• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Situ Cipondoh

VI. HASIL DAN PEMBAHASAAN

4. Jumlah Rombongan

6.4 Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Situ Cipondoh

Kegiatan wisata dapat memberikan berbagai dampak antara lain dampak ekonomi, sosial maupun budaya. Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan wisata dapat berupa dampak positif maupun negatif. Dampak negatif yang ditimbulkan dari suatu kegiatan wisata antara lain kebisingan ataupun masalah kebersihan sedangkan dampak positif yang ditimbulkan dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain adalah aspek ekonomi. Dampak ekonomi yang dapat ditimbulkan dari suatu kegiatan wisata antara lain terciptanya lapangan pekerjaan dan peningkatan pendapatan. Dampak ekonomi yang ditimbulkan dari suatu kegiatan wisata terdiri dari tiga jenis yaitu dampak langsung (direct impact), dampak tidak langsung (indirect impact) dan dampak lanjutan (induced Impact) (Vanhove, 2005).

6.4.1 Dampak Ekonomi Langsung ( Direct Impact )

Dampak ekonomi langsung dari kegiatan wisata Situ Cipondoh berasal dari aktifitas ekonomi yang terjadi antara wisatawan dengan masyarakat lokal yang memiliki unit usaha di lokasi wisata tersebut. Keberadaan unit usaha di suatu lokasi wisata membantu para wisatawan untuk memenuhi kebutuhan mereka selama melakukan kegiatan wisata. Pengeluaran yang dikeluarkan wisatawan selama berwisata antara lain digunakan untuk konsumsi di lokasi, parkir, sarana permainan, toilet dan kebutuhan lainnya. Proporsi terbesar yang dikeluarkan wisatawan selama berwisata adalah untuk konsumsi di lokasi wisata sebanyak 35.46% dan biaya perjalanan sebanyak 22.49%. Besarnya proporsi pengeluaran untuk konsumsi di lokasi wisata disebabkan oleh warung makanan yang berada di Situ Cipondoh memiliki harga yang terjangkau dengan beragam jenis makanan sehingga menyebabkan para wisatawan lebih memilih untuk membeli makanan di lokasi wisata dibandingkan dengan membawa makanan dari rumah. Keterangan mengenai proporsi pengeluaran wisatawan Situ Cipondoh dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Proporsi Pengeluaran Wisatawan Situ Cipondoh

Biaya Proporsi (%)

Biaya perjalanan 22,49

Tiket masuk 12,76

Konsumsi( dari rumah) 14,08

Konsumsi (dilokasi) 35,46 Souvenir 0,25 Parkir 4,05 Dokumentasi 0,19 Toilet 0,99 Sarana Permainan 9,74 Jumlah 100,00

Rata-rata pengeluaran pengunjung untuk satu kali kunjungan adalah sebesar Rp 55.392, jumlah pengeluaran wisatawan berkisar antara Rp 11.500 –Rp 117.000 dengan jumlah pengunjung rata-rata per bulan yaitu 1.789 orang, maka jumlah pengeluaran pengunjung per bulan yang berpengaruh terhadap ekonomi lokal yaitu Rp 62.857.503. Kebocoran merupakan bagian uang yang dibelanjakan wisatawan yang tidak dibelanjakan kembali dan tidak memberi pengaruh pada kegiatan ekonomi setempat (Yoeti, 2008). Proporsi kebocoran yang terjadi di Situ Cipondoh sebanyak 36.57%, kebocoran yang terjadi digunakan untuk biaya perjalanan dan konsumsi di rumah. Proporsi kebocoran yang cukup tinggi dapat diminimalisasi dengan cara peningkatan fasilitas disekitar lokasi wisata sehingga proporsi pengeluaran di luar lokasi wisata dapat semakin optimal. Keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Proporsi Pengeluaran Pengunjung per Bulan di Wisata Alam Situ Cipondoh

Keterangan Proporsi Rata-rata pengeluaran pengunjung

(Rp/hari/Pengunjung)

55.392 Proporsi pengeluaran di lokasi wisata (%) 63,43

Proporsi kebocoran (%) 36,57

Proporsi Pengeluaran (Rp) 35.135

Total Kunjungan/tahun (orang) 21.468

Jumlah Pengunjung per bulan (orang) 1789

Total pengeluaran pengunjung per bulan (Rp) 62.857.503 Total Kebocoran per bulan (Rp) 36.238.188 Sumber: Data primer diolah (2011)

Dampak ekonomi langsung dari suatu pariwisata merupakan pendapatan yang diperoleh unit usaha lokal yang berasal dari pengeluaran wisatawan.

72.30% yang sebagian besar pengeluaran unit usaha digunakan untuk biaya operasional unit usaha yaitu seperti biaya untuk pembelian bahan baku dan biaya sewa dan untuk kebutuhan pangan harian dengan masing-masing proporsi sebesar 14,58% dan 12,66%. Sisanya pendapatan yang diperoleh unit usaha dialokasikan untuk upah tenaga kerja dan transportasi lokal. Keterangan mengenai proporsi pengeluaran unit usaha dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Proporsi Pengeluaran Unit Usaha

Komponen Biaya Proporsi (%)

Pendapatan Pemilik 72,30

Upah Tenaga Kerja 0,44

Biaya Operasional (Pembelian Bahan Baku dan biaya sewa)

14,58

Transportasi Lokal 0,01

Kebutuhan Pangan Harian 12,66

Total 100,00

Sumber : Data Primer diolah (2011)

Berdasarkan tabel diatas dari 72,30% pendapatan pemilik usaha, Estimasi total penerimaan unit usaha perbulan adalah sebesar Rp 224.204.122, nilai tersebut merupakan rata-rata penerimaan sampel unit usaha lokal yaitu sebanyak 16 unit. Kemudian dari estimasi total penerimaan unit usaha perbulan diperoleh estimasi total pendapatan pemilik unit usaha sebesar Rp 162.099.580.

6.4.2 Dampak Ekonomi Tidak Langsung (Indirect Impact )

Dampak ekonomi tidak langsung (indirect impact) berasal dari tenaga kerja yang bekerja pada unit usaha yang berada di wisata Situ Cipondoh. Sebagian besar unit usaha yang berada di Situ Cipondoh dikelola langsung oleh pemilik, Namun terdapat sebagian unit usaha yang menggunakan tenaga kerja

lokal. Hal tersebut mengakibatkan kecilnya proporsi pengeluaran unit usaha untuk tenaga kerja yaitu hanya sebesar 0.44% (Tabel 12).

Dampak ekonomi tidak langsung dapat dihitung melalui pendapatan yang diperoleh tenaga kerja lokal. Rata-rata pendapatan tenaga kerja perbulan adalah sebesar Rp 767.857 dimana masih berada dibawah rata-rata upah minimum regional (UMR) Kota Tangerang pada tahun 2011 yaitu sebesar Rp 1.250.000. Estimasi total penerimaan tenaga kerja perbulan secara keseluruhan adalah sebesar Rp 17.480.000. Pengeluaran wisatawan terhadap unit usaha yang berada di Situ Cipondoh secara tidak langsung mempengaruhi penerimaan tenaga kerja lokal. Keterangan mengenai jenis pekerjaan dan jumlah tenaga kerja lokal dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 13.

Tabel 13. Jumlah Tenaga Kerja dan Jenis Pekerjaan pada Situ Cipondoh

Tenaga Kerja Jumlah Tenaga Kerja

Penjaga Arena Permainan 4

Penjaga Loket Tiket 3

Penjaga Parkir 6

Pengurus Taman 2

Petugas Kebersihan 3

Penjaga Kios 5

Total 23

Sumber: Dikumpulkan Oleh Penulis dari Survei (2011) 6.4.3 Dampak Ekonomi Lanjutan ( Induced Impact )

Dampak ekonomi lanjutan (induced impact) merupakan dampak ekonomi yang diperoleh berdasarkan pengerluaran yang dikeluarkan oleh tenaga kerja lokal yang berada di kawasan wisata. Jenis pengeluaran yang dikeluarkan tenaga kerja lokal antara lain digunakan untuk biaya konsumsi, biaya sekolah anak, biaya listrik, biaya kebutuhan sehari-hari dan biaya transportasi. Sebagian besar

pengeluaran tenaga kerja lokal di Situ Cipondoh digunakan untuk biaya konsumsi dengan proporsi sebesar 75,4%. Dampak lanjutan merupakan pengeluaran tenaga kerja lokal yang kembali berputar di tingkat ekonomi lokal, dalam hal ini berupa biaya konsumsi dengan biaya transportasi dengan persentase keseluruhan adalah 85.37%. Proporsi pengeluaran tenaga kerja secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Proporsi Pengeluaran Tenaga Kerja

Biaya Proporsi (%)

Biaya Konsumsi 75,4

Biaya Sekolah Anak 5,34

Biaya Listrik 7,59

Biaya Kebutuhan Sehari- hari 9,97

Biaya Transportasi 1,70

Jumlah 100,00 Sumber : Data Primer Diolah (2011)

Estimasi dampak lanjutan perbulan dapat diperoleh melalui estimasi total pengeluaran yang dikalkulasikan dengan persentase pengeluaran yang berdampak terhadap ekonomi lokal. Bedasarkan hal tersebut estimasi dampak lanjutan perbulan Situ Cipondoh diperoleh sebesar Rp 15.685.030,95.

6.4.4 Nilai Efek Pengganda ( Multiplier Effect )

Efek pengganda (Multiplier Effect) dapat digunakan untuk mengukur dampak ekonomi terhadap masyarakat sekitar kawasan wisata. Efek pengganda dapat dilihat dari jumlah pengeluaran pengunjung selama melakukan wisata di Situ Cipondoh. Terdapat tiga ukuran nilai pengganda yang dapat di estimasi, yaitu: (1) Keynesian local income multiplier merupakan nilai yang diperoleh dari dampak langsung atas pengeluaran pengunjung, (2) ratio income multiplier tipe I merupakan nilai yang diperoleh dari dampak tidak langsung atas pengeluaran

pengunjung dan (3) ratio income multiplier tipe II merupakan nilai yang diperoleh dari dampak lanjutan. (META, 2001).Nilai pengganda dari ketiga tipe tersebut dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Nilai Pengganda dari Pengeluaran Wisatawan

Multiplier Nilai

Keynesian Income Multiplier 4,04

Ratio Income Multiplier Tipe 1 1,08

Ratio Income Multiplier Tipe 2 1,16

Sumber : Data Primer Diolah (2011)

Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat bahwa dampak langsung yang diterima unit usaha dari pengeluaran wisatawan yaitu sebesar 4,04, dimana setiap peningkatan satu rupiah pengeluaran wisatawan akan memiliki dampak langsung terhadap ekonomi lokal secara keseluruhan sebesar 4,04 rupiah. Nilai Ratio Income Multiplier Tipe 1 adalah sebesar 1,08, dimana setiap peningkatan satu rupiah pada penerimaan unit usaha akan mengakibatkan penigkatan sebesar 1,08 rupiah pada pendapatan pemilik usaha dan tenaga kerja. Nilai ratio income multiplier tipe II sebesar 1,16 menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu rupiah pada penerimaan unit usaha akan meningkatkan 1,16 rupiah pada pendapatan pemilik usaha, pendapatan tenaga kerja, dan pengeluaran konsumsi tenaga kerja di ekonomi lokal yang akan berputar pada masyarakat lokal.

Dampak ekonomi selama satu tahun terakhir yaitu dari bulan Juni 2010 hingga Mei 2011 secara bentuk nominal diperoleh dengan mengalikan nilai keynesian multiplier dengan pengeluaran wisatawan yang berdampak terhadap ekonomi lokal yang dijumlahkan selama 12 bulan (satu tahun). Nominal dampak ekonomi Situ Cipondoh selama satu tahun terakhir adalah Rp 3.117.169.997. Berdasarkan pemaparan diatas dapat dikatakan bahwa keberadaan wisata Situ

Cipondoh telah nyata secara ekonomi baik secara langsung (direct), tidak langsung (indirect) maupun lanjutan (induced) terhadap masyarakat sekitar. Nilai multiplier dapat ditingkatkan melalui pengembangan objek wisata sehingga mampu meningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Situ Cipondoh dan dapat meningkatkan jumlah unit usaha maupun tenaga kerja lokal. Hal ini dapat meningkatkan proporsi pengeluaran pengunjung di kawasan wisata yang dapat mempengaruhi perekonomian masyarakat lokal baik secara langsung maupun tidak langsung.