• Tidak ada hasil yang ditemukan

Artiyanto D. 2006. Analisi Biaya Pengolahan Gondorukem dan Terpentin Di PGT. Sindangwangi, KPH Bandung Utara, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat-Banten [skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Annand PN. 1928. A Constribution Toward a Monograph of the Adelginae (Phylloxeridae) of North America. Stanford University Press: California. Butarbutar T, Rusli M.S, Pidin M. 1998. Evaluasi pertumbuhan tanaman pinus

merkusii di Aceh Tengah. Buletin Penelitian Kehutanan 13 (4): 329-358 BPK Pematang Siantar. Balitbang Kehutanan.

Carter. 1971. Conifer wooly aphid (Adelgidae) in Britain. Forestry Commission Bulletin No. 42, HerMayesty s Stationary Office, London.

Chilima C.Z, Leather R.S. 2001. Within-Tree and Seasonal Distribution of Pine Wooly Aphid Pineus boerneri on Pinus kesiya Tree. Agriculture and Forest Entomology, Vol. 3 ISSUE 2 : 139-145.

Eko. 2010. Hama kutulilin. http://hama-kutu-lilin%20bahan%20skripsi.html. [20 Okt 2011].

[FAO] Food and Agriculture Organization. 2007. Overview of Forest Pest. Rome: Italy.

[FAO] Food and Agriculture Organization. 1995. Gum Naval Stores :Terpentine and Rosin from Pine Rosin. Non Wood Forest Product 2. Food And Agiculture Organization of The United States.

Havill N.P, Foottit R.G. 2007. Biology and Evolution of Adelgidae. The Annual Report Resarch of Entomology, 25: 325-349.

Hain F.P. 1988. The balsam woodly adelgid in North America. In Berryman, A.A, ed. Dynamics of Forest Insect Populations: Patterns, Causes, Implications. Plenum, New York.

Hillis W.E. 1987. Heartwood and Tree Exudates. Springer Series in Wood Science. Berlin : Springer-Verlag.

Iriando S. 2011. Penyebaran serangan kutulilin (Pineus boerneri) pada tegakan (Pinus merkusii) (studi kasus di KPH Sumedang Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten) [skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Listyandari A.K. 2009. Pengelolaan tegakan pinus di Taman Nasional Gunung Merapi (Studi Kasus Penyadapan Getah Pinus oleh Masyarakat Desa gargomulyo, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah) [skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Lubis M.A. 2011. Pengaruh dan Tekanan Terhadap Sifat Fisiko-Kimia Gondorukem Terhidrogenasi (Hydrogenated Rosin) [skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Martawijaya A.L, Kartasujana K, Kadir, Prawira S.A. 1989. Atlas Kayu Indonesia. Jilid II. Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Bogor. Bogor.

McCLURE M.S. 1982. Distribution and damage of two Pineus species (Homoptera: Adelgidae) on red pine in New England. Ann. Entomol. Soc. Am. 75: 150-157.

McCLURE M.S. 1989. Importance of weather to the distribution and abudance of introduced forest insects. Agric. For. Meteorol. 47: 291-302.

McCLURE M.S. 1990. Cohabitation ang host species effects on the population growth of Matsucoccus resinosae (Homoptera: Margarodidae) anf Pineus boerneri (Homoptera: Adelgidae) on red pine. Environ. Entomol. 19: 672-676.

Mendel Z, Liphschitz N. 1988. Unseasonable latewood and encrusted pits are cause of drying in Pinus halepensis and P. eIdarica infested with Matsucoccus josephi. J. Exp. Bot. 39 951-959.

Pandit I.K, Ramdan H. 2002. Anatomi Kayu : Pengantar Sifat kayu Sebagai Bahan Baku. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Rachmatsjah O. 2012. Bionomi kutulilin Pineus boerneri Annand (Hemiptera : Adelgidae) di Hutan Tanaman Pinus di Pulau Jawa [disertasi]. Bogor : Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Retno U.S, Muslina. 2002. Pengaruh Penambahan Asam Maleat dan Fumarat Terhadap Rendemen dan Kualitas Gondorukem Modifikasi. [Tesis]. Bogor : Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian. Schowalter T.D. 2006. Insect Ecologi: An ecosystem approach. Tokyo:

Academic Press.

Senjaya Y.A, Surakusumah W. 2010. Potensi Ekstrak Daun sebagai Bioherbisisda Penghambat Perkecambahan Echinochloa colonum L. dan Amaranthus viridis. Fakultas Matematika dan IPA Universitas Pendidikan Indonesia: Bandung.

[SNI] Standar Nasional Indonesia, Getah Tusam (SNI 01-5009.4-2001).

Suhaendi H. 2005. Kajian konservasi Pinus merkusii strain Tapanuli di Sumatera. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan 2(1): 45-57.

Sukopamono. 2010. Kutu Putih pada Tanaman Pepaya.

http://wordpress.com/2010/06/29/kutu-putih-pada-tanamanpepaya [12 Nov 2012].

Sumadiwangsa S. 2003. Pengolahan Hasil Hutan Bukan Kayu. Disampaikan pada Lokakarya Perhutanan Rakyat di Kabupaten Garut. 29 Oktober 2003. Sumadiwangsa, Gusmailina. 2006. Teknologi budidaya, pemanfaatan, dan

pengembangan hasil hutan bukan kayu. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.

Suryatmojo. 2006. Peran Hutan Sebagai Penyedia Jasa Lingkungan. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada: Jogyakarta.

31

Watson G.W. 2007. Associate Insect Biosystematist. Plant Pest Diagnostict Center. California Departement of Food and Agriculture SucramentoUSA.http://www.cafa.ca.you/phpps/ppa/Entomology/EntBios/ G.Watson/Watson.htm. [23 Nov 2011].

Wikispecies. 2011. Pineus boerneri. Species.wikimedia.org/pineus_boerneri. [15 Jan 2013].

Yunasfi. 2007. Permasalahan hama, penyakit dan gulma dalam pembangunan Hutan Tanaman Industri dan usaha pengendaliannya [skripsi]. Medan: Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

33

Lampiran 1. Jadwal pelaksanaan penelitian

No Kegiatan

Bulan

Bulan ke-1 Bulan ke-2 Minggu ke Minggu ke 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Penyadapan dan pemungutan getah

2 Penimbangan dan analisis mutu getah

3 Analisis data dan penyusunan skripsi

Lampiran 2. Hasil olah data

Model linier nya adalah sebagai berikut :

Yij = nilai pengamatan perlakuan taraf ke-i dan ulangan ke-j μ = rataan umum

= pengaruh perlakuan ke -i

εij = pengaruh acak yang menyebar normal Hipotesis:

H0 : 1 = 2= ... = 11= 0 (Perlakuan tidak berpengaruh terhadap respon yang diamati)

H1 : sedikitnya ada satu i dimana i≠ 0 Hasil Anova untuk masing-masing respon: A. Variabel: Kadar kotor

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model 3 2.20463333 0.73487778 14.01 0.0015* Error 8 0.41973333 0.05246667 Corrected Total 11 2.62436667 Keterangan: * P-value < Alpha (5%), artinya perbedaan perlakuan memberikan hasil yang

berbeda nyata pada parameter kadar kotor.

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F Perlakuan 3 2.20463333 0.73487778 14.01 0.0015 R-Square Coeff Var Root MSE Kadar kotor Mean

B. Variabel: Kadar air

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model 3 14.08053333 4.69351111 141.94 <.0001* Error 8 0.26453333 0.03306667 Corrected Total 11 14.34506667 Keterangan: * P-value < Alpha (5%), artinya perbedaan perlakuan memberikan hasil yang

berbeda nyata pada parameter kadar air.

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F Perlakuan 3 14.08053333 4.69351111 141.94 <.0001 C. Variabel: Bilangan asam

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model 3 3295.670500 1098.556833 38.34 <.0001*

Error 8 229.241267 28.655158

Corrected Total 11 3524.911767 Keterangan: * P-value < Alpha (5%), artinya perbedaan perlakuan memberikan hasil yang

berbeda nyata pada parameter bilangan asam.

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F Perlakuan 3 3295.670500 1098.556833 38.34 <.0001 D. Variable: Bilangan penyabunan

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model 3 5215.145667 1738.381889 194.09 <.0001*

Error 8 71.652333 8.956542

Corrected Total 11 5286.798000 Keterangan: * P-value < Alpha (5%), artinya perbedaan perlakuan memberikan hasil yang

berbeda nyata pada parameter bilangan basa.

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F Perlakuan 3 5215.145667 1738.381889 194.09 <.0001 R-Square Coeff Var Root MSE Kadar air Mean

0.981559 8.770535 0.181842 2.073333

R-Square Coeff Var Root MSE Bilangan asam Mean 0.934965 2.818557 5.353051 189.9217

R-Square Coeff Var Root MSE Bilangan basa Mean

35

Hasil Uji Lanjut Duncan untuk masing-masing parameter: A. Kadar kotor

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 8 Error Mean Square 0.052467

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Perlakuan A 2.7967 3 Berat A A 2.6700 3 Sedang B 2.1700 3 Ringan C 1.7167 3 Normal

Keterangan: Huruf yang sama menandakan antar perlakuan tersebut tidak berbeda nyata pada taraf 5%.

B. Kadar air

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 8 Error Mean Square 0.033067

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Perlakuan A 3.1867 3 Berat A A 3.1200 3 Sedang B 1.1067 3 Ringan B B 0.8800 3 Normal

Keterangan: Huruf yang sama menandakan antar perlakuan tersebut tidak berbeda nyata pada taraf 5%.

C. Bilangan asam

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 8 Error Mean Square 28.65516

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Perlakuan A 216.220 3 Berat Number of Means 2 3 4 Critical Range .4313 .4494 .4596 Number of Means 2 3 4 Critical Range .3424 .3568 .3648 Number of Means 2 3 4 Critical Range 10.08 10.50 10.74

B 192.000 3 Sedang C 175.827 3 Ringan C C 175.640 3 Normal

Keterangan: Huruf yang sama menandakan antar perlakuan tersebut tidak berbeda nyata pada taraf 5%.

D. Bilangan basa

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 8 Error Mean Square 8.956542

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Perlakuan A 203.457 3 Sedang A A 202.660 3 Berat B 162.130 3 Ringan B B 160.633 3 Normal

Keterangan: Huruf yang sama menandakan antar perlakuan tersebut tidak berbeda nyata pada taraf 5%.

Rangkuman tabel rataan dan uji lanjut Duncan masing-masing parameter

Keterangan: Huruf yang sama untuk baris yang berbeda pada masing-masing parameter menandakan antar perlakuan tidak berbeda nyata pada taraf nyata 5% untuk parameter yang bersangkutan.

Number of Means 2 3 4 Critical Range 5.635 5.872 6.005

Perlakuan

Rataan dan Standar Deviasi Parameter

Kadar Kotoran Kadar Air Bilangan Asam Bilangan Penyabunan Normal 1.72 ± 0.19 c 0.88 ± 0.26 b 175.64 ± 4.49 c 160.63 ± 1.30 b Ringan 2.17 ± 0.26 b 1.11 ± 0.19 b 175.83 ± 3.16 c 162.13 ± 1.72 b Sedang 2.67 ± 0.10 a 3.12 ± 0.14 a 192.00 ± 1.94 b 203.46 ± 2.81 a Berat 2.80 ± 0.31 a 3.19 ± 0.09 a 216.22 ± 8.98 a 202.66 ± 4.82 a

Dokumen terkait