• Tidak ada hasil yang ditemukan

Afifuddin. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. CV Pustaka Setia. Bandung.

Daljono. 2014. Akutansi Biaya Edisi 3. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Semarang.

Daywin, F. D., Radja., G. S, dan Imam, H. 2008. Mesin-Mesin Budidaya Pertanian di Lahan Kering. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Dharma, U. S., dan Yuono, L. D. 2016. Analisa Pengepresan Dengan Sistem Hidrolik Pada Alat Pembuat Paving Block Untuk Perkerasan Lahan Parkir. Turbo: Jurnal Program Studi Teknik Mesin, 5(1).

Ginting, E. 2008. Teknologi penanganan pascapanen dan pengolahan ubikayu menjadi produk antara untuk mendukung agroindustri. Buletin Palawija, (4), 67-83.

Hutahaean, Y. R. 2014. Mekanika Kekuatan Material. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Kastaman, R. 2006. Analisis Kelayakan Ekonomi Suatu Investasi. Prosiding.

Bimingan Teknis IKM. Kota Taskmalaya.31 agustus–2 september 2006.23-25.

Khalid, A., dan Raihan, H. (2016). Rancang Bangun Simulasi Sistem Pneumatik Untuk Pemindah Barang. Jurnal INTEKNA, 6(1), 3941.

Mardinata, Z., dan Zulkifli, 2014. Analisa Kapasitas Kerja dan Kebutuhan Bahan Bakar Traktor Tangan Berdasarkan Variasi Pola Pengolahan Tanah, Kedalaman Pembajakan Dan Kecepatan Kerja Jurnal Teknologi Pertanian.

34(3);354-358.

Nafi'ah, H. H., Rismayanti, A. Y., dan Karuniawan, A. 2019. Hasil Tiga Klon Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) terhadap Perbedaan Dosis Pupuk Hayati.

Jurnal Agro Wiralodra, 2(2), 67-72.

Nu raha . “Rancang Bangun Alat Pencabut Singkong (Manihot esculenta Crantz mi kanis”. kripsi. an : Univ rsitas umat ra Utara.

Prabawati, S., 2011. Inovasi pengolahan singkong meningkatkan pendapatan dan diversifikasi pangan. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Bogor. Edisi, 4-10.

Pudjosumarto, M. 1998. Evaluasi Proyek. Liberty. Jakarta.

Pujawan., I.N. 2009. Ekonomi Teknik. Guna Widya. Surabaya.

Siregar, A. Y., Hasibuan, R. R., dan Tambunan, R. A. 2019. Inovasi Perancangan Alat PTS (Pencabut Tanaman Singkong) Sebagai Upaya Mengurangi Kelelahan Petani Singkong serta Meningkatkan Produktivitas Pasca Panen di Kabupaten Deli Serdang Sumatera. In Talenta Conference Series:

Energy and Engineering (EE) (Vol. 2, No. 3).

Sugihartono, D. (1985). Dasar-dasar Kontrol Pnematik. Tarsito Bandung.

Sullivan. 2015. Ilmu Pemasaran. Journal of Technology Management, Vol 12 No.3.

Supriyono. 2007. Akutansi Manajemen 1 : Konsep Dasar Akutansi Manajemen dan Proses Perencanaan. BPFE UGM. Yogyakarta.

Suratiyah, K. 2015. Ilmu Usahatani. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta Timur.

Zulkifli. 2003. Manajemen Biaya. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.

33

LAMPIRAN

Lampiran 1. Flowchart penelitian

MULAI

Merancang bentuk alat

Menggambar dan menentukan dimensi alat

Memilih bahan

Mengukur bahan yang akan digunakan

Memotong bahan yang digunakan sesuai dengan dimensi pada gambar

Merangkai alat

Mengelas alat

Menguji alat

Mengukur parameter Menggerinda permukaan alat yang

kasar

Menganalisis data

Data

SELESAI

Lampiran 2. Perhitungan Sistem Pneumatik Silinder Pneumatik :

1. Menentukan gaya yang dibutuhkan silinder pneumatik dapat dicari dengan cara:

L = 1200 mm ; W = 2,4 kg

A B C

L1 = 600 mm L2 = 600 mm

Langkah awal perhitungan adalah dengan mencari berapa besar nilai dari F1 (Gaya angkat silinder terhadap beban angkat singkong) dan dianggap sudut silinder tersebut tegak lurus. Perhitungan tersebut dapat dihitung dengan rumus : F aksi = F reaksi

F. L1 = F1 (L1+L2) Dimana :

F = gaya angkat yang dibutuhkan silinder pneumatik F1 = gaya angkat untuk mencabut singkong

L1 = Panjang lengan pencabut dari titik A ke titik B L2 = Panjang lengan pencabut dari titik B ke titik C

55,4°

F ?

F1 = Berat singkong + berat lengan

F1 = 50 kg + 2,4 kg = 52,4 kg

F . 600 mm = (50 kg +2,4 kg) ( 1200 mm )

F = k mm mm

F = 104,8 kg = 1028,088 N (untuk posisi silinder tegak lurus)

Pada penelitian ini, posisi silinder pneumatik adalah miring 55,4°. Berikut adalah gambar arah gaya silinder :

Nilai FY merupakan gaya yang berasal dari silinder tegak lurus. Untuk mengetahui berapa nilai gaya pada silinder dengan kemiringan 55,4° dapat dihitung dengan rumus:

2. Menentukan luas penampang silinder

Dalam menentukan diameter silinder dapat dilakukan dengan cara menggunakan silinder pneumatik yang sudah ada di pasaran. Untuk kebutuhan mencabut ubi sebesar 50 kg, dapat dilihat spesifikasi dari silinder yang ada di pasaran dan diameter dari silinder (Bore size) yang disarankan adalah 40 mm

55,4°

Perhitungan luas penampang dari silinder pneumatik dapat dihitung menggunakan rumus :

π r²

A = 3,14 (20mm)² A = 1256 mm² Kompresor

Kebutuhan tekanan kompresor pada penelitian ini didapatkan dengan perhitungan P =

Dimana :

F = Gaya angkat dari silinder pneumatik A = Luas dari silinder pneumatik

P = N

mm²

P = 0,994 N/mm² = 9,94 bar

Kesimpulannya adalah tekanan maksimal yang dibutuhkan kompresor untuk menyalurkan angin bertekanan adalah 9,94 bar.

Lampiran 3. Kapasitas kerja alat

Tabel kapasitas kerja alat pencabut singkong dengan pneumatik

No. Berat

Rata-rata 1,216 0,00098 1238.059 17,571

Perhitungan kapasitas kerja alat pencabut singkong dengan sistem pneumatik : Dalam satuan kg/jam

Perhitungan 4

KKA rat in kon an r a ut k aktu k rja jam

k jam

= 1191,919 kg/jam Perhitungan 5

KKA rat in kon an r a ut k aktu k rja jam

k jam

= 1473,684 kg/jam Dalam satuan Jam/Ha : Perhitungan 1

KKA aktu p n a utan ⁄ jumlah tanaman ⁄ ) x .

= 18,214 jam/hektare Perhitungan 2

KKA aktu p n a utan ⁄ jumlah tanaman ⁄ ) x .

= 17,678 jam/hektare Perhitungan 3

KKA aktu p n a utan ⁄ jumlah tanaman ⁄ ) x .

= 17,321 jam/hektare

Perhitungan 4 Perhitungan 5

KKA aktu p n a utan ⁄ jumlah tanaman ⁄ ) x .

= 16,964 jam/hektare

Tabel Data kapasitas kerja alat (kg/jam) alat pencabut singkong semi mekanis No. Berat

Perhitungan kapasitas kerja alat pencabut singkong semi mekanis:

Dalam satuan kg/jam

Perhitungan 2

x .

Lampiran 4. Persentase Kerusakan Singkong

Tabel PKS(%) alat pencabut singkong dengan pneumatik

No. Berat Awal

Rumus Persentase Kerusakan Singkong

Tabel Persentase kerusakan singkong alat pencabut singkong semi mekanis No. Berat Awal

Lampiran 5. Konsumsi bahan bakar Tabel Konsumsi bahan bakar

Rata-rata 0,00046 0,00216 4,662

Perhitungan :

Ulangan II

Konsumsi bahan bakar utuhan ahan akar yan i unakan l waktu k rja jam

Ulangan III

Konsumsi bahan bakar utuhan ahan akar yan i unakan l waktu k rja jam

Lampiran 6. Analisis Ekonomi

Analisis Ekonomi Alat pencabut singkong dengan sistem pneumatik 1. Unsur Produksi

1. Biaya pembuatan alat (P) = Rp. 6.871.000 2. Umur ekonomi (n) = 5 Tahun 3. Nilai akhir alat (S) = Rp. 687.100

4. Jam kerja = 8 jam/hari

5. Kapasitas produksi(kg/jam) = 1238.059 kg/jam 6. Biaya operator = Rp. 48.000/hari 7. Biaya perbaikan = Rp. 20,226/jam 8. Bunga modal dan asuransi = Rp. 101.130/tahun

9. Jam kerja alat per tahun = 2.080 jam/tahun (asumsi 260 hari efektif berdasarkan tahun 2020)

2. Perhitungan biaya pokok a. Biaya Tetap (BT)

1. Biaya penyusutan ( )

p. . . p. .

= Rp. 1.236.780/tahun Tabel biaya penyusutan dengan metode linier

Akhir tahun ke- Dt (Rp) Nilai akhir (Rp)

0 0 6.871.000

1 1.236.780 5.634.220

2 1.236.780 4.397.440

3 1.236.780 3.160.660

4 1.236.780 1.923.880

2. Bunga modal (5 %) dan asuransi (2 %) I

p . .

= Rp. 288.582/tahun 3. Pajak

Pajak = 2 % P

= 2 % Rp. 6.871.000

= Rp. 137.420/tahun

Total biaya tetap = Biaya penyusutan + Bunga modal dan asuransi + Pajak

= Rp. 1.236.780/tahun + Rp. 288.582/tahun + Rp. 137.420/tahun

= Rp. 1.662.782/tahun b. Biaya tidak tetap (BTT)

1. Biaya perbaikan alat (reparasi) Biaya reparasi

p. . . p. . jam

= Rp. 35,676/jam 2. Biaya operator

Jumlah jam kerja = 8 jam/hari

Biaya operator = Rp. 6.000/jam 8 jam

= Rp. 48.000/hari 3. Biaya Bahan Bakar

Harga BB = Rp. 7.650/l Kebutuhan BB = 4,695 l/jam

Biaya BB = Rp 7.650/l × 4,695 l/jam

= Rp. 35.916/jam

Total biaya tidak tetap = Biaya reparasi + Biaya operator + Biaya Bahan Bakar

= Rp. 35,676 + Rp. 6.000 + Rp. 35.916

= Rp. 42.011,676/jam c. Biaya pokok pencabutan pada singkong

Biaya pokok [

x ]

dimana :

BT = total biaya tetap (Rp/tahun) BTT = total biaya tidak tetap (Rp/jam) x = total jam kerja pertahun (jam/tahun) C = Kapasitas kerja alat (jam/kg)

Biaya pokok [

x ] [

. ] (Rp/kg)

Tabel perhitungan biaya pokok tiap tahun

Tahun BT

Analisis biaya alat pencabut singkong semi mekanis 1. Unsur Produksi

1. Biaya pembuatan alat (P) = Rp. 2.500.000 2. Umur ekonomi (n) = 5 Tahun 3. Nilai akhir alat (S) = Rp. 250.000

4. Jam kerja = 8 jam/hari

5. Kapasitas produksi/jam = 935,831 kg/jam 6. Biaya operator = Rp. 48.000/hari

7. Biaya perbaikan = Rp. 15/jam 8. Bunga modal dan asuransi = Rp. 75.000/tahun

9. Jam kerja alat per tahun = 2.080 jam/tahun (asumsi 260 hari efektif Tabel biaya penyusutan dengan metode linier

Akhir tahun ke- Dt (Rp) Nilai akhir (Rp)

= Rp. 50.000/tahun c. Biaya pokok pencabutan pada singkong

Biaya pokok [

x ] dimana :

BT = total biaya tetap (Rp/tahun) BTT = total biaya tidak tetap (Rp/jam) x = total jam kerja pertahun (jam/tahun) C = Kapasitas kerja alat (jam/satuan kg)

Tabel perhitungan biaya pokok tiap tahun

Lampiran 7. Break even point (Titik Impas)

Break even point alat pencabut singkong dengan sistem pneumatik

Biaya tetap = Rp. 1.662.782/tahun

= Rp. 799,414/jam (1 tahun = 2080 jam)

= Rp. 0,278/kg (1 jam = 2870,233 kg) Biaya tidak tetap = Rp. 87.384.286,08/tahun

= Rp. 42.001,676 /jam (1 tahun = 2080)

= Rp. 14,510 /kg (1 jam = 2895,238 kg)

Penerimaan setiap produksi = Rp. 800/kg (harga ini diperoleh dari perkiraan harga pasar)

Break even point . . p tahun p k p k

= 2116,872 kg/tahun

Alat akan mencapai break even point jika alat telah mencabut sebanyak : Tahun Biaya tetap

Produksi mengalami titik impas (break even point) saat alat menghasilkan singkong yang tercabut sebanyak 2116,872 kg/tahun.

Break even point iaya t tap

har a jual iaya ti ak t tap

Break even point alat pencabut singkong semi mekanis Biaya tidak tetap = Rp. 12.511.200/tahun

= Rp. 6.015/jam (1 tahun = 2080)

= Rp. 6,43 /kg (1 jam = 935,38 kg)

Penerimaan setiap produksi = Rp. 800/kg (harga ini diperoleh dari perkiraan harga pasar)

Alat akan mencapai break even point jika alat telah mengiris sebanyak : Tahun Biaya tetap

Produksi mengalami titik impas (break even point) saat alat menghasilkan singkong yang tercabut sebanyak 724,57 kg/tahun.

Lampiran 8. Gambar alat pencabut singkong dengan sistem pneumatik

Tampak Depan

Tampak Atas

Tampak Samping Lampiran 9. Gambar hasil pencabutan singkong

Hasil pencabutan ulangan 1

Hasil pencabutan ulangan 2

Hasil pencabutan ulangan 3

Hasil pencabutan ulangan 4

Lampiran 10. Gambar teknik dari alat pencabut singkong dengan sistem pneumatik

Dokumen terkait