• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN MAJELIS ULAMA INDONESI (MUI) DALAM PENANGGULANGAN PERJUDIAN

C. Dakwah MUI terhadap Perjudian

1. Sejarah berdirinya Majelis Ulama Indonesia di desa Bambu Apus Pamulang

Majelis Ulama Indonesia adalah suatu organisasi keagamaan dari segi ilmu dan amal yang disampaikan oleh orang yang dijadikan contoh dan panutan dalam bidang agama.

Majelis Ulama Indonesia desa Bambu Apus pamulang berdiri pada hari Rabu, tanggal 27 Agustus 2003. Majelis Ulama Indonesia desa Bambu Apus ini merupakan rintisan dari Majelis Ulama Indonesia kecamatan Pamulang yang di motori oleh K.H. Saidih S.Ag, Drs. H.M Idris Elby, MH, dan H. Dadang Syarif.

Adapun latar belakang didirikannya Majelis Ulama desa Bambu Apus ini Adalah:

a. Wadah penasehat tertinggi di bidang keagamaan yang memiliki peran strategis

b. Lembaga yang mewakili umat Islam Indonesia di desa Bambu Apus

c. Membantu pemerintah dalam memberikan pertimbangan-pertimbangan keagamaan dalam pelaksanaan pembangunan, sekaligus sebagai sarana komunikasi antara pemimpin dan umat Islam.

d. Wadah pertemuan dan silaturrahim para ulama dalam mewujudkan ukhuwah Islamiyah.

e. Wadah musyawarah bagi para ulama, pemimpin (zu’ama) dan cendikiawan muslim dalam membicarakan permasalahan umat.

Majelis Ulama Indonesia desa Bambu Apus Pamulang mempunyai visi sebagai berikut:

a. Terciptanya kondisi kehidupan masyarakat dalam berbangsa dan bernegara yang baik

b. Terciptanya kejayaan Islam dan umatnya

c. Mewujudkan Islam yang penuh rahmat bagi seluruh alam.

Sedangkan yang menjadi misi Majelis Ulama Indonesia desa Bambu Apus Pamulang adalah:

a. Menggerakkan kepemimpinan dan kelembagaan Islam secara efiktif b. Membina umat Islam dalam Menanamkan dan memupuk aqidah

Islamiyah

c. Menjadikan ulama sebagai panutan dalam mengembangkan akhlakul karimah agar terwujud masyarakat yang terbaik.

Dalam menjalankan visi dan misinya Majelis Ulama Indonesia mencanangkan beberapa program yang harus dijalankan, sebagai berikut: a. Mengadakan tabliq kemasjid-masjid yang terletak di desa Bambu Apus

Pamulang

xxxix

c. Menjamin kerjasama dengan pengurus (ta’mir) masjid dalam merayakan hari-hari besar Islam.

d. Mengadakan kunjungan silaturahmi bulanan kemasjid-masjid yang terletak di desa Bambu Apus Pamulang

e. Mengadakan pelantikan khotib sedesa Bambu Apus Pamulang f. Memberikan himbauan agar tidak bertakbir keliling pada 1 Syawal g. Mengadakan kunjungan silaturahmi ke mushola-mushola yang ada di

tingkat RW / RT yang ada di desa Bambu Apus Pamulang

h. Mengadakan majelis ta’lim bagi kaum bapak dan para remaja untuk menanggulangi perjudian dan minum-minuman keras

i. Mendirikan sarana olahraga, seperti bulu tangkis, sepakbola, volly dan lainnya.

Dalam keorganisasian Majelis Ulama Indonesia desa Bambu Apus memiliki struktur sebagai berikut:

a. Penasehat : Syamsuddin Noor, S.PdI dan Drs. Ahmad Ikhsan b. Ketua : Drs. H. Rohmani Rasyid

c. Sekretaris : Ridwan

d. Bendahara : Drs. Abdul Jabbar

e. Anggota : H. Abdul Karim Sabari, Ir. Siswayudo, Drs. Abdul Malik, H. Naaly Ilyas, H. Djundi Khaif dan H. M. Tarwa

Khusus mengenai program penanggulangan perjudian dan minuman keras, Majelis ulama Indonesia desa Bambu Apus memiliki langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mengadakan komunikasi, pendekatan dan bimbingan kepada pihak RT, RW dan tokoh masyarakat

b. Memberikan seruan untuk meninggalkan perjudian.

Adapun metode yang digunakan dengan bil lisan (ucapan) dan bil hal (perbuatan), sedangkan meteri-materi yang diberikan antara lain Qur’an, al-hadist, dan fiqh sunnah.

Agar lebih efektifnya dakwah majelis Ulama Indonesia desa bambu Apus Pamulang bekerja sama dengan masyarakat, aparat pemerintah, para remaja dan pihak pemerintahan.18

2. Pengertian dakwah

Dakwah merupakan konsekuensi dari pernyataan Allah Swt, bahwa Islam adalah agama rahmatan lil alamin (rahmat bagi seluruh alam), kedudukan dan fungsi agama Islam sebagai rahmatan lil alamin hanya dapat diwujudkan jika ajaran dan nilai-nilai Islam dapat disebarluaskan kepada seluruh umat manusia diseluruh penjuru dunia.19 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Islam adalah agama dakwah dan tanpa dakwah Islam tidak akan tersebar keseluruh dunia.

18

Drs H. Rahmani Rasyid, Ketua Majelis Ulama Indonesia desa Bambu Apus Pamulang,

Wawancara Pribadi, Pamulang 5 Juni 2004

19

Irfan Hielmy, Dakwah Bil Hikmah, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2002), cet I, h.1

xli

Untuk memahami dakwah, secara lughat dan bahasa dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu fi’il madhi, da’a, yad’u, da’watan yang artinya menyeru, memanggil, mengajak menjamu.20 Sedangkan pengertian dakwah secara terminologi atau istilah, para ulama mempunyai beberapa definisi, sebagaimana yang dikutip oleh Amrullah Ahmad, yaitu antara lain:

Menurut Syed Quth, pengertian dakwah adalah ”mengajak atau menyeru olang lain, masuk kedalam sabilillah (jalan Allah) bukan untuk mengikuti da’i atau bukan pula untuk mengikuti sekelompok orang”. Ghulusy menjelaskan bahwa dakwah ialah ”pekerjaan atau ucapan untuk mempengaruhi manusia supaya mengikuti Islam”, sedangkan shaqar membagi dakwah menjadi dua tataran, pertama dakwah fardiyah yaitu dakwah yang disampaikan kepada seseorang atau sekelompok kecil orang yang berjalan tanpa perencanaan yang sistematis, dan kedua dakwah ’Ammah, yaitu dakwah yang diarahkan kepada massa dengan tujuan mempengaruhi mereka. Pandangan yang terakhir ini dipertegas oleh Abu Zahrah yakni, bahwa dakwah dibedakan menjadi dua hal, pertama pelaksanaan dakwah perorangan, kedua adanya organisasi (sistem) dakwah untuk menunaikan fardhu kifayah.21

Dalam buku yang berjudul “komunikasi dakwah” karangan Toto Tasmara, pengertian dakwah secara terminologis atau istilah adalah:

20

Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, Yayasan Penyelenggaraan Penterjemah Penafsiran Al-Qur’an, (Jakarta: 1973, h. 127

21

Amrullah Ahmad, Dakwah Islam Sebagai Ilmu, Jurnal Dakwah Fakultas Dakwah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Vol 1, No.2, (1999), h.1-2

Menurut H. Endang S. Ashari, “dakwah dalam arti terbatas ialah menyampaikan Islam kepada manusia secara Lisan maupun tulisan atau secara lukisan”. Dakwah dalam arti luas adalah: “penjabaran, penterjemahan dan pelaksanaan Islam dalam perikehidupan dan penghidupan manusia (termasuk didalamnya politik, ekonomi, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, kesenian, kekeluargaaan dan sebagainya).22

Menurut Thaha Yahya Omar, MA, definisi dakwah secara umum ialah: “Suatu ilmu pengetahuan yang berisi cara-cara dan tuntunan dan bagaimana seharusnya menarik perhatian manusia untuk menganut, menyetujui, melaksanakan suatu idiologi, pendapat pekerjaan tertentu”.23

Sedangkan definisi dakwah Islam, menurut Thoha Yahya, “mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar, sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat.24

Adapun yang tertuang didalam buku yang ditulis oleh Irfan Hielmy, dengan judul: “Dakwah Bil Hikmah”, ada beberapa definisi yang telah ditulis mengenai dakwah, antara lain:

Syekh Ali Mahfudz, dalam kitabnya “Hidayatul Murstidin” mengartikan dakwah sebagai, “mendorong manusia agar berbuat kebajikan dan melarang mereka dari perbuatan munkar agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan di

22

Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Media Grafindo, 2000), Cet.2 h.31

23Ibid.

h. 32

24Ibid.

xliii

akhirat. Adam Abdulah al-Alusy dalam kitabnya“Tarikh al-Dakwah al-Islamiyah” mengartikan dakwah sebagai, mengarahkan pikiran dan akal manusia kepada suatu pemikiran atau akidah dan mendorong mereka untuk menganutnya. Muhammad Natsir dalam bukunya ’fungsi dakwah Islam dalam rangka perjuangan’, menyatakan bahwa dakwah adalah: “usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada konsepsi Islam, tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini meliputi amar ma’ruf nahi munkar, dengan akhlak dan membimbing pengamalannyadalam perikehidupan perseorangan, perikehidupan bernegara”. Salahudin Sanusi, mantan rektor IAIN Sunan Gunung Jati Bandung dan pendidikan Tinggi Dakwah Islam (PTDI), bersama para perwira tinggi ketiga angkatan dan polri. Pada tahun 60-an akhir sampai tahun 70-an, menyatakan bahwa definisi dakwah ialah: “mengajak suatu situasi kepada situasi yang lebih baik”.25

Dengan demikian, jelaslah bahwa dakwah pada hakekatnya tidak hanya menyeru atau mengajak manusia, tetapi lebih dari itu adalah mengubah mengubah manusia baik sebagai individu maupun kelompok menuju ajaran dan nilai-nilai Islam. Dengan demikian maka konsep dakwah Islam memuat juga konsep perubahan individu dan tranformasi sosial.

Perubahan individu dan tranformasi sosial yang dimaksud adalah perubahan dan tranformasi dari kondisi yang kurang/tidak baik menuju kepada kondisi yang lebih baik dan tranformasi harus dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan.

25

Metode dakwah artinya cara-cara yang dipergunakan oleh seorang da’i untuk menyampaikan materi dakwah, yaitu al-Islam atau serentetan kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu.

Sumber metode dakwah yang terdapat di dalam al-Qur’an menunjukkan ragam yang banyak, seperti “hikmah, nasihat yang benar dan mujadalah atau diskusi atau berbantah dengan cara yang paling baik”. (QS. Al-Nahl:125), dengan kekuatan anggota tubuh (tangan), dengan mulut (lidah) dan bila tidak mampu, maka dengan hati (hadis riwayat Muslim). Dari sumber metode itu tumbuh metode-metode yang merupakan operasionalnya yaitu ceramah, seminar, simposiom, diskusi, khutbah, saresehan, brain storming dan lain-lain. Dakwah dengan tulisan berupa buku, majalah, surat kabar, spanduk, pamflet, lukisan-lukisan dan lain-lain. Dakwah bil-hal berupa perilaku yang sopan sesuai dengan ajaran al-Islam, memelihara lingkungan, mencari nafkah dengan tekun, ulet, sabar, semangat, kerja keras, menolong sesama manusia, misalnya mendirikan lembaga pendidikan dan memelihara anak yatim piatu, mendirikan lembaga pendidikan, mendirikan pusat-pusat pencaharian nafkah seperti pabrik, pusat-pusat pembelajaran dan lain-lain meliputi berbagai sektor kehidupan. Seni meliputi seni lukis, seni tari, atau musik dan lain-lain.26

1. Metode Hikmah

26

xlv

Kata hikmah dalam pengertian yang sederhana, berarti adil dan bijaksana. Menurut Irfan Hielmy dalam buku yang berjudul “Dakwah Bil Hikmah ” hikmah bisa berarti sabar, cermat dan teliti. Itulah sebabnya orang berbuat sesuatu dengan penuh keadilan, kebijaksanaan, cermat teliti, mencegah kerusakan, sedangkan kata muhkamat, jika ditunjukkan kepada ayat-ayat al-Qur’an, berarti ayat-ayat yang mencegah dari kerusakan dan pergantian.27

Selain terminologis, kata hikmah diartikan secara berbeda tergantung dari perspektif tujuannya. Para ulama fiqh mengartikan hikmah sebagai Qur’an dan pemahaman terhadapnya, nasikh-mansukh, muhkam mutasybih, muqaddam muakhar, haram-halal, dan sebagainya. Sebagian mereka juga mengartikan hikmah dengan sikap wara’ dalam arti menjauhkan diri dari perbuatan maksiat, atau meletakkan sesuatu pada tempatnya. Sedangkan menurut para filosof, kata hikmah memiliki makna yang beragam. Quth Din Syirazi dalam kitabnya “Durar al-Taj” menggunakan kata hikmah sebagai konsep kunci dalam mengklasifikasikan ilmu. Menurutnya hikmah adalah bentuk pengetahuan yang tertinggi dan termulia yang dianut oleh segenap kaum muslim.28

Dalam klasifikasi ilmu menurut Quth al-Din al-Sirazi, hikmah diidentifikasikan dengan filosofi praktis yang terdiri dari etika, ekonomi, dan

27

Irfan Hielmy, Hikmah Bil Hikmah, (Yogyakarta: Mutiara Pustaka, 2002), Cet 1, h. 10

28Ibid.,

politik.29 Dalam pandangannya “Hikmah memiliki dua karakteristik yang berbeda dari yang bukan hikmah, pertama berkenaan dengan sifat universal hikmah dan ketidak-terikatan tetap dan sama untuk setiap masa dan budaya. Kedua, berkenaaan dengan esensialis hikmah. Karakteristik hikmah yang kedua ini, sesuai dengan pengetahuaan hikmah yang ia berikan, yaitu mengetahui hal-hal sebgaimana keadaan sebelumnya. Dan juga berarti bertindak secara benar dan lurus sesuai dengan kemampuan terbaik seseorang sedemikian rupa sehingga dalam merealisasikan pengetahuan dan tindakan tertentu ini jiwa manusia mencapai kesempurnaan.30

Menurut Imam Syaukani, yang ditulis oleh Amrullah Ahmad pada jurnal kajian dakwah dan kemasyarakatan “menyatakan hikmah adalah ucapan-ucapan yang tepat dan benar, atau argumen-argumen yang kuat.31

Dalam hal ini penulis menitik beratkan pada pengertian hikmah menurut Quth al-Din al-Syirazi dan Imam Syaukani yaitu hikmah yang berarti mengetahui hal-hal sebagaimana keadaan sebenarnya dan juga berarti bertindak secara benar dan lurus dengan kemampuan terbaik seseorang sedemikian rupa. Dan mengajak dengan ucapan-ucapan yang tepat dan benar atau membuktikan dengan argumen-argumen yang kuat dan meyakinkan.

2. Metode maw’izhah Hasanah 29 Ibid., h. 281 30Ibid., h. 281 31

xlvii

Cara dakwah dengan ma’izhah hasanah telah diteladani oleh Muhammad SAW, sebagai nabi dan rasul. Keteladanannya adalah sebagai satu-satunya contoh yang paling pas agar mad’u (audien) dapat mengimitasi nasihat, perilaku dan lain sebagainya dari keteladanan Muhammad SAW, yang mana beliau dapat pengakuan yang telah terkenal yaitu dengan gelar al-Amin (yang terpercaya) dan Allah menerangkan dalam al-Qur’an bahwa di dalam diri Rasul terdapat teladan yang baik QS. Al-Ahzab: 21 yang berbunyi:

4E l8 VIa%E > m U W

nT UG- bZ (o 3 3! _ l8

p HqV & rV s) ,

@.#3 l8Et ,

(d ul8 vPR

Artinya: Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab: 21).

Apabila kita lihat dari pengertian Maw’izhah hasanah menurut yang ditulis oleh studi Rizal Elka, dalam tulisan “dakwah bil qolamdan dasar-dasar penyajiannya”, yaitu bahwa maw’izah hasanah adalah ucapan yang berisi nasehat-nasehat yang baik, yang dapat bermanfaat bagi orang-orang yang mendengar atau argumen-argumen yang memuaskan sehingga pihak yang mendengarkan (membaca) dapat membenarkan apa yang disampaikan oleh pembawa argumen tersebut,32 maka para da’i (narasumber) akan lebih mudah dalam penyampaian

32

Studi Rizal Elka, Dakwah Bil Qolam berdasarkan penyajian-panyajiannya, Jurnal Dakwah dan Kemasyarakatan Dakwah, Vl 11. No 1 (Juli, 2000), h. 6

pesan sebagai misi dari apa yang disampaikan oleh para narasumber (da’i) kepada Mad’u (audiens)

3. Mujadalah bi-al-lati hiya ahsan

Kata wajadilhum bi-al-lati hiya ahsan adalah bagian kalimat dari ayat al-Qur’an surat an-Nahl: 125 yang artinya “Bertukar pikirannya dengan cara yang lebih baik”, melalui ayat tersebut al-Qur’an juga menaruh perhatian besar pada gaya percakapan dan diskusi.33 Dari fenomena ini tidaklah menjadi mengherankan, karena diskusi merupakan cara terbaik untuk meyakinkan dan memberikan kepuasan hati objek dakwah. Rasa puas itulah yang menjadi fondasi iman seseorang, karena iman tidak dapat dipaksakan,34ia timbul dari lubuk hati manusia itu sendiri.

Diskusi merupakan upaya tukar pendapat yang di lakukan oleh dua pihak secara sinergis, tanpa adanya suasana yang mengharuskan lahirnya permusuhan diantara keduanya.35 Menururt Imam Syaukani, sebagaimana yang ditulis oleh Studi Rizal Elka dalam, “jurnal kajian dakwah dan kemasyarakatan” fakultas dakwah, mujadalah bi al-ati hiya ahsan adalah “berdiskusi (berpolemik) dengan

33

AQl-Qur’an menyuguhkan percakapan dan diskusi, yaitu ada percakapan antara Allah SWT dengan para malaikat tentang penciptaan Adam as (al Baqarah: 30-32) antara Allah dengan Musa as, tatkala Musa as, memohon kepada-Nya agar di izinkan untuk memandang wajah Allah SWT (al-A’raf: 143), Kisah Isa as, Tatkala di Tanya Allah SWT. Apakah ia menyuruh kaumnya untuk menjadikan diri dan ibunya sebgai Tuhan selain Alllah SWT (al-Maidah: 116), diskusi dalam kisah pemilik dua kebun (al-Kahdi: 18), diskusi dalam kisah pemilik dua kebun (al-Kahfi: 18) diskusi as tatkala hendak menyembelih anaknya (al-Shafat: 102)

34

Wamy, Etika Diskusi, (Kair:Word Assembly of Moeslem: Youth, 2001), Cet.2, h.25

35Ibid

xlix

yang paling baik dari berbagai cara berdiskusi.36 Dalam konteks ini, Sayyid Quth menjelaskan tiga faktor yang perlu diperhatikan untuk dakwah dengan cara mujadalah bi al-lati hiya ahsan: pertama tidak merendahkan pihak lawan, apalagi menjelek-jelekkan dan lain sebagainya, sehingga ia merasa yakin bahwa tujuan diskusi (polemik) ini bukanlah mencari kemenangan melainkan menundukkan agar ia sampai kepada kebenaran sesuai dengan ajaran Allah SWT, bukan yang lain. Ketiga, tetap menghormati pihak lawan. Sebab jiwa manusia tetap memiliki harga diri dan merasa ingin dihargai dan dihormati.37

Melihat hal tersebut diatas maka mujadalah bi al-lati hiya ahsan adalah upaya diskusi untuk menyampaikan kebenaran sesuai dengan sinergis dan tukar pendapat dua pihak yang dilakukan secara sinergis dengan tetap menghormati lawan agar timbul kesadaran melalui lubuk hati manusia itu sendiri.

Materi dakwah yang persuasif menurut al-Qur’an38

No Mad’u Materi Ciri-ciri Catat

1 Orang munafik dan kafir

Perkatann yang membekas dihati

Tajam dan pedas benar dari segi bahasa

Kesalahan akan kata dilecehkan.Kesalahan paradigma diplesetkan

36

Lihat studi elka, Op.Cit., h.7

37Ibid.,

h.7

38

2 3 Penguasa tiran Kelompok tertindas atau rakyat. Orang yang dituakan tetapi sudah ketinggalan zaman. Orang yang teraniaya.

6 7 8

Perkataan yang sejuk dan lembut

6 &

Perkataan yang ringan

6

م :

paradigmanya sama mad’u benar substansial

Sentuhan halus tidak mengusik perasaan

Ringan, mudah diterima, pas, tidak berliku-liku, tidak bersayap, sederhana, mudah, contoh pemahaman sederhana. Lebih kesalahan substansi diolok-olok lemah lembut dipandang sebagai kelemahan . Kehalusan kata membuat tidak bisa menolak dakwah. Kekasaran kata-kata akan menghilangkan peluang dakwah, karena penguasa tiran itu langsung menolak berkomunikasi. Da’i yang lantang kepada penguasa-penguasa tiran biasanya dianggap musuh politik sehingga mudah dijebloskan kepanjara

Kelompok ini peka terhadap nasehat panjang, penjelasan tentang peraturan-peraturan, dan juga peka terhadap rencana pembangunan.

li 4 5 Masyarakat kumuh di tengah kemakmuran kota. Manusia lanjut ujian atau purnawirawan Mad'u secara umum Perkataan yang mulia

6 ك م

Perkataan yang benar

6 :د د

pemahaman sederhana. Lebih merupakan fakta daripada kata-kata. Sedikit bicara banyak bekerja. Tanpa dalil efek terasa. Dakwah bil-hal.

Mudah, lembut, tidak menggurui, tidak perlu retorika yang meledak-ledak Mengenai sasaran. Benar secara logika berpijak pada taqwa

Manusia lanjut usia sudah tidak tertarik oleh retorika. Pensiunan sudah merasa banyak pengalamannya. Dakwah yang tidak berpijak pada moral da'i tidak mempunyai daya panggil

4. Dakwah bil lisan. Dakwah ini dilakukan dengan menggunakan lisan antara lain: 1. Qaulan ma'rufu, yaitu dengan berbicara dalam pergaulannya sehari-hari yang

disertai dengan misi agama yaitu agama Allah, agama islam seperti penyebarluasan salam, mengawali pekerjaan dengan basmalah, mengakhiri pekerjaan dengan membaca hamdalah, dan sebagainya.

2. Mudzakarah, yaitu mengingatkan orang lain jika berbuat salah, baik dalam ibadah maupun dalam perbuatan.

3. Nashihatuddin, yaitu memberi nasihat kepada orang yang tengah dilanda problem kehidupan agar mampu melaksanakan agamanya dengan baik seperti bimbingan serta penyuluhan agama dan sebagainya.

4. Majelis ta'lim, seperti pembahasan terhadap bab-bab dengan menggunakan buku atau kitab dan berakhir dengan dialog.

5. Pengajian umum, yaitu menyajikan materi dakwah di depan umum. Isi dari materi dakwah tidak terlalu banyak, tetapi dapat menarik perhatian pengunjung. 6. Mujadalah, yaitu berdebat dengan menggunakan argumentasi serta alasan dan

diakhiri dengan kesepakatan bersama dengan menarik suatu kesimpulan

5. Dakwah bil-hal, yaitu dakwah yang dilakukan melalui berbagai kegiatan yang langsung menyentuh kepada masyarakat sebagai objek dakwah dengan karya subjek dakwah serta ekonomi sebagai materi dakwah. Adapun cara melaksanakan dakwah bil-hal adalah sebagai berikut:

a. Pemberian bantuan berupa dana untuk usaha yang produktif b. Pemberian bantuan yang bersifat konsumtif

liii c. Bersilaturrahmi ke tempat-tempat:

a) Yayasan yatim piatu b) Yayasan anak cacat c) Yayasan tuna wisma d) Yayasan panti jompo e) Yayasan tuna karya f) Tempat lokalisasi

g) Lembaga pemasyarakatan dan lain-lain 7. Pengabdian kepada masyarakat, seperti:

a) Pembuatan jalan dan jembatan

b) Perbuatan sumur umum dan WC umum c) Praktek home industry

d) kebersihan lingkungan rumah dan tempat ibadah dan lain-lain.39

Bentuk dakwah MUI desa Bambu Apus Pamulang yaitu dengan dakwah bil-lisan dan bil-hal.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) desa Bambu Apus Pamulang dalam melaksanakan dakwahnya dengan bil-lisan yaitu menyampaikan ceramah agama yang intinya mengingatkan kepada kaum muslimin bahwa perjudian itu hukumnya haram sesuai dengan firman Allah surat Al-Maidah ayat 90-91.

39

Rai’udin dan Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2001), Cet ke-2, h. 48-50

Sedangkan dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) dengan bil-hal yaitu, untuk menanggulangi perjudian maka diadakan pelatihan khotib baik para remaja maupun bapak-bapaknya, mengajak para remaja dan bapak-bapaknya aktif ke majlis ta’lim, menghimbau kepada para penjudinya agar melakukan tindakan-tindakan yang kreatif, ulet, tekun dan sabar terutama dalam mencari nafkah bukannya bermain judi kita jadikan mata pencaharian. Judi tidak akan membuat orang kaya miskin bisa, serta memperingatkan kepada umat Islam agar tidak terpengaruh kepada pohon asem yang berbentuk babi dengan kata lain menyalah gunakan pohon tersebut yang dapat mengakibatkan perbuatan musyrik.

Dokumen terkait