• Tidak ada hasil yang ditemukan

Adijaya IN, Yasa MR, dan Sukadana M. 2006. Respon kacang panjang terhadap pemupukan organik dan anorganik di lokasi proima tani lahan kering Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng, Bali. http://ntb.litbang.

deptan.go.id/ind/2006/TPH/responkcpanjang.doc (24 November 2009)

Balai Penelitian Tanah. 2005. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air dan Pupuk. Badan Penelitian dan pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Basyir A dan Suyamto. 1996. Penelitian padi untuk mendukung pelestarian

swasembada pangan. Pros. Seminar Apresiasi Hasil Penelitian Balittan Padi. Badan Litbang Pertanian. Buku I. Hal. 146-170.

BIP Irian Jaya. 1995. Bercocok tanam tomat. Lembar Informasi Pertanian (LIPTAN) Balai Informasi Pertanian Irian Jaya. Jayapura

Bisnis Bali. 2007. Biaya rendah, bisnis kangkung menjanjikan.

http://www.bisnisbalionline.com. [10 Maret 2007]

BPTP DKI Jakarta. 2007. Budidaya sayuran kangkung darat di DKI Jakarta. Rekomendasi Teknologi Spesifik Lokasi. Balai Pengembangan dan pengkajian Tekonologi DKI jakarta. [ 10 Maret 2007]

BPTP Sumbar. 2005a. Usahatani Perkotaan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat. Padang. [ 10 Maret 2007]

BPTP Sumbar. 2005b. Tumpangsari Terung dan kacang panjang. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat. Padang. [ 10 Maret 2007] Budidarsono S, Wijaya K and Roshetko J. 2006. Farm and household economic

study of Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Indonesia. ICRAF South East Asia.

Buurma JS dan Basuki RS. 1990. From statistical data to research regions. J. Hort. 18(1):3-10.

Corey RB. 1987. Soil Test Procedure. In J.R. Brown (Ed.). Soil Testing: Sampling, Correlation, Calibration, and Interpretation. Soil Science Society of America Special Publication No. 21. SSSA, Madison, Winconsin.

Churriyati E. 2005. Karakterisasi dan rejuvenasi dua puluh lima galur kacang panjang (Vigna sesquipedalis (L.) Fruhw). Skripis. Departemen Budi Daya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor Bogor

Dahnke dan Olson. 1990. Soil correlation. P 46-168. In Wetermann RL. Soil Testing and Plant Analysis. 3rd edition. Soil Science Society of America Inc. Madison, Wisconsin. USA.

Darmawan J dan Sopandie D. 1993. Diktat Mata Kuliah Interaksi Hara dan Tanaman. Program Pascasarjana, IPB. 82 hal.

Deptan. 2007a. Data produksi komoditi hortikultura 2000 – 2009. http://database. deptan.go.id/bdspweb/bdsp2007/hasil_kom.asp

Deptan. 2007b. Data luas panen komoditi hotrikultura 2000 – 2009. http://database. deptan.go.id/bdspweb/f4-free-frame.asp

Ermayanti L. 2009. Pengaruh Teknik Pemupukan dan Dosis Pupuk NPK Tambahan saat Fase Generatif Pada Produksi dan Kualitas Benih Buncis (Phaseolus vulgaris L.). Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. http://skripsi.unila.ac.id/2009/08/05/pengaruh-dosis-pupuk-kandang-dan-

pupuk-npk-pada-pertumbuhan-dan-daya-hasil-tanaman-buncis-phaseolus-vulgaris-l-di-sela-tanaman-kopi-muda (24November 2009)

Foth HD. 1990. Fundamentals of Soil Science. 4th edition. John Wiley and Sons. New York. 360 P.

Grubben GJH. 1994. Amaranthus L. P 82-86. In Siemonsma JS and Piluek K. Prosea Vegetables. Prosea Foundation. Bogor. Indonesia

Grubben GJH. 1994. Vigna unguiclata L. P 274-278. InSiemonsma JS and Piluek K. Prosea Vegetables. Prosea Foundation. Bogor. Indonesia

Hakim N, Nyakpa MY, Lubis AM, Nugroho SG, Diha MA, Hong GB, dan Bailey HH. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung.

Havlin JL, Beaton JD, Tisdale SL, and Nelson WL. 1999. Soil Fertility and Fertilizers. Prentice Hall, New Jersey. 499p.

Herawati L. 2009. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang dan Pupuk NPK pada Pertumbuhan dan daya Hasil Tanaman Buncis (Phaseolus vulgaris L.) di Sela Tanaman Kopi Muda. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung.http://skripsi.unila.ac.id/2009/08/12/pengaruhteknikpemupukan -dan -dosis-pupuk-npk-tambahan-saat-fase-generatif-pada-produksi-dan-kualitas-benih-buncis-phaseolus-vulgaris-l/. (24 November 2009).

Iqbal M. 2006. Penggunaan Pupuk Majemuk sebagai Sumber Hara pada Budidaya Bayam secara Hidroponik dengan Tiga Cara Fertigasi. Skripsi. Program Studi hortikultura. Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.

Laksanawati A dan Dibiyantoro H. 1996. Rampai-Rampai tentang Kangkung (Ipomoea aquatica Forsk.). Pusat Penelitian Hortikultura. Balitbang Pertanian. Lembang-Bandung. 43 hal.

Leiwakabessy F dan Sutandi A. 1988. Pupuk dan Pemupukan. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 164hal.

Koryati T. 2004. Pengaruh Penggunaan Mulsa dan Pemupukan Urea terhadap Pertumbuhan dan Produksi Cabai Merah (Capsicum Annum L.). Skripsi. Universitas Sumatera utara. : USU e-JournalsVol. 2 No. 1 April 2004. http://library.usu.ac.id/index.php/component/journals/index.php?

option=com_journal_review&id=12770&task=view (24 November 2009) Keputusan Menteri Pertanian. 2003. Pedoman penggunaan pupuk an-organik.

http://www.deptan.go.id/bsp/puk_pest/peraturan/lamp_sk_238.htm. 22 mei 2006

Masriah N. 2006. Penggunaan Pupuk Majemuk sebagai Sumber Hara pada Budidaya Kangkung Darat (Ipomoea reptans poir) secara Hidroponik dengan Tiga Cara Fertigasi. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.

Mattjik AA dan Sumertajaya M. 2000. Perancangan Percobaan. Jilid I. IPB Press.

Melsted SW, Peck and TR. 1973. The principles of soil testing. In: L.M. Walsh and J.D. Beaton. (Eds.) Soil Testing and Plant Analysis. Madison, Wisc. USA: Soil Science Society of America Inc.

Nursyamsi D. 2002. Studi korelasi uji tanah hara K tanah Oxisol dan Inceptisol untuk jagung (Zea mays). J. Tanah Trop. 15:59-68.

Nursyamsi D dan Fajri N. 2005. Penelitian uji tanah hara phosphorus di tanah andisol untuk kedelai (Glycine max, L.). Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan, 5(2):27-37.

Nursyamsi D dan Widayati RD. 2004. Batas kritis hara fosfor dalam tanah Inceptisol dan Ultisol untuk kedelai (Glycine max L.). Jurnal Tanah dan Air. Nyakpa MY, Lubis AM, Pulung MA, Amrah AG, All Munawar, Go Ban H dan

Hakim N. 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung.

Opena RT dan Van der Vossen. 1994. Licopersicon esculentum Miller. P 199-205. InSiemonsma JS and Piluek K. Prosea Vegetables. Prosea Foundation. Bogor. Indonesia

Pickersgill B. 1989. Genetic resources of Capsicumfor tropical regions. P.89-317. In S. K. Green (ed). Tomato and Pepper Production in the Tropic.

International Symposium on Integrated Management Practices. AVRDC Publ. Taiwan.

Poulos JM. 1994. Capsicum L. P 136-140.InSiemonsma JS and Piluek K. Prosea Vegetables. Prosea Foundation. Bogor. Indonesia

Rahayu YS. 2007. Pengaruh Posisi Klaster dan Pemangkasan terhadap Produksi dan Viabilitas Benih Bayam (Amaranthus spp.). Skripsi. PS Pemuliaan Tanaman. Faperta. IPB. Bogor.

Rochayati R, Setyorini D, Suping S, dan Widowati LR. 1999. Korelasi uji tanah hara P dan K. Laporan Bagian Proyek Penelitian Sumberdaya Lahan. Puslittanak (Belum dipublikasikan).

Rosmarkam A dan Yuwono NW. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta.

Samijan, Supadmo H, mahening R. 2002. Hubungan antara metode penentuan takaran pupuk P dan K berdasarkan uji tanah dan kebutuhan tanaman. P 77-86. Dalam Zaini Z, Sofyan A, Kartaatmadja S. Prosiding Pengelolaan Hara P dan K pada Padi Sawah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Sanchez, Pedro A. 1976. Properties and Management of Soils in the Tropics. John Wiley and Sons. New York. 618 hal.Salisbury, FB. Ross CW. 1997. Fisiologi Tumbuhan. Terjemahan. Jilid 3. ITB. Bandung. 343 hal.

Sastrahidayat, I. R. dan D. S. Soemarno. 1991. Budi Daya Tanaman Tropika. Usaha Nasional Surabaya. 524 hal.

Smarrt J. 1992. Phaseolus vulgaris L. P 60-63. In Van Der Maesen LJG, Somaatmadja S. Prosea Pulses. Prosea Foundation. Bogor. Indonesia

Smith GP dan Heiser Jr CB. 1951. Taxonomic and genetic studies on the cultivated peppers, Capsicum annuum L. and C. frutescens L. American Journal of Botany 38:362-368.

Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. 429 hal.

Soebagyo H, Suharta N, Siswanto AB. 2000. Tanah-tanah pertanian di Indonesia. Di dalam: Sumber Daya Lahan Indonesia dan pengelolaannya. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor. Hal 21-66

Sutarno H, Danimiharja S and Grubben GJH. 1994. Hasan S. Solanum melongena L. P 255-258InSiemonsma JS and Piluek K. Prosea Vegetables. Prosea Foundation. Bogor. Indonesia

Sutriadi MT, Nursyamsi D, dan Kurnia U. 2004. Korelasi uji tanah hara P pada Typic kandiudults di Lampung untuk kedelai. P 87-96. Dalam Prosiding Simposium Nasional Pendayagunaan Tanah Masam. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitin dan Pengembangan Pertian. Departmen Pertanian. Bogor.

Westphal E.1994. Ipomoea aquatica Forsskal. P 181-184. In Siemonsma JS and Piluek K. Prosea Vegetables. Prosea Foundation. Bogor. Indonesia

Lampiran 1. Kriteria penilaian sifat-sifat kimia tanah (Balai Penelitian Tanah, 2005)

Sifat tanah

Penilaian Sangat

rendah

Rendah sedang Tinggi Sangat

tinggi C-organik (%) <1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 >5.00 N-total (%) <0.10 0.10-0.20 0.21-0.50 0.51-0.75 >0.75 C/N <5.0 5.0-10.0 11.0-15.0 16.0-25.0 >25.0 P2O5 HCl (mg/100g) <15.0 15.0-20.0 21.0-40.0 41.0-60.0 >60.0 P-Bray-1 (ppm) <4.0 4.0-7.0 8.0-10.0 11.0-15.0 >15.0 KTK (me/100g) <5.0 5.0-10.0 11.0-20.0 21.0-40.0 >40.0

Basa-basa dapat ditukar

K <0.1 0.10-0.3 0.4-0.5 0.6-1.0 >1.0 Mg <0.3 0.3-1.0 1.1-2.0 2.1-8.0 >8.0 Ca <2.0 2.0-5.0 6.0-10.0 11.0-20.0 >20.0 Na <0.1 0.1-0.3 0.4-0.7 0.8-1.0 >1.0 KB (%) <20.0 20.0-40.0 41.0-60.0 61.0-80.0 >80.0 Kej. Al (me/100g) <5.0 5.0-10.0 11.0-20.0 21.0-40.0 >40.0

Reaksi tanah (pH H2O) Sangat masam masam Agak masam netral Agak alkalis Alkalis <4.5 4.5-5.5 5.6-6.5 6.6-7.5 7.6-8.5 >8.5

Metode ekstraksi terbaik Dosis pupuk P yang memberikan

produktivitas relatif tertinggi Tahap I. Inkubasi pupuk P tahap pertama Pengambilan dan analisis contoh tanah awal

Pengambilan dan analisis contoh tanah setelah inkubasi P

Keterangan : = Aktivitas fisik penelitian = Output penelitian

= Pemanfaatan data = Garis output

Lampiran 2. Diagram alir tahapan penelitian korelasi unsur P Tahap II. Uji Korelasi hara P tanah

Lampiran 3. Metoda ekstraksi dengan pengekstrak HCl 25% (Balai Penelitian Tanah, 2005)

Alat-alat :

 Neraca analitik ketelitian tiga desimal

 Botol kocok

 Mesin kocok bolak-balik

 Alat sentrifusi  Tabung reaksi  Dispenser 10 ml  Pipet volume 0,5 ml  Pipet volume 2 ml  pipet ukur 10 ml  Spektofotometer UV-VIS  Flamefotometer Pereaksi : • HCl 25%.

Encerkan 675,68 ml HCl pekat (37%) dengan air bebas ion menjadi 1 l. • Pereaksi P pekat

Larutkan 12 g (NH4)6Mo7O24.4H2O dengan 100 ml air bebas ion dalam labu ukur 1 l. Tambahkan 0,277 g K (SbO)C4H4O6 0,5 H2O dan secara perlahan 140 ml H2SO4pekat. Jadikan 1 liter dengan air bebas ion

• Pereaksi warna P

Campurkan 1,06 g asam askorbat dengan 100 ml pereaksi P pekat kemudian dijadikan 1 l dengan air bebas ion. Pereaksi P ini harus selalu dibuat baru. • Standar induk 1 000 ppm PO4(Tritisol)

Pindahkan secara kualntitatif larutan standar induk PO4 Tritisol di dalam ampul ke dalam labu ukur 1 l. Impitkan dengan air bebas ion sampai dengan tanda garis, kocok.

• Standar induk 200 ppm PO4

Pipet 50 ml standar induk PO41 000 ppm tritisol ke dalam labu ukur 250 ml. Impitkan dengan air bebas ion sampai dengan tanda garis, kocok.

• Deret standar PO4(0; 2; 4;8; 16; 24; 32; dan 40 ppm)

Pipet berturut-turut 0; 2; 4; 8; 12; 16; dan 20 ml standar 200 ppm PO4 ke dalam labu ukur 100 ml. Masing-masing ditambah 5 ml HCl 25% dan air bebas ion hingga tanda garis lalu kocok.

Cara kerja :

• Timbang 2 g contoh tanah ukuran < 2 mm, dimasukkan kedalam botol kocok dan ditambahkan 10 ml HCl 25% lalu kocok dengan mesin kocok selama 5 jam. Masukkan ke dalam tabung reaksi dibiarkan semalam atau disentrifusi. • Pipet 0,5 ml ekstrak jernih contoh ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 9,5 ml

air bebas ion (pengenceran 20x) dan dikocok. Pipet 2 ml ekstrak contoh encer dan deret stadar masing-masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 10 ml larutan pereaksi pewarna P dan dikocok. Dibiarkan selama 30 menit, lalu ukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 693 nm.

Perhitungan :

Kadar P potensial mg P2O5(100 g)-1

= ppm kurva x (ml ekstrak/1 000 ml) x 100 g (g contoh)-1x fp x (142/90) x fk = ppm kurva x 10/1 000 x 100/2 x 20 x 142/90 x fk

= ppm kurva x 10 x 142/90 x fk

Keterangan :

ppm kurva = kadar contoh yang didapat dari kurva hubungan antara kadar deret standar dengan pembacaannya setelah dikoreksi blanko Fk = Faktor koreksi kadar air = 100/(100 - % kadar air)

Fp = Faktor pengenceran (20)

142/90 = Faktor konversi bentuk PO4menjadi P2O5

Lampiran 4. Metode ekstraksi dengan pengekstrak Morgan-Wolf (Natrium asetat pH 4.8) (Balai Penelitian Tanah, 2005)

Peralatan yang dbutuhkan:

 Neraca analitik ketelitian 4 desimal

 Tabung reaksi

 Dispenser 25 ml

 Kertas saring

 Botol kocok plastik 100 ml

 Pipet volume 1, 2 dan 5 ml

 Pipet ukur 10 ml

 Mesin kocok bolak-balik 180 goyangan menit-1

 Spektrofotometer

Pereaksi :

▪ Pengekstrak Morgan Wolf

Timbang 100 g Na-asetat (NaC2H2H3O2.3H2O) dalam labu ukur 1 000 ml tambahkan 30 ml asam asetat glasial dan 0,05 g DTPA. Diencerkan dengan air bebas ion sampai 950 ml. Atur pH sampai 4,8 dengan penambahan asam asetat. Setelah pH nya tercapai impitkan sampai tanda garis 1 000 ml dan kocok.

 Karbon aktif

 Pengkekstrak Morgan Wolf pekat empat kali

Cara kerja seperti pembuatan pengekstrak Morgan Wolf dengan menggunakan bahan empat kali kecali pengenceran tetap hingga 1 l.

• Pereaksi P pekat

Larutkan 12 g (NH4)6Mo7O24.4H2O dengan 100 ml air bebas ion dalam labu ukur 1 l. Tambahkan 0,277 g K (SbO)C4H4O60,5 H2O dan secara perlahan 140 ml H2SO4pekat. Jadikan 1 liter dengan air bebas ion

• Pereaksi warna P

Campurkan 0,53 g asam askorbat ke dalam labu ukur 100 ml, tambahn50 ml pereaksi P pekat dan encerkan dengan air bebas ion sampai tanda garis.

• Standar pokok P 500 ppm

Larutkan 2,1954 g KH2PO4p.a.(kering 40oC) dengan air bebas ion dalam labu ukur 1000 ml, ditambah beberapa tetes kloroform, kemudian impitkan dengan air bebas ion sampai dengan tanda garis. Dapat pula digunakan standar pokok PO42-dari tritisol.

 Standar P 50 ppm

Pipet 2 ml standar 50 ppm P ke dalam labu ukur 100 ml dan encerkan dengan pengekstrak Morgan Wolf hingga tepat 100 ml.

 Standar P 1 ppm

Pipet 2 ml standar 50 ppm P ke dalam labu ukur 100 ml dan encerkan dengan pengekstrak Morgan Wolf hingga tepat 100 ml.

 Deret standar P (0-1 ppm)

Pipet berturut-turut 0; 1; 2; 4; 6; 8; dan 10 ml standar 1 ppm P ke dalam tabung reeaksi. Masing-masing ditambah pengekstrak Morgan Wolf samapi volumenya 10 ml. Bila menggunakan standar PO43-, deret standar dibuat dengan kepekatan 0-4 ppm.

Cara Kerja :

▪ Timbang 20 g contoh tanah halus < 2 mm dalam botol kocok 100 ml. Tambahkan 1 ml karbon aktif dan 40 ml pengekstrak Morgan Wolf dan dikocok dengan mesin pengocok 180 goyangan per menit selama 5 menit. Kemudian disaring dengan kertas saring Whatman No. 1 untuk mendapatkan ekstrak jernih.

▪ Pipet masing-masing 5 ml ekstrak contoh dan deret standar P ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 1 ml pereaksi pewarna P. Kocok dengan pengocok tabung sampai homogen dan biarkan 30 menit. P dalam larutan diukur dengan alat spektrofotometer pada panjang gelombang 693 nm.

Perhitungan :

Kadar unsur P (ppm)

= ppm kurva x ml ekstrak 1 000 ml-1x 1 000 g (g contoh)-1x fp x fk = ppm kurva x 40/1 000 x 1 000/20 x fp x fk

= ppm kurva x 2 x fp x fk Keterangan :

Ppm kurva = kadar contoh yang didapat dari kurva hubungan antara kadar deret standar dengan pembacaannya setelah dikoreksi blanko Fk = faktor koreksi kadar air = 100/(100 - % kadar air)

Lampiran 5. Metode ekstraksi dengan pengekstrak Bray 1 (Balai Penelitian Tanah, 2005)

Peralatan yang dibutuhkan :

 Neraca analitik ketelitian tiga desimal

 Dispenser 25 ml  Dispenser 10 ml  Tabung reaksi  Pipet 2 ml  Kertas saring  Botol kocok 50 ml  Mesin pengocok  Spektrofotometer Pereaksi :  HCl 5 N

Sebanyak 416 ml HCl p.a. pekat (37%) dimasukkan dalam labu ukur 1 000 ml yang telah berisi 400 ml air bebas ion, kocok dan biarkan menjadi dingin. Tambahkan lagi air bebas ion hingga 1 000 ml.

 Pengekstrak Bray dan Kurts I (larutan 0,025 N HCl + NH4F 0,03 N)

Timbang 1,11g hablur NH4F, dilarutkan dengan lebih kurang 600 ml air bebas ion, ditambahkan 5 ml HCl 5 N,kemudian diencerkan sampai 1 l.

• Pereaksi P pekat

Larutkan 12 g (NH4)6Mo7O24.4H2O dengan 100 ml air bebas ion dalam labu ukur 1 l. Tambahkan 0,277 g K (SbO)C4H4O6 0,5 H2O dan secara perlahan 140 ml H2SO4pekat. Jadikan 1 liter dengan air bebas ion

• Pereaksi warna P

Campurkan 1,06 g asam askorbat dengan 100 ml pereaksi P pekat kemudian dijadikan 1 l dengan air bebas ion. Pereaksi P ini harus dibuat baru.

• Standar induk 1 000 ppm PO4(Tritisol)

Pindahkan secara kualntitatif larutan standar induk PO4 Tritisol di dalam ampul ke dalam labu ukur 1 l. Impitkan dengan air bebas ion sampai dengan tanda garis, kocok.

• Standar induk 100 ppm PO4

Pipet 10 ml standar induk PO41 000 ppm tritisol ke dalam labu ukur 100 ml. Impitkan dengan pengekstrak Bray sampai dengan tanda garis, kocok.

• Deret standar PO4(0-20 ppm)

Pipet berturut-turut 0; 2; 4; 8; 12; 16; dan 20 ml standar 100 ppm PO4 ke dalam labu ukur 100 ml. Masing-masing diencerkan dengan pengekstrak Olsen hingga 100 ml.

Cara Kerja :

 Timbang 2,5 g contoh tanah < 2 mm, ditambah pengekstrak Bray dan Kurt I sebanyak 25 ml, kemudian dikocok selama 5 menit. Saring dan bila alrutan keruh dikembalikan ke atas saringan semula (proses penyaringan maksimum 5 menit).

 Dipipet 2 ml ekstrak jernih ke dalam tabung reaksi. Contoh dan deret standar masing-masing ditambah pereaksi pewarna fosfat sebanyak 10 ml, dikocok dan dibiarkan 30 menit. Diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 693 nm.

Perhitungan :

Kadar P2O5tersedia (ppm)

= ppm kurva x (ml ekstrak/1 000 ml) x 1 000 g (g contoh)-1 x fp x (142/90) x fk

= ppm kurva x 25/1 000 x 1 000/2,5 x fp x 142/90 x fk = ppm kurva x 10 x 142/90 x fk

Keterangan :

ppm kurva = kadar contoh yang didapat dari kurva hubungan antara kadar deret standar dengan pembacaannya setelah dikoreksi blanko Fk = Faktor koreksi kadar air = 100/(100 - % kadar air)

Fp = Faktor pengenceran (20)

Lampiran 6. Metode ekstraksi dengan pengekstrak Mehlich-1 (Balai Penelitian Tanah, 2005)

Peralatan yang dibutuhkan :

 Neraca analitik ketelitian 4 desimal

 Tabung reaksi

 Dispenser 25 ml

 Kertas saring

 Botol kocok plastik 100 ml

 Pipet volume 1, 2 dan 5 ml

 Pipet ukur 10 ml

 Mesin kocok bolak-balik 180 goyangan menit-1

 Spektrofotometer

Pereaksi :

▪ Larutan pengekstrak Mehlich (asam ganda) HCl 0.05 N dan H2SO40.025 N. Dipipet 4 ml HCl pekat dan 0.7 ml H2SO4 pekat kedalam labu ukur 1 liter. Diencerkan dengan air murni sampai tanda garis.

• Standar pokok P 500 ppm

Larutkan 2,1954 g KH2PO4p.a.(kering 40oC) dengan air bebas ion dalam labu ukur 1000 ml, ditambah beberapa tetes kloroform, kemudian impitkan dengan air bebas ion sampai dengan tanda garis.

• Pereaksi warna P

Campurkan 1,06 g asam askorbat dengan 100 ml pereaksi P pekat kemudian dijadikan 1 l dengan air bebas ion. Pereaksi P ini harus dibuat baru.

 Standar P 50 ppm

Pipet 2 ml standar 50 ppm P ke dalam labu ukur 100 ml dan encerkan dengan pengekstrak Mehlich hingga tepat 100 ml.

 Standar P 1 ppm

Pipet 2 ml standar 50 ppm P ke dalam labu ukur 100 ml dan encerkan dengan pengekstrak Mehlich hingga tepat 100 ml.

Pipet berturut-turut 0; 1; 2; 4; 6; 8; dan 10 ml standar 1 ppm P ke dalam tabung reeaksi. Masing-masing ditambah pengekstrak Mehlich sampai volumenya 10 ml.

Cara kerja :

▪ Timbang 20 g contoh tanah halus < 2 mm dalam botol kocok 100 ml. Tambahkan 1 ml karbon aktif dan 40 ml pengekstrak Mehlich-1 dan dikocok dengan mesin pengocok 180 goyangan per menit selama 5 menit. Kemudian disaring dengan kertas saring Whatman No. 1 untuk mendapatkan ekstrak jernih.

▪ Pipet masing-masing 5 ml ekstrak contoh dan deret standar P ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 1 ml pereaksi pewarna P. Kocok dengan pengocok tabung sampai homogen dan biarkan 30 menit. P dalam larutan diukur dengan alat spektrofotometer pada panjang gelombang 693 nm.

Perhitungan :

Kadar unsur P (ppm)

= ppm kurva x ml ekstrak 1 000 ml-1x 1 000 g (g contoh)-1x fp x fk = ppm kurva x 40/1 000 x 1 000/20 x fp x fk

= ppm kurva x 2 x fp x fk Keterangan :

Ppm kurva = kadar contoh yang didapat dari kurva hubungan antara kadar deret standar dengan pembacaannya setelah dikoreksi blanko Fk = faktor koreksi kadar air = 100/(100 - % kadar air)

Lampiran 7. Metode ekstraksi dengan pengekstrak Olsen (Balai Penelitian Tanah, 2005)

Peralatan yang dibutuhkan :

 Neraca analitik ketelitian tiga desimal

 Botol kocok 50 ml  Kertas saring W 91  Tabung Reaksi  Pipet 2 ml  Dispenser 20 ml  Dispenser 10 ml  Mesin pengocok  Spektrofotometer UV-VIS Pereaksi :  Pengekstrak NaHCO30,5 M, pH 8,5

Larutkan 42,0 g NaHCO3 dengan air bebas ion menjadi 1 l, pH larutan ditetapkan menjadi 8,5 dengan penambahan NaOH 1M (diperlukan sekitar 10 ml)

 Pereaksi P pekat

Larutkan 12 g (NH4)6Mo7O24.4H2O dengan 100 ml air bebas ion dalam labu ukur 1 l. Tambahkan 0,277 g K (SbO)C4H4O6 0,5 H2O dan secara perlahan 140 ml H2SO4pekat. Jadikan 1 liter dengan air bebas ion

• Pereaksi warna P

Campurkan 1,06 g asam askorbat dengan 100 ml pereaksi P pekat kemudian dijadikan 1 l dengan air bebas ion. Pereaksi P ini harus dibuat baru.

• Standar induk 1 000 ppm PO4(Tritisol)

Pindahkan secara kuantitatif larutan standar induk PO4Tritisol di dalam ampul ke dalam labu ukur 1 l. Impitkan dengan air bebas ion sampai dengan tanda garis, kocok.

• Standar 100 ppm PO4

Pipet 10 ml standar induk PO41 000 ppm tritisol ke dalam labu ukur 100 ml. Impitkan dengan pengekstrak olsen ion sampai dengan tanda garis, kocok.

• Deret standar PO4(0-20 ppm)

Pipet berturut-turut 0; 2; 4; 8; 12; 16; dan 20 ml standar 100 ppm PO4 ke dalam labu ukur 100 ml. Masing-masing diencerkan dengan pengekstrak Olsen hingga 100 ml.

Cara kerja :

• Timbang 1 g contoh tanah ukuran < 2 mm, dimasukkan kedalam botol kocok dan ditambahkan 20 ml pengekstrak olsen lalu kocok dengan mesin kocok selama 30 menit. Saring dan bils larutan keruh dikembalikan lagi ke atas saringan semula.

• Ekstrak dipipet 2 ml ke dalam tabung reaksi dan selanjutnya bersama deret standar ditambahkan 10 ml pereaksi pewarna fosfat, kocok hingga homogen dan biarkan 30 menit. Absorbansi larutan diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 693 nm.

Perhitungan :

Kadar P2O5tersedia (ppm)

= ppm kurva x ml ekstrak/1 000 ml x 1000 g (g contoh)-1x fp x (142/90) x fk = ppm kurva x 20/1 000 x 1 000/l x 142/90 x fk

= ppm kurva x 20 x 142/90 x fk

Keterangan :

ppm kurva = kadar contoh yang didapat dari kurva hubungan antara kadar deret standar dengan pembacaannya setelah dikoreksi blanko Fk = faktor koreksi kadar air = 100/(100 - % kadar air)

Fp = faktor pengenceran (20)

Lampiran 8. Pertumbuhan tanaman terong (a) tanpa aplikasi pupuk P; (b) dengan plikasi pupuk P 90 kg P2O5.ha-1

Lampiran 9. Pertumbuhan tanaman cabai (a) tanpa aplikasi pupuk P; (b) dengan aplikasi pupuk P 180 kg P2O5.ha-1

Lampiran 11. Pertumbuhan tanaman kacang panjang (a) tanpaaAplikasi pupuk P, (b) dengan aplikasi pupuk P 180 kg P2O5.ha-1

Dokumen terkait