• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Dampak Ekonomi dan Nilai Ekonomi Manfaat Rekreasi Situ Cipondoh Tangeran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Dampak Ekonomi dan Nilai Ekonomi Manfaat Rekreasi Situ Cipondoh Tangeran"

Copied!
200
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DAMPAK EKONOMI DAN NILAI EKONOMI

MANFAAT REKREASI SITU CIPONDOH

TANGERANG

NADIA MUTIARANI

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

RINGKASAN

NADIA MUTIARANI. Analisis Dampak Ekonomi dan Nilai Ekonomi Manfaat Rekreasi Situ Cipondoh Tangerang. Dibimbing oleh RIZAL BAHTIAR.

Kota Tangerang yang dikenal sebagai kota seribu industri memiliki lokasi wisata alam yang menjadi salah satu tujuan masyarakat Tangerang dan sekitarnya untuk berwisata yaitu Situ Cipondoh. Kegiatan pariwisata yang berlangsung di Situ Cipondoh memiliki dampak ekonomi yang terkait dengan perekonomian masyarakat lokal sekitar karena masyarakat lokal menjadi salah satu pemain kunci dalam pariwisata yang menyediakan sebagian besar atraksi sekaligus menentukan kualitas produk wisata. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mengidentifikasi karakteristik pengunjung, tenaga kerja, unit usaha dan masyarakat sekitar Situ Cipondoh; (2) Mengidentifikasi faktor-faktor apakah yang mempengaruhi permintaan wisata di lokasi Situ Cipondoh; (3) Mengestimasi nilai ekonomi manfaat rekreasi yang dihasilkan objek wisata Situ Cipondoh dengan metode biaya perjalanan; (4) Menganalisis dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh kegiatan wisata di Situ Cipondoh. Penelitian ini dilakukan di Situ Cipondoh yang terletak di Kecamatan Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Tangerang. Waktu pengambilan data berlangsung selama bulan Mei sampai dengan bulan Juni 2011.

Hasil dari penelitian ini diperoleh rata-rata pengunjung Situ Cipondoh berusia 21-25 tahun dengan rata-rata pekerjaan pengunjung ialah sebagai karyawan swasta dan berpenghasilan berkisar antara Rp 500.000 hingga Rp 1.500.000, sebagian besar pengunjung Situ Cipondoh berasal dari Tangerang dan sisanya berasal Jakarta para wisatawan datang dengan motor bersama kelompok maupun keluarga. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata ke Situ Cipondoh dibentuk dengan model regresi linear berganda dan dilakukan dengan metode biaya perjalanan individual (Individual Travel Cost Method) tiap individu pertahun kunjungan, berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa variabel pendapatan, variabel biaya perjalanan, variabel waktu tempuh dan variabel jumlah rombongan berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah kunjungan ke Situ Cipondoh. Nilai surplus ekonomi yang diterima pengunjung ialah sebesar Rp 52,874 per individu per kunjungan dan nilai ekonomi situ Cipondoh yaitu sebesar Rp 94.591,00 sedangkan dampak ekonomi diestimasi dengan menggunakan pendeketan multiplier effect. Berdasarakan pendekatan tersebut diperoleh dampak langsung wisata Situ Cipondoh yang diterima oleh pemilik unit usaha sebesar 72.3%, dampak tidak langsung yang diterima oleh tenaga kerja lokal adalah 0.44% dan dampak lanjutan yang merupakan pengeluaran untuk kebutuhan pangan tenaga kerja lokal sebesar 85.37%. Nilai keynesian income multiplier sebesar 4.04, ratio income multiplier tipe I sebesar 1,08, dan ratio income multiplier tipe II sebesar 1,16.

(3)

ANALISIS DAMPAK EKONOMI DAN NILAI EKONOMI

MANFAAT REKREASI SITU CIPONDOH

TANGERANG

NADIA MUTIARANI H44070096

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(4)

Judul Skripsi : Analisis Dampak Ekonomi dan Nilai Ekonomi Manfaat Rekreasi Situ Cipondoh Tangerang

Nama : Nadia Mutiarani

NRP : H44070096

Disetujui, Dosen Pembimbing

Rizal Bahtiar, SP,MSi NIP 19800603 200912 1 006

Diketahui,

Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP. 19660717 199203 1 003

(5)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Dampak Ekonomi dan Nilai Ekonomi Manfaat Rekreasi Situ Cipondoh Tangerang adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

   

Bogor,Agustus 2011

Nadia Mutiarani H44070096  

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH 

Segala puji bagi Allah SWT atas karunia yang diberikan sehingga memberikan kelancaran dalam proses pengerjaan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak terutama kepada:

1. Mama (Aisyah Qwartini Turjana), Papa (Iwan Gayaputra) dan saudara-saudaraku tercinta (Kang Luthfi, Teh Devi, Teh Tantri, Ka Elang, De Astri, Naila), Lucky Zulkarnain yang telah memberikan doa yang tiada henti, dorongan, semangat, perhatian, kasih sayang dan motivasi kepada penulis selama dalam pengerjaan skripsi.

2. Rizal Bahtiar S.Pi, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 3. Dr.Ir. Ahyar Ismail, M.Agr selaku dosen penguji utama dan Novindra S.P, M.Si selaku dosen perwakilan departemen atas masukannya sehingga skripsi ini dapat menjadi lebih baik.

4. Pengelola Situ Cipondoh, Bapak Nurdin dan Bapak Nawawi atas bantuan dan kerjasamanya selama pengerjaan skripsi serta seluruh responden yang telah membantu penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Rekan sebimbingan Diyah Ayu P, Dina Setriana, Dessy C, Ririe R, Wahyu N, Junita N, Inayah N dan Lorisa N.

6. Rekan Pondok Nuansa Sakinah.: Arlena, Salys, Asti, Alya, Nene, Dina, Cipi, Sarah.

(7)

KATA PENGANTAR  

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi dengan judul “Analisis Dampak Ekonomi dan Nilai Ekonomi Manfaat Rekreasi Situ Cipondoh Tangerang” dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

(8)

DAFTAR ISI

4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 23

4.4 Metode Pengambilan Contoh ... 24

4.4.1 Analisis Biaya Perjalanan (Travel Cost Analysis) ... 24

4.4.2 Pendugaan Surplus Konsumen ... 26

4.4.3 Analisis Regresi Berganda ... 26

4.4.3.1 Pemenuhan Asumsi Regresi Linear Berganda ... 27

4.4.4 Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Situ Cipondoh terhadap Masyarakat Lokal ... 30

(9)

5.1 Gambaran Umum Lokasi Wisata ... 34

6.1 Karakteristik Responden ... 39

6.1.1 Karakteristik Sosial Ekonomi Wisatawan... 39

6.1.1.1 Asal Daerah ... 41

6.1.1.2 Cara Kedatangan ... 42

6.1.1.3 Jenis Kendaraan ... 43

6.1.1.4 Frekuensi Kunjungan ... 43

6.1.1.5 Lama Mengetahui Lokasi Wisata ... 44

6.1.1.6 Jumlah Rombongan ... 45

6.1.1.7 Motivasi Kunjungan ... 46

6.1.1.8 Persepsi Pengunjung ... 47

6.1.2 Karakteristik Sosial Ekonomi Tenaga Kerja Lokal ... 51

6.1.2.1 Lama Bekerja ... 53

6.1.2.2 Jam Kerja dalam Sehari ... 54

6.1.2.3 Persepsi terhadap Wisata Situ Cipondoh ... 54

6.1.3 Karakteristik Sosial Ekonomi Unit Usaha ... 55

6.1.3.1 Lama Menjalankan Unit Usaha... 57

6.1.4 Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat ... 57

6.1.4.1 Jumlah Tanggungan ... 59

6.1.4.2 Lama Tinggal ... 60

6.1.4.3 Persepsi Mengenai Lokasi Wisata ... 61

6.2 Faktor-Faktor yang Memepengaruhi Permintaan Wisata Situ ... Cipondoh ... 61

6.2.1 Pemenuhan Asumsi Regresi Linear Berganda ... 62

(10)

terhadap Permintaan Wisata Situ Cipondoh ... 67

6.3 Surplus Konsumen dan Nilai Ekonomi Situ Cipondoh ... 68

6.4 Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Situ Cipondoh ... 68

6.4.1 Dampak Ekonomi Langsung (Direct Impact) ... 69

6.4.2 Dampak Ekonomi Tidak Langsung (Indirect Impact) ... 71

6.4.3 Dampak Ekonomi Lanjutan (Induced Impact) ... 72

6.4.4 Nilai Efek Pengganda (Multiplier Effect) ... 73

6.5 Implikasi Kebijakan Pengembangan Wisata Situ Cipondoh ... 75

VII.KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

7.1 Simpulan ... 78

7.2 Saran ... 79

VIII.DAFTAR PUSTAKA ... 80

LAMPIRAN ... 82

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Perkembangan Wisatawan Nusantara (WISNUS) Tahun….

2004-2010………. 2

2. Kontribusi Pariwisata terhadap Perekonomian Nasional….. 3

3. Matriks Metode Analisis Data………... 23

4. Karakteristik Sosial Ekonomi Wisatawan………... 40

5. Persepsi Pengunjung Mengenai Sarana dan Prasarana…... 47

6. Karakteristik Sosial Ekonomi Tenaga Kerja………. 52

7. Karakteristik Sosial Ekonomi Unit Usaha……… 56

8. Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat……… 59

9. Fungsi Permintaan Wisata Situ Cipondoh dengan Travel… Cost Method……….. 62

10. Proporsi Pengeluaran Wisatawan Situ Cipondoh…………. 69

11. Proporsi Pengeluaran Pengunjung Per Bulan di Wisata…... Alam Situ Cipondoh………. 70

12. Proporsi Pengeluaran Unit Usaha………. 71

13. Jumlah Tenaga Kerja dan Jenis Pekerjaan pada Situ……… Cipondoh……….. 72

14. Proporsi Pengeluaran Tenaga Kerja……….. 73

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Jumlah Kunjungan Wisatawan Situ Cipondoh Juni 2010-Mei

2011……….. 5

2. Alur Pemikiran Penelitian ……… 21

3. Sebaran Asal Daerah Wisatawan Situ Cipondoh………. 42

4. Sebaran Cara Kedatangan Wisatawan Situ Cipondoh…….... 42

5. Sebaran Jenis Kendaraan yang Digunakan Responden……… 43

6. Sebaran Frekuensi Kunjungan Responden Dalam Satu Tahun Terakhir……… 44

7. Sebaran Lama Mengetahui Responden terhadap Situ Cipondoh……….. 45 8. Sebaran Jumlah Rombongan Wisata Situ Cipondoh………… 45

9. Sebaran Motivasi Kunjungan Wisatawan Situ Cipondoh…… 46

10. Persepsi Pengunjung terhadap Panorama Alam………... 48

11. Persepsi Pengunjung terhadap Kebersihan………... 49

12. Persepsi Pengunjung terhadap Keamanan……… 49

13. Persepsi Pengunjung terhadap Aksesibilitas……… 50

14. Persepsi Pengunjung terhadap Pengelola Wisata………. 51

15. Sebaran lama bekerja Responden tenaga kerja di Situ Cipondoh……….. 53

16. Sebaran Jam Kerja Responden Tenaga Kerja dalam Sehari… 54 17. Sebaran Lama Responden Menjalankan Unit Usaha………... 57

(13)

DAFTAR LAMPIRAN  

Nomor Halaman

1 Estimasi Model Hasil Regresi Berganda faktor-faktor yang

mempengaruhi kunjungan wisata Situ Cipondoh………. 82

2 Uji Kolmogorov Smirnov……….. 83

3 Residual plot………. 84

4 Jumlah Pengunjung Situ Cipondoh Januari 2010 – Mei 2011………..

85

5 Perhitungan Surplus Konsumen………... 86 6 Dampak Ekonomi Wisata Situ Cipondoh……… 88

7 Dokumentasi……… 89

(14)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar didunia yang memiliki kekayaan sumberdaya alam dan lingkungan yang melimpah dengan jumlah total pulau mencapai 17.508 pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30 kelompok kepulauan kecil dengan tanah dan area lautan yang luas serta ekologi yang beragam. Indonesia memiliki populasi lebih dari 235 juta jiwa atau terpadat keempat di dunia yang terdiri dari sekitar 350 etnis suku dengan 483 bahasa dan budaya. Selain itu, Indonesia juga dikenal sebagai zamrud khatulistiwa karena pesona keanekaragaman alam dan budaya yang dimiliki. Berdasarkan keunggulan tersebut Indonesia sangat berpotensi untuk mengembangkan pariwisata yang dimilikinya terutama pariwisata alamnya.

(15)

Tabel 1. Perkembangan Wisatawan Nusantara (Wisnus) Tahun 2004 – 2010 2007 115.335 222.389 1.93 108.96 2008 117.213 225.041 1.92 123.17 2009 119.944 229.731 1.92 137.91 2010 122.312 234.377 1.92 150.49 Sumber : BPS (diolah kembali oleh P2DSJ)

Potensi sektor pariwisata memberikan beberapa kontribusi positif terhadap perekonomian nasional karena sektor pariwisata nasional telah menyumbang devisa sebesar US$ 4,63 miliar sepanjang Januari-Agustus 2010. Selain itu, dampak pariwisata dapat dilihat dari kontribusi pariwisata terhadap PDB nasional dan daya serap lapangan kerja di sektor industri pariwisata. Dampak pariwisata terhadap perekonomian nasional cenderung meningkat. Pada tahun 2004 kontribusi pariwisata terhadap PDB nasional adalah sebesar 113,78 trilyun rupiah atau sebesar 5,01 persen dari total PDB nasional, tahun 2005 kontribusi mengalami peningkatan sebesar 33,02 trilyun rupiah menjadi 146,8 trilyun rupiah atau 5,27 persen dari total PDB nasional, sedangkan pada tahun 2006 kontribusi pariwisata mengalami penurunan menjadi 143,62 atau 4,30 persen terhadap PDB nasional, namun pada tahun 2007 kontribusi pariwisata kembali meningkat menjadi 169,67 triliyun atau sebesar 4,29 persen dari total keseluruhan PDB nasional.

(16)

pariwisata memberikan kontribusi terhadap lapangan kerja sebanyak 8,49 juta orang atau 9,06 persen dari total lapangan kerja nasional. Pada tahun 2005 kontribusi pariwisata turun menjadi 6,55 juta orang, atau 6,97 persen dari total lapangan kerja nasional sebesar 93,96 juta orang. Pada tahun 2006 kembali turun menjadi 4,41 juta orang, atau 4,65 persen dari total lapangan kerja kerja. Namun, pada tahun 2007 kontribusi pariwisata terhadap lapangan kerja kembali meningkat menjadi 5,22 juta orang atau 5,22 persen dari total lapangan kerja sebesar 99,93 juta orang. Tujuan pengembangan pariwisata, bukan hanya sekadar peningkatan perolehan devisa bagi negara, tetapi diharapkan dapat berperan menjadi katalisator pembangunan. Terdapat delapan keuntungan pengembangan pariwisata di Indonesia yaitu peningkatan kesempatan berusaha, kesempatan kerja, peningkatan penerimaan pajak, peningkatan pendapatan nasional, percepatan proses pemerataan pendapatan, meningkatkan nilai tambah produk hasil kebudayaan, memperluas pasar produk dalam negeri dan memberikan dampak multiplier effect dalam perekonomian sebagai akibat pengeluaran wisatawan, para investor maupun perdagangan luar negeri. Kontribusi pariwisata terhadap perekonomian nasional dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Kontribusi Pariwisata Terhadap Perekonomian Nasional

Sumber: Nesparnas Depbudpar, 2008

(17)

Kota Tangerang yang dikenal sebagai kota seribu industri ternyata memiliki beberapa lokasi objek wisata, baik wisata alam, wisata budaya, maupun wisata rohani yang dapat dikembangkan. Obyek-obyek wisata tersebut perlu dikelola dengan profesional agar tidak hanya meningkatkan arus kunjungan wisatawan, tetapi juga dapat memelihara cagar budaya dan sejarah yang sangat penting dalam perkembangan Kota Tangerang. Selain itu, Kota Tangerang juga memiliki beberapa tempat dan agenda budaya yang menarik. Jika potensi ini dikelola dengan baik, tidak hanya akan mendatangkan arus wisatawan dan mendorong perekonomian wilayah, namun mampu meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap pariwisata, seni dan budaya serta akan memperkokoh karakter dan jati diri masyarakat Kota Tangerang.

Wisatawan nusantara maupun wisatawan asing yang berkunjung ke Kota Tangerang menunjukkan tren peningkatan semenjak tahun 2005 hingga tahun 2007. Wisatawan nusantara yang berkunjung pada tahun 2005 sebanyak 155,695 orang meningkat menjadi 180,377 pada tahun 2007. Hal ini juga terjadi pada wisatawan asing yaitu sebanyak 69,513 pada tahun 2005 meningkat menjadi 76,789 orang pada tahun 20071. Peningkatan ini menunjukkan semakin dikenalnya obyek-obyek wisata di Kota Tangerang baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Namun demikian, apabila dibandingkan antara wisatawan nusantara dengan wisatawan asing yang berkunjung ke Kota Tangerang terlihat bahwa wisatawan asing kurang dari lima puluh persen dibandingkan dengan wisatawan nusantara, untuk mengatasi kondisi ini perlu adanya upaya yang lebih progresif untuk mempromosikan potensi obyek wisata di luar negeri. Di samping

(18)

itu faktor keamanan perlu ditingkatkan karena faktor keamanan merupakan faktor dominan yang menjadi bahan pertimbangan wisatawan asing ketika berkunjung ke suatu daerah di Indonesia.

Salah satu lokasi wisata alam yang terdapat di Kota Tangerang adalah Situ Cipondoh. Situ ini memiliki luas sekitar 126.7 hektar dan mulai dilestarikan tahun 2005 sedangkan untuk sektor pariwisata baru mulai dikembangkan sejak tahun 2007. Namun, untuk pengelolaan pariwisata secara baik baru mulai dilakukan pada tahun 2010. Jumlah pengunjung Situ Cipondoh selama satu tahun terakhir secara garis besar mengalami peningkatan tiap bulannya. Penurunan jumlah pengunjung terjadi pada bulan Agustus 2010 yang disebabkan pada bulan tersebut merupakan bulan suci ramadhan sehingga jumlah pengunjung tidak sebanyak diluar bulan ramadhan sedangkan terjadi peningkatan jumlah kunjungan yang cukup tajam pada bulan September 2010. Hal ini disebabkan pada bulan tersebut bertepatan dengan hari raya lebaran sehingga banyak pengunjung yang menghabiskan liburannya untuk berwisata ke Situ Cipondoh. Jumlah kunjungan wisatawan ke Situ Cipondoh selama bulan Juni 2010 hingga Mei 2011 dapat dilihat pada Gambar 1.

(19)

Kegiatan pariwisata yang berlangsung di Situ Cipondoh memiliki dampak ekonomi yang terkait dengan perekonomian masyarakat lokal sekitar. Masyarakat lokal menjadi salah satu pemain kunci dalam pariwisata, karena masyarakat sekitar yang menyediakan sebagian besar atraksi sekaligus menentukan kualitas produk wisata. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk meneliti sejauh mana kegiatan wisata di Situ Cipondoh berdampak secara ekonomi bagi masyarakat dan mengestimasi besar nilai ekonomi manfaat rekreasi Situ Cipondoh yang diperoleh pengunjung.

1.2 Perumusan Masalah

Propinsi Banten memiliki luas wilayah 8.800,83 km2. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 populasi penduduk Banten mencapai 10.644.030 jiwa. Unit pemerintahan propinsi Banten dibagi atas empat kabupaten yaitu, Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang dan 4 Kota yaitu; Kota Tangerang, Kota Cilegon, Kota Serang dan Kota Tangerang Selatan. Masing-masing wilayah memiliki karakteristik sumber daya pariwisata budaya, alam, buatan dan kehidupan masyarakat tradisional (living culture) yang berkembang sebagai tujuan wisata berskala nasional maupun internasional.

(20)

baik dalam skala nasional maupun internasional. Sementara itu sekitar 100 ODTW (49,0%) merupakan Obyek Wisata yang potensial untuk dikembangkan.

Salah satu lokasi wisata yang potensial untuk dikembangkan adalah Situ Cipondoh yang terletak di Kota Tangerang. Situ Cipondoh memiliki luas sekitar 126,7 hektar. Lokasi ini mulai dilestarikan tahun 2005 tetapi baru dikembangkan untuk sektor pariwisata pada tahun 2007. Kegiatan pariwisata yang berlangsung di Situ Cipondoh memiliki dampak ekonomi yang terkait dengan perekonomian masyarakat lokal sekitar. Masyarakat lokal berperan sebagai penyedia sebagian besar atraksi sekaligus menentukan kualitas produk wisata. Meskipun Situ Cipondoh cukup berkembang dan banyak dikunjungi, namun sejauh ini pengelolaan Situ Cipondoh masih sepenuhnya dilakukan oleh Forum Masyarakat untuk Pelestarian dan Pengembangan Situ Cipondoh (FORMASI) dan belum ada peran dari pihak pemerintah sehingga pengembangan wisata Situ Cipondoh masih belum optimal. Hingga saat ini belum ada studi mengenai analisa dampak ekonomi dari kegiatan wisata di Situ Cipondoh sehingga nilai dampak ekonomi kegiatan wisata bagi masyarakat lokal dan nilai ekonomi manfaat rekreasi Situ Cipondoh belum diketahui. Berdasarkan uraian diatas maka dapat ditarik beberapa pertanyaan terkait rumusan masalah, yaitu:

1. Bagaimanakah karakteristik pengunjung, tenaga kerja, unit usaha dan masyarakat sekitar Situ Cipondoh?

2. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata di Situ Cipondoh?

(21)

4. Bagaimanakah dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh kegiatan wisata di Situ Cipondoh?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi karakteristik pengunjung, tenaga kerja, unit usaha dan masyarakat sekitar Situ Cipondoh.

2. Mengidentifikasi faktor-faktor apakah yang mempengaruhi permintaan wisata di Situ Cipondoh.

3. Mengestimasi nilai ekonomi manfaat rekreasi yang dihasilkan objek wisata Situ Cipondoh dengan metode biaya perjalanan.

4. Menganalisis dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh kegiatan wisata di Situ Cipondoh.

1.4Manfaat Penelitian

1. Akademisi dan peneliti, penelitian ini diharapkan menjadi pelengkap disiplin

keilmuan ekonomi sumberdaya dan lingkungan serta sebagai bahan tambahan

dan rujukan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

2. Bagi pengelola dapat dijadikan pertimbangan dalam pengelolaan kawasan

wisata agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.

3. Bagi Pemerintah Daerah Provinsi Banten dapat dijadikan rujukan atau

pertimbangan dalam pengembangan sektor pariwisata sehingga mampu

(22)

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini dilakukan di Situ Cipondoh, Kecamatan Cipondoh dan

Kecamatan Pinang, Kota Tangerang.

2. Fungsi permintaan wisata menggunakann pendekatan individual travel cost

method, sehingga diasumsikan Situ Cipondoh menjadi satu-satunya tempat

tujuan wisata responden.

3. Dampak ekonomi yang diteliti dilihat dari pengeluaran wisatawan selama

dilokasi wisata.

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pariwisata dan Wisata

Pariwisata menurut Undang-Undang No.10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, wisata didefinisikan sebagai kegiatan perjalanan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Sedangkan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah.

Menurut Gunn (1994) dalam Damanik dan Weber (2006) wisata merupakan suatu pergerakan temporal manusia menuju tempat selain dari tempat biasa tinggal dan bekerja, selama tinggal di tempat tujuan tersebut melakukan kegiatan dan diciptakan fasilitas untuk mengakomodasikan kebutuhan. Bentuk-bentuk wisata dikembangkan dan direncanakan sebagai berikut:

1. Kepemilikan (ownership) atau pengelola areal wisata tersebut yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga sektor yaitu badan pemerintah, organisasi nirlaba, dan perusahaan komersial.

2. Sumberdaya (resource) yaitu alam (natural), atau budaya (culture). 3. Perjalanan wisata atau lama tinggal.

4. Tempat kegiatan yaitu di dalam ruangan (indoor) atau di luar ruangan (outdoor).

(24)

6. Daya dukung (carrying capacity) dengan tingkat penggunaan pengunjung intensif, semi intensif dan ekstensif.

2.2 Ekowisata

Fandeli (2002) menjelaskan ekowisata sebagai suatu perpaduan dari berbagai minat yang tumbuh dari keprihatinan lingkungan, ekonomi dan sosial. Pada hakikatnya juga merupakan suatu konsep pengembangan wisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian areal, memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat setempat. Sementara dalam Peraturan Pemerintah Republik Inidonesia No.18 tahun 1994 tentang pengusahaan pariwisata alam di zona Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Taman Wisata Alam, ekowisata sebagai kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati gejala keunikan dan keindahan alam di Taman Nasional (TN), Taman Hutan Raya (Tahura) dan Taman Wisata Alam (TWA).

Form (2004) dalam Damanik dan Webber (2006) menyusun tiga konsep ekowisata yang lebih operasional, yaitu sebagai berikut: (1) perjalanan outdoor dan di kawasan alam yang tidak menimbulkan kerusakan lingkungan. (2) mengutamakan penggunaan fasilitas transportasi yang diciptakan dan dikelola masyarakat kawasan wisata itu. (3) perjalanan wisata ini memberikan perhatian besar pada lingkungan alam dan budaya lokal.

2.3 Permintaan Wisata

(25)

kepatuhannya bagi wisatawan. Fasilitas dan produk sifatnya berbeda antara satu dengan yang lain akan tetapi permintaan terhadap produk dan fasilitas tersebut sangat erat kaitannya dengan kebutuhan wisatawan selama dalam perjalanan wisata yang dilakukannya (composite demand). Dengan kata lain permintaan dalam pariwisata tidak hanya terbatas pada waktu yang diperlukan pada saat perjalanan wisata dilakukan. Unsur-unsur penting dalam permintaan wisata adalah wisatawan dan penduduk lokal yang menggunakan sumberdaya (produk dan jasa) wisata. Basis utamanya adalah ketersediaan waktu dan uang pada kelompok tersebut ( Kelly, 1998; Gunn, 2002).

Menurut Wahab (2003), permintaan wisata dapat dibagi menjadi permintaan yang potensial dan permintaan yang aktual (nyata). Permintaan yang potensial ialah sejumlah orang yang memenuhi unsur-unsur pokok suatu perjalanan dan dalam kondisi siap untuk berpergian sedangkan permintaan aktual (nyata) adalah orang-orang yang secara nyata bepergian ke suatu daerah tujuan wisata.

Waktu luang, uang, sarana dan prasarana merupakan permintaan potensial wisata. Permintaan potensial ini harus ditransformasikan menjadi permintaan riil, yakni pengambilan keputusan wisata. Pengambilan keputusan berlangsung secara bertahap, mulai dari tahap munculnya kebutuhan, kesediaan untuk berwisata, sampai kebutuhan itu sendiri.

(26)

keduanya dan (4) pelaku atau aktor yang menggerakan ketiga elemen tadi. Unsur-unsur penting dalam permintaan wisata adalah wisatawan dan penduduk lokal yang menggunakan sumberdaya (produk dan jasa wisata).

2.4 Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method )

Biaya perjalanan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan pengunjung dalam satu kali perjalanan rekreasi meliputi biaya konsumsi selama rekreasi (total konsumsi selama rekreasi dikurangi biaya konsumsi sehari-hari), biaya transportasi, biaya dokumentasi dan biaya lain-lain. Tarif masuk tidak dimasukkan ke dalam perhitungan biaya perjalanan karena merupakan suatu konstanta. Metode biaya perjalanan (Travel Cost Method) dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisis wisata.

Menurut Hufschmidt et al. (1987) pendekatan ini merupakan pendekatan untuk menilai barang-barang yang tidak memiliki harga seperti lingkungan, taman umum dan juga tempat rekreasi. Inti dari pendekatan ini bahwa biaya perjalanan ke suatu tempat rekreasi akan mempengaruhi jumlah kunjungan yang dilakukan oleh seseorang. Informasi yang diperoleh dari pengunjung akan dianalisis dan data yang dihasilkan digunakan untuk meregresi tingkat kunjungan yang dipengaruhi oleh biaya perjalanan dan berbagai variabel sosial ekonomi.

Qi = f (TC, X1,..., Xn) Dimana,

Qi = tingkat kunjungan, TC = biaya perjalanan

(27)

Dalam aplikasinya, metode biaya perjalanan ini mempunyai beberapa teknik-teknik pendekatan (Turner et al., 1994), antara lain:

1. Metode biaya perjalanan zonal, yaitu dengan membagi lokasi asal pengunjung untuk melihat jumlah populasi per zona, yang digunakan untuk mengestimasi tingkat kunjungan per seribu orang.

2. Metode biaya perjalanan individu, yaitu dengan mengukur tingkat kunjungan individu ke tempat rekreasi dan biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh individu tersebut. Tujuannya adalah untuk mengukur frekuensi kunjungan individu ke tempat rekreasi tersebut.

3. Random Utility Approach atau pendekatan utilitas acak, yaitu pendekatan yang mengestimasi bahwa individu akan berkunjung ke suatu tempat berdasarkan preferensi mereka dan individu tersebut tidak menghubungkan antara kualitas tempat wisata dengan biaya pendekatan biaya perjalanan untuk mencapai tempat tersebut. Oleh karena itu, pendekatan ini memerlukan informasi tentang semua kemungkinan yang dapat mempengaruhi preferensi individu untuk memilih antara kualitas lingkungan atau biaya perjalanan untuk setiap lokasi rekreasi.

(28)

Pendekatan biaya perjalanan berhubungan dengan tempat khusus dan mengukur nilai dari tempat tertentu dan bukan rekreasi pada umumnya (Hufschmidt et al, 1987). Secara umum terdapat dua teknik yang digunakan dalam menentukan nilai ekonomi berdasarkan TCM, yaitu zonal travel cost method (ZTCM) dan individual travel cost method (ITCM). ZTCM merupakan pendekatan yang relatif mudah dan murah. Pendekatan ini bertujuan untuk mengukur nilai dari jasa rekreasi dari sebuah tempat secara keseluruhan. ZTCM diaplikasikan dengan mengumpulkan informasi dari jumlah kunjungan ke tempat rekreasi dari berbagai daerah atau zona. Dalam hal ini, biaya perjalanan dan waktu akan meningkat seiring dengan meningkatnya jarak, maka informasi yang didapat memungkinkan peneliti untuk memperhitungkan jumlah kunjungan di berbagai harga. Informasi tersebut digunakan untuk membangun fungsi permintaan dan mengestimasi surplus konsumen, atau keuntungan ekonomi untuk jasa rekreasi dari sebuah tempat. Metodologi ITCM secara prinsip sama dengan ZTCM (Mehmet dan Turker, 2006) namun ITCM menggunakan data dari survei setiap pengunjung dalam analisis statistik bukan data dari masing-masing zona. Sehingga metode ini memerlukan data yang lebih banyak dan analisis lebih rumit, tetapi akan memberikan hasil yang lebih tepat.

2.5 Dampak Ekonomi Wisata

(29)

usaha lainnya selaku pemasok (supplier) barang dan jasa kepada usaha pariwisata, (3) Rumah tangga selaku penerima penghasilan dari pekerjaan di bidang pariwisata dan industri penunjangnya, (4) Pemerintah melalui berbagai pajak dan pungutan (resmi) dari wisatawan, usaha dan rumah tangga (Milasari,2010).

Menurut Stynes et al. (2000), pengaruh total pariwisata terhadap ekonomi wilayah merupakan penjumlahan dari dampak langsung (direct effects), dampak tidak langsung (indirect effects) dan dampak ikutan (induced effects). Dampak primer atau langsung adalah perubahan jumlah penjualan, pendapatan, pekerjaan dan penerimaan pada usaha penerima awal/pertama pembelanjaan pengunjung, misalnya kenaikan jumlah wisatawan yang menginap di hotel-hotel akan langsung menghasilkan kenaikan penjualan di sektor perhotelan. Tambahan penjualan yang diterima hotel-hotel dan perubahan pembayaran yang dilakukan hotel-hotel untuk upah dan gaji karyawan, pajak dan kebutuhan barang dan jasa. Terdapat dua jenis pengaruh sekunder, yaitu dampak tidak langsung dan dampak ikutan. Dampak tidak langsung adalah perubahan jumlah penjualan, pendapatan, pekerjaan dan penerimaan di sektor-sektor yang mensuplai barang dan jasa kepada komponen usaha penerima awal/pertama pembelanjaan pengunjung sedangkan dampak ikutan adalah perubahan dalam aktivitas ekonomi wilayah yang dihasilkan oleh pembelanjaan rumah tangga. Rumah tangga membelanjakan pendapatannya yang bersumber dari upah atau gaji diberbagai komponen usaha yang dipengaruhi oleh keberadaan pariwisata.

(30)

penghasilan (income), penempatan tenaga kerja (employment) dan nilai tambah (value added). Menurut Clement dalam Yoeti (2008) ketika wisatawan mengunjungi suatu tempat tujuan wisata, wisatawan tersebut pasti akan membelanjakan uang mereka untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan selama melakukan kunjungan. Uang yang dibelanjakan tersebut tidak berhenti beredar, tetapi berpindah dari satu tangan ke tangan yang lain selama periode tertentu. Hal inilah yang dinamakan efek pengganda (Multiplier effect).

Efek pengganda (Multiplier effect) memiliki beberapa prinsip seperti yang dijelaskan oleh Yoeti (2008) yaitu:

1. Uang yang dibelanjakan wisatawan tidak pernah berhenti beredar dalam kegiatan ekonomi dimana uang itu dibelanjakan.

2. Uang itu selalu berpindah tangan, dari orang satu ke orang yang lain.

3. Semakin cepat uang berpindah tangan, semakin besar pengaruh uang itu dalam perekonomian setempat dan semakin besar nilai koefisien multiplier. 4. Uang itu akan hilang dari peredaran, apabila uang itu tidak lagi berpindah

tangan tetapi berhenti dari peredaran karena sudah tidak memberikan pengaruh terhadap perekonomian setempat.

5. Pengukuran terhadap besar kecilnya uang yang dibelanjakan wisatawan itu dilakukan setelah melalui beberapa kali transaksi dalam periode tetentu.

2.6 Penelitian Terdahulu

(31)

unit usaha yaitu sebesar 54%. Sedangkan dampak tidak langsung yang berupa pendapatan tenaga kerja masih sangat rendah yaitu sebesar 2%. Dampak induced yang berupa pengeluaran tenaga kerja sebesar 59% digunakan untuk kebutuhan pangan. Nilai Keynesian Income Multiplier adalah 1,07, Ratio Income Multiplier Tipe 1 adalah 1,22 dan Ratio Income Multiplier Tipe 2 adalah 1,37.

Agustina (2009) melakukan penelitian tentang analisis dampak ekonomi kegiatan wisata Gunung Salak Endah. Pendugaan nilai dampak ekonomi terhadap perekonomian masyarakat sekitar menggunakan efek penggandaan (Multiplier Effect) dari sisi pengeluaran wisatawan (tourism expenditure). Hasil penelitian tersebut diperoleh dampak ekonomi langsung berupa pendapatan pemilik unit usaha yaitu sebesar 27,8% sedangkan dampak tidak langsung yang berupa pendapatan tenaga kerja yaitu sebesar 6,1% dan dampak lanjutan berupa pengeluaran tenaga kerja yaitu sebesar 74%. Nilai Keynesian income multiplier adalah 2,79. ratio income multiplier tipe 1 adalah 1,51 dan ratio income multiplier tipe 2 adalah 1, 90.

(32)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Kota Tangerang memiliki beberapa lokasi objek wisata, baik wisata alam, wisata budaya, maupun wisata rohani. Obyek-obyek wisata tersebut perlu dikelola dengan profesional agar mampu meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan serta dapat memelihara cagar budaya dan sejarah yang sangat penting dalam perkembangan Kota Tangerang. Selain itu, Tangerang juga memiliki beberapa tempat dan agenda budaya yang menarik. Jika potensi ini dikelola dengan baik, maka akan mendatangkan wisatawan dan mendorong perekonomian wilayah. Selain itu, hal tersebut akan meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap pariwisata, seni dan budaya serta akan memperkokoh karakter dan jati diri masyarakat Kota Tangerang.

(33)

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini merupakan keterkaitan antara

tujuan penelitian dengan langkah yang dilakukan dalam mencapai tujuan

penelitian tersebut. Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini

mengidentifikasi karakteristik masyarakat sekitar, unit usaha, tenaga kerja danpengunjung Situ Cipondoh. Karakteristik masyarakat sekitar, unit usaha, tenaga kerja dan pengunjung dideskripsikan melalui bagaimana kualitas

wisatawan yang dapat berkunjung. Karakteristik tersebut dianalisis dengan

menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan

Microsoft Excel 2007.

Langkah kedua adalah mengidentifikasi faktor-faktor apakah yang mempengaruhi permintaan wisata di lokasi Situ Cipondoh. Pada langkah ini ingin memprediksi bagaimana permintaan terhadap wisata ini. Untuk mengidentifikasi

faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan wisata dilokasi penelitian

menggunakan analisis regresi linear berganda dengan bantuan Microsoft

Excel2007 dan Minitab 15. Langkah ketiga adalah mengkuantifikasi nilai

ekonomi manfaat rekreasi yang dihasilkan objek wisata Situ Cipondoh dengan dengan bantuan Microsoft Excel 2007. Langkah terakhir adalah menganalisis dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh kegiatan wisata Situ Cipondoh. Dampak

ekonomi yang ditimbulkan dianalisis dengan menggunakan Keynesian income

multiplier dan selanjutnya dianalisis bentuk kebijakan yang diperlukan untuk

mengembangkan wisata Situ Cipondoh. Berdasarkan uraian tersebut maka

(34)

Gambar 2. Alur Pemikiran Penelitian Kawasan Wisata Situ Cipondoh

Kota Tangerang

Pengelolaan Wisata Situ Cipondoh yang belum optimal

Rekomendasi Pengelolaan Wisata Situ Cipondoh Nilai Ekonomi

manfaat rekresai

Keynesian Multiplier Nilai Dampak Ekonomi

(35)

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Situ Cipondoh yang terletak di Kecamatan Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai obyek penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Hal ini dikarenakan Situ

Cipondoh merupakan salah satu wisata alam di daerah Kota Tangerang yang

berpotensi untuk dikembangkan. Waktu pengambilan data berlangsung selama

bulan Mei sampai Juni 2011.

4.2 Jenis dan Sumber data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data

sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan melakukan wawancara

langsung menggunakan kuesioner dengan para pengunjung, tenaga kerja lokal,

pemilik unit usaha dan masyarakat sekitar. Data primer yang dibutuhkan antara

lain karakteristik pengunjung, pendapatan dan pengeluaran tenaga kerja lokal di lokasi wisata, pendapatan dari unit usaha, dan keterlibatan masyarakat lokal sekitar.

Data sekunder diperoleh dari pengelola wisata Situ Cipondoh, buku

referensi, jurnal, internet dan studi pustaka dari penelitian-penelitian terdahulu

yang terkait serta sumber lain yang dapat menunjang tujuan penelitian yang ingin

dicapai. Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain jumlah

kunjungan tahunan wisatawan, gambaran umum lokasi wisata berupa sejarah,

status, keadaan fisik luas wilayah, potensi kawasan wisata, serta informasi lain

(36)

4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode pengolahan data meliputi metode kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mengolah data yang diperoleh melalui kuesioner sedangkan metode kualitatif berupa penyajian data dengan cara mengintepretasikan dan mendeskripsikan data kuantitatif. Analisis data merupakan proses penyederhanaan data yang telah dikumpulkan

oleh peneliti kedalam bentuk yang lebih sederhana. Data yang telah diperoleh dan

dikumpulkan kemudian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan

dan analisis data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer dengan

program Microsoft Office Excel 2007dan Minitab 15. Metode analisis data yang

digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Matriks Metode Analisis Data

Tujuan Penelitian Sumber Data Analisis

Data

1. Mengidentifikasi karakteristik masyarakat sekitar, unit usaha, tenaga kerja dan pengunjung Wisata Situ Cipondoh. 2. Mengidentifikasi Faktor-faktor

apakah yang mempengaruhi permintaan Wisata Situ Cipondoh

- Data primer - Model Regresi 3. Mengkuantifikasi nilai ekonomi

manfaat rekreasi yang dihasilkan objek wisata Situ Cipondoh dengan metode biaya perjalanan.

(37)

4.4 Metode Pengambilan Contoh

Metode yang digunakan dalam pengambilan contoh pengunjung adalah non-probability sampling dimana pada metode ini tidak memberikan kemungkinan yang sama bagi tiap unsur populasi untuk dijadikan responden. Responden dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling, dimana peneliti tidak mengambil contoh secara acak melainkan dengan pertimbangan tertentu dan secara sengaja (Singarimbun dan Effendi (1987) dalam Novianti (2010)). Responden pengunjung adalah mereka yang berusia 15 tahun keatas dan sedang melakukan kegiatan wisata di Situ Cipondoh. Usia 15 tahun keatas dipilih karena dinilai dapat berkomunikasi dengan baik dan bersedia untuk diwawancarai sehingga mudah untuk mendapatkan data yang diperlukan. Jumlah sampel untuk pengunjung Situ Cipondoh sebanyak 60 orang.

Metode pengambilan contoh responden pada unit usaha dan tenaga kerja lokal serta masyarakat sekitar dilakukan dengan bentuk purposive sampling, dimana anggota responden dipilih dan disesuaikan berdasarkan kriteria tertentu yaitu keterwakilan jenis usahanya. Responden terpilih untuk unit usaha sebanyak 16 unit usaha dan tenaga kerja lokal sebanyak 23 orang. Pengambilan contoh responden untuk masyarakat sekitar dengan pertimbangan kriteria responden terpilih adalah masyarakat yang mengetahui keberadaan wisata Situ Cipondoh sebanyak 30 orang.

4.4.1 Analisis Biaya Perjalanan (Travel Cost Analysis)

(38)

ekonomi kawasan wisata berdasarkan penilaian yang diberikan masing-masing individu atau masyarakat terhadap kenikmatan yang tidak ternilai (dalam rupiah) dari biaya yang dikeluarkan untuk berkunjung ke sebuah objek wisata, baik itu opportunity cost maupun biaya langsung yang dikeluarkan seperti biaya

transportasi, konsumsi makanan, minuman, hotel, tiket masuk dan sebagainya. Berdasarkan hal tersebut, maka model yang dibangun untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata ke Situ Cipondoh yang dibentuk dengan model regresi linear berganda dan dilakukan dengan metode biaya perjalanan individual (Individual Travel Cost Method) tiap individu pertahun kunjungan, yaitu:

Y = b0 + b1X1 - b2X2 – b3X3- b4X4 + b5X5 + ε dimana:

Y = Jumlah kunjungan/trip tahunan ke Situ Cipondoh (jumlah kunjungan per tahun)

X1 = Pendapatan responden (rupiah per tahun)

X2 = Biaya Perjalanan individu ke Situ Cipondoh (rupiah)

X3 = Umur responden (tahun)

X4 = Waktu tempuh ke Situ Cipondoh (menit)

X5 = Jumlah rombongan (orang)

ε = Error term

b1- b5= Koefisien regresi untuk faktor X1-X5

(39)

variable bebas (multikolinearitas) tidak menjadi hal yang serius jika tujuan dari model regresi untuk keperluan perkiraan atau peramalan. Namun, jika tujuan dari model regresi untuk keperluan memperkirakan besarnya pengaruh secara kuantitatif dari Xi terhadap Y, maka adanya multikolinearitas menjadi hal yang

serius (Supranto,2004) dalam (Novianti,2010). 4.4.2 Pendugaan Surplus Konsumen

Setelah mengetahui fungsi permintaan maka kita dapat mengukur surplus konsumen yang merupakan proxy dari nilai WTP terhadap lokasi rekreasi (Fauzi, 2004). Surplus konsumen untuk fungsi permintaan yang telah dibuat (bersifat linear) dapat diukur melalui formula :

Dimana :

N = Jumlah kunjungan yang dilakukan oleh individu i b1 = Koefisien dari biaya perjalanan.

4.4.3 Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengukur pengaruh antara lebih dari satu variabel prediktor (variabel bebas) terhadap variabel terikat. Asumsi model regresi linear berganda sangat mirip dengan asumsi model regresi linear sedehana, yaitu:

(40)

2. Peubah Xk merupakan peubah non-stokastik (fixed), artinya sudah ditentukan,

bukan peubah acak. Selain itu tidak ada hubungan linear sempurna antar peubah bebas Xk.

a. Komponen sisaan εi mempunyai nilai harapan sama dengan nol, dan ragam

konstan untuk semua pengamatan i. E(εi)=0 dan Var (εi) = σ2.

b. Tidak ada hubungan atau tidak ada korelasi antar sisaan εi sehingga Cov (εi,εj) =

0, untuk i≠j.

c. komponen sisaan menyebar normal.

4.4.3.1Pemenuhan Asumsi Regresi Linear Berganda

Pemenuhan asumsi dalam regresi linear berganda perlu dilakukan untuk mengetahui kebaikan dari suatu model. Adapun beberapa pengujian statistik yang perlu dilakukan ialah:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah error term dari data observasi mendekati sebaran normal sehingga statistik t dapat dikatakan sah. Uji tersebut dapat dilakukan dengan “normality test” pada residual hasil persamaan model. Jika dalam grafik hasil uji tersebut keberadaan titik-titik pada garis berbentuk linier dan didapat P-value lebih besar dari taraf nyata, maka asumsi kenormalan dapat terpenuhi.

2. Uji Statistik t

(41)

parameter tertentu atau tidak (Firdaus, 2004). Prosedur pengujiannya sebagai berikut :

H0 : bi = 0 artinya variabel bebas (Xi) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel

tidak bebasnya (Yi).

H1 : bi ≠ 0 artinya variabel bebas (Xi) berpengaruh nyata terhadap variabel

tidak bebasnya (Yi).

Rumus untuk mencari t hitung sebagai berikut :

Jika thitung > ttabel, maka terima H0, artinya variabel bebas (Xi) tidak berpengaruh

nyata terhadap variabel tidak bebasnya (Yi).

Jika thitung ttabel, maka tolak H0, artinya variabel bebas (Xi) berpengaruh nyata

terhadap variabel tidak bebasnya (Yi).

3. Uji Statistik F

Uji statistik F merupakan pengujian koefisien regresi secara keseluruhan, pengujian ini menunjukkan apakah semua variabel yang dimasukkan kedalam model memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat.

Langkah-langkah pengujian statsitik F 1) Membuat Hipotesa.

H0 :β1=β2= 0

H1 :β1≠β2≠β3=β4= 0

2) Kriteria.

H0 akan diterima dan H1 akan ditolak bila F-stat < F-tabel.

(42)

3) Mencari nilai tabel dengan interval 1%, maka akan diperoleh nilai F-tabel sebagai berikut:

Dimana :

R2= Koefisien determinasi K = Jumlah variabel n = Jumlah sampel T = Jumlah unit waktu Atau :

F-tabel = {α; (n-1,nT-n-K)}

4) Membandingkan nilai F-statistik dengan nilai F-tabel. 4. Uji Multikolinearitas

(43)

5. Uji Heteroskedastisitas

Asumsi dari model regresi linear adalah bahwa ragam sisaan (εt) sama

atau homogen. Jika ragam sisaan tidak sama atau Var (εi)= E(εi2)=σi2 untuk tiap

pengamatan ke-I dari peubah-peubah bebas dalam model regresi, maka dikatakan ada masalah heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas dapat menggunakan metode grafik atau dengan menggunakan uji Park, uji Glejser, Uji Breusch-Pagan, Uji Goldfield-Quadnt dan white test.

6. Uji Autokorelasi

Uji ini dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya korelasi antara serangkaian data menurut waktu (time series) atau menurut ruang (cross section). Nilai statistik Durbin Watson berada pada kisaran 0 hingga 4, dan jika nilainya mendekati dua maka menunjukan tidak adanya autokorelasi ordo kesatu. Pendeteksi autokorelasi dilakukan dengan pengujian Durbin –Watson (DW).

H0 : tidak ada serial autokorelasi baik positif maupun negatif

H1 : terdapat serial autokorelasi

Tolak H0 jika d < dL atau d >4 – dL dan terima H0 jika dU < d <4 – dU.

4.4.4 Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Situ Cipondoh Terhadap Masyarakat Lokal

(44)

usaha tersebut (full time, part time, seasonal), (3) proporsi dari perputaran arus uang terhadap tenaga kerja lokal, supplier, investor, pajak, (4) tipe dan kuantitas bahan baku yang dibutuhkan, apakah berasal dari luar atau dalam wilayah dan (5) rencana investasi kedepan. Sejumlah informasi tersebut diharapkan dapat diperoleh perkiraan mengenai dampak langsung (direct impact) dari pengeluaran pengunjung terhadap masyarakat lokal, perkiraan biaya sumberdaya yang diperlukan untuk menyediakan barang dan jasa yang diperlukan oleh pengunjung, serta estimasi mengenai rencana investasi ke depan.

Kelompok kedua adalah tenaga kerja lokal pada unit usaha lokal penyedia barang dan jasa untuk kegiatan wisata. Informasi penting terkait dengan dampak ekonomi adalah: (1) jumlah tenaga kerja yang terdapat pada lokasi wisata, (2) jumlah jam kerja dan tingkat upah, (3) proporsi dari pengeluaran sehari-hari pekerja yang dilakukan di dalam dan di luar wilayah, (4) kondisi pekerjaan sebelum bekerja di unit usaha ini, dan (5) pelatihan atau kursus yang pernah diikuti. Informasi yang diperoleh diharapkan dapat memperkiraan dampak tidak langsung (indirect impact) dan dampak ikutan (induced impact) dari pengeluaran pengunjung.

(45)

yang terjadi. Dalam mengukur dampak ekonomi pariwisata terhadap perekonomian masyarakat lokal terdapat dua tipe pengganda, yaitu (META,2001):

1. Keynesian Local Income Multiplier

Nilai yang menunjukkan berapa besar pengeluaran pengunjung berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat lokal.

2. Ratio Income Multiplier

Nilai yang menunjukkan seberapa besar dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran pengunjung berdampak terhadap perekonomian lokal. Pengganda ini mengukur dampak tidak langsung dan dampak lanjutan (induced impact). Secara matematis dirumuskan :

1. Keynesian Income Multiplier

2. Ratio Income Multiplier, Tipe I

3. Ratio Income Multiplier, Tipe II

dimana:

E : Tambahan pengeluaran pengunjung (rupiah)

D : Pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E (rupiah) N : Pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E (rupiah) U : Pendapatan lokal yang diperoleh secara induced dari E (rupiah)

D+N+U E

D+N D

(46)

Setelah mengidentifikasi dampak ekonomi yang ditimbulkan dari objek wisata ini, dapat dilakukan identifikasi produk atau jasa yang belum tersedia dilokasi tersebut, besarnya permintaan terhadap barang tersebut dan manfaatnya bagi masyarakat sekitar. Hal ini juga dapat dijadikan rekomendasi bagi pengeloladan Pemerintah Daerah untuk pengembangan objek wisata tersebut. 4.4.5 Hipotesis Penelitian

Adapun Hipotesis dalam Penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kunjungan ke Situ Cipondoh dipengaruhi oleh biaya perjalanan ke lokasi wisata, waktu tempuh dan umur diduga berpengaruh nyata secara negatif terhadap kunjungan ke wisata Situ Cipondoh.

2. Tingkat pendapatan dan jumlah rombongan berpengaruh nyata secara positif terhadap kunjungan ke Situ Cipondoh.

(47)

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Gambaran umum mengenai lokasi penelitian yang akan dibahas dalam bab ini meliputi keadaan umum wilayah, aksesibilitas, daya tarik dan pengelolaan wisata. Penjelasan mengenai gambaran umum penelitian akan dibahas lebih lanjut pada sub bab dibawah ini.

5.1.1 Keadaan Umum Wilayah

Situ Cipondoh merupakan situ yang terbentuk secara alami, Situ Cipondoh termasuk kedalam wilayah kota Tangerang. Berdasarkan pemetaan terakhir pada tahun 1994 luas wilayah Situ Cipondoh diketahui 126,7 Ha. Situ Cipondoh terletak di dua kecamatan yaitu Kecamatan Pinang dan Kecamatan Cipondoh. Wilayah Kecamatan Pinang memiliki luas wilayah sekitar 21,59 Km2 atau 2.159,01 Ha. Kecamatan Pinang terdiri dari 11 Kelurahan yaitu : Kelurahan Pinang, Sudimara Pinang, Neroktog, Cipete, Pakojan, Panunggangan, Panunggangan Utara, Panunggangan Timur, Kunciran, Kunciran Indah dan Kunciran Jaya. Secara administratif, Kecamatan Pinang berbatasan dengan :

• Sebelah Barat : Kecamatan Tangerang dan Cibodas. • Sebelah Timur : Kecamatan Karang Tengah dan Ciledug. • Sebelah Utara : Kecamatan Tangerang dan Cipondoh. • Sebelah Selatan : Kabupaten Tangerang.

(48)

Cipondoh Makmur, Poris Plawad Utara dan Poris Plawad. Kecamatan Cipondoh memiliki luas wilayah 1.791 Ha. Secara administrasi Kecamatan Cipondoh berbatasan dengan :

• Sebelah Barat : Kecamatan Tangerang.

• Sebelah Timur : Kecamatan Karang Tengah Kota Tangerang dan Kecamatan

Kembangan Kotamadya Jakarta Barat.

• Sebelah Utara : Kecamatan Batuceper Kota Tangerang, Kecamatan Kalideres

dan Kecamatan Cengkareng Kotamadya Jakarta Barat.

• Sebelah Selatan : Kecamatan Pinang.

(49)

diakibatkan adanya pembusukan dari gulma-gulma yang tumbuh tersebut. Akibat pendangkalan itulah sering terjadi banjir di kawasan ini.

(50)

5.1.2 Aksesibilitas

Aksesibilitas mencakup keseluruhan infrastuktur transportasi yang menghubungkan wisatawan dari, ke, selama di daerah tujuan wisata (Inskeep,1994) dalam (Damanik dan Weber, 2006). Aksesibilitas menuju Situ Cipondoh tergolong mudah. Hal ini dikarenakan lokasi Situ Cipondoh yang berada di sisi jalan Hasyim Ashari yang merupakan jalur utama di wilayah Cipondoh, Tangerang. Selain itu, kondisi jalan yang baik memudahkan para wisatawan untuk menjangkau lokasi baik dengan menggunakan kendaraan umum maupun menggunakan kendaraan pribadi. Bagi wisatawan yang melewati daerah Ciledug dan Kunciran untuk mencapai lokasi wisata akan mengalami sedikit hambatan karena adanya kemacetan di sejumlah titik. Kemacetan yang terjadi disebabkan oleh adanya pasar, perempatan, maupun angkutan umum yang menaikan dan menurunkan penumpang. Bagi wisatawan yang berasal dari arah Cikokol Tangerang dapat menggunakan angkutan umum B-02 atau R-10 (dari Pasar Anyar Tangerang). Sedangkan untuk wisatawan yang berasal dari daerah Kebayoran, Ciledug, Kunciran dan sekitarnya dapat menggunakan angkutan umum C01 ataupun Metromini 69 lalu dilanjutkan dengan menggunakan angkutan umum B01 yang menuju arah Cikokol.

5.1.3 Daya Tarik

(51)

wisata ini yang terletak ditengah kondisi udara perkotaan yang sudah terkena polusi, terlebih lagi Kota Tangerang dikenal dengan aktivitas industrinya sangat padat. Harga tiket masuk yang terjangkau mampu meningkatkan minat masyarakat untuk berkunjung dan menghabiskan waktu untuk berwisata di Situ Cipondoh. Selain itu bagi masyarakat yang memiliki hobi memancing lokasi ini sangat tepat untuk menyalurkan hobi mereka karena situ cipondoh memiliki beberapa jenis ikan yang dapat dipancing oleh pengunjung.

5.1.4 Pengelolaan Wisata

(52)

VI. HASIL DAN PEMBAHASAAN

6.1 Karakteristik Responden

Responden dalam skripsi kali ini terdiri dari empat kelompok yaitu kelompok wisatawan, kelompok unit usaha, kelompok tenaga kerja lokal serta kelompok masyarakat sekitar. Gambaran umum mengenai karakteristik masing – masing kelompok responden akan dijelaskan sebagai berikut:

6.1.1 Karakteristik Sosial Ekonomi Wisatawan

(53)

Tabel 4. Karakteristik Sosial Ekonomi Wisatawan

Sumber : Data Primer Diolah (2011)

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa rata-rata pekerjaan dari responden wisatawan Situ Cipondoh terdiri dari beberapa kelompok. Kelompok

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki –laki 25 41,67

Perempuan 35 58,33

Jumlah 60 100,00

Usia Frekuensi Persentase (%)

15-20 16 26,67

Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

PT 12 20,00

SMA 32 53,33

SMP 14 23,33

SD 2 3,33

Jumlah 60 100,00

Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

Karyawan Swasta 18 30,00

Pelajar 15 25,00

Wiraswasta 11 18,33

Buruh 4 6,67

PNS 5 8,33

IRT 3 5,00

Pensiun 4 6,67

Jumlah 60 100,00

Pendapatan Frekuensi Persentase (%)

< 500000 11 18,33

500000-1500000 27 45,00

1500001-2500000 12 20,00

2500001-3500000 4 6,67

3500001-4500000 2 3,33

>4500001 4 6,67

(54)

pertama merupakan kelompok responden dengan pekerjaan sebagai karyawan swasta dengan persentase 48%, kelompok kedua merupakan kelompok wiraswasta dengan persentase sebesar 18,33%, kelompok ketiga adalah kelompok pegawai negeri sipil yang terdiri dari 8,33%, kelompok selanjutnya adalah kelompok buruh dan pensiun dengan persentase yang sama yaitu sebesar 6,67% dan kelompok terakhir adalah kelompok ibu rumah tangga yaitu sebesar 5% dari keseluruhan responden.

Rata-rata pendapatan perbulan wisatawan adalah antara Rp 500.001- Rp 1.500.000 yaitu sebanyak 45%. Responden dengan pendapatan perbulan antara Rp 1.500.001 – Rp 2.500.000 sebanyak 20%, pendapatan perbulan dibawah Rp 500.000 sebanyak 18,33%. Responden dengan pendapatan perbulan Rp 2.500.001-Rp 3.500.000 dan pendapatan perbulan wisatawan yang lebih dari Rp 4.500.000 masing-masing sebesar 6,67% sedangkan responden dengan pendapatan perbulan Rp 3.500.001 – Rp 4.500.000 terdiri dari 3,33%.

6.1.1.1Asal Daerah

(55)

.

Sumber : Dikumpulkan oleh Penulis (2011)

Gambar 3. Sebaran Asal Daerah Wisatawan Situ Cipondoh

6.1.1.2Cara Kedatangan

Rata-rata cara kedatangan responden wisatawan Situ Cipondoh untuk mengunjungi lokasi wisata adalah secara berkelompok maupun dengan keluarga. Hal ini dapat diketahui dari persentase masing-masing kategori yaitu sebesar 48,33%. Sedangkan 3,33% dari responden mengunjungi Situ Cipondoh tanpa ditemani siapapun. Berdasarkan hal tersebut menandakan bahwa wisata Situ Cipondoh cocok untuk dijadikan tempat wisata bersama keluarga maupun tempat berkumpul dengan kelompok seperti teman-teman maupun pasangan. Sebaran cara kedatangan wisatawan dapat dilihat pada Gambar 4.

Sumber: Dikumpulkan oleh Penulis (2011)

(56)

6.1.1.3Jenis Kendaraan

Perjalanan menuju Situ Cipondoh dapat ditempuh dengan berbagai jenis kendaraan baik mobil pribadi, motor pribadi maupun kendaraan umum. Berikut sebaran jenis kendaraan yang digunakan responden untuk menuju Situ Cipondoh yang dijelaskan pada Gambar 5.

Sumber: Dikumpulkan oleh Penulis (2011)

Gambar 5. Sebaran jenis kendaraan yang digunakan responden

Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 70% dari responden menggunakan motor pribadi untuk mencapai Situ Cipondoh, sedangakan sebanyak 18,33% responden menggunakan mobil pribadi dan sebanyak 11,67% reponden menggunakan kendaraan umum untuk dapat mencapai lokasi wisata Situ Cipondoh. Hal ini dikarenakan sebagian besar kendaraan yang dimiliki responden adalah motor. Selain itu dengan menggunakan motor dapat mempersingkat waktu tempuh dan menghindari macet yang sering terjadi di lokasi.

6.1.1.4Frekuensi Kunjungan

(57)

Cipondoh. Sebaran frekuensi kunjungan satu tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 6.

Sumber: Dikumpulkan oleh Penulis (2011)

Gambar 6. Sebaran Frekuensi Kunjungan Responden dalam Satu Tahun Terakhir

Sebanyak 61,67% telah mengunjungi lokasi wisata Situ Cipondoh sebanyak satu hingga tiga kali dalam satu tahun terakhir, 25% reponden telah mengunjungi lokasi wisata sebanyak empat hingga enam kali kunjungan, 8,33% responden telah mengunjungi lebih dari sepuluh kali dalam satu tahun terakhir dan sebanyak 5% dari responden telah mengunjungi Situ Cipondoh antara tujuh kali hingga sembilan kali kunjungan dalam satu terakhir.

6.1.1.5Lama Mengetahui Lokasi Wisata

(58)

Sumber : Dikumpulkan oleh Penulis (2011)

Gambar 7. Sebaran Lama Mengetahui Responden terhadap Situ Cipondoh

6.1.1.6Jumlah Rombongan

Jumlah rombongan wisatawan yang berkunjung ke Situ Cipondoh terdiri dari beberapa kelompok. Sebaran jumlah rombongan Situ Cipondoh dapat dilihat pada Gambar 8.

Sumber : Dikumpulkan oleh Penulis (2011)

Gambar 8. Sebaran Jumlah Rombongan Wisata Situ Cipondoh

(59)

6.1.1.7Motivasi Kunjungan

Motivasi para wisatawan untuk berkunjung ke Situ Cipondoh bermacam– macam. Sebanyak 55% wisatawan motivasi berkunjung adalah untuk menikmati pemandangan yang berada di Situ Cipondoh, 16,67% dari responden mengunjungi Situ Cipondoh untuk menikmati pemandangan dan sarana permainan yang ada, 13,33% responden untuk menikmati pemandangan dan menghilangkan kejenuhan akibat aktivitas sehari-hari. Responden yang motivasi berkunjungnya untuk menikmati sarana permainan dan memancing masing-masing sebanyak 6,67% dan 3,33% dari keseluruhan responden. Sedangkan motivasi lain dari responden adalah untuk menikmati pemandangan sambil memancing, menikmati live music dan menikmati sarana permainan sekaligus menikmati pemandangan untuk menghilangkan jenuh terdiri dari masing-masing 1,67%. Sebaran motivasi kunjungan responden wisatawan dapat dilihat pada Gambar 9.

Sumber : Dikumpulkan Penulis (2011)

(60)

6.1.1.8Persepsi Pengunjung

Persepsi merupakan proses penilaian seseorang terhadap obyek tertentu. Masing-masing individu memiliki penilaian masing-masing terhadap keberadaan suatu obyek tertentu. Berikut merupakan persepsi pengunjung terhadap berbagai aspek yang berada di wisata Situ Cipondoh.

1. Persepsi Pengunjung terhadap Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan salah satu hal yang penting untuk diperhatikan dalam suatu tempat wisata, karena sarana dan prasarana merupakan faktor penunjang dan berkaitan dengan kenyamanan pengunjung dalam berwisata. Secara keseluruhan pengunjung menilai sarana dan prasarana yang dimiliki Situ Cipondoh sudah cukup baik, namun masih perlu banyak peningkatan. Persepsi pengunjung terhadap sarana dan prasarana secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 5. 

Tabel 5. Persepsi Pengunjung mengenai Sarana dan Prasarana

No Sarana dan

(61)

2. Persepsi Pengunjung terhadap Panorama alam

Panorama alam menjadi salah satu daya tarik wisata Situ Cipondoh banyak pengunjung yang datang hanya untuk sekedar menikmati pemandangan yang terdapat pada Situ Cipondoh. Sebanyak 55% dari responden beranggapan bahwa panorama alam di Situ Cipondoh Baik, sebanyak 28,33% responden beranggapan panorama alam di Situ Cipondoh cukup baik sedangkan sebanyak 16,67% responden beranggapan bahwa panorama alam di Situ Cipondoh sangat baik. Persepsi pengunjung terhadap panorama alam Situ Cipondoh akan dijelaskan pada Gambar 10.

Sumber : Dikumpulkan oleh Penulis (2011)

Gambar 10. Persepsi Pengunjung terhadap Panorama Alam 3. Persepsi Pengunjung terhadap Kebersihan

(62)

Situ Cipondoh sangat buruk. Persepsi pengunjung terhadap kebersihan dapat dilihat pada Gambar 11.

Sumber : Dikumpulkan oleh Penulis (2011)

Gambar 11. Persepsi Pengunjung terhadap Kebersihan 4. Persepsi Pengunjung terhadap Keamanan

Sebanyak 56.67% responden pengunjung menilai keamanan di lokasi wisata di Situ Cipondoh sudah cukup baik. Hal ini dikarenakan sejauh ini belum ada pengunjung yang merasakan kehilangan apapun selama mengunjungi Situ Cipondoh. Adapun sebanyak 40% dari responden menganggap keamanan lokasi sudah baik, sebanyak 1,67% dari responden menilai bahwa keamanan di lokasi wisata Situ Cipondoh sudah sangat baik dan sebanyak 1,67% responden pengunjung menilai keamanan di Situ Cipondoh masih buruk. Persepsi pengunjung terhadap keamanan Situ Cipondoh dapat dilihat pada Gambar 12.

Sumber : Dikumpulkan oleh Penulis (2011)

(63)

5. Persepsi Pengunjung terhadap Aksesibilitas

Sebagian besar responden pengunjung menilai aksesibilitas menuju Situ Cipondoh sudah baik. Letak Situ Cipondoh yang terletak di jalan utama dan dapat ditempuh baik dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum menjadi salah satu dasar bagi responden untuk menilai aksesibilitas Situ Cipondoh sudah baik. Persepsi responden pengunjung terhadap aksesibilitas dapat dilihat pada Gambar 13.

Sumber : Dikumpulkan oleh Penulis (2011)

Gambar 13. Persepsi Pengunjung terhadap Aksesibilitas

Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 43.33% dari reponden pengunjung menilai aksesibilitas menuju Situ Cipondoh baik, 38,33% responden menilai aksesibilitas Situ Cipondoh cukup baik, 16,67% responden pengunjung menilai aksesibilitas menuju Situ Cipondoh sangat baik dan sebanyak 1,67% pengunjung menilai aksesibilitas menuju Situ Cipondoh buruk.

6. Persepsi Pengunjung terhadap Pengelola Wisata

(64)

yang ada di lokasi wisata. Responden menilai kondisi wisata Situ Cipondoh saat ini berbeda dengan keadaan pada awal-awal tahun wisata ini baru didirikan. Persepsi pengunjung terhadap pengelola wisata dapat dilihat pada Gambar 14.

Sumber : Dikumpulkan oleh Penulis (2011)

Gambar 14. Persepsi Pengunjung terhadap Pengelola Wisata 6.1.2 Karakteristik Sosial Ekonomi Tenaga Kerja Lokal

Pengembangan Situ Cipondoh menjadi tempat wisata turut berperan dalam menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat setempat sehingga mampu mengurangi pengangguran yang ada di sekitar lokasi wisata karena sebagian besar tenaga kerja Situ Cipondoh merupakan masyarakat yang bermukim di sekitar lokasi wisata. Hal ini menunjukkan pengembangan wisata telah memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. Responden tenaga kerja pada penelitian kali ini terdiri dari tiga puluh sembilan orang dengan proporsi 74,36% laki-laki dan 25,64% perempuan.

(65)

diatas 35 tahun. Karakteristik sosial ekonomi tenaga kerja dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 6.

Tabel 6. Karakteristik Sosial Ekonomi Tenaga Kerja

Sumber : Data Primer Diolah (2011)

Berdasarkan tabel di atas diketahui pendidikan terakhir yang ditempuh responden terdiri dari 51,28% atau hampir sebagian besar responden merupakan lulusan Sekolah Menengah Pertama dan sebesar 25,64% merupakan lulusan Sekolah Dasar dan sisanya sebesar 23,08% merupakan lulusan Sekolah

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki –laki 29 74,36

Perempuan 10 25,64

Jumlah 39 100.00

Usia Frekuensi Persentase (%)

15-25 16 41,03

26-35 10 25,64

>35 13 33,33

Jumlah 39 100.00

Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

SD 10 25,64

SMP 20 51,28

SMA 9 23,08

Jumlah 39 100.00

Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

Penjaga Parkir 6 15,38

Petugas kebersihan 3 7,69

Penjaga Tiket 3 7,69

Penjaga Permainan 4 10,26

Penjaga kios 21 53,85

Pengurus Taman 2 5,13

Jumlah 39 100.00

Pendapatan Frekuensi Persentase (%)

(66)

Menengah Atas. Rata-rata pekerjaan responden adalah sebagai pengajaga kios yaitu sebesar 53,58%, sebesar 15,38% responden bekerja sebagai penjaga parkir, sebanyak 10,26% responden bekerja sebagai petugas yang menjaga permainan, penjaga kebersihan dan penjaga tiket masing-masing memiliki persentase sebesar 7,69%. Sisanya sebesar 5,13% responden bekerja sebagai pengurus taman. Rata-rata pendapatan tenaga kerja wisata alam Situ Cipondoh berkisar antara Rp 500.001- Rp 1.500.000 yaitu sebanyak 48,72%, responden dengan penghasilan lebih dari Rp 3.500.000 terdiri dari 23,08% dan responden dengan penghasilan antara Rp 2.500.001-Rp 3.500.000 terdiri dari 17,95%. Sedangkan responden dengan penghasilan kurang dari Rp 500.000 terdiri dari 10,26%.

6.1.2.1Lama Bekerja

Berdasarkan hasil wawancara diperoleh bahwa sebanyak 56,62% dari responden telah bekerja di Situ Cipondoh selama satu hingga dua tahun sedangkan, sebanyak 30,43% responden sudah bekerja lebih dari tiga tahun dan sisanya sebesar 13,04% responden mengaku baru bekerja di Situ Cipondoh kurang dari satu tahun. Sebaran lama bekerja responden tenaga kerja dapat dilihat pada Gambar 15.

Sumber : Dikumpulkan oleh Penulis (2011)

(67)

6.1.2.2Jam Kerja dalam sehari

Berdasarkan hasil wawancara sekitar 82,61% responden bekerja antara delapan hingga sepuluh jam dalam sehari. Responden yang bekerja antara lima hingga tujuh jam sehari sebanyak 13,04% dan responden dengan jam kerja antara sebelas hingga tiga belas jam sebanyak 4,35%. Sebagian besar para tenaga kerja mulai bekerja dari pukul sembilan atau sepuluh pagi ketika unit usaha tempat mereka bekerja mulai beroperasi. Sebaran jam kerja responden tenaga kerja dalam sehari dapat dilihat pada Gambar 16.

Sumber: Dikumpulkan oleh Penulis (2011)

Gambar 16. Sebaran jam kerja responden tenaga kerja dalam sehari

6.1.2.3Persepsi terhadap Wisata Situ Cipondoh

(68)

serta kondisi lingkungannya pun semakin baik dibandingkan dengan awal pendirian wisata Situ Cipondoh.

6.1.3 Karakteristik Sosial Ekonomi Unit Usaha

Sektor unit usaha merupakan sektor pendukung dalam suatu kegiatan pariwisata karena unit usaha berperan dalam menyediakan kebutuhan pengunjung selama melakukan kegiatan wisata. Unit usaha yang menjadi responden pada penelitian kali ini terdiri dari enam belas unit usaha dengan proporsi jenis kelamin 62,50 % laki-laki dan 37,50% perempuan. Rata-rata usia reponden berkisar antara usia antara tiga puluh satu dan empat puluh dengan persentase sebesar 43,75%. Sebanyak 31,25% merupakan responden dengan usia antara dua puluh hingga tiga puluh tahun. Sedangkan sisanya sebanyak 25% merupakan responden dengan usia lebih dari empat puluh tahun.

(69)

6,25% responden memiliki pendapatan perbulan antara Rp 7.000.001- Rp 9.000.000. Karakterististik sosial ekonomi unit usaha dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Karakteristik Sosial Ekonomi Unit Usaha

Sumber : Data Primer Diolah (2011)

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki –laki 10 62,50

Perempuan 6 37,50

Jumlah 16 100,00

Usia Frekuensi Persentase (%)

20 – 30 5 31,25

31 – 40 7 43,75

>40 4 25,00

Jumlah 16 100,00

Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

SD 6 37,5

SMP 5 31,25

SMA 5 31,25

Jumlah 16 100,00

Jenis Unit Usaha Frekuensi Persentase (%)

Warung makanan 12 75,00 Warung minuman 4 25,00

Jumlah 16 100,00

Pendapatan Frekuensi Persentase (%)

1.000.000 – 3.000.000 7 43,75

Modal Usaha Frekuensi Persentase (%)

< 500.000 3 18,75

500.000 – 2.500.000 8 50,00 2.500.001 – 5.000.000 0 0

>5.000.0001 5 31,25

Gambar

Gambar 2. Alur Pemikiran Penelitian
Tabel 3.  Matriks Metode Analisis Data
tabel sebagai berikut:
Tabel 4. Karakteristik Sosial Ekonomi Wisatawan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan wisata di Situ Pengasinan memberikan dampak ekonomi yang besar terhadap masyarakat lokal baik dampak langsung, tidak langsung dan lanjutan.. Hal ini tercermin

Dampak ekonomi tidak langsung dapat dilihat dari pengeluaran unit usaha didalam kawasan dan pendapatan tenaga kerja yang bekerja pada unit usaha yang berada di kawasan wisata

Penelitian ini memberi gambaran mengenai karakteristik pengunjung dan penilaian mereka terhadap Taman Wisata Alam Situ Gunung, mengkaji fungsi permintaan wisata

bahan baku dan tenaga kerja pembuatan bibit jamur pada unit usaha non plasma. Penerimaan rata-rata usaha pengolahan limbah serbuk gergaji menjadi

Data primer yang dibutuhkan antara lain: karakteristik sosial ekonomi masyarakat, persepsi masyarakat mengenai kerusakan Situ Pladen, total biaya yang dikeluarkan

Data primer diperoleh dari kuesioner &amp; wawancara kepada pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, pendapatan dari unit usaha, pendapatan dan pengeluaran

Untuk menjawab tujuan penelitian akan dilakukan yaitu mengidentifikasi proses pembangunan Apartemen Paltrow City, mengidentifikasi karakteristik masyarakat sekitar,

Menentukan upaya pelestarian keanekaragaman hayati secara in-situ dan ex-situ untuk mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan, sesuai dengan prosedur yang benar.. Menguraikan upaya