• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ahaditomo, (2002), Standard Kompetensi Apoteker Indonesia. Makalah pada Peringatan 55 Tahun Pendidikan Farmasi Institut Teknologi Bandung.

Anonim, (2008)a. Pusat Asuhan Kefarmasian. Diakses 20 Mei 2011.

Anonim. (2008)b. Sejarah Kefarmasian Indonesia. Diakses 15 Agustus 2011.

Anonim, (2008)c. Pengenalan Standar Prosedur Operasional. Diakses 20 Mei Azizah, H. (2010). Peluang Penerapan PP 51 tahun 2009 terkait Titik Impas: Studi

kasus di Apotek Farma Nusantara dan Kimia Farma 27 Medan. Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Medan.

Cipole, RJ., Strand, LM., dan Morley, PC,. (1998), Pharmaceutical Care Practice. The McGraw-Hill Companies, Inc., The United States of America. Page 5-7.

Dhanutirto, H. (2008). Asuhan Kefarmasian Nilai Tambah. Diakses 25 Mei 2011.

Febrianti, I. (2008). Tinjauan Sosiologis Pengaturan terhadap Pekerjaan Kefarmasian di Apotek. Diakses 25 Mei 2011.

Ginting, A. (2008). Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek di kota Medan tahun 2008. Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Medan.

Hartini, S. (2009). Peningkatan Peran Apoteker [On-line]. Diakses 25 Juni peran-apoteker-htm..

Lwanga, S.K., dan Lemeshow, S. (1997). Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta. Gajah Mada University Press. Hal. 54.

Menteri Kesehatan RI. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Pane, H.A. (2010). Implementasi PP 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian dan kaitannya dengan peraturan perundang-undang. Diakses 25 Mei 2011. http//implementasiPP51Birotahun2009HukumDanOrganisasiKementerian KesehatanRI.htm.

Pemerintah RI. (2009). PP 51 Tahun 2009. Diakses 19 Januari 2011.

Pratomo. D. (2011). Kompetensi Apoteker Modal Praktek Kolaborasi. Artikel Majalah Medisina. 5(11): 12.

Rantucci, M. (2010). Komunikasi Apoteker-Pasien. Edisi 2. Jakarta : EGC. Hal.1. Riduwan. (2009). Skala pengukuran variabel-variabel penelitian. Cetakan keenam.

Bandung: Alfabeta. Hal. 24-31.

Rubiyanto, N, (2009). Rekonstruksi Profesi Apoteker. Diakses 20 Mei 2011. Samano, Y. ( 2009 ). Standard Pelayanan Farmasi. Diakses 19 Mei 2011.

Sanusi, D. ( 2009). Kompetensi Sumber Daya Manusia Farmasi. Artikel Majalah Medisina. 4(7): 7.

Singarimbun, M., dan Effendi, S. (1989). Metode Penelitian Survei. Edisi Revisi. Yogyakarta: LP3ES. Hal. 155.

Umar, M. (2005). Manajemen Apotek Praktis. Solo. CV Ar-Rahman. Hal. 29-30. Wirasuta. (2010). Swamedikasi Obat Keras oleh Apoteker belum punya basis

hukum. Diakses 19 Mei 2011.

Wiryanto. (2009). Kompetensi dan Profil Pelayanan Kefarmasian di Apotek Pasca

PUKA di kota Medan. Fakultas Farmasi Universitas Sumatera. Utara. Medan.

Yusmainita. ( 2008 ). Jasa Profesi Farmasi di Apotek . Artikel Majalah Medisina. 3(5): 8.

Lampiran 1.

KUISIONER

Isilah profil/identitas Bapak/Ibu berikut ini:

 Jenis kelamin : Laki-laki / Perempuan *)

 Lulus apoteker : Tahun . . .

 Pekerjaan selain APA :

 Pengalaman sebagai APA : . . . . Tahun PENGANTAR

Dalam rangka meningkatkan, mengarahkan dan memberi landasan hukum, serta menata kembali berbagai perangkat hukum yang mengatur penyelenggaraan Pekerjaan Kefarmasian, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintahan RI No.51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Pada intinya, penerbitan PP ini dimaksudkan untuk memberi kepastian bagi apoteker dalam menjalankan praktek kefarmasian secara lebih baik, dengan konsekuensi apoteker harus melaksanakan semua tugas dan kewajiban sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

Kuesioner berikut ini bertujuan untuk mengumpulkan data tentang persepsi Apoteker Pengelola Apotek (APA) di kota Medan terhadap Peraturan Pemerintahan RI No.51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian tersebut.

Mohon kiranya Bapak/Ibu Apoteker Pengelola Apotek berkenan mengisi kuesioner ini dengan memberi tanda () pada jawaban yang tersedia. Semua pendapat Bapak/Ibu akan saya jaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian ini.

Akhirnya atas partisipasi dan ketulusan Bapak/Ibu mengisi kuesioner ini, saya ucapkan terimakasih. Peneliti Tris Mundari

*) coret yang tidak perlu

Berilah tanda () pada jawaban yang telah disediakan

1. Apakah Bapak / Ibu memahami maksud diterbitkannya PP No.51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian?

Tidak paham Cukup paham Paham

2. PP No.51 Tahun 2009 membawa defenisi baru mengenai apotek yakni “sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker”, artinya PP No.51 menggaris bawahi apotek bukan sekedar tempat transaksi jual beli, tetapi sebagai sarana pelayanan kesehatan dengan aktifitas utama praktek kefarmasian oleh Apoteker, bagaimana menurut pendapat Bapak/Ibu?

Sangat tidak

setuju Tidak setuju

Tidak

berpendapat Setuju

Sangat setuju

3. Pada pasal 51 ayat 1 PP No. 51 tahun 2009 berbunyi “Pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) di apotek hanya dapat dilakukan oleh Apoteker”, bagaimana menurut pendapat Bapak/Ibu ?

Sangat tidak

setuju Tidak setuju

Tidak

berpendapat Setuju

Sangat setuju

5. Dalam hal kehadiran Apoteker diharuskan selama jam buka apotek membawa konsekuensi keharusan adanya Apoteker Pendamping, bagaimana menurut pendapat Bapak/Ibu?

Sangat tidak

setuju Tidak setuju

Tidak

berpendapat Setuju

Sangat setuju

6. Pada pasal 21 ayat 2 PP No. 51 tahun 2009 berbunyi “Pelayanan dan penyerahan obat berdasarkan resep dokter dilaksanakan oleh Apoteker”, bagaimana menurut pendapat Bapak/Ibu?

Sangat tidak

setuju Tidak setuju

Tidak

berpendapat Setuju

Sangat setuju

7. Menurut data penelitiansekarang ini penyerahan obat keras banyak dilakukan tanpa resep dokter. Pada pasal 24 ayat 3 PP No. 51 tahun 2009 ditegaskan kembali bahwa penyerahan obat keras, narkotik dan psikotropik kepada masyarakat harus melalui resep dokter sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, bagaimana menurut Bapak/Ibu ?

Sangat tidak

setuju Tidak setuju

Tidak

berpendapat Setuju

Sangat setuju

8. Pada PP No. 51 pasal 31 berbunyi “Setiap Tenaga Kefarmasian dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasian wajib menyelenggarakan suatu sistem pemberian pelayanan kefarmasian yang efektif, efisien, dan berkualitas dalam memenuhi kebutuhan pelayanan kefarmasian (kendali mutu) serta pemberian pelayanan kefarmasian yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan didasarkan pada harga yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan (kendali biaya). Bagaimana menurut pendapat Bapak/Ibu ?

Sangat tidak

setuju Tidak setuju

Tidak

berpendapat Setuju

Sangat setuju

9. Kebijakan Pada PP No. 51 tahun 2009 pasal 23 “Dalam melakukan pekerjaan kefarmasian, Apoteker harus menetapkan Standard Prosedur Operasional (SPO) yang dibuat secara tertulis dan diperbaharui secara terus menerus sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang farmasi”, bagaimana menurut pendapat Bapak/Ibu ?

Sangat tidak

setuju Tidak setuju

Tidak

berpendapat Setuju

Sangat setuju

10. PP No. 51 tahun 2009 mengisyaratkan bahwa hanya apoteker yang mempunyai sertifikat kompetensi apoteker saja yang akan diberikan surat izin praktek, bagaimana menurut pendapat Bapak/Ibu ?

Sangat tidak

setuju Tidak setuju

Tidak

berpendapat Setuju

Sangat setuju

11. Sesuai filosofi pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care), untuk mengoptimalkan terapi obat dibutuhkan pelayanan langsung dan bertanggung jawab oleh Apoteker, bagaimana menurut pendapat Bapak/Ibu ?

Sangat tidak

setuju Tidak setuju

Tidak

Lampiran 2

Tabel 1. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Variabel Dimensi Indikator kuesioner

PP No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian Pemahaman maksud diterbitkan PP No.51 tahun 2009 1. APA dengan berbagai profesi 1 Pengembalian fungsi apotek sesuai peraturan 1. PP No 51 pasal 1 tahun 2009 2. PP No 51 pasal 24 ayat 3 tahun 2009 2 7 Peningkatan peran apoteker 1. PP No 51 pasal 51 ayat 1 tahun 2009 2. Apoteker hadir

selama jam apotek buka 3. Adanya apoteker pendamping 4. PP No 51 pasal 21 ayat 2 tahun 2009 5. Filosofi pelayanan kefarmasian 3 4 5 6 11 Penambahan beban kerja 1. PP No 51 pasal 31 tahun 2009 2. PP No 51 pasal 23 ayat 1 tahun 2009 3. Sertifikasi kompentensi apoteker 8 9 10

Lampiran 3

Data-data hasil penelitian

Distribusi total tanggapan responden terhadap PP No. 51 tahun 2009 terkait pemahaman APA.

Pekerjaan selain APA

Jumlah Tidak paham Cukup

paham Paham Dosen 0 7 6 Rumah sakit 0 4 9 Birokrasi 0 3 10 Praktisi 0 5 8 Total 0 19 33

Lanjutan lampiran 3

Distribusi tanggapan responden terhadap PP No. 51 tahun 2009 terkait pengembalian fungsi apotek sesuai peraturan.

Kuesioner Jumlah Sangat tidak Setuju Tidak setuju Tidak berpendapat Setuju Sangat setuju Total

Apotek bukan sekedar tempat transaksi jual beli melainkan sebagai sarana pelayanan kesehatan dengan aktifitas utama praktek kefarmasian oleh apoteker (Pasal 1 ayat 13).

3 0 0 26 23 52

Penyerahan obat keras, narkotika dan

psikotropika atas resep dokter (Pasal 24 ayat 3).

Lanjutan lampiran 3

Distribusi tanggapan responden terhadap PP No. 51 tahun 2009 terkait peningkatan peran apoteker. Kuesioner Jumlah Sangat tidak Setuju tidak setuju Tidak berpendapat setuju Sangat setuju Total Pelayanan kefarmasian (pharmaceutical

Care) di apotek hanya dapat dilakukan oleh Apoteker (pasal 51 ayat 1)

4 9 2 27 10 52

Keharusan Apoteker hadir

selama jam buka apotek . 5 11 7 21 8 52

Adanya apoteker

pendamping 4 8 7

25 8 52

Penyerahan obat berdasarkan resep dokter dilaksanakan oleh Apoteker (Pasal 21 ayat 2)

3 7 3

34 5 52

Filosofi pelayanan kefarmasian untuk

mengoptimalkan terapi obat dibutuhkan pelayanan langsung dan bertanggung jawab oleh apoteker.

0 5 3

Lanjutan lampiran 3

Distribusi tanggapan responden terhadap PP No. 51 tahun 2009 terkait penambahan beban kerja apotek

Kuesioner Jumlah Sangat tidak Setuju Tidak setuju Tidak berpendapat Setuju Sangat setuju Total Tenaga Kefarmasian wajib menyelenggarakan program kendali mutu & kendali biaya(Pasal 31 ayat1)

0 0 2 36 14 52

Apoteker harus

menetapkan SPO (Pasal 23 ayat 1)

0 1 4 34 13 52

Apoteker yang mempunyai sertifikat kompetensi apoteker saja yang akan diberikan surat izin praktek

Dokumen terkait