Abdurachman, A., U. Haryati, dan I. Juarsah. 2006. Penetapan kadar air tanah dengan metode gravimetrik, h. 131-142. Dalam U. Kurnia, F. Agus, A. Adimihardja, dan A. Dariah (Eds.). Sifat Fisik Tanah dan Metode Analisisnya. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor.
Arzy, D., H. Mubarok, A.Wijaya, R. Habiburrohman, dan I.F. Ayu. 2010. Jamur Kardus (Budidaya Jamur Merang dengan Media Kardus) sebagai Usaha Sampingan yang Kreatif dan Mandiri dalam Memanfaatkan Limbah Kardus Bekas. Laporan Akhir PKMK. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 18 hal.
Asandhi, A.A., N. Nurtika, dan N. Sumarni. 2005. Optimasi pupuk dalam usahatani LEISA bawang merah di dataran rendah. J. Hort. 15(3):199-207.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Dramaga. 2011. Data Iklim Wilayah Dramaga Bulan Februari hingga Mei 2011. Bogor.
Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. 2011. Produksi sayuran di Indonesia. http://www.bps.go.id [30 Oktober 2011].
Balai Penelitian Tanaman Sayuran. 2006. Calon Varietas Unggul Buncis Tegak. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung.
Baudendistel, R.F. 1982. Horticulture; A Basic Awareness Second Edition. Reston Publishing Company, Inc. Virginia. 341 p.
Djuariah, D. 2008. Penampilan lima kultivar kacang buncis tegak di dataran rendah. J. Agrivigor 8(1):64-73.
Dole, J.M. and H.F. Wilkins. 2005. Floriculture: Principles and Species. Prentice Hall, Upper Saddle River. New Jersey. 1023 p.
Donahue, R.L., R.W. Miller, and J.C. Shickluna. 1977. An Introduction to Soil and Plant Growth. 4 Ed. Prentice Hall, Inc. New Jersey. 626 p.
Flegmann, A.W. and R.A.T. George. 1975. Soils and Other Growth Media. Avi Publishing Company, Inc. Westport, Connecticut. 170 p.
Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.A. Diha, Go, B.H., dan H.H. Bailey. 1986. Dasar – dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung. 488 hal.
Hanafiah, K.A. 2005. Dasar - dasar Ilmu Tanah. Rajawali Pers. Jakarta. 360 hal.
Harjadi, S.S. 1989. Dasar - dasar Hortikultura. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 500 hal.
Hartatik, W. dan L.R. Widowati. 2006. Pupuk kandang, h.59-82. Dalam R.D.M. Simanungkalit, D.A. Suriadikarta, R. Saraswati, D. Setyorini, dan W. Hartatik (Eds.). Pupuk Organik dan Pupuk Hayati: Organic Fertilizer and Biofertilizer. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor.
Hartutik, S., Sriatun, dan Taslimah. 2008. Pembuatan pupuk kompos dari limbah bunga kenanga dan pengaruh persentase zeolit terhadap ketersediaan nitrogen tanah. http://www.eprints.undip.ac.id/3008/1/Jurnal_tutik.pdf [26 Oktober 2011].
Haryadi. 2008. Teknologi Pengolahan Beras. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 240 hal.
Jumin, H.B. 2008. Dasar-dasar Agronomi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 250 hal.
Mattjik, A.A. dan M. Sumertajaya. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab; Jilid 1. IPB Press. Bogor. 287 hal.
Mayun, I.A. 2007. Pertumbuhan jamur merang (Volvariella volvaceae) pada berbagai media tumbuh. Jurnal Agritrop 26(3):124-128.
Nurwati, S.R. 2011. Pemanfaatan Limbah Baglog Jamur sebagai Media Budidaya Cacing Pheretima sp. Tesis. Magister Teknik Sistem FT. UGM. Yogyakarta. 63 hal.
Putrasamedja, S. 1992. Adaptasi berbagai macam kacang buncis tipe tegak (Phaseolus vulgaris L.) di dataran rendah. Bul. Penel. Hort. XXII(2):5-9.
Rubatzky, V.E. and M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia 2: Prinsip, Produksi, dan Gizi, Jilid 2 (diterjemahkan dari: World Vegetable: Principles, Production, and Nutritive, Second Edition, penerjemah: Catur Herison). Penerbit ITB. Bandung. 292 hal.
Setiawati, J. dan S. Nugraha. 2010. Peluang Agribisnis Arang Sekam. Balai Penelitian Pascapanen Pertanian. Jakarta. 2 hal.
Setyorini, D., R. Saraswati, dan E.K. Anwar. 2006. Kompos, h. 11-40. Dalam R.D.M. Simanungkalit, D.A. Suriadikarta, R. Saraswati, D. Setyorini, dan W. Hartatik (Eds.). Pupuk Organik dan Pupuk Hayati: Organic Fertilizer and Biofertilizer. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor.
Smartt, J. 1992. Phaseolus vulgaris L., p. 60-63. In L.J.G. van der Maesen and S. Somaatmadja (Eds.). Plant Resources of South-East Asia (Prosea); No 1; Pulses. Prosea Foundation. Bogor.
45
Sofiari, E. dan D. Djuariah. 2004. Pengembangan Metode Pengujian Substansial Tanaman Buncis. Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Pusat Perlindungan Varietas Tanaman. 17 hal.
Suganda, H., A. Rachman, dan Sutono. 2006. Petunjuk pengambilan contoh tanah, h 3-24. Dalam U. Kurnia, F. Agus, A. Adimihardja, dan A. Dariah (Eds.). Sifat Fisik Tanah dan Metode Analisisnya. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor.
Suhartini. 2007. Respon Pertumbuhan Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) pada Media yang Menggunakan Vermikompos Limbah Budidaya Jamur Merang. Makalah Seminar Nasional “Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA”. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negri Yogyakarta. Yogyakarta.
Susila, A.D. 2006. Panduan Budidaya Tanaman Sayuran. Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB. Bogor. 131 hal.
Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta. 211 hal.
_________. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah; Konsep dan Kenyataan. Kanisius. Yogyakarta. 208 hal.
William, C.N., J.O. Uzo, and W.T.H. Peregrine. 1993. Produksi Sayuran daerah Tropika (diterjemahkan dari : Vegetable Production in The Tropics, penerjemah : Dr. Ir. Soedharoedjian Ronoprawiro). Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 375 hal.
Wuryaningsih, S. dan Darliah. 1994. Pengaruh media sekam padi terhadap pertumbuhan tanaman hias pot Spathiphyllum. Buletin Penelitian Tanaman Hias 2(2):119-129.
Yuliastuti, E. dan A. Susilo. 2003. Studi kandungan nutrisi limbah media tanam jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) untuk pakan ternak ruminansia. http://pk.ut.ac.id/jmst/jurnal_2003.1/Eko_Yuliastuti_ES/Studi_Kandungan _Nutrisi_Limbah_Media_Tanam.HTM. [2 Desember 2010].
47
Lampiran 1. Data Iklim Wilayah Dramaga pada Bulan Februari hingga Mei 2011 Bulan Suhu Rata-rata (oC) Curah Hujan (mm) Intensitas Penyinaran (cal/cm2) Penguapan (mm) Kelembaban Udara (%) Februari 25.6 634 282 3.7 82 Maret 25.7 140 240 3.7 82 April 25.8 278 257 4.5 84 Mei 26.1 362 254 4.1 84
Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor, 2011
Lampiran 2. Hasil Uji Substansial BUSS pada Tanaman Buncis Tegak LE02
Karakter Varietas LE 02
Tipe pertumbuhan Tegak
Tinggi tanaman 50 cm Warna batang: Hipokotil Epikotil Hijau Hijau
Warna daun Medium hijau
Warna permukaan daun bagian atas Hijau Warna permukaan daun bagian bawah Hijau Bunga: Warna corolla Warna standar Warna sayap Periode berbunga Umur mekar Ukuran bunga Putih Putih Putih 41 hari
35 hari setelah tanam Medium
Polong:
Dipanen
Umur mulai panen Warna dasar
Warna polong muda Bentuk polong
Bentuk polong (derajat kelengkungan) Panjang polong
Lebar polong Ekor (stringiness) Panjang paruh
Bentuk penampang melintang Bentuk ujung polong
Bentuk lengkungan polong
Muda 50 hari Hijau Hijau muda Bulat Medium 13 cm 1 cm Ada Medium Circular Agak runcing Berbentuk S
Kadar serat Halus
Daging polong Berdaging massif
Rasa Manis
Preference konsumen Sangat suka
Potensi hasil polong 20 ton/ha (buah muda)
Biji:
Warna biji Jumlah warna Panjang biji Tebal biji
Jumlah biji per polong Berat 100 biji Putih 1 1.4 cm 0.5 cm 5 30 g
Ketahanan terhadap penyakit Tahan antraknosa
49
Lampiran 3. Deskripsi Calon Varietas Unggul Buncis Tegak
Karakter Deskripsi
Tipe Buncis tegak
Nomor introduksi Le 02
Nama calon varietas Flo
Potensi hasil ± 20 ton/ha
Umur panen ± 50 hari
Adaptasi Dataran medium
Bentuk polong Bulat
Warna polong Hijau muda
Rasa polong Manis
Ketahanan simpan 3 - 4 hari
Konsumsi Lalaban, sayur, makanan kaleng
Ketahanan hama dan penyakit Tahan penyakit antraknosa
Lampiran 4. Analisis Kapasitas Memegang Air (Water Holding Capacity) Metode Alhricks
Alat - alat yang diperlukan adalah: - Ayakan 2 mm - Gelas piala 500 mL - Pipa gelas - Plastik - Karet gelang - Sprayer
Bahan - bahan yang diperlukan adalah: - Contoh media tanam
- Pasir kuarsa - Aquades Metode:
- pasir kuarsa dimasukkan ke dalam gelas piala setinggi ± 2 cm
- selanjutnya pipa gelas diletakkan tegak lurus di tengah-tengah pasir kuarsa, lalu media tanam dimasukkan hingga mendekati bibir gelas piala - media tanam dibasahi dengan cara menyemprotkan aquades menggunakan
sprayer (diusahakan air tidak sampai menyentuh pasir kuarsa)
- gelas piala ditutup dengan plastik dan didiamkan selama ± 24 jam, kemudian contoh media tanam diambil untuk diukur kadar airnya
- Kadar air diukur dengan menggunakan metode gravimetrik, yaitu: o cawan kosong ditimbang
o cawan tersebut diisi dengan contoh media tanam dan ditimbang lagi o cawan + media dimasukkan ke dalam oven 105 oC selama ± 24 jam o setelah ± 24 jam, cawan + media ditimbang lagi
o kadar air (KA) dihitung dengan rumus: % KA = x 100 % keterangan:
BKU (bobot kering utuh) = (bobot cawan + media) – bobot cawan kosong
BKM (bobot kering mutlak) = (bobot cawan + media 105oC) – bobot cawan kosong
51
Lampiran 5. Analisis pH Media Tanam Metode pH H2O (1 : 5)
Alat - alat yang diperlukan adalah: - Alat penumbuk - Ayakan 0.5 mm - Timbangan - Mesin pengocok - pH meter - Botol kocok
Bahan - bahan yang diperlukan adalah:
- Contoh media tanam masing-masing perlakuan - Air aquades
Metode:
- Contoh media tanam dihaluskan lalu diayak dengan ayakan 0.5 mm - Bahan yang sudah diayak kemudian ditimbang sebanyak 5 g masing-
masing ulangan perlakuan, lalu dimasukkan ke botol kocok - Sebelum dikocok, ditambahkan aquades 25 mL
- Bahan dikocok menggunakan alat pengocok selama 30 menit
- Setelah dikocok, pH bahan diukur dengan menggunakan pH meter Mettler Toledo (MP 220)
Lampiran 6. Analisis Kadar C-organik Metode Walkley & Black (untuk P1)
Alat - alat yang diperlukan adalah: - pipet
- tabung erlenmeyer
Bahan - bahan yang diperlukan adalah: - contoh media tanam tanah (P1) - aquades - H2SO4 pa - FeSO4 0.5 N - K2Cr2O7 1 N - feroin 0.025 M Metode:
- contoh media tanam yang lolos saringan 0.5 mm ditimbang 0.5 g masing- masing ulangan
- K2Cr2O7 1 N ditambahkan sebanyak 10 mL menggunakan pipet - lalu H2SO4 pa ditambahkan sebanyak 20 mL sambil digoyang-goyang - kemudian dibiarkan hingga dingin
- selanjutnya diencerkan sampai 250 mL dengan aquades - ditambahkan 6 - 7 tetes feroin 0.025 M
- dititrasi dengan FeSO4 0.5 N hingga larutan berwarna merah anggur - volume FeSO4 0.5 N yang terpakai dicatat
Perhitungan:
% C-org = x 100 %
Keterangan:
f = 1.33, yaitu C yang teroksidasi 77 % = 100/77 = 1.3 me = N x V
N = normalitas V = volume
BKM = bobot kering mutlak 105 oC
53
Lampiran 7. Analisis Kadar C-organik Metode Pengabuan 700 oC (untuk P2 – P13)
Alat-alat yang diperlukan adalah: - cawan
- oven 105 oC - oven 700 oC
Bahan yang diperlukan adalah contoh media tanam P2 – P13 Metode:
- cawan + media dimasukkan ke dalam oven 105 oC ± 24 jam - setelah itu cawan + media ditimbang
- lalu cawan + media dimasukkan lagi ke dalam oven 700 oC ± 2 jam - setelah itu, cawan + media ditimbang kembali
- kadar C-organik dihitung dengan cara: misal: A = bobot cawan
B = bobot cawan + media
C = bobot cawan + media (105 oC) D = bobot cawan + media (700 oC) maka:
kadar air = [(B – C)/(C – A)] x 100 % C-org = (C – D/C – A) / 1.724
1.724 merupakan rumus baku dari 100/58, di mana 58 % C-org mudah teroksidasi
Lampiran 8. Analisis Kadar N-total Metode Kjehdal
Analisis nitrogen total terbagi menjadi tiga tahap, yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi. Sebelumnya dilakukan penyiapan bahan seperti membuat larutan asam borat 4 % untuk penampung destilasi dan HCl 0.05 N untuk titrasi.
Pembuatan larutan asam borat 4 % Alat-alat yang diperlukan:
- gelas piala 1 L - timbangan analitik - alat penangas - labu ukur 1 L
Bahan-bahan yang diperlukan: - aquades
- asam borat Cara kerja:
- asam borat ditimbang sebanyak 4 g
- kemudian dimasukkan ke dalam gelas piala 1 L lalu ditambahkan aquades sampai ± 800 mL
- selanjutnya dipanaskan di atas penangas sambil diaduk sampai larut - setelah larut dan dingin dimasukkan ke dalam labu ukur 1 L, ditera
sampai 1 L
Pembuatan larutan HCl 0.05 N
Larutan HCl 0.05 N dibuat dari HCl 12 N. untuk membuat 1 L (1000 mL) HCl 0.05 N maka HCl 12 N yang diperlukan didapat dengan rumus:
V1 x M1 = V2 x M2 V1 x 12 = 50 V1 = 50/12
= 4.166
= 4.2 ml HCl 12 N
Selanjutnya HCl 12 N dimasukkan ke dalam labu ukur 1 L, ditera sampai 1 L Destruksi
Alat - alat dan bahan yang diperlukan: - alat destruksi
55
- labu destruksi - H2SO4 pa - selenium mix - parafin cair
- contoh media tanam masing-masing perlakuan Cara kerja:
- contoh media tanam ditimbang 0.5 g masing-masing perlakuan kemudia dimasukkan ke dalam labu destruksi
- selenium mix ditambahkan sebanyak satu canting kecil - H2SO4 pa ditambahkan sebanyak 5 mL
- parafin cair ditambahkan sebanyak 5 tetes
- kemudian dimasukkan ke dalam alat destruksi selama 1.5 jam - kemudian diangkat dan didinginkan
Destilasi
- ekstrak hasil destruksi dipindahkan ke labu destilasi; namun jika destilasi dilakukan keesokan harinya/tidak langsung pada hari itu maka ekstrak dipindahkan ke botol, dengan menambahkan aquades sampai ekstrak di labu destruksi terpindahkan semua.
- penampung destilat disiapkan berupa asam borat 4 % sebanyak 10 mL ditambah indikator conway 5 tetes pada erlenmeyer (berwarna merah) - ekstrak dipindahkan ke labu destilasi, lalu ditambahkan aquades
sampai 1/3 labu; lalu ditambahkan NaOH 50 % sebanyak 20 mL - selanjutnya penampung destilat dan labu destilasi dipasang pada alat.
Pada prosesnya penampung destilat akan berubah menjadi warna hijau muda. Proses destilasi dihentikan jika destilat yang tertampung mencapai 75 mL.
Titrasi
- Titrasi dengan menggunakan HCl 0.05 N
- Volume HCl awal dicatat, kemudian dititrasi sampai larutan berubah warna dari hijau muda menjadi merah muda. Volume akhir dicatat; volume HCl yang terpakai didapat dengan mengurangkan volume akhir dikurangi volume awal.
- Nilai % N-total didapat dengan rumus:
N-total (%) = Standarisasi
Standarisasi dilakukan untuk “memastikan” nilai Normalitas HCl yang
akan digunakan dalam perhitungan, karena banyak kemungkinan misalkan HCl 12 N yang diencerkan menjadi 0.05 N melekat pada gelas ukur dan sebagainya. Bahan-bahannya diantaranya sebagai berikut:
- larutan aquades + borax + mm - aquades
- indikator merah metl (mm) Langkah kerja:
- borax ditimbang 50 mg (Na2B4O7) dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL
- ditambahkan indikatormerah metil sebanyak 6 - 7 tetes
- dititrasi dengan HCl 0.05 N yang telah dibuat sampai warna berubah dari kuning menjadi sindur. Volume awal dan akhir dicatat, kemudian volume HCl yang dipakai dihitung.
Perhitungan:
N HCl =