• Tidak ada hasil yang ditemukan

Al-Qur’an/Tafsir

Departemen Agama R.I., Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an, 1984.

Ali Parman, Kewarisan dalam Al-Qur’an: Suatu Kajian Hukum dengan Pendekatan Tafsir Tematik, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1995.

Fikih/Usul Fikih

Abdul Ghofur Anshori, Filsafat Hukum Kewarisan Islam: Konsep Kewarisan Bilateral Hazairin, Yogyakarta: UII Press, 2005.

__________, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia: Eksistensi dan Adaptabilitas, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012.

Al Yasa Abubakar, Ahli Waris Sepertalian Darah: Kajian Perbandingan Terhadap Penalaran Hazairin dan Penalaran Fikih Mazhab, Jakarta: INIS, 1998.

Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, Jakarta: Kencana, 2005.

Beni Ahmad Saebani, Fiqih Mawaris, Bandung: Pustaka Setia, 2009.

Fatchur Rahman, Ilmu Waris, Bandung: PT Al-Maarif, 1981.

Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqh Lima Mazhab, Buku Kedua, terj. Afif Muhammad, Jakarta: Basrie Press, 1994.

M. Jandra (ed.), Hukum Islam Tentang Waris, Asuransi dan Pengadilan, Yogyakarta: Lembaga Penelitian UIN Sunan Kalijaga, 2006.

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah 5, terj. Mujahidin Muhayan, Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2012.

Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu 10, terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk. Jakarta: Gema Insani, 2011.

145

Literatur Umum

Ach. Tahir, “Problematika Hakim Dalam Menghadapi Antinomi” Jurnal Supremasi Hukum Vol. 1, No. 1 Tahun 2012.

A. Mukti Arto, Peraktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.

A. Sukris Sumardi, Dekonstruksi Hukum Progresif: Ahli Waris Pengganti dalam Kompilasi Hukum Islam, Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2012.

Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama, Jakarta: Kencana, 2005.

Ahmad Kamil, Filsafat Kebebasan Hakim, Jakarta: Kencana, 2012.

Ali Muhtarom, “Menggali Hukum Kewarisan Islam dalam Tata

Perundang-Undangan Peradilan Agama”

(http://www.ptasamarinda.net/pdf/Menggali%20Hukum%20Waris%2 0d%20Indonesia.pdf PDF akses tanggal 4 November 2014.

Amir Syarifuddin, Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam Dalam Lingkungan Adat Minangkabau, Jakarta: Pt Gunung Agung, 1984.

Anton Bakker, Metode-metode Flsafat, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986.

Basiq Djalil, Peradilan Agma di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2006.

BPS Kabupaten Lotim, Indek Pembangunan Daerah dan Manusia Kabupaten Lombok Timur Tahun 2012, Selong: BPS Kabupaten Lombok Timur, 2013.

_________, Lombok Timur Dalam Angka 2012, (Selong: Badan Pusat Statistik Kabupaten Lombok Timur, 2012

Bustanul Arifin, Pelembagaan Hukum Islam di Indonesia: Akar Sejarah, Hambatan dan Prospeknya, Jakarta: Gema Insani Press, 1996.

Cik Hasan Bisri, Peradilan Agama di Indonesia, edisi revisi, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003.

Daniel L. Pals, Seven Theories of Religion, terj. Inyiak Ridwan Muzir, Yogyakarta: IRCiSoD, 2011.

David S. Powers, Peralihan Kekayaan dan Politik Kekuasaan, (Yogyakarta: LKiS, 2001

146

Departemen Agama RI Dirjen Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, Sketsa Peradilan Agama, Jakarta, Depag RI, 2000.

Erfaniah Zuhriah, Peradilan Agama Indonesia: Sejarah Pemikiran dan Realita, cet. II, Malang: UIN-Malang Press, 2009.

Erman Rajagukguk, Pluralisme Hukum Waris: Studi Kasus Hak Wanita di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, (file PDF dipublikasikan melalui

http://www.ermanhukum.com).

Euis Nurlaelawati, Modernization, Tradition and Identity: The Kompilasi Hukum Islam and Legal Practices of Indonesian Religious Courts, Amsterdam: Amsterdam University Press, 2010.

Gede Pudja, Hukum Kewarisan Hindu Yang Diresepsir Kedalam Hukum Adat Bali Dan Lombok, Cetakan I, ttt: CV Junasco, 1977.

H.M. Sutomo, “Dinamika Hukum Kewarisan Islam di Indonesia (Studi atas Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Tahun 1991-2002)”, Disertasi Program Pascasarjana, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2008).

Habiburrahman, Rekonstruksi Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2011.

Hasbi Hasan, Kompetensi Peradilan Agama dalam Penyelesaian Perkara Ekonomi Syari’ah, edisi revisi, Depok: Anggota IKAPI, 2010.

Idris Djakfar dan Taufik Yahya, Kompilasi Hukum Kewarisan Islam, Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1995.

Ismuha, Penggantian Tempat dalam Hukum Waris Menurut KUH Perdata, Hukum Adat dan Hukum Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1978.

Jaenal Arifin, Peradilan Agama dalam Bingkai Reformasi Hukum di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2008.

Jamaludin, Sejarah Sosial Islam di Lombok Tahun 1740-1935 (Studi Kasus Terhadap Tuan Guru), ttt: Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2011.

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.

M. Yahya Harahap, Kedudukan, Kewenangan dan Acara Peradilan Agama, Jakarta: Pustaka Kartini, 1997.

M. Nur Yasin, Hukum Perkawinan Islam Sasak, Malang: UIN Malang Press, 2008.

147

Moh. Aminudin, Profil Kabupaten Lombok Timur, Selong: BPS Kabupaten Lombok Timur, 2013.

Muchit A. Karim (ed.), Problematika Hukum Kewarisan Islam Kontemporer di Indonesia, (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2012.

Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.

Murdan, “Praktek Kewarisan di Desa Landah Kecamatan Praya Timur, Kabupaten Lombok Tengah Provinsi NTB Perspektif Hukum Islam”, skripsi menjadi koleksi Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga (Yogyakarta: UIN sunana Kalijaga).

Puji Wulandari Kuncorowati, “Menurunnya Tingkat Kesadaran Hukum Masyarakat di Indonesia” Jurnal Civics, Vol. 6, No. 1 Juni 2009. Ratno Lukito, Hukum Sakral dan Hukum Sekuler: Studi Tentang Konflik dan

Resolusi Dalam Sistem Hukum Indonesia, Jakarta: Pustaka Alvabet, 2008.

Ridwan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1999.

Rojer Cotterrell, Sosiologi Hukum, terj. Narulita Yusron, Bandung: Nusa Media, 2012.

Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998.

Satjipto Raharjo, Hukum dan Perubahan Sosial: Suatu Tinjauan Teoretis Serta Pengalaman-Pengalaman di Indonesia, Yogyakarta: Genta Publishing, 2009.

Soerjono Soekanto dan Mustafa Abdullah, Sosiologi Hukum dalam Masyarakat, Jakarta: CV Rajawali, 1987.

_________, ekanto, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum, Jakarta: Rajawali, 1982.

Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Edisi Kelima, cetakan keempat Yogyakarta: Liberty, 2008.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Cet-XI. Bandung: Alfabeta, 2010.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi 2010, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

148

Supriatna, “Hand Out Hukum Kewarisan Islam 1”, Jurusan Al-Ahwal Asy-Syakhsiyyah Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Suanan Kalijaga Yogyakarta 2012.

Wantjik Saleh, Kehakiman dan Peradilan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1977.

Wirjono Prodjodikoro, Hukum Waris di Indonesia, Bandung: Sumur, 1983.

Yahya Harahap, Kedudukan, Kewenangan dan Acara Peradilan Agama, Jakarta: Sinar Grafika, 2005.

Yudi Latif, Inteligensia Muslim dan Kuasa: Genealogi Intelegensia Muslim Indonesia Abad ke-20, Jakarta: Pustaka Mizan, 2005.

Zaenul Haq, “Pelaksanaan Pewarisan pada Masyarakat Hukum Adat Suku Sasak di Desa Rembitan Lombok Tengah”, (Yogyakarta: Universitas Gajah

Mada, 2012)

etd.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail &act=view&typ=html&buku_id=56309&obyek_id=4 akses 9 Oktober 2014.

Internet

infoperkara.badilag.net pa.selong.go.id

I LAMPIRAN-LAMPIRAN TERJEMAH BAB II No Halaman F.N Terjemah 1 2 3 15 15 16 2 3 4

Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan

Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) seduah dibayar hutangnya.

II 4 5 16 16 5 6

Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. Jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris). (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syari'at yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun.

Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah) Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki dan perempuan, maka bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orang saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Berikanlah harta pusaka kepada orang-orang yang berhak. Sesudah itu, sisanya, untuk orang laki-laki yang lebih utama.

III

BAB III

No Halaman F.N Terjemah

1 42 63 Barang siapa yang meninggalkan suatu hak atau suatu harta, maka hak atau harta itu adalah untuk ahli warisnya setelah kematiannya.

BAB IV No Halaman F.N Terjemah 1 2 3 4 126 126 126 126 43 44 45 46

Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. jika ia kaya ataupun miskin, Maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.

Tidak boleh membuat kemudaratan pada diri sendiri dan membuat kemudaratan pada orang lain.

Bertaqwalah kepada Allah SWT., dan berlaku adillah kepada anak-anak (keturunan) kalian.

Samakanlah pemberian engkau kalian kepada anak cucu kalian, seandainya saya mengutamakan salah seorang dari mereka, niscaya saya akan mengutamakan para wanita atas laki-laki.

IV

Dokumen terkait