Abrams, G.D. 1995. Respon Tubuh Terhadap Cedera. Dalam S. A. Price & L. M. Wilson. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit (4th ed.) (pp 35-61)(Anugerah, P., Penerjemah) Jakarta: EGC (Buku asli diterbitkan 1992).
Anonim. 2003. Gabus Temuan Profesor [Internet]. (Diakses 28 Mei 2014, http://www.gatra.com).
Aryulina Diah, Choirul M, Syalfinaf M, Endang W, Winarni. 2004. Biologi 2. Erlangga .hlm 325
Asmadi. 2008. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta (ID): Salemba Medika. hlm 54.
Baca M, Patricia H, Elisa L, Linda McRae, Ann W. 2006. Cataloging Cultural Objects: A Guide to Describing Cultural Works and Their Images. America (US): Revision Act
Brotowidjoyo M. D., D. Tribawono dan E. Mulbyantoro. 1995. Pengantar Lingkungan Perairan dan Budidaya Air. Liberty, Yogyakarta.
Buckle K. A., R.A. Edwards G.H. Fleet dan M. Wootton. 2007. Ilmu Pangan. Diterjemahkan oleh Hari Purmono dan Adiono. Jakarta (ID): Penerbit Universitas Indonesia.
De Man J. 1997. Kimia Makanan. Edisi kedua. Bandung (ID): ITB Press.
Don Burl R. And George Keysen. 2004. Poor Nutritional Status and Inflammation. Division of Nephrology, Department of Medicine, University of California–Davis, Davis, California; and Research Service, Department of Veterans Affairs, Northern California Health Care System, Mather, California. hlm 432,435.
Endrawati, D. 2005. Studi Identifikasi Golongan Darah dan Kemungkinan Hubungannya Dengan Warna Rmbut Pada Kucing Kampung (Felis familliaris) [skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.
[FKUI] Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Depertemen Farmakologi dan Terapuetik. 2009. Farmakologi dan Terapi. Jakarta (ID): Balai Penerbit FKUI. hlm 6.
Fowler, ME. 1993. Wild Life Medicine Caurse. USA: Directorate General of Livestock Service.
Ghufran M. 2010. A to Z Budidaya Biota Akuatik untuk Pangan, Kosmetik dan Obat-obatan. Yogyakarta (ID): Penerbit ANDI.
Gibson S. (2005). Principles of Nutritional Assesment. Published by oxford University Prees.nc.198 Madison Avenue. New York.
Hines, Ron. 2014. Normal Feline & Canine Blood Chemistry Values : Blood, Temperature, Urine and Other Values for Your Dog and Cat [Internet]. (Diakses 03 Januari 2015, http://www.2ndchance.info/ normaldogandcat bloodvalues.htm)
Isnaeni Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta (ID): Kanisius. hlm 76.
Judarwanto Widodo. 2013. Imunologi Dasar: Radang dan Respon Inflamasi [Internet]. (Diakses, 05 Januari 2015, http://allergycliniconline.com/ 2012/02/03/imunologi-dasar-radang-dan-respon-inflamasi/).
Kalyana FS, Valinata S, Laksono SB, Amalia D, Saputra D. 2009. Laparatomi Pada Kucing. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Kartha D.2012. Male Cat Behaviour [internet].(diakses, 10 Februari 2014, http://www.buzzle.com/articles/male-cat-behavior.html).
Kee Joyce L and R. Hayes. 1996. Pharmacology : A nurcing Process Approach. Philadelphia: Elsevier Saunders. (hlm. 310)
Knecht D Charles. Algernon R Allen. David J Williams. Jerry H Johnson. 1981. Fundamental Techniques in Veterinary Surgery. Sydney: Library of Congres Catakoging in Publication Data.
Lazuardi Mochammad. 2010. Biofarmasetik dan Farmakokinetik Klinik Medis Veteriner. Bogor (ID): Ghalia Indonesia.
Mitchell, R.N & Cotran, R.S. 2003. Acute and Chronic Inflammation. Dalam S. L. Robbins & V. Kumar. Robbins Basic Pathology (7th ed.)(pp 33-59). Philadelphia: Elsevier Saunders
Muyle S. 2012. Overview of Dental Development [Internet]. (Diakses 24 Feb 2014, http://www.merckmanuals.com/vet/digestive_system/dentaldevelopmnt /overview_of_dental_development.html#v4719570).
Nelson, R.W. and Couto, C.G. 2003. Small Animal Internal Medicine. 3rd edition. Mosby. Missouri.
[PERSAGI] Persatuan Ahli Gizi. 2009. Kamus Gizi. Jakarta (ID); PT. Kompas Media Nusantara. hlm. 270
Rahayu W, P,. S. Maamoen,. Suliantari, dan S. Fardiaz. 1992. Teknologi Fermentasi Produk Perikanan. Bogor (ID): Penerbit Pusat antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.
Rejeki Ernawati. 2010. Faktor-faktor yang berpengaruh pada penyembuhan luka perineum ibu pasca persalinan di puskesmas brangsong dan kaliwungu kabupaten Kendal. Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang.
Restiana, Nurpudji A. Taslim, Agussalim Bukhari. 2009. Pengaruh Pemberian Ekstrak Ikan Gabus Terhadap Kadar Albumin dan Status Gizi Penderita HIV/AIDS yang Mendapatkan Terapi ARV. Makassar (ID): Universitas Hasanuddin, Fakultas Kedokteran.
Rubiyani Septi, Septiani Purwanti H., Bahtiar Hidaya. Khoirun Nisa, Ikrar Trisnaning. 2010. Laparatomi. Bogor: IPB.
Rukmono. 1973. Kumpulan Kuliah Patologi. Jakarta: Bagian Patologi Anatomik FK-UI
Salasia, Siti Isriana Oktavia,. Bambang Hariono. 2010. Patologi Klinik; Kasus Patologi Klinis. Yogyakarta (ID): Samudra Biru. hlm 1, 6-7.
Santi, Ayu Mei, Lailatul Farikha, Siti Lailatul Arifah. 2014. Mineral Magnesium [Makalah]. Universitas Negeri Surabaya: Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam
Santoso, A. H. 2001. Ekatraksi Crude Albumin Ikan Gabus (Ophiocephalus striatus) : Pengaruh Suhu dan Lama Pemanasan Serta Fraksinasi Albumin Menggunakan Asam. Malang (ID): Universitas Brawijaya. hlm 21.
Sardjana IKW, D Kusumawati. 2011. Bedah Veteriner. Surabaya (ID): UNAIR Press.
Schwartz, And Seymour I. 2000. Intisari Prinsip Ilmu Bedah. Ditejemahkan Oleh Linda Chandranata. Jakarta (ID): EGC. hlm 133-134.
Sehati, Aruan. 2012. Albumin. (online, Diakses 10 Februari 2014, http://www.sariikankutuk.com/artikel/albumin/).
Sherwood Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia; Dari Sel ke Sistem. Diterjemahkan oleh Brahm U. Pendit. Jakarta (ID): EGC. hlm 647.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth Ed.8 Vol.3. Jakarta (ID). EGC
Smeltzer S. C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta (ID). EGC. hlm 493.
Suprapti, L. 2008. Teknologi Pengolahan Pangan: Produk Olahan Ikan. Yogyakarta (ID). KANISIUS
Syamsudin, dan Darmono. 2011. Farmakologi Eksperimental. Jakarta (ID). UI-Press
Tambayong Jan. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta (ID): EGC. hlm 56
Tilley, and Smith. 2000. The 5-Minute Veterinary Consult Ver.2. Electronic Book [Ebook]. Lippincott Williams & Wilkins : Philadelphia.
Tjay T.H, Kirana R. 2007. Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan, dan Efek-efek Sampingnya. Edisi Ke-6. Jakarta (ID): PT. Gramedia. hlm.765
Traci, 2015. Feline Health Glossary 2 : Hematology and Biochemistry. (online, Diakses 1 Mei 2015, http://www.cathelp-online.com/health/glossary2.php). Triastuty, FN. 2006. Gambaran Darah Kucing Kampung (Felis domestica) di
Daerah Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.
Uliyah, Musrifatul. Dan A. Aziz Alimul Hidayat. 2008. Keterampilan Dasar Klinik untuk Kebidanan, Edisi 2. Jakarta (ID). Salemba Medika.
Lampiran 1. Hasil Pengamatan
Kondisi luka setelah operasi bedah laparatomi
Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol
Hari 3
Kondisi Luka Mulai Mengering
Hari 3
Kondisi Luka Belum Mengering
Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol
Hari 7 Hari 7
Lampiran 2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan bedah laparatomi
Anastesi yang digunakan Antibiotik yang digunakan
Lampiran 3. Prosedur Bedah Laparatomi
Setelah ter-anasesthesi, hewan diletakkan di meja operasi dengan posisi rebah dorsal dan untuk mempertahankan posisi tersebut, keempat kaki difiksasi pada meja operasi. Daerah operasi diolesi antiseptic secara sirkuler dari bagian sentral (tempat yang akakn dioperasi) bergerak kea rah perifer.
Pemasangan duk (4 lembar kain duk) atau menggunakan satu lembar duk dengan lubang/celah di tengah kemudian duk difiksir dengan duk klem.
Irisan atau incise dinding abdomen dilakukan melalui garis median (caudal atau cranial midline). Irisan caudal midline dibuat tepat dibelakang umbilicus kea rah caudal kira-kira 6-12 cm (secukupnya tergantung besar kecilnya hewan), sedangkan incise cranial midline dibuat tepat dibelakang processus xyphoideus sampai umbilicus.
Kulit dan jaringan sub kutan diincisi dengan menggunakan pisau bedah (blade) (untuk mempermudah mendapatkan linea alba dapat dilakukan preparasi tumpul). Di bagian kiri dan kanan linea alba dijepit Allis forceps kemudian dengan ujung gunting/ujung pisau bedah dibuat incise kecil pada linea alba. Incise tersebut diperpanjang menggunakan gunting (sebagai pemandu, jari telunjuk dan jari tengah tangan kiri diletakkan di bawah linea alba agar tidak mengguting organ dalam).
Sebelum dilakukan penutupan dinding abdomen, rongga abdomen dibasahi larutan antibiotic/NaCl fisiologis steril. Linea alba dipertautkan dengan benang catgut cromik dengan pola jahitan sederhana tunggal, subkutan dijahit dengan benang catgut plain pola jahitan sederhana menerus, sedangkan kulit dijahit dengan benang katun pola jahitan sederhana tunggal.
Lampiran 4. Proses Bedah Laparatomi
Pencukuran
Sterilisasi
Penyayatan
Setelah penyatan
Lampiran 5. Perawatan Luka
Lampiran 6. Perhitungan Dosis Diketahui :
Faktor konversi dari manusia ke kucing Massa ekstrak ikan gabus per
Maka :
Dosis Ekstrak Ikan Gabus Untuk Kucing =
Lampiran 7. Alat dan Bahan Peracikan ekstrak ikan gabus untuk kucing
Pujimin Kapsul Ikan Gabus
Perhitungan Dosis
konversi dari manusia ke kucing : 0,013
Massa ekstrak ikan gabus per-kapsul : 0,780 g 780 mg
Dosis Ekstrak Ikan Gabus Untuk Kucing = 0,013 x 780 mg = 10,14 mg
Alat dan Bahan Peracikan ekstrak ikan gabus untuk kucing
Pujimin Kapsul Ikan Gabus Cangkang Kapsuk No.3
Kertas Perkamen
Alat dan Bahan Peracikan ekstrak ikan gabus untuk kucing
Kapsul Ikan Gabus Pujimin
Penimbangan serbuk ekstrak ikan gabus dengan neraca analitik
Lampiran 7. Hasil Pengujian Statistik
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Panas
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 6.000a 1 6.000 18.000 .013 Intercept 66.667 1 66.667 200.000 .000 Perlakuan 6.000 1 6.000 18.000 .013 Error 1.333 4 .333 Total 74.000 6 Corrected Total 7.333 5
a. R Squared = .818 (Adjusted R Squared = .773)
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:K.Fungsi
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 2.667a 1 2.667 16.000 .016 Intercept 42.667 1 42.667 256.000 .000 Perlakuan 2.667 1 2.667 16.000 .016 Error .667 4 .167 Total 46.000 6 Corrected Total 3.333 5
a. R Squared = .800 (Adjusted R Squared = .750)
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Bengkak
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 8.167a 1 8.167 24.500 .008 Intercept 73.500 1 73.500 220.500 .000 Perlakuan 8.167 1 8.167 24.500 .008 Error 1.333 4 .333 Total 83.000 6 Corrected Total 9.500 5
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Bengkak
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 8.167a 1 8.167 24.500 .008
Intercept 73.500 1 73.500 220.500 .000
Perlakuan 8.167 1 8.167 24.500 .008
Error 1.333 4 .333
Total 83.000 6
a. R Squared = .860 (Adjusted R Squared = .825)
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Nyeri
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 4.167a 1 4.167 25.000 .007 Intercept 88.167 1 88.167 529.000 .000 Perlakuan 4.167 1 4.167 25.000 .007 Error .667 4 .167 Total 93.000 6 Corrected Total 4.833 5
a. R Squared = .862 (Adjusted R Squared = .828)
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Kering
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 24.000a 1 24.000 72.000 .001 Intercept 266.667 1 266.667 800.000 .000 Perlakuan 24.000 1 24.000 72.000 .001 Error 1.333 4 .333 Total 292.000 6 Corrected Total 25.333 5
a. R Squared = .947 (Adjusted R Squared = .934)
Tests of Between-Subjects Effects
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 13.500a 1 13.500 40.500 .003 Intercept 88.167 1 88.167 264.500 .000 Perlakuan 13.500 1 13.500 40.500 .003 Error 1.333 4 .333 Total 103.000 6 Corrected Total 14.833 5