• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR PUSTAKA

Dalam dokumen Laporan Praktikum Aldehid Dan Keton (Halaman 28-57)

Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-dasatr Kimia Organik. Bina Aksara. Jakarta.

Riawan, S. 1990. Kimia Organik Edisi 1. Binarupa Aksara. Jakarta. Wilbraham, Antony C. 1992. Pengantar Kimia Organik 1. ITB. Bandung.

IDENTIFIKASI ALDEHID DAN KETON

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

PERCOBAAN 3

IDENTIFIKASI ALDEHID DAN KETON

NAMA : RADEN ALIP RAHARJO

STAMBUK : A1C4 08 027

LABORATORIUM PENGEMBANGAN UNIT KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2010

I. Tujuan dan Prinsip Percobaan A. Tujuan Praktikum

Tujuan dari percobaan ini adalah mengetahui teknik identifikasi senyawa aldehid dan keton

B. Prinsip Percobaan

Prinsip percobaan kali ini adalah identifikasi aldehid dan keton yang memiliki gugus karbonil didasarkan pada test pereaksi 2,4 dinitrofenilhidrasin yang ditandai dengan endapan berwarna kuning atau merah

II. Teori

Sebagian besar komponen-komponen flavor yang terbentuk melalui reaksi-reaksi Mailard adalah dari golongan aldehida, keton, diketon dan asam-asam lemak rantai pendek. Selain itu, senyawa-senyawa heterosiklik yang mengandung nitrogen, sulfur atau kombinasi keduanya juga berkontribusi dalam

pembentukan flavor dari bahan organik yang mengalami reaksi-reaksi pencoklatan. Namun, pembentukan flavor dari golongan aldehida, keton, alkohol, ester dan asam-asam dari komponen lemak-minyak dalam bahan organik tanaman, secara alami mungkin saja dapat terjadi terutama selama penyimpanan, melalui reaksi hydroxyacid cleavage membentuk senyawa-senyawa lakton, atau reaksi beta oksidasi dan/atau reaksi oksidasi yang dikatalisis oleh lipoksigenase (Yasni, 2003)

Keton adalah senyawa-senyawa sederhana yang mengandung sebuah gugus karbonil sebuah ikatan rangkap C=O. Keton termasuk senyawa yang sederhana jika ditinjau berdasarkan tidak adanya gugus-gugus reaktif yang lain seperti –OH atau -Cl yang terikat langsung pada atom karbon di gugus-gugus karbonil - seperti yang bisa ditemukan misalnya pada asam-asam karboksilat yang mengandung gugus - COOH. Contoh-contoh keton. Pada keton, gugus karbonil memiliki dua gugus hidrokarbo yang terikat padanya. Sekali lagi, gugus tersebut bisa berupa gugus alkil atau gugus yang mengandung cincin benzen. Disini kita hanya akan berfokus pada keton yang mengandung gugus alkil untuk menyederhanakan pembahasan (Novan, 2008)

Aldehida dan keton bereaksi dengan berbagai senyawa, tetapi pada umumnya aldehida lebih reakstif dibandingkan dengan keton. Kimiawan memanfaatkan kemudahan oksidasi aldehida dengan mengembangkan beberapa uji untuk mendeteksi gugus fungsi ini. Hasilnya mudah dilihat. Uji yang paling banyak digunakan untuk deteksi aldehida adalah uji Tollens, Benedict, dan Fehling (Matta,1992)

Aldehid dan keton merupakan kelompok senyawa yang memiliki gugus karbonil. Identifikasi secara umum dapat dilakukan dengan test reaksi 2,4-dinitrofenilhidrasin. Reaksi ini menunjukkan positif untuk gugus karbonil senyawa aldehid maupun keton dengan terbentuknya senyawa 2,4-dinitrofenihidrasin berupa endapan berwarna kuning/merah (Abraham, 2010)

Sejak kita sudah melihat di teori bagaimana suatu nucleophile menyerang suatu carbonyl kelompok, let’s kembali untuk reaksi yang riil dengan mana kita memulai bab ini: cyanohydrin formasi dari suatu carbonyl campuran dan sianida sodium. Sianida berisi sp yang hybridized C dan N atom, dan yang HOMO nya adalah suatu sp orbital pada atas karbon. Reaksi adalah suatu reaksi penambahan nucleophilic khas bagi suatu carbonyl menggolongkan: elektron memasangkan dari HOMO dari CN– ( suatu sp yang orbital pada [atas] karbon) pindah ke C=Oð* orbital; elektron dari C=Oð gerak orbital ke atas atom oksigen. Reaksi pada umumnya dilaksanakan di hadapan cuka, yang mana protonates menghasilkan alkoxide

untuk memberi kelompok hidroksit dari golongan fungsional gabungan mengenal sebagai suatu cyanohydrin. Reaksi bekerja dengan kedua-duanya ketones dan aldehid (Clayden, 2001)

III. Metode Praktikum

A. Alat dan bahan yang digunakan

Alat alat yang digunakan pada praktikum ini adalah a) Tabung reaksi

b) Pipet tetes c) Gelas ukur d) Corong e) Penangas air

Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah

a) Larutan uji (aldehid, keton, dan senyawaa organik lain yang tidak memiliki gugus karbonil) b) Etanol 95%

c) Asam sulfat pekat

d) Ammonium hidroksida encer e) Larutan perak nirat

f) Larutan NaOH 10% g) 2,4-dinitrofenilhidrasin h) Aquades

C. Pembahasan

Gugus karbonil ialah satu atom karbon dan satu atom oksigen yang dihubungkan dengan ikatan ganda dua. Gugus ini merupakan salah satu gugus fungsi yang paling banyak terdapat di alam. Aldehida adalah senyawa karbonil yang karbon karbonilnya (karbon yang terikat pada oksigen) selalu berikatan dengan paling sedikit satu hidrogen. Sedangkan keton adalah senyawa organik yang karbon karbonilnya dihubungkan dengan dua karbon lain. Karena keduanya menggandung gugus karbonil, sifat kimia aldehid dan keton hampir serupa. Baik aldehid dan keton sangat reaktif, tetapi aldehida lebih reaktif dibandingkan dengan keton. Aldehida dan keton dapat membentuk ikatan hidrogen antar molekul. Titik didihnya lebih rendah dibandingkan dengan alkohol karena tidak terdapat gugus hidroksil (-OH) pada aldehida dan keton Percobaan yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah identifikasi senyawa Aldehid dan Keton yang bertujuan untuk mempelajari dan memperkenalkan salah satu metode identifikasi senyawa berdasarkan perbedaan gugus fungsi serta identifikasi secara kimia senyawa yang termasuk dalam golongan aldehid maupun keton. Percobaan dilakukan dengan dua tahap, yaitu pada tahap pertama uji senyawa aldehid dan keton menggunakan pereaksi 2,4-dinitrofenilhidrasin, yang kedua adalah uji senyawa aldehid dan keton dengan metode uji tollens. Hal yang dilakukan pertama kali dalam percobaan ini yaitu menguji pereaksi 2,4-dinitrofenilhidrasin dengan menggunakan asam sulfat (H2SO4) pekat yang bertujuan untuk melarutkan pereaksi 2,4-dinitrofenilhidrasin dimana kita ketahui bahwa asam bersifat korosif sehingga mampu melarutkan dinitrofenilhidrasin. Pereaksi 2,4-dinitrofenilhidrasin perlu dilarutkan sebab aldehid dan keton cenderung berwujud cairan bila massa molekulnya rendah. Selain itu juga dilakukan penambahan aquades. Aquades di sini berfungsi sebagai katalis saja yakni membantu asam sulfat pekat untuk melarutkan 2,4-dinitrofenilhidrasin. Yang menghasilkan warna orange atau kuning kemerahan yang merupakan warna dari pereaksi 2,4-dinitrofenilhidrasin.

Langkah selanjutnya dilakukan penambahan etanol, sehingga terbentuk endapan orange. Endapan yang timbul akibat penambahan etanol disebabkan karena di dalam larutan tersebut terdapat asam sulfat. Etanol bersifat basa karena mempunyai gugus hidroksil (-OH) sehingga pada saat ditambahkan dengan

larutan yang bersifat asam, maka akan terbentuk endapan dalam hal ini endapan garam, yang memiliki warna orange karena dalam larutan tersebut terdapat 2,4-dinitrofenilhidrasin yang memilki warna orange.

Setelah itu dilakukan pengujian terhadap beberapa sampel. Sampel pada pengujian ini berjumlah 5 sampel. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui sampel mana yang menggandung gugus karbonil ( C=O). Sejalan dengan tujuan tersebut, untuk mengetahui apakah dalam sampel tersebut terdapat gugus karbonil, maka larutan sampel tersebut diuji dengan menggunakan pereaksi 2,4-dinitrofenilhidrasin dengan sedikit bantuan aquades (H2O). Penambahan aquades (H2O) akan menambah jumlah proton pada oksigen yang negatif. Penambahan jumlah proton pada oksigen ini dapat dijelaskan dengan menggunakan konsep serangan terhadap gugus karbonil baik itu elktrofil maupun nukleofil. Dalam pembahasan ini dianggap bahwa air memiliki muatan positif yang berasal dari H+ dan memiliki muatan negatif yang berasal dari OH-. Nukleofil dalam hal ini OH- menyerang atom karbon (C) pada ikatan ganda dua karbon-oksigen. Serangan OH- terhadap karbon disebabkan karena karbon mempunyai muatan positif parsial, karena elektron lebih tertarik pada atom oksigen, sebab oksigen memiliki keelektonegatifan yang lebih tinggi dibandingkan dengan karbon ( C ).

Pengujian selanjutnya adalah dengan uji tollen, dimana ion kompleks perak ammonia direduksi oleh aldehid menjadi logam perak. Hal ini ditunjukkan dengan adanya cermin perak yang mengendap pada permukaan sebagai cermin dalam reaksi senyawa aldehid, formaldehid dan glukosa. Penambahan Amonia encer dalam uji menggunakan tollen dimaksudkan untuk diperoleh komplek Cu sebab perak hidroksida tidak larut dalam air, jadi ion perak harus dikomplek dulu oleh ammonia dalam suasana basa agar tetap larut. Reaksi pembentukan cermin perak adalah

RCHO + 2Ag(NH3)2+ + 2HO- 2Ag + RCOO- + H2O + NH4+ + NH3 cermin perak

V. Simpulan

Simpulan pada percobaan ini adalah bahwa Aldehid dan keton merupakan senyawa yang memiliki gugus karbonil. Identifikasi aldehid dan keton dapat dilakukan dengan test reaksi 2,4-dinitrofenilhidrasin, yang berupa endapan berwarna kuning/merah. Test pereaksi tollen digunakan untuk membedakan aldehid dengan keton, yang menghasilkan endapan perak sebagai cermin.

RCHO + 2Ag(NH3)2+ + 2HO- 2Ag + RCOO- + H2O + NH4+ + NH3 cermin perak

Daftar Pustaka

Abraham. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Organik II. Laboratorium Pengembangan Unit Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,Universitas Haluoleo. Kendari

Clayden. J. 2001. Organic Chemistry. McGraw-Hill. Sydney

Yasni, Sedarnawati. 2003. Isolasi dan Identifikasi Komponen Volatil Biji Atung (Parinarium glaberrimum Hassk). Kampus IPB Darmaga. Bogor

LAPORAN PRAKTIKUM ALDEHID DAN KETON

ALDEHID DAN KETON

5.1 PENDAHULUAN

5.1.1 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut: 1. Mempelajari reaksi kimia aldehid dan keton.

2. Menggunakan aldehid dan keton untuk mengidentifikasi senyawa.

5.1.2 Latar Belakang

Di alam ini terdapat bermacam-macam jenis senyawa di antaranya adalah senyawa-senyawa karbonil yang terdiri atas senyawa keton dan aldehid. Di mana kedua senyawa tersebut banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya saja pada senyawa aldehid berupa formalin yang sering digunakan dalam pengawaten mayat. Etanal atau asetaldehida digunakan dalam pembuatan zat pewarna. Sedangkan dalam senyawa keton misalnya saja aseton yang yang digunakan oleh wanita untuk membersihkan koteks pada kuku. Dari sini dapat kita ketahui bahwa betapa pentingnya mempelajari senyawa-senyawa ini.

5.2 DASAR TEORI

Aldehid dan keton merupakan kelompok senyawa organik yang mengandung gugus karbonil (C = O). Rumus umum struktur aldehid dan keton seperti tertulis dibawah ini dengan R adalah alkyl atau aril

║ ║ R-C-H R-C-R suatu aldehid suatu keton (Fessenden dan Fessenden, 1990).

Banyak aldehid dan keton mempunyai bau khas yang membedakannya. Umumnya aldehid berbau merangsang dan keton berbau harum. Misalnya, transinamaldehida adalah komponen utama minyak kayu manis dan enantiomer–enantiomer karbon yang menimbulkan bau jintan dan tumbuhan permen (Fessenden dan Fessenden, 1997).

Sifat fisis dari aldehid dan keton, gugus karbonil terdiri dari sebuah atom karbon Sp2 yang dihubungkan ke sebuah atom oksigen oleh sebuah ikatan sigma dan sebuah ikatan pi. Ikatan–ikatan sigma gugus karbonil terletak dalam suatu bidang dengan sudut ikatan kira-kira 120oC di sekitar karbon Sp2. Ikatan pi yang menghubungkan C dan O terletak di atas dan di bawah bidang ikatan-ikatan sigma tersebut. Gugus karbonil bersifat polar, dengan elektron-elektron dalam ikatan sigma dan terutama elektron-elektron dalam ikatan pi, tertarik ke oksigen yang lebih elektronegatif. Oksigen gugus karbonil mempunyai dua pasang elektron menyendiri. Semua sifat-sifat struktural ini kedataran, ikatan pi, polaritas dan adanya elektron menyendiri, mempengaruhi sifat dan kereaktifan gugus karbonil (Fessenden dan Fessenden, 1990).

Aldehid dan keton dapat membentuk ikatan hidrogen antar molekul, karena tidak ada gugus hidroksil dan dengan demikian titik didihnya menjadi lebih rendah dari alkohol padanannya. Tetapi aldehid dan keton tarik menarik melalui interaksi antara polar-polar, sehingga titik didihnya menjadi lebih tinggi dibanding alkana padanannya (Wilbraham, 1992).

Ciri polar gugus karbonil memberikan petunjuk untuk mengerti sifat kimia senyawa karbonil. Atom karbon gugus karbonil adalah ujung positif dipol dan atom oksigen adalah ujung negatif. Nukleofil mengadisi pada atom karbon karbonil, dan elektrofil mengadisi pada atom oksigen karbonil (Pine, 1988). Formaldehida, suatu gas tak berwarna, mudah larut dalam air. Larutan 40 % dalam air dinamakan formalin, yang digunakan dalam pengawetan cairan dan jaringan. Formaldehida juga digunakan dalam pembuatan resin sintetik. Polimer dari formaldehida, yang disebut para formaldehida, juga digunakan sebagai antiseptic dan insektisida (Petrucci, 1999).

Aldehid dan keton dapat membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air yang polar. Anggota deret yang rendah, yaitu formaldehida, asetaldehida dan aseton yang bersifat larut dalam air dalam segala perbandingan. Aldehida bersifat netral, suku-suku dengan 4 karbon tak larut dalam HO berbau tajam dan enak, tetapi yang mengandung 8-12 karbon dalam larutan encer baunya seperti bunga dan di dalam industri wangi-wangian (Riawan, 1989).

Aldehid dan keton bersifat netral. Siku-siku yang rendah larut dalam air dan pelarut organik. Siku yang lebih dari 4c akan tidak larut dalam air. Aldehid-aldehid yang rendah seperti formaldehida dan asetaldehida berbau tidak sedap dan menyengat. Sedangkan aldehid yang berantai panjang dalam larutan encer baunya seperti bunga (Riawan, 1989).

5.3 METODOLOGI

5.3.1 Alat Dan Bahan 5.3.1.1 Alat

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah termometer, water bath, tabung reaksi, tutup tabung reaksi, plat pemanas dan pipet tetes.

Gambar 5.1 Deskripsi Alat

5.3.1.2 Bahan

Bahan yang digunakan adalah dietil eter, formaldehid, sikloheksanon, NaOH, HCl, Es batu, KMnO4, larutan iodin dalam KI, larutan amonia 10%, pereaksi fehling A dan B, Natrium Bisulfit, AgNO3, asam sulfat dan fenilhidrazin 1%.

5.3.2 Prosedur Kerja 5.3.2.1 Uji Fehling

1. Mengisi tiap tabung reaksi dengan 1 ml reagen Fehling A dan B.

2. Menambahkan pada tiap tabung reaksi dengan masing masing sampel aldehid dan keton. 3. Memanaskan selama 5 menit, mengamati perubahan yang terjadi.

4. Mengulangi percobaan di atas untuk semua sampel aldehid dan keton.

5.3.2.2 Uji Tollens (uji cermin perak)

1. Memasukkan 1 ml AgNO3 5%, 2 tetes larutan NaOH 10% serta amonia encer tetes demi tetes, aduk hingga tercampur.

2. Menambahkan dengan 1 ml sampel aldehid ataupun keton, kocok dan mmembiarkan selama 5 menit. 3. Memanaskan dalam water bath bersuhu 40oC selama 5 menit, mengamati perubahan yang terjadi. 4. Mengulangi percobaan di atas dengan semua sampel aldehid dan keton.

1. Memasukkan 1 ml sampel pada tiap tabung reaksi. 2. Menambahkan pada tiap tabung 1 ml I2 dalam KI.

3. Menambahkan NaOH 6 M tetes demi tetes hingga iodine berwarna kuning, mendiamkan. 4. Memanaskan jika dalam 5 menit tidak terdapat endapan, mengamati perubahan yang terjadi. 5. Mengulangi percobaan di atas dengan semua sampel aldehid dan keton.

5.3.2.4 Pembentukan Damar

1. Memasukkan setiap 1 ml sampel aldehid atau keton ke dalam setiap tabung reaksi. 2. Menambahkan 1 ml NaOH pekat dalam tiap tabung reaksi.

3. Memanaskan selama 5 menit (sampai terbentuk endapan) 4. Mendinginkan secepatnya dalam air.

5. Mengamati warna dan bentuk gumpalan yang terjadi.

6. Mengulangi prosedur di atas dengan semua sampel aldehid dan keton.

5.3.2.5 Uji Adisi Natrium Bisulfit

1. Menyiapkan 2 tabung reaksi.

2. Mengisi tabung reaksi 1 dengan 1 ml Na-bisulfit dan menambahkan dengan 1 ml sampel aldehid atau keton, mengocok dan mengamati perubahannya.

3. Mengisi tabung reaksi 2 yang dicelupkan dalam es lalu menambahkan 1 ml Na-bisulfit jenuh dan menambahkan 1 ml sampel aldehid atau keton, mengocok dan mengamati perubahannya.

5.3.2.6 Uji Pembentukan Asam Karboksilat

1. Memasukkan 1 ml KMnO4, 4 tetes larutan asam sulfat pekat dan 1 ml sampel. 2. Memanaskan dan memperhatikan bau yang timbul.

3. Mengulangi percobaan di atas untuk semua sampel aldehid dan keton.

5.3.2.7 Reaksi Pembentukan Fenilhidrazin

1. Memasukkan 1 ml sampel dan 1 ml fenilhidrazin 1% (dalam HCl 5%). 2. Mengamati perubahan yang terjadi.

5.4 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.4.1 Data Hasil Pengamatan Tabel 5.4.1.1 Uji Fehling

No. Langkah Kerja Hasil Pengamatan 1.

2.

1ml fehling A + 1ml fehling B ke dalam tabung reaksi

Menambahkan masing-masing sampel 1ml fehling A + 1ml fehling B + 1ml dietil eter Memanaskan selama 5 menit

1ml fehling A + 1ml fehling B + 1ml sikloheksanon Memanaskan 5 menit 1ml fehling A + 1ml fehling B + 1ml formaldehida Memanaskan 5 menit

Warna biru tua

Terdapat 2 lapisan diatas bening, di bawah biru tua Warna biru tua

Terdapat 2 lapisan, di atas bening di bawah biru tua Terdapat 2 lapisan,di atas bening di bawah keruh Terdapat 3 lapisan, hijau

muda, hijau tua, biru tua Warna menjadi coklat keruh

Tabel 5.4.1.2 Uji Tollens

No. Langkah Kerja Hasil Pengamatan 1.

2.

1ml AgNO3 5% + 2 tetes larutan NaOH 10% + 10 tetes amonia

AgNO3 5% + NaOH 10% + amonia + 1ml dietil eter

Memanaskan 5 menit

AgNO3 5% + NaOH 10% + amonia + 1ml

Warna abu-abu tua, terdapat endapan

Warna endapan abu-abu

sikloheksanon

AgNO3 5% + NaOH 10% + amonia + 1ml formaldehid

Memanaskan 5 menit

di permukaan terdapat endapan

Terdapat endapan berwarna abu-abu tua di atas endapan ada larutan yang berwarna bening

Tabel 5.4.1.3 Uji Iodoform

No. Langkah Kerja Hasil Pengamatan 1.

2.

3.

1ml dietil eter + 1ml I2 dalam KI + 10 tetes NaOH 6M

Memanaskan

1ml sikloheksanon + 1ml I2 dalam KI + 10 tetes NaOH 6M

Memanaskan

1ml formaldehid + 1ml I2 dalam KI + 10 tetes NaOH 6M

Memanaskan

Warna larutan kuning susu

Terdapat 2 lapisan di atas kuning di bawah putih susu Warna larutan bening

Tabel 5.4.1.4 Pembentukan Damar

No. Langkah Kerja Hasil Pengamatan 1.

2.

3.

1ml dietil eter + 1ml NaOH pekat

Memanaskan 5 menit lalu mendinginkan 1ml sikloheksanon + 1ml NaOH pekat

Memanaskan 5 menit lalu mendinginkan 1ml formaldehid + 1ml NaOH pekat Memanaskan 5 menit lalu mendinginkan

Terdapat 2 lapisan di atas bening di bawah keruh Warna menjadi bening terdapat 2 lapisan di atas bening di bawah kuning keruh

warna tetap warna bening warna tetap

Tabel 5.4.1.5 Uji Adisi Natrium Bisulfit

No. Langkah Kerja Hasil Pengamatan 1.

2.

1ml Na bisulfit jenuh + 1ml dietil eter

1ml Na bisulfit jenuh + 1ml dietil eter (tabung dicelupkan dalam es)

1ml Na bisulfit jenuh + 1ml sikloheksanon

Warna bening, terdapat 2 lapisan di bawah lebih kental Warna bening, terdapat 2 lapisan di atas cairan lebih sedikit

Terdapat butiran-butiran gel Dalam gel terdapat lapisan di bawah lebih kental

3.

1ml Na bisulfit jenuh + 1ml sikloheksanom (tabung dicelupkan dalam es)

1ml Na bisulfit jenuh + 1ml formaldehid

1ml Na bisulfit jenuh + 1ml formaldehid ( tabung dicelupkan dalam es )

Warna jernih Warna jernih

Tabel 5.4.1.6 Reaksi Pembentukan Asam Karboksilat

No. Langkah Kerja Hasil Pengamatan 1.

2.

3.

1ml KmnO4 + 4 tetes asam sulfat pekat + 1ml dietil eter dan memanaskan

1ml KmnO4 + 4 tetes asam sulfat pekat + 1ml sikloheksanon dan memanaskan

1ml KmnO4 + 4 tetes asam sulfat pekat + 1ml formaldehid dan memanaskan

Berbau menyengat

Berbau tapi tidak menyengat Berbau tapi tidak menyengat

Tabel 5.4.1.7 Reaksi Pembentukan Fenilhidrazin

1.

2.

3.

1ml dietil eter + 1ml fenilhidrazin

1ml sikloheksanon + 1ml fenilhidrazin

1ml formaldehid + 1ml fenilhidrazin

Terdapat 2 lapisan di atas kuning bening di bawah kuning susu

lapisan di atas kuning di bawah bening

warna kuning susu

5.4.2 PEMBAHASAN 5.4.2.1 Uji fehling

Uji fehling dilakukan untuk mengetahui kekuatan suatu aldehida dan keton teroksidasi. Larutan fehling terdiri dari fehling A yaitu CuSO4 yang berwarna biru muda dan fehling B adalah NaOH + Naktartat. Larutan fehling kemudian ditambahkan dengan sampel formaldehida, aseton dan sikloheksanon menghasilkan warna biru tua. Hal ini terjadi karena Cu2+ terdapat dalam ion kompleks. Setelah larutan dipanaskan, pada formaldehid terdapat endapan coklat dan larutan keruh. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

║ ║

HCOH + 2Cu2+ + 5OH- H-COO - + 3 H2O + Cu2O . . .(1)

Endapan coklat terjadi kemungkinan besar karena tabung reaksi yang digunakan kurang bersih. Pada sampel dietil eter dan sikloheksanon tidak terjadi endapan merah bata. Hal ini karena dietil eter dan sikloheksanon lebih sulit untuk dioksidasi daripada formaldehid. Jadi untuk formaldehid menghasilkan reaksi (+) pada uji fehling dan pada sampel dietil eter dan sikloheksanon nenghasilkan reaksi (-) pada uji fehling.

5.4.2.2 Uji tollens

Percobaan uji tollens atau cermin perak digunakan untuk dapat atau tidaknya keton dan aldehid dioksidasi menjadi asam karboksilat. Untuk dietil eter terdapat endapan berwarna abu-abu, sikloheksanon terdapat warna endapan coklat, dan di permukaan terdapat endapan, sedangkan pada formaldehid terdapat endapan berwarna abu-abu tua dan di atas endapan terdapat larutan yang berwarna bening. Hal ini membuktikan bahwa pada dietil eter dan formaldehid (+) menjadi cermin perak karena terdapat endapan logam, ini terjadi karena Ag+ yang ada tereduksi dan Ag+ inilah yang bertindak sebagai oksidator. Hal ini menunjukkan bahwa aldehid lebih mudah teroksidasi daripada keton. Reaksi cermin perak pada formaldehid dapat ditulis sebagai berikut:

2 AgNO3+2NaOH→Ag2O+H2O+2NaNO3 . . . (2) Ag2O+4NH3+H2O→2Ag(NH3)2+2OH- . . . (3)

CH2O+2Ag(NH3)2+3OH-→H-C-O-NH4+2Ag↓+3H2ONH3↑ . . . . (4)

O

Berarti untuk uji tollens aldehid bereaksi (+) dan keton (-).

Uji ini dilakukan untuk mengetahui bisa atau tidaknya suatu aldehid dan keton untuk diionisasi. Pada tiga sampel yang ditambahkan pada iodin dan NaOH semuanya tidak membentuk endapan. Pada sampel dietil eter warna larutan kuning susu, sikloheksanon terdapat 2 lapisan di atas kuning di bawah putih susu sedangkan pada formaldehid larutan berwarna bening. Seharusnya pada sikloheksanon dapat membentuk endapan iodoform (CHI3) dan terbentuk jika asam H alfa mengikat gugus keton metil. Contoh reaksi keton sebagai berikut:

CH3COOCH3+3I2→CH3COOH- +CH3I . . . (5) Aseton

Kemungkinan tidak terbentuk endapan pada sikloheksanon ialah karena pemanasan yang kurang lama atau pengamatan yang kurang teliti. Kemungkinan lain adalah karena sampel sikloheksanon yang digunakan terkontaminasi unsur lain atau karena penggunaan tabung reaksi yang kurang bersih.

5.4.2.4 Pembentukan Damar

Pada percobaan ini sampel ditambahkan larutan HCL 6 M dan semuanya tidak menghasilkan endapan. Pada dietil eter terdapat 2 lapisan di atas bening dan di bawah keruh, sikloheksanon terdapat 2 lapisan di atas bening di bawah kuning keruh dan pada formaldehid warna bening. Damar atau amorf hanya dapat terjadi bila suatu keton atau aldehida memiliki hidrogen alfa yang berikatan dengan basa kuat. Reaksi pembentukan damar adalah sebagai berikut:

O O ║ NaOH pekat ║

2HCH HCONa + CH3OH . . . (6)

5.4.2.5 Uji Adisi Natrium Bisulfit

Pada saat 1ml Natrium bisulfit ditambahkan dengan formaldehid ternyata tidak terjadi reaksi. Berbeda ketika senyawa natrium bisulfit ditambahkan pada sikloheksanon yang kemudian membentuk gumpalan putih (gel). Hal ini akibat terjadinya pemutusan ikatan gugus karbonil pada reaksi adisi.

Dalam dokumen Laporan Praktikum Aldehid Dan Keton (Halaman 28-57)

Dokumen terkait