Al-Huseini, L.M.A., Swadi, A.A., Swadi, S.M., 2016. Effective Cefixime Treatment in Pregnant Women with Urinary Tract Infection. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research, 8 (2),73-78.
Cyriac, J. M., James, E., 2014. Switch Over from Intravenous to Oral Therapy: A Concise Overview. Journal of Pharmacology and Pharmacotherapeutics, 5,83-87.
Departemen Kesehatan RI, 2006. Pedoman Pelayanan Farmasi untuk Ibu Hamil dan Menyusui. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Departement of Health, Goverment of South Australia, 2013. Urinary Tract Infection in Preganancy. South Australian Maternal & Neonatal Clinical Network, 29 (April), 1-9.
Depkes RI, 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Kementrian Kesehatan RI, Jakarta.
Kemenkes RI, 2011. Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik. Kementrian Kesehatan RI, Jakarta.
Lee, M., et al., 2008. Urinary Tract Infections in Pregnancy. Motherisk Update, 54(6), 853-854.
Listiyani, C. A., 2016. Evaluasi Peresepan Antibiotika Profilaksis dengan Metode Gyssens pada Pasien yang Menjalani Operasi Sesar pada Bulan April 2015 di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta, Skripsi¸Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Llorens, X. S., et al., 1995. Intrapartum Prophylaxis with Ceftriaxone Decreases Rates of Bacterial Colonization and Early-Onset Infection in Newborns.
Clinical Infectious Diseases, 21,876-80.
Michelim, L., et al., 2016. Urinary Tract Infection in Pregnancy: Review of Clinical Management. Journal of Clinical Nephrology and Research, 3(1),1030.
Miller, J. M. T. H., 1996. Switch Therapy: The Theory and Practice of Early Change from Parenteral to Non-Parenteral Antibiotic Administration.
Clinical Microbiology and Infection, 2(1),12-19.
Miller, J. M. T. H., 1998. Cefixime for Switch Therapy. Chemotherapy, 44(suppl 1):24–27.
National Drugs and Therapeutics Subcommittee, 2011. Antibiotics Guidelines. 3rd edition. Ministry of Health Government of Fiji, -, 40,78-80.
Prawirohardjo, S., 2009. Ilmu Kebidanan, EGC, Jakarta, 213.
Queensland Clinical Guidelines, 2014. Preterm Labour and Birth. Queensland Health, November, 3-19.
Regnier, B., 1989. Comparative Study of Intravenous Ceftriaxone Followed by Oral Cefixime Versus Ceftriaxone Alone in the Treatment of Severe Upper Urinary Tract Infections. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2530546, diakses tanggal 29 April 2017.
Slpos, S., et al., 2011. Infections, Antibiotics, and Prganancy.TMJ,61(3-4),225-31.
World Health Organization, 2015. WHO Recommendations on Interventions to Improve preterm Birth Outcomes.
17
LAMPIRAN
18 Lampiran 1. Rekam Medis Kasus 8
Nama : BAY No. RM : 04xxxx
Usia pasien : 33 tahun Keadaan umum : lemah, gizi baik
Tanggal masuk : 25/07/2016 Pukul : 11:30 WIB
Tanggal keluar : 28/07/2016 Pukul : 14:30 WIB
Anamnesis : pasien datang dengan keluhan utama demam, pusing, mual, muntah, sering buang air kecil dan terasa panas saat buang air kecil, nyeri perut.
Pemeriksaan fisik lain:
NT suprapubic (+)
Diagnosis masuk : G2P1A0 usia kehamilan 32+2 minggu dengan infeksi saluran kemih Diagnosis keluar : G2P1A0 usia kehamilan 32+4 minggu dengan infeksi saluran kemih
Pemeriksaan Tanda Vital
Tanggal 25/07/2016 26/07/2016
Satuan
Tanggal 25/07/2016 Nilai Rujukan Satuan
WBC 8,40 4-11
19
Tanggal 25/07/2016 28/07/2016
Warna-kekeruhan Kuning keruh Kuning jernih Kuning jernih
BJ 1,025 1,010 1,005-1,030
Glukosa Negatif Negatif Negatif
Darah samar 1+
0,06 mg/dL
Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif Negatif
Urubilinogen Normal Normal Normal
Leukosit 3+
Silinder Negatif Negatif 0-4
Ephitel Penuh 2-4 0-4
Bakteri Positif Negatif Negatif
Kristal Negatif Negatif Negatif
Lain-lain Negatif Negatif Negatif
Jamur Negatif Negatif Negatif
Pengobatan
Nama Dosis Tanggal dan Waktu
25/07 26/07 27/07 28/07
20
1. Cefixime (tidak dievaluasi karena data jumlah obat yang diberikan tidak diketahui)
Analisis antibiotik ceftriaxon berdasarkan diagram Gyssens:
1. Lolos kategori VI (data lengkap)
Assesment: data yang terdapat dalam rekam medis memuat data yang dibutuhkan dalam penelitian, yaitu identitas pasien, anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium, diagnosis, dan terapi yang diterima pasien.
2. Lolos kategori V (terdapat indikasi pemberian antibiotik)
Assesment: pasien mendapat diagnosis infeksi saluran kemih dan dalam data hasil pemeriksaan laboratorium pasien, tedapat tanda adanya infeksi yaitu nilai neutrofil yang tinggi dan adanya leukosit, ephitel, dan bakteri yang ditemukan pada urin.
Sehingga terdapat indikasi pemberian antibiotik (Depkes RI, 2011).
3. Lolos kategori IV A (tidak terdapat antibiotik lain yang lebih efektif)
Assesment: pasien mendapatkan diagnosis infeksi saluran kemih, antibiotik yang direkomendasikan untuk infeksi tersebut pada ibu hamil antara lain ceftriaxon atau cefazolin atau cefotaxime. Sehingga pemberian antibiotik ceftriaxon pada pasien sudah tepat (Michelim, et al., 2016 dan Depkes RI, 2011).
4. Lolos kategori IV B (tidak terdapat antibiotik lain yang kurang toksik)
Assesment: antibiotik ceftriaxon sebagai terapi infeksi saluran kemih termasuk dalam kategori keamanan kehamilan B yang aman untuk ibu hamil dan janin (Depkes RI, 2016 dan National Drugs and Therapeutics Subcommittee, 2011).
5. Lolos kategori IV C (tidak ada antibiotik lain yang lebih murah)
Assesment: harga antibiotik yang diberikan terjangkau oleh pasien sehingga antibiotik yang diberikan cukup murah untuk pasien.
6. Lolos kategori IV D (tidak ada antibiotik lain yang lebih spesifik)
Assesment: dari hasil laboratorium tidak diketahui secara spesifik jenis bakteri yang menginfeksi pasien, sehingga penggunaan antibiotik ceftriaxon adalah terapi empiris.
Ceftriaxon adalah antibiotik dengan spektrum luas yang menjadi terapi infeksi saluran kemih pada ibu hamil (Michelim, et al., 2016).
7. Lolos kategori III A (penggunaan antibiotik tidak terlalu lama)
Assesment: pasien diberikan antibiotik ceftriaxon selama 4 hari, sehingga sesuai dengan rekomendasi bahwa terapi diberikan antibiotik ceftriaxon selama 4 hari dan diikuti dengan antibiotik oral untuk memenuhi terapi antibiotik seluruhnya selama 10-14 hari. Sehingga pemberian antibiotik tidak terlalu lama (Miller, 1996).
8. Lolos kategori III B (penggunaan antibiotik tidak terlalu singkat)
Assesment: pasien diberikan antibiotik ceftriaxon selama 4 hari, sehingga sesuai dengan rekomendasi bahwa terapi diberikan antibiotik ceftriaxon selama 4 hari dan diikuti dengan antibiotik oral untuk memenuhi terapi antibiotik seluruhnya selama 10-14 hari. Sehingga pemberian antibiotik tidak terlalu singkat (Miller, 1996).
9. Lolos kategori II A (penggunaan antibiotik tepat dosis)
21
Assesment: antibiotik diberikan dengan dosis 1 gram, hal ini sesuai dengan rekomendasi pemberian ceftriaxon untuk infeksi saluran kemih yaitu 1 gram (Michelim, et al., 2016).
10. Lolos kategori II B (penggunaan antibiotik tepat interval pemberian)
Assesment: terapi injeksi ceftriaxon diberikan 1 gram dua kali sehari, sehingga interval pemberian antibiotik tiap 12 jam tepat. (Cyriac and James, 2014).
11. Lolos kategori II C (penggunaan antibiotik tepat rute pemberian)
Assesment: terapi infeksi saluran kemih dengan antibiotik ceftriaxon diberikan melalui rute injeksi, sesuai dengan yang direkomendasikan (Michelim, et al., 2016 dan Cyriac and James, 2014).
12. Lolos kategori I (penggunaan antibiotik tepat waktu)
Assesment: antibiotik ceftriaxon diberikan pertama kali pada pukul 13:00 WIB tanggal 25/07/2016 dan pemberian selanjutnya diberikan setiap 12 jam yaitu tepat pada pukul 01:00 WIB dan 13:00 setiap harinya.
13. Kategori 0, tidak tergolong kategori I-IV (penggunaan antibiotik tepat) Kesimpulan: kategori 0 (penggunaan antibiotik tepat).
22 Lampiran 2. Rekam Medis Kasus 13
Nama : SSW No. RM : 05xxxx
Usia pasien : 31 tahun Keadaan umum : baik
Tanggal masuk : 23/01/2016 Pukul : 09:45 WIB
Tanggal keluar : 26/01/2016 Pukul : 19:00 WIB
Anamnesa : pasien datang dengan keluhan nyeri saat berkemih, merasa nyeri pada pinggang kanan
Pemeriksaan fisik lain:
NT ketok ginjal (+) NT suprapubic (+)
Diagnosis masuk : G3P2A0 usia kehamilan 8+2 minggu dengan infeksi saluran kemih Diagnosis keluar : G3P2A0 usia kehamilan 8+6 minggu dengan infeksi saluran kemih
Pemeriksaan Tanda Vital
Tanggal 23/01/2016 27/01/2016
Satuan
Tanggal 23/01/2016 Nilai Rujukan Satuan
WBC 13,72 (H) 4-11
Neutrofil 91,9 (H) 40-75 %
Limfosit 6,1 (L) 20-45 %
Monosit 1,3 (L) 2-8 %
Eosinofil 0,6 (L) 1-6 %
23
Warna-kekeruhan Kuning jernih Kuning jernih
BJ 1,030 1,005-1,030
pH 6,5 5,0-7,5
Keton Negatif Negatif
Protein Negatif Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Darah samar Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Urubilinogen Normal Normal
Leukosit Negatif Negatif
Urinalisa (sedimen)
Kristal Negatif Negatif
Lain-lain Negatif Negatif
Jamur Negatif Negatif
Pengobatan
Nama Dosis Tanggal dan Waktu
23/01 24/01 25/01 26/01 Obat yang dibawakan pulang :
1. Cefixim 2x1 (tidak dievaluasi karena data jumlah obat yang diberikan tidak diketahui) 2. Asam Mefenamat 3x1
24
Analisis antibiotik ceftriaxon berdasarkan diagram Gyssens:
1. Lolos kategori VI (data lengkap)
Assesment: data yang terdapat dalam rekam medis memuat data yang dibutuhkan dalam penelitian, yaitu identitas pasien, anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium, diagnosis, dan terapi yang diterima pasien.
2. Lolos kategori V (terdapat indikasi pemberian antibiotik)
Assesment: pasien mendapat diagnosis infeksi saluran kemih dan dalam data hasil pemeriksaan laboratorium pasien, tedapat tanda adanya infeksi yaitu nilai leukosit dan neutrofil yang tinggi dalam darah dan adanya leukosit dan ephitel yang tinggi serta bakteri ditemukan pada urin. Sehingga terdapat indikasi pemberian antibiotik (Depkes RI, 2011).
3. Lolos kategori IV A (tidak terdapat antibiotik lain yang lebih efektif)
Assesment: pasien mendapatkan diagnosis infeksi saluran kemih, antibiotik yang direkomendasikan untuk infeksi tersebut pada ibu hamil antara lain ceftriaxon atau cefazolin atau cefotaxime. Sehingga pemberian antibiotik ceftriaxon pada pasien sudah tepat (Michelim, et al., 2016 dan Depkes RI, 2011).
4. Lolos kategori IV B (tidak terdapat antibiotik lain yang kurang toksik)
Assesment: antibiotik ceftriaxon sebagai terapi infeksi saluran kemih termasuk dalam kategori keamanan kehamilan B yang aman untuk ibu hamil dan janin (Depkes RI, 2016 dan National Drugs and Therapeutics Subcommittee, 2011).
5. Lolos kategori IV C (tidak ada antibiotik lain yang lebih murah)
Assesment: harga antibiotik yang diberikan terjangkau oleh pasien sehingga antibiotik yang diberikan cukup murah untuk pasien.
6. Lolos kategori IV D (tidak ada antibiotik lain yang lebih spesifik)
Assesment: dari hasil laboratorium tidak diketahui secara spesifik jenis bakteri yang menginfeksi pasien, sehingga penggunaan antibiotik ceftriaxon adalah terapi empiris.
Ceftriaxon adalah antibiotik dengan spektrum luas yang menjadi pilihan terapi dalam infeksi saluran kemih pada ibu hamil (Michelim, et al., 2016).
7. Lolos kategori III A (penggunaan antibiotik tidak terlalu lama)
Assesment: pasien diberikan antibiotik ceftriaxon selama 4 hari, sehingga sesuai dengan rekomendasi bahwa terapi antibiotik ceftriaxon diberikan selama 4 hari dan diikuti dengan antibiotik oral untuk memenuhi terapi antibiotik seluruhnya selama 10-14 hari. Sehingga pemberian antibiotik tidak terlalu lama (Miller, 1996).
8. Lolos kategori III B (penggunaan antibiotik tidak terlalu singkat)
Assesment: pasien diberikan antibiotik ceftriaxon selama 4 hari, sehingga sesuai dengan rekomendasi bahwa terapi antibiotik ceftriaxon diberikan selama 4 hari dan diikuti dengan antibiotik oral untuk memenuhi terapi antibiotik seluruhnya selama 10-14 hari. Sehingga pemberian antibiotik tidak terlalu singkat (Miller, 1996).
9. Lolos kategori II A (penggunaan antibiotik tepat dosis)
Assesment: antibiotik diberikan dengan dosis 1 gram, hal ini sesuai dengan rekomendasi pemberian ceftriaxon untuk infeksi saluran kemih pada ibu hamil yaitu 1 gram (Michelim, et al., 2016).
10. Tidak lolos kategori II B (penggunaan antibiotik tidak tepat interval pemberian)
Assesment: Terapi injeksi ceftriaxon diberikan 1 gram dua kali sehari, sehingga interval pemberian antibiotik tiap 12 jam tepat. (Cyriac and James, 2014).
25
11. Lolos kategori II C (penggunaan antibiotik tepat rute pemberian)
Assesment: terapi infeksi saluran kemih dengan antibiotik ceftriaxon diberikan melalui rute injeksi, sesuai dengan yang direkomendasikan (Michelim, et al., 2016 dan Cyriac and James, 2014).
12. Lolos kategori I (penggunaan antibiotik tepat waktu)
Assesment: antibiotik ceftriaxon diberikan pertama kali pada pukul 17:00 WIB tanggal 23/01/2016 dan pemberian selanjutnya diberikan setiap 12 jam yaitu tepat pada pukul 05:00 WIB dan 17:00 WIB pada hari berikutnya.
13. Kategori 0, tidak tergolong kategori I-IV (penggunaan antibiotik tepat) Kesimpulan: kategori 0 (penggunaan antibiotik tepat).
Lampiran 3. Rekam Medis Kasus 14
Nama : STD No. RM : 05xxxx
Usia pasien : 35 tahun Keadaan umum : compos mentis
Tanggal masuk : 19/01/2016 Pukul : 10:00 WIB
Tanggal keluar : 21/01/2016 Pukul : 12:00 WIB
Anamnesa : pasien datang dengan keluhan utama rasa nyeri pada pinggang
Pemeriksaan fisik lain: - Diagnosis masuk : G3P2A0 usia kehamilan 7 minggu dengan infeksi saluran kemih Diagnosis keluar : G3P2A0 usia kehamilan 7+2 minggu dengan infeksi saluran kemih
Pemeriksaan Tanda Vital
Tanggal 19/01/2016 20/01/2016 21/01/2016
Satuan
26
Pemeriksaan Laboratorium Hematologi
Tanggal 19/01/2016 Nilai Rujukan Satuan
WBC 13,47 (H) 4-11
Warna-kekeruhan Kuning agak keruh Kuning jernih
BJ 1,030 1,005-1,030
pH 6,5 5,0-7,5
Keton +2 Negatif
Protein Trace +/- Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Darah samar Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Urubilinogen +1 Normal
Leukosit Negatif Negatif
Urinalisa (sedimen)
Leukosit 2-4 0-4 per LPB
Erythrosit 1-3 0-2 per LPB
Silinder Sil Hialin 0-4
Ephitel 10-15 0-4
Bakteri Negatif Negatif
Kristal Negatif Negatif
Lain-lain Negatif Negatif
Jamur Negatif Negatif
Pengobatan
27
Nama Dosis Tanggal dan Waktu
19/01 20/01 21/01
Inj. Ketoprofen 1amp /8jam 16:00
02:00 10:00 18:00
-
Ranitidin 3x1tab 22:00
06:00
Inj. Ceftriaxon 1g /12jam 11:00
23:00
11:00
23:00 11:00
Obat yang dibawakan pulang : 1. Asam mefenamat 3x1 (X) 2. Ranitidin 3x1 (X)
3. Ondansetron 2x1 (X) 4. Cefixime tablet 2x1 (VIII)
Analisis antibiotik ceftriaxon berdasarkan diagram Gyssens:
1. Lolos kategori VI (data lengkap)
Assesment: data yang terdapat dalam rekam medis memuat data yang dibutuhkan dalam penelitian, yaitu identitas pasien, anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium, diagnosis, dan terapi yang diterima pasien.
2. Lolos kategori V (terdapat indikasi pemberian antibiotik)
Assesment: pasien mendapat diagnosis infeksi saluran kemih dan dalam data hasil pemeriksaan laboratorium pasien, tedapat tanda adanya infeksi yaitu nilai leukosit dan neutrofil yang tinggi dalam darah dan adanya ephitel yang ditemukan pada urin diatas nilai normal. Sehingga terdapat indikasi pemberian antibiotik (Depkes RI, 2011).
3. Lolos kategori IV A (tidak terdapat antibiotik lain yang lebih efektif)
Assesment: pasien mendapatkan diagnosis infeksi saluran kemih, antibiotik yang direkomendasikan untuk infeksi tersebut pada ibu hamil antara lain ceftriaxon atau cefazolin atau cefotaxime. Sehingga pemberian antibiotik ceftriaxon pada pasien sudah tepat (Michelim, et al., 2016 dan Depkes RI, 2011).
4. Lolos kategori IV B (tidak terdapat antibiotik lain yang kurang toksik)
Assesment: antibiotik ceftriaxon sebagai terapi infeksi saluran kemih termasuk dalam kategori keamanan kehamilan B yang aman untuk ibu hamil dan janin (Depkes RI, 2016 dan National Drugs and Therapeutics Subcommittee, 2011).
5. Lolos kategori IV C (tidak ada antibiotik lain yang lebih murah)
Assesment: harga antibiotik yang diberikan terjangkau oleh pasien sehingga antibiotik yang diberikan cukup murah untuk pasien.
6. Lolos kategori IV D (tidak ada antibiotik lain yang lebih spesifik)
Assesment: dari hasil laboratorium tidak diketahui secara spesifik jenis bakteri yang menginfeksi pasien, sehingga penggunaan antibiotik ceftriaxon adalah terapi empiris.
28
Ceftriaxon adalah antibiotik dengan spektrum luas yang menjadi terapi infeksi saluran kemih pada ibu hamil (Michelim, et al., 2016).
7. Lolos kategori III A (penggunaan antibiotik tidak terlalu lama)
Assesment: pasien diberikan antibiotik ceftriaxon selama 3 hari, sehingga sesuai dengan rekomendasi bahwa terapi diberikan antibiotik ceftriaxon selama 3 hari dan diikuti dengan antibiotik oral untuk memenuhi terapi antibiotik seluruhnya selama 10-14 hari. Sehingga pemberian antibiotik tidak terlalu lama (Departement of Health, Government of South Australia,2013 dan Michelim, et al., 2016).
8. Lolos kategori III B (penggunaan antibiotik tidak terlalu singkat)
Assesment: pasien diberikan antibiotik ceftriaxon selama 3 hari, sehingga sesuai dengan rekomendasi bahwa terapi diberikan antibiotik ceftriaxon selama 3 hari dan diikuti dengan antibiotik oral untuk memenuhi terapi antibiotik seluruhnya selama 10-14 hari. Sehingga pemberian antibiotik tidak terlalu singkat (Departement of Health, Government of South Australia,2013 dan Michelim, et al., 2016).
9. Lolos kategori II A (penggunaan antibiotik tepat dosis)
Assesment: antibiotik diberikan dengan dosis 1 gram, hal ini sesuai dengan rekomendasi pemberian ceftriaxon untuk infeksi saluran kemih yaitu 1 gram (Michelim, et al., 2016).
10. Lolos kategori II B (penggunaan antibiotik tepat interval pemberian)
Assesment: terapi injeksi ceftriaxon diberikan 1 gram dua kali sehari, sehingga interval pemberian antibiotik tiap 12 jam tepat. (Cyriac and James, 2014).
11. Lolos kategori II C (penggunaan antibiotik tepat rute pemberian)
Assesment: terapi infeksi saluran kemih dengan antibiotik ceftriaxon diberikan melalui rute injeksi, sesuai dengan yang direkomendasikan (Michelim, et al., 2016 dan Cyriac and James, 2014).
12. Lolos kategori I (penggunaan antibiotik tepat waktu)
Assesment: antibiotik ceftriaxon diberikan pertama kali pada pukul 11:00 WIB tanggal 19/01/2016 dan pemberian selanjutnya diberikan setiap 12 jam yaitu tepat pada pukul 23:00 WIB dan 11:00 WIB setiap harinya.
13. Kategori 0, tidak tergolong kategori I-IV (penggunaan antibiotik tepat) Kesimpulan: kategori 0 (penggunaan antibiotik tepat).
Analisis antibiotik cefixime berdasarkan diagram Gyssens:
1. Lolos kategori VI (data lengkap)
Assesment: data yang terdapat dalam rekam medis memuat data yang dibutuhkan dalam penelitian, yaitu identitas pasien, anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium, diagnosis, dan terapi yang diterima pasien.
2. Lolos kategori V (terdapat indikasi pemberian antibiotik)
Assesment: antibiotik cefixime diberikan sebagai terapi lanjutan dari injeksi ceftriaxon menjadi terapi oral untuk memudahkan pasien dalam melanjutkan terapi saat rawat jalan (Michelim, et al., 2016 dan Cyriac and James, 2014).
3. Lolos kategori IV A (tidak terdapat antibiotik lain yang lebih efektif)
Assesment: cefixime merupakan antibiotik golongan sefalosporin yang efektif
29
digunakan sebagai terapi lanjutan antibiotik oral dan juga efektif untuk terapi infeksi saluran kemih pada ibu hamil (Al-Huseini, et al., 2016 dan Miller, 1998).
4. Lolos kategori IV B (tidak terdapat antibiotik lain yang kurang toksik)
Assesment: antibiotik cefixime sebagai terapi infeksi saluran kemih termasuk dalam kategori keamanan kehamilan B yang aman untuk ibu hamil dan janin (Depkes RI, 2016 dan National Drugs and Therapeutics Subcommittee, 2011).
5. Lolos kategori IV C (tidak ada antibiotik lain yang lebih murah)
Assesment: harga antibiotik yang diberikan terjangkau oleh pasien sehingga antibiotik yang diberikan cukup murah untuk pasien.
6. Lolos kategori IV D (tidak ada antibiotik lain yang lebih spesifik)
Assesment: dari hasil laboratorium tidak diketahui secara spesifik jenis bakteri yang menginfeksi pasien, sehingga penggunaan antibiotik cefixime adalah terapi empiris.
Cefixime adalah antibiotik dengan spektrum luas yang efektif untuk terapi infeksi saluran kemih pada ibu hamil (Michelim, et al., 2016).
7. Lolos kategori III A (penggunaan antibiotik tidak terlalu lama)
Assesment: pasien diberikan cefixime sebanyak 8 tablet dengan penggunaan 2 kali sehari. Sehingga jika dikonsumsi teratur, antibiotik digunakan untuk 4 hari.
Penggunaan cefixime sebagai terapi lanjutan seharunya diberikan selama 11 hari, maka penggunaan antibiotik tidak terlalu lama (Miller, 1996).
8. Tidak lolos kategori III B (penggunaan antibiotik terlalu singkat)
Assesment: pasien diberikan cefixime sebanyak 8 tablet dengan penggunaan 2 kali sehari. Sehingga jika dikonsumsi teratur, antibiotik digunakan untuk 4 hari.
Penggunaan cefixime sebagai terapi lanjutan seharunya diberikan selama 11 hari, maka penggunaan antibiotik terlalu singkat (Miller, 1996).
Kesimpulan: kategori III B (penggunaan antibiotik terlalu singkat).
Lampiran 4. Rekam Medis Kasus 17
Nama : SKB No. RM : 07xxxx
Usia pasien : 28 tahun Keadaan umum : compos mentis,
cukup Tanggal masuk : 04/05/2016
Pukul : 02:00 WIB
Tanggal keluar : 10/05/2016 Pukul : 13:00 WIB
30
Anamnesa : pasien masuk dengan keluhan demam sejak tadi siang, nyeri dibagian perut atas, mual, muntah 1x, sudah minum paracetamol tapi belum membaik
Pemeriksaan fisik lain:
NT suprapubic (+)
Diagnosis masuk : G1P0A0 usia kehamilan 15 minggu dengan infeksi saluran kemih Diagnosis keluar : G1P0A0 usia kehamilan 15+6 minggu dengan infeksi saluran kemih
Pemeriksaan Tanda Vital
Tanggal 04/05/2016 05/05/2016 06/05/2016
Satuan
07/05 08/05/2016 09/05/2016 10/05/2016
Jam 16:00 10:00 22:00 04:00 15:00 04:00 13:00
Tanggal 04/05/2016 07/05/2016 Nilai Rujukan Satuan
WBC 9,96 3,01 (L) 4-11
31
HBS A (Rapid) - - Non Reaktif -
Analisa
Warna-kekeruhan Kuning keruh Orange jernih Kuning jernih
BJ 1,030 1,015 1,005-1,030
pH 6,0 7,5 5,0-7,5
Keton Positif Negatif Negatif
Protein Positif Negatif Negatif
Glukosa Negatif Negatif Negatif
Darah samar Positif Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif Negatif
Urubilinogen Normal Normal Normal
Leukosit Negatif Negatif Negatif
Urinalisa (sedimen)
Leukosit >50 0-3 0-4 per LPB
Erythrosit 3-5 1-2 0-2 per LPB
Silinder Negatif Negatif 0-4
Ephitel >50 3-7 0-4
Bakteri Positif Negatif Negatif
Kristal Ca Oxalate Amorf (+) Negatif
Lain-lain Negatif Negatif Negatif
Jamur Negatif Negatif Negatif
Pengobatan
Nama Dosis Tanggal dan Waktu
4/5 5/5 6/5 7/5 8/5 9/5 10/5
32
Psidii 3x1 - - - 06:00
06:00 14:00
Obat yang dibawakan pulang : 1. Sanmol
Analisis antibiotik ceftriaxon berdasarkan diagram Gyssens:
1. Lolos kategori VI (data lengkap)
Assesment: data yang terdapat dalam rekam medis memuat data yang dibutuhkan dalam penelitian, yaitu identitas pasien, anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium, diagnosis, dan terapi yang diterima pasien.
2. Lolos kategori V (terdapat indikasi pemberian antibiotik)
Assesment: pasien didiagnosis infeksi saluran kemih dan dalam data hasil pemeriksaan laboratorium pasien, tedapat tanda adanya infeksi yaitu nilai neutrofil yang tinggi dan adanya leukosit, ephitel, dan bakteri yang ditemukan pada urin. Sehingga terdapat indikasi pemberian antibiotik (Depkes RI, 2011).
3. Lolos kategori IV A (tidak terdapat antibiotik lain yang lebih efektif)
Assesment: pasien mendapatkan diagnosis infeksi saluran kemih, antibiotik yang direkomendasikan untuk infeksi tersebut pada ibu hamil antara lain ceftriaxon atau cefazolin atau cefotaxime. Sehingga pemberian antibiotik ceftriaxon pada pasien sudah tepat (Michelim, et al., 2016 dan Depkes RI, 2011).
4. Lolos kategori IV B (tidak terdapat antibiotik lain yang kurang toksik)
Assesment: antibiotik ceftriaxon sebagai terapi infeksi saluran kemih termasuk dalam kategori keamanan kehamilan B yang aman untuk ibu hamil dan janin (Depkes RI, 2016 dan National Drugs and Therapeutics Subcommittee, 2011).
5. Lolos kategori IV C (tidak ada antibiotik lain yang lebih murah)
Assesment: harga antibiotik yang diberikan terjangkau oleh pasien sehingga antibiotik yang diberikan cukup murah untuk pasien.
6. Lolos kategori IV D (tidak ada antibiotik lain yang lebih spesifik)
Assesment: dari hasil laboratorium tidak diketahui secara spesifik jenis bakteri yang menginfeksi pasien, sehingga penggunaan antibiotik ceftriaxon adalah terapi empiris.
Ceftriaxon adalah antibiotik dengan spektrum luas yang menjadi terapi infeksi saluran kemih pada ibu hamil (Michelim, et al., 2016).
7. Lolos kategori III A (penggunaan antibiotik tidak terlalu lama)
Assesment: pasien diberikan antibiotik ceftriaxon selama 4 hari, sehingga sesuai dengan rekomendasi bahwa terapi diberikan antibiotik ceftriaxon selama 4 hari dan diikuti dengan antibiotik oral untuk memenuhi terapi antibiotik seluruhnya selama 10-14 hari. Sehingga pemberian antibiotik tidak terlalu lama (Michelim, et al., 2016).
8. Lolos kategori III B (penggunaan antibiotik tidak terlalu singkat)
Assesment: pasien diberikan antibiotik ceftriaxon selama 4 hari, sehingga sesuai dengan rekomendasi bahwa terapi diberikan antibiotik ceftriaxon selama 4 hari dan diikuti dengan pergantian antibiotik oral untuk memenuhi terapi antibiotik seluruhnya selama 10-14 hari. Sehingga pemberian antibiotik tidak terlalu singkat (Michelim, et al., 2016).
9. Lolos kategori II A (penggunaan antibiotik tepat dosis)
Assesment: antibiotik diberikan dengan dosis 1 gram, hal ini sesuai dengan
33
rekomendasi pemberian ceftriaxon untuk infeksi saluran kemih yaitu 1 gram (Michelim, et al., 2016).
10. Tidak lolos kategori II B (penggunaan antibiotik tidak tepat interval pemberian)
Assesment: terapi injeksi ceftriaxon diberikan 1 gram dua kali sehari, sehingga interval pemberian antibiotik tiap 12 jam tepat. (Cyriac and James, 2014).
11. Lolos kategori II C (penggunaan antibiotik tepat rute pemberian)
Assesment: terapi infeksi saluran kemih dengan antibiotik ceftriaxon diberikan melalui rute injeksi, sesuai dengan yang direkomendasikan (Michelim, et al., 2016 dan Cyriac and James, 2014).
12. Lolos kategori I (penggunaan antibiotik tepat waktu)
Assesment: antibiotik ceftriaxon diberikan pertama kali pada pukul 04:00 WIB tanggal 04/05/2016 dan pemberian selanjutnya diberikan setiap 12 jam yaitu tepat pada pukul 16:00 WIB dan 04:00 setiap harinya.
13. Kategori 0, tidak tergolong kategori I-IV (penggunaan antibiotik tepat) Kesimpulan: kategori 0 (penggunaan antibiotik tepat).
Analisis antibiotik cefixime berdasarkan diagram Gyssens:
1. Lolos kategori VI (data lengkap)
Assesment: data yang terdapat dalam rekam medis memuat data yang dibutuhkan dalam penelitian, yaitu identitas pasien, anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium, diagnosis, dan terapi yang diterima pasien.
2. Lolos kategori V (terdapat indikasi pemberian antibiotik)
Assesment: antibiotik cefixime diberikan sebagai terapi lanjutan dari injeksi ceftriaxon menjadi terapi oral untuk memudahkan pasien dalam melanjutkan terapi (Michelim, et al., 2016 dan Cyriac and James, 2014).
3. Lolos kategori IV A (tidak terdapat antibiotik lain yang lebih efektif)
Assesment: cefixime merupakan antibiotik golongan sefalosporin yang efektif digunakan sebagai terapi pengganti dari injeksi menjadi antibiotik oral dan juga efektif untuk terapi infeksi saluran kemih pada ibu hamil (Al-Huseini, et al., 2016 dan Miller, 1998).
4. Lolos kategori IV B (tidak terdapat antibiotik lain yang kurang toksik)
Assesment: antibiotik cefixime sebagai terapi infeksi saluran kemih termasuk dalam kategori keamanan kehamilan B yang aman untuk ibu hamil dan janin (Depkes RI, 2016).
5. Lolos kategori IV C (tidak ada antibiotik lain yang lebih murah)
Assesment: harga antibiotik yang diberikan terjangkau oleh pasien sehingga antibiotik yang diberikan cukup murah untuk pasien.
6. Lolos kategori IV D (tidak ada antibiotik lain yang lebih spesifik)
Assesment: dari hasil laboratorium tidak diketahui secara spesifik jenis bakteri yang menginfeksi pasien, sehingga penggunaan antibiotik cefixime adalah terapi empiris.
Cefixime adalah antibiotik dengan spektrum luas yang efektif untuk terapi infeksi saluran kemih pada ibu hamil (Michelim, et al., 2016).
7. Lolos kategori III A (penggunaan antibiotik tidak terlalu lama)
Assesment: pasien diberikan cefixime pada tanggal 9 hingga tanggal 10 pukul 06:00 WIB, sehingga pemberian antibiotik ini tidak terlalu lama (Miller, 1996).
34
8. Tidak lolos kategori III B (penggunaan antibiotik terlalu singkat)
Assesment: pasien diberikan 3 kali pemberian cefixime. Antibiotik cefixime sebagai terapi lanjutan menurut referensi diberikan selama 11 hari, maka penggunaan antibiotik terlalu singkat (Miller, 1996)
Kasimpulan: kategori III B (penggunaan antibiotika terlalu singkat).
Lampiran 5. Rekam Medis Kasus 19
Nama : HWN No. RM : 07xxxx
Usia pasien : 21 tahun Keadaan umum : tampak kesakitan Tanggal masuk : 16/07/2015
Pukul : 01:30 WIB
Tanggal keluar : 17/07/2015 Pukul : 18:00 WIB
Anamnesa : pasien datang dengan keluhan merasa nyeri hebat pada perut bagian bawah, terasa panas saat buang air kecil
Pemeriksaan fisik lain: -
Diagnosis masuk : G2P1A0 usia kehamilan 25+4 minggu dengan infeksi saluran kemih Diagnosis keluar : G2P1A0 usia kehamilan 25+5 minggu dengan infeksi saluran kemih
Pemeriksaan Tanda Vital
Tanggal 16/07/2015 Nilai Rujukan Satuan
WBC 9,04 4-11
35
Warna-kekeruhan Kuning keruh Kuning jernih
BJ 1,020 1,005-1,030
pH 7,0 5,0-7,5
Keton +1 Negatif
Protein Trace (+/-) Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Darah samar Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Urubilinogen Normal Normal
Leukosit +2 Negatif
Kristal Negatif Negatif
Lain-lain Negatif Negatif
Lain-lain Negatif Negatif