2003. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bahri S, Yulvian S, Indraningsih. 2006. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Keamanan Pangan Asal Ternak di Indonesia. Jurnal Wartazoa. 16:1-3. [Barantan] Badan Karantina Pertanian. 2008. Keputusan Kepala Badan Karantina

Pertanian Nomor 499 tahun 2010 tentang Pedoman Persyaratan teknis Instalasi Karantina Produk Hewan (Daging, Karkas dan Jeroan). Jakarta: Barantan RI.

[Barantan] Badan Karantina Pertanian. 2010. Laporan Tahunan Badan Karantina Pertanian 2010. Jakarta: Barantan RI.

[BBKP Soekarno Hatta] Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno Hatta. 2010. Laporan Tahunan Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno Hatta 2010. Jakarta: BBKP Soekarno Hatta.

[BBKP Tanjung Priok] Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok. 2010. Laporan Tahunan Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok 2010. Jakarta: BBKP Tanjung Priok.

[BPS] Biro Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. 2010. Hasil Sensus Penduduk 2010. Data Agregat Per Kabupaten/Kota Provinsi DKI Jakarta.

Budisuari MA, Oktorina, Hanafi F. 2009. Hubungan Antara KarakteristikResponden, Keadaan Wilayah, dengan Pengetahuan, Sikap

[Depkes] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1996. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan. Jakarta: Depkes RI.

[Depkes] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. Jakarta: Depkes RI.

[Deptan] Departemen Pertanian Republik Indonesia. 1983. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1983 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner Jakarta: Deptan RI.

[Deptan] Departemen Pertanian Republik Indonesia. 2005. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 381 Tahun 2005 tentang Pedoman Sertifikasi Kontrol Veteriner Unit Usaha Pangan Asal Hewan. Jakarta: Deptan RI.

[Deptan] Departemen Pertanian Republik Indonesia. 2009. Undang Undang Nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. Jakarta: Deptan RI.

[Deptan] Departemen Pertanian Republik Indonesia. 2009. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 20 tahun 2009 tentang Pemasukan, dan Pengawasan Peredaran Karkas dan/atau Jeroan dari Luar Nebgeri. Jakarta: Deptan RI.

[Deptan] Departemen Pertanian Republik Indonesia. 2009. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 50 tahun 2011 tentang Persetujuaan Pemasukan dan Pengawasan Peredaran Daging, Karkas, Jeroan dan/atau Olahannya ke dalam Wilayah Republik Indonesia. Jakarta: Deptan RI.

Erniningsih. 2004. Pemahaman Codex Alimentarius Commission (CAC). Workshop on Capacity Building, Codex, Bogor 25-26 November 2004. Garnadi D. 2004. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Masyarakat Sekitar Hutan

Terhadap Hutan. [tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Gerungan WA. 1996. Psikologi Sosial, Suatu Ringkasan. Bandung: PT. Eresco. Giuseppe GD, Abbate R, Albano L, Marinelli P, Angelillo IF. 2008. A survey of

knowledge, attitudes and practices towards avian influenza in an adult population of Italy. J Bio Med Central Infect Dis 8:36.

Griffith TL, Sawyer JE, Neale MA. 2003. Virtualness and knowledge in terms; Managing of the love triangle of organization, individuals and information Technology. MIS Quarterl.y Vol.27 No.2.

Handayani DS. 2008. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Para Wanita Dewasa Awal Dalam Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri di Kelurahan Kalangan Kecamatan Pedan Klaten. [skripsi]. Semarang. Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro.

Harihanto. 2001. Persepsi, Sikap dan Perilaku Masyarakat Terhadap Air Sungai. [Disertasi Doktor]. Bogor. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Hart MB, Cathy MS, Neumann M, Veltri AT. 2007. Hand injury prevention

training: assessing knowledge, attitude, and behavior. J SH&E Research 3:1-23.

Hutabalian M. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran daging sapi domestik. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Johnson EA. 2003. Bacterials phatogens in foodborne disease. Di dalam: Mello JPFD, editor. Foodsafety – Contaminants and Toxins. Oxon: CAB International Publishing. Hlm 25 – 45.

Kaliyaperumal K. 2004. Guideline for conducting a knowledge, attitude and practice (KAP) Study. J AECS Illum 1:7-9.

Kibler RJ, Cegala DJ, Watson KW, Barker LL, Miles DT. 1981. Objectives for Instructions and Evaluation. Ed ke-2. Boston Massachussets: Allyn and Bacon Inc.

Lakhan R, Sharma M. 2010. A study of knowledge, attitude and practices (KAP) survey of families toward their children with intellectual disability in Barwani, India. Asia Pacific Disability Rehabilitation J 21:101-117.

Lukman DW. 2004. Meat Hygiene. Bahan Kuliah. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Lin Y, Huang L, Nie Z, Yu H, Yan W, Xu Y. 2011. Knowledge, attitudes and practices (KAP) related to the pandemic (H1N1) among chinese general population: a telephone survey 2009. J Bio Med Central Infect Dis 11:128. Murdiati TB. 2006. Jaminan keamanan pangan asal ternak: dari kandang hingga

piring konsumen, Jurnal litbang pertanian. 25:25-27.

Notoatmodjo S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta ; Rineka Cipta.

Notoatmodjo S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta ; Rineka Cipta.

Paige JC, Tollefson L. 2003. Veterinary products: residues and resistant pathogens. Di dalam: Mello JPFD, editor. Foodsafety – Contaminants and Toxins. Oxon: CAB International Publishing. Hlm 293 – 314.

Pfeil A, Mutsch M, Hatz C, Szucs TD. 2010. A cross-sectional survey to evaluate knowledge, attitudes and practices (KAP) regarding seasonal influenza vaccination among european travellers to resource-limited destinations. J Bio Med Central Public Health 10:402.

Rahayuningsih SU. 2008. Psikologi Umum Bab I. Jakarta: Universitas Gunadarma.

Rakhmat J. 2001. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Saygi C, Bilen S. 2010. Attitude scale development study in relation to music history. Soc Behav Sc 2: 4996–5000.

Sarı FÖ. 2009. Effects of employee trainings on the occupational safety and health in accommodation sector. Soc Behav Sc 1: 1865-1870.

Sarwono S. 2002. Psikologi Sosial: Individu dan Teori-teori Psikologi Sosial, Jakarta: Balai Pustaka.

Soekanto S. 2001. Sosiologi: Suatu Pengantar: CV. Rajawali.

Suparta N. 2002. Perilaku Agribisnis dan Kebutuhan Penyuluhan Peternakan Ayam Ras Pedaging. [Disertasi Doktor]. Bogor: Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Sauri S. 2011. Pengetahuan dan sikap mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor terhadap foodborne disease. [skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Sujarwo. 2004. Pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat sekitar hutan dalam pelestarian hutan (kasus di Hutan Diklat Tabo-Tabo, Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan).[tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Walgito B. 2002. Psikologi Sosial: Suatu Pengantar. Yogyakarta: Aditya Media.

Wilcock A, Pun M, Khanona J, Aung M. 2004. Consumer attitudes, knowledge and behaviour: a review of food safety issues. Trends in Food Sci and Tech 15: 56-66.

Yustina. 2006. Hubungan Pengetahuan dan Persepsi, Sikap dan Minat Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup Pada Guru Sekolah Dasar di Kota Pekanbaru. J Biogenesis 2:67-71.

Zahid A. 1997. Hubungan karakteristik peternak sapi perah dengan sikap dan perilaku aktual dalam pengelolaan limbah peternakan [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

DONNI MUKSYDAYAN. Karakteristik, Sikap dan Perilaku Karyawan Cold

Storage terkait Praktik Higiene Daging. Dibimbing oleh DENNY W LUKMAN

dan ABDUL ZAHID

Penyimpanan daging di cold storage merupakan salah satu tahapan dalam mata rantai makanan sehingga perlu penanganan untuk mencegah rusaknya bahan makanan tersebut. Praktik higiene daging di cold storage sangat ditentukan oleh faktor karakteristik, sikap dan perilaku karyawan. Karakteristik yang diukur dalam penelitian ini meliputi umur, pendidikan, pengetahuan, pengalaman, pelatihan dan pendapatan. Karakteristik akan mempengaruhi sikap seseorang sementara sikap akan menentukan perilaku. Sikap positif akan membentuk perilaku positif. Hubungan perilaku dengan sikap karyawan dalam praktik higiene daging juga dipengaruhi faktor standard operational prosedures (SOP) dan pengawasan pimpinan. Penelitian dilaksanakan dengan metode survei menggunakan kuesioner

dan check list. Responden yang adalah karyawan cold storage pada perusahaan

importir daging. Data yang diperoleh dianalisa menggunakan statistik non perimetrik, yaitu koefisien korelasi Gamma. Kemudian data diolah menggunakan program SPSS 16 dan Microsoft Excel 2007. Hasil analisa data menunjukkan bahwa peubah karakteristik yang mempunyai hubungan nyata dengan sikap adalah pengetahuan (rs = 0,420) ) dan pengalaman (rs = 0, 363). Sikap karyawan berhubungan nyata dengan perilaku (rs = 0,676). Nilai korelasi meningkat setelah dipengaruhi oleh SOP (rs 0,686) dan pengawasan pimpinan (rs = 0,909). Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa untuk memperoleh performa kinerja baik, maka sikap positif, SOP dan pengawasan harus dilakukan secara bersamaan. Kata kunci : karakteristik, sikap dan perilaku karyawan cold storage, praktik higiene daging

Workers related to practices in meat hygiene. Under direction of DENNY W LUKMAN and ABDUL ZAHID

Meat storage in cold storage is a critical point in food chain, as it needs good management to prevent spoilages on meat. Meat hygiene practice during storage is influenced characteristic, attitude and practices of the workers. The characteristic of workers analyzed in this research including age, education level, level of knowledge, working experience, training of hygiene, and level of income. Characteristic will influence the attitude of the workers, and attitude will lead practice. Positive attitude will lead form positive practice. The correlation between practice and attitude of the workers in meat hygiene practice is also strengh than standard operational procedures (SOP) and supervision by manager. The study was conducted with survei method using questionnaire and checklist. Respondents in this study are workers in cold storage of meat importers company. The data was analyzed using non perimetric statistic, i.e., Gamma correlation coefficient. Then, data was analyzed using SPSS 16 and Microsoft Excel 2007. The analysis showed that characteristic which have correlation with attitude are level of knowledge (rs = 0,420) and working experience (rs = 0,363). The attitude of the workers had correlation with practice (rs = 0,676). The correlation of the attitude of the workers with practice was increased by the influences of SOP (rs = 0,686) and supervision by manager (rs = 0,909). The results of this research showed that to have good practice performance, then positive attitude, SOP, and supervision by manager should be conducted simultaneously.

Storage terkait Praktik Higiene Daging. Di bawah bimbingan DENNY W LUKMAN dan ABDUL ZAHID.

Konsumsi daging sapi di Indonesia sejak tahun 2004-2008 terus meningkat. Setiap tahun konsumsi daging mengalami pertumbuhan sebesar 0.094 kg/kapita/tahun atau rata-rata sebesar 25 810 ton/tahun. Namun peningkatan ini tidak diimbangi dengan produksi daging dalam negeri sehingga setiap tahun terjadi defisit penyediaan daging rata-rata sebesar 43 110 ton/tahun (Hutabalian 2009). Untuk memenuhi kekurangan tersebut, salah satu upaya pemerintah adalah melakukan impor daging. Menurut data Badan Karantina Pertanian pada tahun 2008, 2009 sampai 2010 jumlah impor daging sapi dan jeroan terus mengalami peningkatan yakni berturut-turut sebanyak 925 000 ton, 119 000 ton dan 119 075 ton. Tingginya ketergantungan terhadap daging impor menyebabkan Indonesia sangat rentan terhadap masuknya agen penyakit dari luar yang terbawa dalam daging.

Penyimpanan daging merupakan tahapan yang sangat krusial dalam tahap rantai makanan. Penerapan higiene terhadap daging selama penyimpanan di cold

storage bertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan pada daging dan

mempertahankan kualitas daging sehingga aman untuk dikonsumsi oleh manusia. Faktor Sumber daya manusia dalam hal ini perilaku higiene personal karyawan sangat berperan untuk tercapainya praktik higiene daging selama penyimpanan di

cold storage. Bila perilaku karyawan buruk maka kualitas daging yang dihasilkan

juga akan buruk, demikian juga sebaliknya. Kondisi ini tentu akan berpengaruh terhadap kesehatan konsumen dalam hal ini masyarakat.

Penelitian ini mencoba untuk melihat bagaimana hubungan karakteristik yang meliputi umur, pendidikan, pengetahuan, pengalaman, pelatihan dan pendapatan terhadap pembentukan sikap dan perilku karyawan terkait praktik higiene daging di cold storage. Selain itu, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi hubungan sikap dan perilaku karyawan. Aspek praktik higiene daging yang dilihat pada penelitian ini adalah sanitasi dan kebersihan, higiene personal, sistem penyimpanan dan pengendalian rodensia. Aspek ini digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku karyawan terhadap praktik higiene daging. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai mengenai kondisi aktual terkait karyawan dalam praktik higiene daging. Sehingga diketahui faktor apa saja yang perlu ditingkat untuk memperbaiki kinerja karyawan.

Penelitian dilaksanakan dengan metode survei menggunakan kuesioner dan

check list terhadap karyawan yang bekerja di unit cold storage perusahaan yang

melakukan impor daging melalui Pelabuhan Tanjung Priok dan Bandara Soekarno Hatta. Dari 30 cold storage dengan masing-masing pekerja berjumlah 5-10 karyawan, dipilih 3 karyawan sebagai responden sehingga diperoleh 90 responden. Data yang diperoleh dianalisa menggunakan koefisien korelasi Gamma. Kemudian data diolah menggunakan program SPSS 16 dan Microsoft Excel 2007.

diatas 5 tahun dengan mayoritas tingkat pendapatan karyawan (56,6%) berkisar 3- 5 juta, dan 41,1% mempunyai penghasilan kurang dari 3 juta per bulan. Tingkat pengetahuan sebagian besar karyawan (65,6%) terkait praktik higiene daging tergolong sedang.. Secara umum, karyawan yang disurvei dalam penelitian ini memiliki karakteristik yang cukup memadai dalam membentuk sikap dalam praktik higiene daging. Sikap mayoritas karyawan (71,1%) masuk dalam kategori netral atau ragu-ragu, dan sebagian besar karyawan (83,3%) mempunyai perilaku kategori baik. Peubah situasional yang diukur menunjukkan mayoritas perusahaan (93,3%) memiliki SOP kerja dan sebagian besar (78,9%) pengawasan pimpinan dilakukan secara ketat.

Analisa data terhadap korelasi menunjukkan peubah karakteristik yang berhubungan nyata terhadap sikap adalah pengetahuan dan pengalaman kerja dengan tingkat korelasi tergolong sedang (rs = 0,420 dan rs = 0,363). Nilai korelasi ini positif yang berarti semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang dan semakin lama pengalaman kerjanya maka sikap yang dimiliki semakin positif. Sedangkan nilai korelasi sikap terhadap perilaku adalah 0,676. Nilai korelasi ini meningkat setelah dimasukkan peubah situasional yaitu SOP kerja (rs = 0.686) dan pengawasan pimpinan (rs

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas karyawan memiliki sikap tergolong netral terkait higiene daging. Sikap ini sangat mudah dipengaruhi faktor dari luar. Hal ini terbukti ketika ada pengaruh SOP dan pengawasan pimpinan, maka korelasi sikap dengan perilaku meningkat. Kuatnya pengaruh peubah situasional ini menyebabkan tidak ada karyawan yang berperilaku buruk dalam praktik higiene daging.

= 0.909).

Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan menajemen perusahaan agar meningkatkan pengetahuan karyawan dengan memperbanyak pelatihan atau

training untuk meningkatkan sikap positif karyawan. Pembinaan dan kontrol oleh

pemerintah (Karantina dan Dinas yang membidangi kesmavet) harus rutin dilakukan agar penerapan higiene daging konsisten diterapkan oleh perusahaan.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keamanan makanan pada dasarnya adalah penerapan higiene dan sanitasi makanan untuk memperoleh makanan yang layak dan aman. Terjadinya penularan penyakit melalui makanan disebabkan karena makanan tidak dikelola secara higienis. Sumber kontaminasi dapat berasal dari bahan makanan, tempat penyimpanan, peralatan yang dipakai, lingkungan sekitar dan tenaga penjamah makanan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan.

Pada awal abad ke-21 ini, keamanan pangan dihadapkan pada paradigma yang berubah secara cepat. Perubahan itu sebagai konsekuensi permintaan global terhadap protein (hewani) yang disebabkan dengan bertambahnya populasi, kemudahan transport, perdagangan internasional, serta sifat konsumen yang berganti dari lingkup lokal ke global. Kondisi ini mengakibatkan gangguan kesehatan yang disebabkan oleh makanan terus berlanjut dan berdampak luas (Paige dan Tollefson 2003).

Konsumsi daging sapi di Indonesia sejak tahun 2004-2008 terus meningkat. Setiap tahun konsumsi daging mengalami pertumbuhan sebesar 0.094 kg/kapita/tahun atau rata-rata sebesar 25.810 ton/tahun. Namun peningkatan ini tidak diimbangi dengan produksi daging dalam negeri sehingga setiap tahun terjadi defisit penyediaan daging rata-rata sebesar 43.110 ton/tahun (Hutabalian 2009). Untuk memenuhi kekurangan tersebut, salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah melakukan impor daging. Menurut data Badan Karantina Pertanian pada tahun 2008, 2009 sampai 2010 jumlah impor daging sapi dan jeroan terus mengalami peningkatan yakni berturut-turut sebanyak 925.000 ton, 119.000 ton dan 119.075 ton. Tingginya ketergantungan terhadap daging impor menyebabkan Indonesia sangat rentan terhadap masuknya agen penyakit dari luar yang terbawa dalam daging.

Penyimpanan daging merupakan tahapan yang sangat krusial dalam rantai makanan. Penerapan higiene terhadap daging selama penyimpanan di cold storage bertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan pada daging dan mempertahankan kualitas daging sehingga aman untuk dikonsumsi oleh manusia.

Faktor Sumber daya manusia dalam hal ini perilaku higiene karyawan sangat berperan untuk tercapainya praktik higiene daging selama penyimpanan di cold storage. Bila perilaku karyawan buruk maka kualitas daging yang dihasilkan juga akan buruk, demikian juga sebaliknya. Kondisi ini tentu akan berpengaruh terhadap kesehatan konsumen dalam hal ini masyarakat.

Penelitian ini mencoba untuk melihat bagaimana hubungan atau pengaruh karakteristik yang meliputi umur, pendidikan, pengetahuan, pengalaman, pelatihan dan pendapatan terhadap pembentukan sikap dan perilku karyawan terkait praktik higiene daging di cold storage. Selain itu juga untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi hubungan sikap dan perilaku karyawan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kondisi aktual karyawan dalam praktik higiene daging.

Menurut Kaliyaperumal (2004) studi mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku bertujuan untuk menunjukkan apa yang seseorang ketahui mengenai sesuatu hal, perasaan mereka tentang hal itu dan bagaimana mereka bertindak terhadap hal tersebut. Survei didisain secara khusus untuk menjaring informasi tentang topik tertentu. Data hasil survei ini bermanfaat untuk membantu merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi suatu kegiatan.

Perumusan Masalah

Sikap pekerja terkait praktik higiene daging merupakan salah satu faktor penting yang sangat menentukan bagi upaya pencegahan terjadinya kerusakan daging selama proses penyimpanan di cold storage. Sikap pekerja ini diduga memiliki hubungan dengan karakteristik mereka terhadap sikap sehingga akan mempengaruhi perilaku aktual terkait praktik higiene daging. Penelitian ini mencoba untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pokok berikut :

1. Bagaimana perilaku aktual karyawan terkait praktek higiene daging di cold storage ?

2. Bagaimana hubungan karakteristik, sikap dan perilaku karyawan dan pengaruh faktor situasional (SOP, pengawasan) terkait praktik higiene daging di cold storage ?

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui hubungan antara karakteristik karyawan, sikap dan perilaku terkait praktik higiene daging di cold storage.

2. Mengetahui perilaku aktual karyawan terkait praktik higiene daging di cold storage.

3. Mengetahui pengaruh variabel situasional (SOP dan pengawasan pimpinan) terhadap hubungan sikap dengan perilaku karyawan terkait praktik higiene daging di cold storage.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan masukan buat manajemen perusahaan terkait kondisi riil sikap dan perilaku aktual karyawan terkait praktik higiene daging khususnya karyawan di unit cold storage. Sehingga manajemen mengetahui apa saja yang perlu diperbiki dalam meningkatkan performa kerja karyawannya. Selain itu hasil penelitian ini juga berguna bagi instansi terkait seperti Badan Karantina Pertanian dan Dinas yang membidangi kesehatan masyarakat veteriner untuk melakukan kontrol dan pembinaan agar praktik higine daging selalu konsisten dilakukan oleh perusahaan impor daging.

Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah :

1. Terdapat hubungan nyata antara karakteristik karyawan, sikap dan perilaku terkait praktik higiene daging di cold storage.

2. Perilaku karyawan terkait praktik higiene daging di cold storage sudah baik. 3. Terdapat pengaruh nyata antara faktor situasional (SOP kerja dan pengawasan

pimpinan) terhadap hubungan sikap dan perilaku terkait praktik higiene daging di cold storage.

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Individu

Karakteristik individu merupakan ciri-ciri yang dimiliki oleh seseorang yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan dengan lingkungannya. Karakteristik tersebut terbentuk oleh faktor-faktor biologis dan sosiopsikologis. Faktor biologis meliputi genetik, sistem syaraf dan hormonal, sedangkan faktor sosiopsikologis terdiri dari komponen-komponen kognitif (intelektual), konatif (kebiasaan dan kemauan bertindak), afektif (emosional).

Menurut Kotler (1980) yang dikutip oleh Zahid (1997) karakteristik individu diklasifikasikan menjadi dua yaitu karakteristik demografi dan karakteristik psikografi. Karakteristik demografi meliputi umur, jenis kelamin, ukuran keluarga, daur kehidupan keluarga, penghasilan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras, bangsa dan tingkat sosial. Karakteristik psikografi meliputi gaya hidup dan kepribadian. Pada penelitian ini karakteristik individu karyawan yang lihat adalah umur, tingkat pendidikan, pengetahuan, pengalaman bekerja, penyuluhan yang pernah diperoleh dan tingkat pendapatan.

Umur

Sujarwo (2004) menyatakan bahwa umur merupakan suatau indikator umum tentang kapan suatu perubahan akan terjadi. Umur menggambarkan pengalaman dalam diri seseorang sehingga terdapat keragaman tindakan berdasarkan usia yang dimiliki.

Tingkat Pendidikan

Pendidikan menunjukkan tingkat intelegensi yang berhubungan dengan daya pikir seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin luas pengetahuannya. Pendidikan merupakan suatu faktor yang menentukan dalam mendapatkan pengetahuan. Nasution (1987) yang dikutip oleh Garnadi (2004) mengemukakan bahwa pendidikan adalah proses pengembangan diri kepribadian seseorang yang dilaksanakan secara sadar dan penuh tanggung jawab untuk

6

Pengalaman Bekerja

Pengalaman merupakan salah satu cara kepemilikan pengetahuan yang dialami seseorang dalam kurun waktu yang tidak ditentukan. Secara psikologis seluruh pemikiran manusia, kepribadian dan temperamen ditentukan pengalaman indera. Pikiran dan perasaan bukan penyebab tindakan tapi oleh penyebab masa lalu (Rakhmat 2001).

Azwar (2003) mengatakan bahwa apa yang dialami seseorang akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis.

Pengetahuan

Soekanto (2003) menyatakan pengetahuan adalah kesan yang didapatkan dari hasil pengolahan pancainderanya. Pengetahuan tersebut diperoleh melalui kenyataan (fakta), penglihatan, pendengaran, serta keterlibatan langsung dalam suatu aktivitas. Pengetahuan juga didapatkan dari hasil komunikasi dengan orang lain seperti teman dekat dan relasi kerja. Pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan ini digali saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan mengingat (recall) atau mengenal kembali (recognition).

Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa pengetahuan adalah hasil “tahu” yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui pancaindera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba yang sebagian besar pengetahuan manusia

Dokumen terkait