Abbas YA. 2011. Perbandingan metode knowledge graph dan concept mapping sebagai teknik menangkap pengetahuan dari teks [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Anwar MS. 2013. Perbandingan metode knowledge graph dan conceptual graph sebagai teknik merepresentasi teks [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Chartrand G, Oellermann OR. 1993. Applied and Algorithmic Graph Theory. New York (US): McGraw-Hill Inc.
[Depdikbud] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2010. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ed ke-3. Jakarta: Balai Pustaka
Febriatmoko D. 2011. Abstraksi teks berbahasa Indonesia menggunakan teori knowledge graph [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Hoede C, Nurdiati S. 2008a. On word graphs and structural parsing. Enschede (NL): Twente University Press.
Keraf G. 1991. Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia untuk Tingkat Pendidikan Menengah. Jakarta (ID): PT Grasindo.
Lestarini AH. 2012. Energi terbarukan menuju pencerahan energi di masa depan. [Internet]. [diunduh 2012 Nov 20]. Tersedia pada: http:/economy. okezone.com/2012/10/31/19/711912/energi-terbarukan-menuju-pencerahan-energi-di-masa-depan.
Nurdiati S, Hoede C. 2008b. 25 years development of knowledge graph theory: the results and the challenge. Di dalam: Nurdiati S, editor. The 3rd International Conference on Mathematics and Statistics (ICOMS-3); 2008 september; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [diunduh 2012 Jan 10]. Tersedia pada: http://doc.utwente.nl/64931/1/memo1876.pdf Oktantrika DW. 2010. Penggunaan teori knowledge graph untuk merangkum teks
berbahasa Indonesia [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rusiyamti. 2008. Analisis teks berbahasa Indonesia menggunakan teori knowledge graph [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sowa JF. 1976. Conceptual Graph. Handbook of Knowledge Representation Harmelen FV, Lifschitz V, Porter B, editor. Elsevier BV. 213-237.doi:10.1016/S1574-6526(07)03005-2.
Wilson RJ, Lowell WB. 1979. Applications of Graph Theory. London (GB): Academic Press.
Zhang L. 2002. Knowledge graph theory and structural parsing. Enschede (NL): Twente University Press.
Lampiran 1 Teks yang Dianalisis
Energi Terbarukan, Menuju "Pencerahan" Energi di Masa Depan Ade Hapsari Lestarini - Okezone
Rabu, 31 Oktober 2012 23:24 wib
PEMERINTAH saat ini tengah mengembangkan energi baru terbarukan (renewable energy). Energi ini menyediakan kebutuhan dasar akan air bersih, fasilitas kesehatan, sampai penerangan. Bahkan, mencegah Indonesia untuk membuang tiga kali lipat emisi gas rumah kaca (GRK) dari bahan bakar fosil.
Energi terbarukan sendiri merupakan energi yang berasal dari alam seperti cahaya matahari, tenaga air, tenaga angin, tenaga gelombang, serta geotermal yang dapat diperbaharui secara alamiah.
Ancaman akan krisis energi dan bahan bakar menjadikan energi baru terbarukan menjadi "primadona" untuk menggantikan bahan bakar fosil yang saat ini digunakan. Tilik saja, sumber daya energi di Indonesia yang semakin menipis. Energi menjadi barang langka dan semakin mahal, kendati pertumbuhan konsumsi energi rata-rata sebesar tujuh persen setahun.
Namun di sisi lain, pertumbuhan permintaan ini tidak diimbangi dengan pasokan energi yang cukup. Akibatnya generasi yang akan datang sangat mungkin akan mengalami kekurangan bahkan krisis sumber daya energi. Selain itu adanya ketimpangan permintaan dan pasokan terhadap terhadap energi fosil, penggunaan energi fosil juga mengakibatkan perubahan iklim global disebabkan oleh meningkatnya (GRK) di muka bumi.
Oleh karena itu, PT Pertamina (Persero) berkomitmen meningkatkan pemanfaatan energi baru terbarukan dengan mengembangkan pemanfaatkan panas bumi. Melalui anak usahanya, PT Pertamina Geothermal Energy serta upaya pengembangan energi terbarukan lainnya, Pertamina optimistis mampu mendorong trilogi kebijakan energi pemerintah dalam 10 tahun ke depan.
Wakil Presiden Boediono saat pameran Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) pada Agustus lalu mengatakan trilogi tersebut, yang mencakup politik, ekonomi, dan lingkungan hidup. Menurut Boediono, secara politik strategi energi harus dapat memenuhi kriteria politik energi dan politik keamanan. Sementara di bidang ekonomi, strategi energi harus suistainable atau berkelanjutan. "Kebijakan energi juga harus berwawasan lingkungan. Jika kita salah merumuskan energi, maka kita akan menanggung kerusakan lingkungan hidup," ujar Wapres kala itu.
Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam sumber energi. Sumber-sumber energi itu harus dapat dimanfaatkan tidak hanya oleh generasi sekarang, tetapi juga dapat diwariskan kepada generasi yang akan datang. "Tugas kita, generasi sekarang, untuk mewariskan sistem energi nasional yang memenuhi Trilogi Kebijakan Energi," ujar Wapres.
Kendati perkembangan EBTKE di Indonesia masih tergolong lambat, peranan dalam bauran energi nasional sudah lama dirasakan kebutuhannya. Potensi energi baru terbarukan di Indonesia cukup besar, namun pemanfaatannya belum optimal.
Berbagai kebijakan yang mendukung pun telah dikeluarkan untuk mendorong pengembangan energi baru terbarukan ini. Akan tetapi hal ini masih belum cukup sehingga Ditjen EBTKE berupaya meningkatkan pemakaian EBT 31
hingga 25 persen pada 2025, dan menurunkan efek GRK hingga 26 persen pada 2020. Dengan demikian diperlukan sosialisasi yang sangat luas dan pemahaman akan pentingnya pengembangan EBTKE demi tercapainya Green Energy di masa mendatang.
Pertamina pun diketahui aktif mengembangkan energi baru terbarukan di antaranya CBM, studi shale gas, dan kegiatan operasi geotermal. Upaya tersebut terkait dengan diversifikasi energi menuju penggunaan dan pengembangan sumber daya energi baru terbarukan.
Diversifikasi energi merupakan kunci untuk melepaskan ketergantungan dari energi fosil. SVP Upstream Strategic Planning and Subsidiary Management Salis S Aprilian saat diskusi pada seminar di Riau International Energy Expo 2011 memaparkan, pertumbuhan produksi minyak dan gas bumi yang telah dicapai oleh Pertamina dalam lima tahun terakhir. Salis menjelaskan bahwa Pertamina telah berhasil melakukan upaya peningkatan produksi minyak dari lapangan-lapangan alih kelola. "Peningkatan produksi berhasil diwujudkan di UBEP Sangasanga Tarakan, UBEP Limau yang berada dalam pengelolaan Pertamina EP, dan lapangan Offshore North West Java (ONWJ) yang dikelola oleh PHE," jelasnya.
Adapun studi shale gas saat ini sedang dilakukan oleh Pertamina EP. Sedangkan untuk pengembangan CBM, Pertamina telah menandatangani sembilan PSC CBM yaitu Sangatta 1 dan 2, Tanjung 2 dan 4, Tanjung Enim, Muara Enim, Muara Enim 1, 2 dan 3. Ke depan, Pertamina juga akan mengembangkan pemetaan energi baru lainnya seperti energi angin dan pemanfaatan alga sebagai menyerap CO2 di lapangan migas yang memiliki kandungan CO2 tinggi.
Maka dari itu, Pertamina pun giat menggencarkan pengembangan energi terbarukan di tengah ancaman krisis energi dan bahan bakar fosil. Oleh karena itu, pengembangan EBTKE seperti panas bumi sangat diperlukan untuk keberlangsungan energi dan juga mengurangi dampak lingkungan yang timbul. 32