• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Permintaan dan Surplus Konsumen Taman Wisata Alam Situ Gunung dengan Metode Biaya Perjalanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Permintaan dan Surplus Konsumen Taman Wisata Alam Situ Gunung dengan Metode Biaya Perjalanan"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN

TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN

METODE BIAYA PERJALANAN

RANI APRILIAN

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(2)

RINGKASAN

RANI APRILIAN. Analisis Permintaan dan Surplus Konsumen Taman Wisata Alam Situ Gunung dengan Metode Biaya Perjalanan. Dibimbing Oleh AHYAR ISMAIL.

Krisis ekonomi global saat ini mulai mengancam beberapa negara di dunia. Sebagai upaya dalam mengatasi krisis ekonomi tersebut, Indonesia memacu laju pertumbuhan ekonominya melalui berbagai sektor. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang berperan besar dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Terlebih lagi, kekayaan alam yang dimiliki oleh Indonesia dapat menjadi modal dalam mendukung pertumbuhan ekonominya. Seiring dengan semakin meningkatnya permintaan masyarakat terhadap wisata saat ini, pemerintah mulai menyadari bahwa sektor pariwisata dapat memberikan keuntungan jangka panjang jika pengelolaan yang dilakukan menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan dan berwawasan lingkungan.

Taman Wisata Alam (TWA) Situ Gunung merupakan tempat wisata yang menawarkan objek rekreasi yang tergolong pada sumberdaya yang bersifat barang publik dimana manfaat ekonomi yang diberikan bersifat intangible, yaitu manfaat ekonomi yang tidak dapat dihitung secara riil karena belum memiliki nilai pasar. Adapun salah satu pendekatan untuk menilai barang-barang non pasar ini adalah Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method).

Penelitian ini memiliki tiga tujuan yaitu: (1) mengidentifikasi karakteristik pengunjung TWA Situ Gunung, (2) mengkaji fungsi permintaan wisata dengan metode biaya perjalanan dan (3) menduga nilai manfaat ekonomi dari tempat wisata tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan kuisioner. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari pengelola TWA Situ Gunung dan studi literatur atau referensi lainnya yang berupa jurnal, artikel, serta penyusuran data melalui internet. Analisis menggunakan Metode Biaya Perjalanan dengan alat pengolah data Stata 9 dan pendugaan surplus konsumen untuk mengetahui nilai manfaat ekonomi diolah dengan Microsoft Excel 2003.

Hasil pengolahan data menunjukkan terdapat beberapa variabel yang berpengaruh terhadap jumlah kunjungan secara signifikan. Adapun variabel-variabel tersebut yaitu :biaya perjalanan, tingkat pendapatan, lama mengetahui TWA Situ Gunung, umur, jenis kelamin pengunjung, waktu tempuh dan daya tarik wisata. Nilai koefisien variabel menentukan kecenderungan dalam meningkatkan atau menurunkan jumlah kunjungan wisata.

Guna menentukan nilai manfaat ekonomi total dari TWA Situ Gunung, surplus konsumen diestimasi berdasarkan fungsi permintaan rekreasi yang telah terbentuk sebelumnya. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai surplus konsumen per kunjungan per individu sebesar Rp 46.847,00. Surplus konsumen merupakan proxy dari Willingness To Pay dari tempat rekreasi yang dikunjungi. Nilai manfaat ekonomi merupakan agregat atau penjumlahan Willingness To Pay

(3)

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN

TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN

METODE BIAYA PERJALANAN

RANI APRILIAN H44052011

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(4)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, September 2009

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 8 April 1987. Penulis merupakan anak kedua dari lima bersaudara pasangan Dayat Hidayat, BA dan Aan Hasanah Spd. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Kenari pada tahun 1993, kemudian melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Dasar Negeri Cisaat Gadis. Pada Tahun 1999, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Cisaat, lalu melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Sukabumi selama 1 semester yang kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Bogor dan masuk dalam program IPA pada tahun 2004. Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di kegiatan kemahasiswaan sebagai staf divisi Study Research and Development Resources Environmental and Economic Student Association (REESA) periode 2007/2008. Selain itu, penulis juga pernah menjabat sebagai Bendahara II dari Unit Kegiatan Mahasiswa

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam penulis kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW. Adapun skripsi ini dibuat sebagai suatu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini berjudul Analisis Permintaan dan Surplus Konsumen Taman Wisata Alam Situ Gunung dengan Metode Biaya Perjalanan. Penelitian ini memberi gambaran mengenai karakteristik pengunjung dan penilaian mereka terhadap Taman Wisata Alam Situ Gunung, mengkaji fungsi permintaan wisata serta menduga nilai manfaat ekonomi dari tempat wisata tersebut melalui pendugaan surplus konsumen dari pengunjung Taman Wisata Alam Situ Gunung.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dari skripsi ini baik dari segi isi maupun teknik penulisan sehingga kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir kata, dengan segala keterbatasannya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, September 2009

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT atas segala ridho dan Rahmat-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi dan pengarahan kepada penulis.

3. Bapak Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T sebagai dosen penguji utama. 4. Ibu Pini Wijayanti, SP Msi. sebagai dosen penguji wakil departemen. 5. Pengelola objek wisata Taman Wisata Alam Situ Gunung yang telah

memberikan informasi dalam skripsi ini.

6. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, FEM IPB.

7. Ibunda, Ayahanda, kakak serta adik-adikku yang telah memberikan curahan kasih sayang, inspirasi hidup dan do’a yang tulus.

8. Sahabat-sahabatku, Ani, Meita, Danti, Asri, Gita, Gian, Ade, Hans, Rendy, Pram, Andita, Tri F, Gusty, Mutiara, Buja, Sahata serta teman-teman seperjuangan di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan 42 untuk kebersamaannya selama ini.

(8)

DAFTAR ISI

2.8.Willingness To Pay... 20

2.9. Regresi Poisson ... 21

2.10. Pendugaan Surplus Konsumen... 22

2.11. Penelitian Terdahulu ... 24

III. KERANGKA PEMIKIRAN... 26

3.1. Objek pariwisata merupakan barang publik... 26

3.2. Permintaan Wisata ... 26

3.3. Metode Biaya perjalanan... 28

3.4. Nilai Manfaat Ekonomi atau Surplus Konsumen... 29

3.5. Kerangka Operasional... 29

IV. METODE PENELITIAN... 34

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

4.2 Metode Pengambilan Contoh... 34

4.3 Pengolahan Data... 35

4.4 Pendugaan Surplus Konsumen... 37

(9)

V. GAMBARAN UMUM... 39

5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis... 39

5.2 Latar Belakang Taman Wisata Alam Situ Gunung... 41

5.3 Sejarah Taman Wisata Alam Situ Gunung ... 42

5.4 Potensi Biotik Kawasan ... 43

5.5 Obyek Wisata ... 44

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG... 45

6.1.13 Jarak Tempuh dan Waktu Tempuh ... 55

6.2 Persepsi Pengunjung ... 57

6.2.1 Keamanan... 57

6.2.2 Penyediaan Fasilitas Rekreasi ... 58

6.2.3 Pelayanan Pengelola... 59

6.2.4 Penyediaan Sarana Informasi... 60

6.2.5 Aksesibilitas ... 61

6.2.6 Kebersihan Tempat Wisata ... 62

6.2.7 Kualitas Udara... 63

6.2.8 Tingkat Kebisingan ... 64

VII. FUNGSI PERMINTAAN WISATA DAN SURPLUS KONSUMEN... 65

7.1 Fungsi Permintaan Wisata dan Interpretasi Model ... 65

7.1.1 Fungsi Permintaan Wisata ... 65

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Penerimaan Devisa Negara Indonesia Tahun 1999-2002

(dalam persen)... 3

2. Keterkaitan antara Tujuan, Jenis Data, Metode Pengambilan Sampel dan Metode Analisis Data ... 38

3. Jumlah Kunjungan di TWA Situ Gunung Periode Mei 2008 -April 2009 ... 41

4. Hasil Analisis Regresi Poisson ... 66

5. Perhitungan Surplus Konsumen... 75

(11)

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN

TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN

METODE BIAYA PERJALANAN

RANI APRILIAN

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(12)

RINGKASAN

RANI APRILIAN. Analisis Permintaan dan Surplus Konsumen Taman Wisata Alam Situ Gunung dengan Metode Biaya Perjalanan. Dibimbing Oleh AHYAR ISMAIL.

Krisis ekonomi global saat ini mulai mengancam beberapa negara di dunia. Sebagai upaya dalam mengatasi krisis ekonomi tersebut, Indonesia memacu laju pertumbuhan ekonominya melalui berbagai sektor. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang berperan besar dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Terlebih lagi, kekayaan alam yang dimiliki oleh Indonesia dapat menjadi modal dalam mendukung pertumbuhan ekonominya. Seiring dengan semakin meningkatnya permintaan masyarakat terhadap wisata saat ini, pemerintah mulai menyadari bahwa sektor pariwisata dapat memberikan keuntungan jangka panjang jika pengelolaan yang dilakukan menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan dan berwawasan lingkungan.

Taman Wisata Alam (TWA) Situ Gunung merupakan tempat wisata yang menawarkan objek rekreasi yang tergolong pada sumberdaya yang bersifat barang publik dimana manfaat ekonomi yang diberikan bersifat intangible, yaitu manfaat ekonomi yang tidak dapat dihitung secara riil karena belum memiliki nilai pasar. Adapun salah satu pendekatan untuk menilai barang-barang non pasar ini adalah Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method).

Penelitian ini memiliki tiga tujuan yaitu: (1) mengidentifikasi karakteristik pengunjung TWA Situ Gunung, (2) mengkaji fungsi permintaan wisata dengan metode biaya perjalanan dan (3) menduga nilai manfaat ekonomi dari tempat wisata tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan kuisioner. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari pengelola TWA Situ Gunung dan studi literatur atau referensi lainnya yang berupa jurnal, artikel, serta penyusuran data melalui internet. Analisis menggunakan Metode Biaya Perjalanan dengan alat pengolah data Stata 9 dan pendugaan surplus konsumen untuk mengetahui nilai manfaat ekonomi diolah dengan Microsoft Excel 2003.

Hasil pengolahan data menunjukkan terdapat beberapa variabel yang berpengaruh terhadap jumlah kunjungan secara signifikan. Adapun variabel-variabel tersebut yaitu :biaya perjalanan, tingkat pendapatan, lama mengetahui TWA Situ Gunung, umur, jenis kelamin pengunjung, waktu tempuh dan daya tarik wisata. Nilai koefisien variabel menentukan kecenderungan dalam meningkatkan atau menurunkan jumlah kunjungan wisata.

Guna menentukan nilai manfaat ekonomi total dari TWA Situ Gunung, surplus konsumen diestimasi berdasarkan fungsi permintaan rekreasi yang telah terbentuk sebelumnya. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai surplus konsumen per kunjungan per individu sebesar Rp 46.847,00. Surplus konsumen merupakan proxy dari Willingness To Pay dari tempat rekreasi yang dikunjungi. Nilai manfaat ekonomi merupakan agregat atau penjumlahan Willingness To Pay

(13)

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN

TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN

METODE BIAYA PERJALANAN

RANI APRILIAN H44052011

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(14)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, September 2009

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 8 April 1987. Penulis merupakan anak kedua dari lima bersaudara pasangan Dayat Hidayat, BA dan Aan Hasanah Spd. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Kenari pada tahun 1993, kemudian melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Dasar Negeri Cisaat Gadis. Pada Tahun 1999, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Cisaat, lalu melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Sukabumi selama 1 semester yang kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Bogor dan masuk dalam program IPA pada tahun 2004. Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di kegiatan kemahasiswaan sebagai staf divisi Study Research and Development Resources Environmental and Economic Student Association (REESA) periode 2007/2008. Selain itu, penulis juga pernah menjabat sebagai Bendahara II dari Unit Kegiatan Mahasiswa

(16)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam penulis kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW. Adapun skripsi ini dibuat sebagai suatu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini berjudul Analisis Permintaan dan Surplus Konsumen Taman Wisata Alam Situ Gunung dengan Metode Biaya Perjalanan. Penelitian ini memberi gambaran mengenai karakteristik pengunjung dan penilaian mereka terhadap Taman Wisata Alam Situ Gunung, mengkaji fungsi permintaan wisata serta menduga nilai manfaat ekonomi dari tempat wisata tersebut melalui pendugaan surplus konsumen dari pengunjung Taman Wisata Alam Situ Gunung.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dari skripsi ini baik dari segi isi maupun teknik penulisan sehingga kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir kata, dengan segala keterbatasannya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, September 2009

(17)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT atas segala ridho dan Rahmat-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi dan pengarahan kepada penulis.

3. Bapak Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T sebagai dosen penguji utama. 4. Ibu Pini Wijayanti, SP Msi. sebagai dosen penguji wakil departemen. 5. Pengelola objek wisata Taman Wisata Alam Situ Gunung yang telah

memberikan informasi dalam skripsi ini.

6. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, FEM IPB.

7. Ibunda, Ayahanda, kakak serta adik-adikku yang telah memberikan curahan kasih sayang, inspirasi hidup dan do’a yang tulus.

8. Sahabat-sahabatku, Ani, Meita, Danti, Asri, Gita, Gian, Ade, Hans, Rendy, Pram, Andita, Tri F, Gusty, Mutiara, Buja, Sahata serta teman-teman seperjuangan di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan 42 untuk kebersamaannya selama ini.

(18)

DAFTAR ISI

2.8.Willingness To Pay... 20

2.9. Regresi Poisson ... 21

2.10. Pendugaan Surplus Konsumen... 22

2.11. Penelitian Terdahulu ... 24

III. KERANGKA PEMIKIRAN... 26

3.1. Objek pariwisata merupakan barang publik... 26

3.2. Permintaan Wisata ... 26

3.3. Metode Biaya perjalanan... 28

3.4. Nilai Manfaat Ekonomi atau Surplus Konsumen... 29

3.5. Kerangka Operasional... 29

IV. METODE PENELITIAN... 34

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

4.2 Metode Pengambilan Contoh... 34

4.3 Pengolahan Data... 35

4.4 Pendugaan Surplus Konsumen... 37

(19)

V. GAMBARAN UMUM... 39

5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis... 39

5.2 Latar Belakang Taman Wisata Alam Situ Gunung... 41

5.3 Sejarah Taman Wisata Alam Situ Gunung ... 42

5.4 Potensi Biotik Kawasan ... 43

5.5 Obyek Wisata ... 44

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG... 45

6.1.13 Jarak Tempuh dan Waktu Tempuh ... 55

6.2 Persepsi Pengunjung ... 57

6.2.1 Keamanan... 57

6.2.2 Penyediaan Fasilitas Rekreasi ... 58

6.2.3 Pelayanan Pengelola... 59

6.2.4 Penyediaan Sarana Informasi... 60

6.2.5 Aksesibilitas ... 61

6.2.6 Kebersihan Tempat Wisata ... 62

6.2.7 Kualitas Udara... 63

6.2.8 Tingkat Kebisingan ... 64

VII. FUNGSI PERMINTAAN WISATA DAN SURPLUS KONSUMEN... 65

7.1 Fungsi Permintaan Wisata dan Interpretasi Model ... 65

7.1.1 Fungsi Permintaan Wisata ... 65

(20)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Penerimaan Devisa Negara Indonesia Tahun 1999-2002

(dalam persen)... 3

2. Keterkaitan antara Tujuan, Jenis Data, Metode Pengambilan Sampel dan Metode Analisis Data ... 38

3. Jumlah Kunjungan di TWA Situ Gunung Periode Mei 2008 -April 2009 ... 41

4. Hasil Analisis Regresi Poisson ... 66

5. Perhitungan Surplus Konsumen... 75

(21)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Penerimaan Devisa Pariwisata, Tahun 2003-2007... 2

2. Klasifikasi valuasi non-market... 16

3. Kurva Permintaan Wisata ... 17

4. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Wisata ... 20

5. Total Surplus Konsumen... 23

6. Surplus Konsumen ... 29

7. Alur Kerangka Pemikiran ... 33

8. Sebaran Umur Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 ... 45

9. Sebaran Derah Asal Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009... 46

10. Sebaran Pendidikan Akhir Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 ... 47

11. Sebaran Jenis Pekerjaan Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 ... 48

12. Sebaran Pendapatan Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009... 49

13. Sebaran Cara Kedatangan Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 ... 50

14. Sebaran Jumlah Rombongan Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009... 51

15. Sebaran Alat Transportasi yang digunakan Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 ... 52

16. Sebaran Sumber Informasi Lokasi Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 ... 53

17. Sebaran Lama Mengetahui Lokasi Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 ... 53

18. Sebaran Tujuan Wisata Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 ... 54

19. Sebaran Lama Kunjungan Wisata Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 ... 55

(22)

21. Sebaran Waktu Tempuh Menuju Lokasi Pengunjung TWA

Situ Gunung Tahun 2009 ... 57 22. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung

Mengenai Keamanan Tahun 2009 ... 58 23. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung

Mengenai Fasilitas Wisata Tahun 2009 ... 58 24. Fasilitas Wisata di TWA Situ Gunung... 59 25. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung

Mengenai Pelayanan Pengelola Tahun 2009 ... 60 26. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung

Mengenai Penyediaan Informasi Tahun 2009... 61 27. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung

Mengenai Aksesibilitas Tahun 2009... 62 28. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung

Mengenai Kebersihan Tahun 2009 ... 63 29. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung

Mengenai Kualitas Udara Tahun 2009 ... 64 30. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung

(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

(24)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Krisis ekonomi global saat ini mulai mengancam beberapa negara. Kondisi tersebut mengharuskan setiap negara tidak terkecuali Indonesia untuk dapat memacu laju pertumbuhan ekonominya sebagai upaya antisipasi terhadap krisis ekonomi tersebut. Dalam rangka peningkatan pertumbuhan ekonomi, Indonesia diharapkan mampu mendorong perkembangan di berbagai sektor.

Pariwisata merupakan salah satu sektor yang cukup berperan besar dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor tersebut mampu meningkatkan cadangan devisa negara, meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitar tempat wisata serta memperluas lapangan kerja. Apabila dikembangkan dengan baik diharapkan sektor pariwisata dapat membantu sebagai katalisator pembangunan di Indonesia (Yoeti, 2008).

(25)

4037.32

Gambar 1. Penerimaan Devisa Pariwisata, Tahun 2003-2007

Sumber : Badan Pusat Statistik (2008)

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2009) mengenai perkembangan pariwisata dan transportasi nasional, secara keseluruhan jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia pada tahun 2008 mencapai 6,23 juta orang atau meningkat 13,24 persen jika dibanding jumlah wisatawan mancanegara tahun 2007 sebesar 5,51 juta. Selanjutnya, penerimaan devisa tahun 2008 mencapai US$ 7,5 milyar atau naik 41,5 persen jika dibanding dengan tahun sebelumnya yang mencapai US$ 5,3 milyar. Kenaikan ini disebabkan karena meningkatnya jumlah wisatawan mancanegara dan pengeluaran per kunjungan, sedangkan jumlah wisatawan dalam negeri jumlahnya lebih besar lagi dan kelompok ini merupakan penggerak utama dari perekonomian nasional (Santosa, 2002).

(26)

memang cukup menjanjikan untuk turut membantu menaikkan cadangan devisa dan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat. Situasi nasional yang kini mulai memperlihatkan perkembangan ke arah kestabilan khususnya dalam bidang politik dan keamanan akan memberikan jaminan kepercayaan kepada wisatawan asing untuk masuk ke wilayah Indonesia. Berikut merupakan tabel mengenai besarnya pendapatan Indonesia dari berbagai sektor.

Tabel 1. Penerimaan Devisa Negara Indonesia Tahun 1999-2002 (dalam persen)

Sumber devisa 1999 2000 2001 2002

Migas

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2005

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Kondisi ini memberikan peluang besar bagi Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan mengembangkan potensi yang dimilikinya. Beragam sumberdaya alam yang ada dapat menjadi modal dalam mendukung pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

(27)

wilayahnya. Terlebih lagi dengan adanya kebijakan otonomi daerah yang memberikan kewenangan pada pemerintah di daerah untuk dapat meningkatkan kesejahteraan warganya dengan menggali dan mengelola sumberdaya alam yang dimilikinya.

Pengelolaan sumberdaya yang optimal ditunjukkan melalui kesesuaian tarif masuk dengan nilai manfaat yang sebenarnya dirasakan wisatawan termasuk biaya pemeliharaan tempat wisata. Selain itu, sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan pengelolaan dan pengembangan potensi lain yang dimiliki suatu tempat wisata, maka penting untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi nilai manfaat ekonomi dari suatu objek wisata, serta karakteristik dari pengunjung dan respon yang timbul jika terdapat perubahan tarif masuk dari tempat wisata tersebut.

Kabupaten Sukabumi berpotensi cukup besar untuk dikelola menjadi daerah tujuan wisata karena terdapat beragam sumberdaya alam menarik di dalamnya. Posisi wilayahnya yang berada di dataran tinggi memberikan nilai tambah untuk menghasilkan suasana sejuk yang alami. Selain itu, akses transportasi terhadap tempat wisata relatif mudah dijangkau. Salah satu obyek wisata di daerah Sukabumi yang potensial menarik perhatian wisatawan domestik adalah Taman Wisata Alam Situ Gunung.

(28)

dilakukan seseorang terhadapnya, tidak akan mengurangi konsumsi orang lain terhadap barang tersebut. Selain itu, barang publik memberikan manfaat ekonomi yang intangible, yaitu manfaat ekonomi yang tidak dapat dihitung secara riil karena belum memiliki nilai pasar seperti rasa nyaman, pemandangan yang indah, udara yang sejuk dan lain sejenisnya.

1.2. Perumusan Masalah

Pariwisata merupakan sektor yang berperan besar terhadap penerimaan negara. Hal tesebut mendorong pemerintah untuk mengembangkan berbagai potensi wisata yang ada, dimana mencakup beragam sumberdaya alam di Indonesia. Pengembangan sektor wisata melalui peningkatan kualitas pengelolaan serta pendugaan nilai manfaat ekonomi dari suatu sumberdaya alam yang dijadikan objek rekreasi menjadi penting untuk dilakukan.

Indonesia memiliki sumber daya alam beranekaragam serta kehidupan sosial budaya yang jarang ditemui di negara lain. Potensi ini menjadikan daya tarik tersendiri bagi wisatawan, sehingga prospek perkembangan pariwisata di Indonesia khususnya untuk wisatawan mancanegara akan berkembang secara positif sejalan dengan upaya pemerintah untuk membenahi unsur-unsur yang berkaitan dengan pariwisata. Guna mendukung hal tersebut, diperlukan peran serta dari berbagai lapisan baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun masyarakat sekitar tempat wisata untuk menjaga, mengembangkan dan melestarikan potensi wisata yang dimilikinya.

(29)

dibandingkan dengan daerah lain di Pulau Jawa. Jika potensi obyek wisata berbasis alam dikelola optimal, maka akan berpeluang meningkatkan pendapatan daerah1.

Pada umumnya potensi wisata yang dimiliki di berbagai daerah merupakan wisata berbasis alam dan lingkungan. Seperti halnya TWA Situ Gunung yang terdapat di Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi. Tempat wisata tersebut menawarkan beragam sumberdaya alam yang potensial untuk dijadikan suatu objek wisata.

Sebagian besar jasa lingkungan yang ditawarkan tidak memiliki nilai pasar sehingga penentuan tarif masuk kawasan wisata belum menunjukkan nilai ekonomi yang sebenarnya dari jasa lingkungan yang didapat. Oleh karena itu, perlu adanya suatu pendekatan untuk menentukan nilai manfaat ekonomi dari jasa lingkungan yang ditawarkan dalam suatu kawasan wisata alam yang nantinya akan dijadikan pertimbangan dalam pengembangan kawasan wisata lebih lanjut.

Pendekatan terhadap harga ini kemudian digunakan untuk mengestimasi besarnya permintaan, surplus konsumen maupun nilai manfaat ekonomi. Adapun salah satu pendekatan untuk menilai barang-barang non pasar ini adalah Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method). Permintaan rekreasi berupa frekwensi kunjungan yang dilakukan wisatawan dalam periode tertentu terhadap TWA Situ Gunung tersebut diduga dapat dipengaruhi oleh pendapatan, tingkat pendidikan, umur, jenis kelamin dan berbagai variabel sosial ekonomi lainnya.

Nilai manfaat ekonomi yang diperoleh penting untuk mengestimasi manfaat yang diterima dan biaya yang dikeluarkan. Nilai manfaat tersebut

1

Kompas. 2009. Ratusan Potensi Belum Tergarap Optimal

(30)

meliputi surplus konsumen yang berguna untuk pengambilan keputusan dan bahan pertimbangan pengembangan tempat wisata sehingga pengelolaan yang dilakukan mendukung tercapainya alokasi sumberdaya optimum.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka muncul beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakah karakteristik dari pengunjung Taman Wisata Alam Situ Gunung?

2. Faktor-faktor sosial ekonomi apa saja yang mempengaruhi permintaan wisata terhadap TWA Situ Gunung?

3. Berapakah nilai manfaat ekonomi TWA Situ Gunung yang bersifat barang publik?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi karakteristik wisatawan yang berkunjung ke TWA Situ Gunung.

2. Mengkaji fungsi permintaan wisata TWA Situ Gunung dengan menggunakan metode biaya perjalanan.

3. Menduga nilai manfaat ekonomi yang dihasilkan TWA Situ Gunung berdasarkan nilai surplus konsumen yang diperoleh pengunjung berdasarkan metode biaya perjalanan.

1.4. Manfaat Penelitian

(31)

1. Menambah wawasan terhadap aplikasi metode kuantitatif dalam menentukan nilai manfaat ekonomi dari suatu sumberdaya alam yang belum memiliki nilai pasar.

2. Bahan pertimbangan bagi pengelola dalam menentukan upaya pengembangan lebih lanjut potensi TWA Situ Gunung.

3. Hasil dari penilaian manfaat ekonomi diharapkan dapat menjadi dasar dalam menentukan alokasi sumberdaya yang optimum.

4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi bagi pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan sumberdaya dan lingkungan.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

1. Penelitian ini membahas mengenai pengukuran nilai manfaat ekonomi dari TWA Situ Gunung berdasarkan metode biaya perjalanan (Travel Cost Method).

2. Penelitian ini membahas satu lokasi wisata dengan karakteristik sumberdaya alam yang dimilikinya.

3. Permintaan manfaat rekreasi merupakan jumlah kunjungan rekreasi selama periode tertentu.

4. Pengunjung pada tahun berjalan dianggap mempunyai distribusi yang sama dengan pengunjung pada saat penelitian.

(32)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pariwisata

Definisi pariwisata berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan Bab I pasal 1 yaitu:

1. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan dengan sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di dalamnya. 2. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.

3. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.

4. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata.

(33)

Pengertian objek dan daya tarik wisata menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 yaitu yang menjadi sasaran perjalanan wisata meliputi :

1. Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna, seperti : pemandangan alam, panorama indah, hutan rimba dengan tumbuhan hutan tropis, serta binatang-binatang langka.

2. Karya manusia yang berwujud peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro (pertanian), wisata tirta (air), wisata petualangan, taman rekreasi, dan tempat hiburan.

3. Sasaran wisata minat khusus, seperti : berburu, mendaki gunung, gua, industri dan kerajinan, tempat perbelanjaan, sungai air deras, tempat-tempat ibadah, tempat-tempat-tempat-tempat ziarah dan lain-lain.

2.2. Rekreasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000), rekreasi adalah penyegaran kembali badan dan pikiran; sesuatu yang menggembirakan hati dan menyegarkan seperti hiburan dan piknik. Adapun ciri-ciri dari rekreasi antara lain sebagai berikut (Pangemanan, 1993):

1. aktivitas rekreasi tidak mempunyai bentuk dan macam tertentu. Semua kegiatan manusia dapat dijadikan sebagai aktivitas rekreasi asalkan dilakukan dalam waktu senggang dan memenuhi tujuan dan maksud positif dari rekreasi.

(34)

3. rekreasi dapat dilakukan oleh perorangan maupun kelompok orang.

4. rekreasi bersifat universal, tidak terbatas oleh umur, bangsa, jenis kelamin, pangkat dan kedudukan sosial.

2.3. Bentuk-bentuk Pariwisata

Menurut Wahab (1992), kepariwisataan tidak menggejala sebagai bentuk tunggal. Istilah ini umum sifatnya yang menggambarkan beberapa bentuk perjalanan dan penginapan sesuai dengan motivasi yang mendasari kepergian tersebut. Orang melakukan perjalanan untuk memperoleh berbagai tujuan dan memuaskan bermacam-macam keinginan. Sebenarnya pariwisata sebagai suatu gejala, terwujud dalam beberapa bentuk yang antara lain sebagai berikut :

1. menurut jumlah orang yang bepergian

a. pariwisata individu, yakni hanya seorang atau satu keluarga yang bepergian.

b. pariwisata rombongan, yakni sekelompok orang yang biasanya terikat hubungan-hubungan tertentu kemudian melakukan perjalanan bersama-sama misalnya klub, sekolah atau suatu touryang diorganisir oleh suatu usaha perjalanan, dan biasanya rombongan ini didampingi oleh seorang pemimpin perjalanan. Jumlah peserta rombongan itu boleh bervariasi tetapi biasanya lebih dari 15 atau 20 orang peserta. 2. menurut maksud bepergian

(35)

b. pariwisata budaya, bermaksud untuk memperkaya informasi dan pengetahuan tentang negara lain dan untuk memuaskan kebutuhan hiburan. Dalam hal ini termasuk pula kunjungan ke pameran-pameran (fair), perayaan-perayaan adat, tempat-tempat cagar alam, cagar purbakala, dan lain-lain.

c. pariwisata pulih sehat, yang memuaskan kebutuhan perawatan medis di daerah atau tempat lain dengan fasilitas penyembuhan, misalnya sumber air panas, tempat-tempat kubangan lumpur yang berkhasiat, perawatan dengan air mineral yang berkhasiat, penyembuhan secara khusus, perawatan dengan pasir hangat, dan lain-lain. Pariwisata ini memerlukan persyaratan-persyaratan tertentu seperti misalnya kebersihan, ketenangan dan taraf hidup yang pantas.

d. pariwisata sport, yang akan memuaskan hobi orang-orang seperti mengail ikan, berburu binatang liar, menyelam ke dasar laut, bermain ski dan mendaki gunung.

(36)

3. menurut alat transportasi

a. pariwisata darat (bis mobil pribadi, kereta api) b. pariwisata tirta (laut, sungai, danau)

c. pariwisata dirgantara 4. menurut letak geografis

a. pariwisata domestik nasional, menunjukkan arus wisata yang dilakukan oleh warga dan penduduk asing yang bertugas di sana, yang terbatas dalam suatu negara tertentu.

b. pariwisata regional, yakni kepergian wisatawan terbatas pada beberapa negara yang membentuk suatu kawasan pariwisata, misalnya perjalanan wisatawan di negara-negara Eropa Barat

c. pariwisata internasional, yang meliputi gerak wisatawan dari satu negara ke negara lain di dunia.

5. menurut umur, dibedakan menjadi pariwisata remaja dan pariwisata dewasa.

6. menurut jenis kelamin, pariwisata dibedakan menjadi pariwisata pria dan pariwisata wanita.

7. menurut tingkat harga dan tingkat sosial, jenis pariwisata terdiri dari pariwisata taraf lux, pariwisata taraf menengah dan pariwisata taraf jelata. 2.4. Taman Wisata Alam

(37)

utama untuk dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi alam. Pengertian Kawasan Alam itu sendiri adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

Pada pasal 33 dalam PP RI Nomor 68 Tahun 1998 tersebut dijelaskan pula bahwa suatu kawasan ditetapkan sebagai Kawasan Taman Wisata Alam, apabila telah memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau ekosistem gejala alam serta formasi geologi yang menarik,

2. mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian fungsi potensi dan daya tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam, 3. kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan

pariwisata alam. 2.5. Barang Publik

Suatu barang publik merupakan barang-barang yang tidak dapat dibatasi siapa penggunanya dan sebisa mungkin seseorang tidak perlu mengeluarkan biaya untuk mendapatkannya. Barang publik (public goods) adalah barang yang apabila dikonsumsi oleh individu tertentu tidak akan mengurangi konsumsi orang lain akan barang tersebut. Selanjutnya, barang publik sempurna (pure public goods) didefinisikan sebagai barang yang harus disediakan dalam jumlah dan kualitas yang sama terhadap seluruh anggota masyarakat (Aristo, 2005).

(38)

Non-rivalry.

Non-rivalry dalam penggunaan barang publik berarti bahwa penggunaan satu konsumen terhadap suatu barang tidak akan mengurangi kesempatan konsumen lain untuk juga mengkonsumsi barang tersebut. Setiap orang dapat mengambil manfaat dari barang tersebut tanpa mempengaruhi manfaat yang diperoleh orang lain.

Non-excludable.

Sifat non-excludablebarang publik ini berarti bahwa apabila suatu barang publik tersedia, tidak ada yang dapat menghalangi siapapun untuk memperoleh manfaat dari barang tersebut, dengan kata lain setiap orang memiliki akses ke barang tersebut. Dalam konteks pasar, maka baik mereka yang membayar maupun tidak membayar dapat menikmati barang tersebut. Sebuah barang publik disebut sebagai pure public goodsatau barang publik murni apabila memiliki dua sifat ini secara absolut.

2.6. Penilaian Ekonomi

Penilaian ekonomi atau economic valuation adalah sebuah upaya untuk memberikan nilai kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan sumberdaya alam dan lingkungan terlepas dari apakah nilai pasar tersedia bagi barang dan jasa tersebut. Secara umum, teknik valuasi ekonomi sumberdaya yang tidak dapat dipasarkan (non-market valuation) dapat digolongkan ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah teknik valuasi yang mengandalkan harga implisit dimana Willingness to Pay (WTP) terungkap melalui model yang dikembangkan. Teknik ini sering disebut teknik yang mengandalkan revealed

(39)

Travel Cost Method, Hedonic Pricing dan teknik Random Utility Model. Kelompok kedua adalah teknik valuasi yang didasarkan pada survei dimana keinginan membayar atau WTP diperoleh langsung dari responden, yang langsung diungkapkannya secara lisan maupun tertulis. Salah satu teknik yang populer dalam kelompok ini adalah yang disebut dengan Contingent Valuation Method

(CVM) dan Discrete Choice Method (Fauzi, 2006). Secara skematis, teknik valuasi non-markettersebut dapat dilihat pada tampilan berikut :

Gambar 2. Klasifikasi Valuasi Non-market

Sumber : Fauzi, 2006

2.7. Permintaan Wisata

Definisi permintaan wisata berdasarkan beberapa ahli antara lain2:

1. Ekonomi, dimana permintaan pariwisata menggunakan pendekatan elastisitas permintaan atau pendapatan dalam menggambarkan hubungan antara permintaan dengan tingkat harap ataukah permintaan dengan variabel lainnya. Hal ini dapat diterangkan dalam kurva sebagai berikut :

2

Ariyanto, E. 2004. Ekonomi Pariwisata. http://www.geocities.com/ariyanto_eks79/home.htm

(40)

a.Faktor Harga terhadap Permintaan b.Faktor Nonharga terhadap Permintaan

Gambar 3. Kurva Permintaan Wisata

Sumber: Ariyanto, 2004

Gambar tersebut menunjukkan perubahan yang terjadi pada kurva permintaan. Pada panel a, perubahan sepanjang kurva permintaan berlaku apabila harga barang yang diminta menjadi makin tinggi atau makin menurun. Sedangkan pada panel b, kurva permintaan akan bergerak ke kanan atau ke kiri apabila terdapat perubahan–perubahan terhadap permintaan yang ditimbulkan oleh faktor- faktor bukan harga. Seperti jika harga barang lain, pendapatan para pembeli dan berbagai faktor bukan harga lainnya mengalami perubahan, maka perubahan itu akan menyebabkan kurva permintaan berpindah ke kanan atau ke kiri. 2. Geografi, menafsirkan permintaan dengan lebih luas dari sekedar pengaruh

harga, sebagai penentu permintaan karena termasuk yang telah melakukan perjalanan maupun yang belum mampu melakukan wisata karena suatu alasan tertentu.

(41)

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pariwisata adalah3: 1. Harga, dimana dengan harga yang tinggi pada suatu daerah tujuan wisata

maka akan memberikan imbas atau timbal balik pada wisatawan yang akan bepergian atau calon wisatawan, sehingga permintaan wisatapun akan berkurang, begitupula sebaliknya.

2. Pendapatan, apabila pendapatan suatu negara tinggi maka kecenderungan untuk memilih daerah tujuan wisata sebagai tempat berlibur akan semakin tinggi dan bisa jadi mereka membuat sebuah usaha pada daerah tujuan wisata jika dianggap menguntungkan.

3. Sosial Budaya, dengan adanya sosial budaya yang unik dan bercirikan atau dengan kata lain berbeda dari apa yang ada di negara calon wisatawan berasal, maka peningkatan permintaan terhadap wisata akan tinggi. Hal ini akan membuat sebuah keingintahuan dan penggalian informasi sebagai khasanah kekayaan pola pikir budaya mereka.

4. Sosial Politik, dampak sosial politik belum terlihat apabila keadaan daerah tujuan wisata dalam situasi aman dan tentram, tetapi apabila hal tersebut berseberangan dengan kenyataan, maka sosial politik akan terasa dampak atau pengaruhnya dalam terjadinya permintaan.

5. Intensitas Keluarga, banyak atau sedikitnya keluarga juga berperan serta dalam permintaan wisata. Hal ini dapat diratifikasi bahwa jumlah keluarga yang banyak maka keinginan untuk berlibur tersebut akan semakin besar, hal ini dapat dilihat dari kepentingan wisata itu sendiri.

3

Ariyanto, E. 2004. Ekonomi Pariwisata. http://www.geocities.com/ariyanto_eks79/home.htm

(42)

6. Harga barang Substitusi, disamping kelima aspek tersebut, harga barang pengganti juga termasuk dalam aspek permintaan, dimana barang-barang pengganti dimisalkan sebagai pengganti daerah tujuan wisata yang dijadikan cadangan dalam berwisata, seperti: Bali sebagai tujuan wisata utama di Indonesia, akibat suatu hal Bali tidak dapat memberikan kemampuan dalam memenuhi syarat-syarat daerah tujuan wisata sehingga secara tidak langsung wisatawan akan mengubah tujuannya ke daerah terdekat seperti Malaysia (Kuala Lumpur dan Singapura).

7. Harga barang Komplementer, merupakan sebuah barang yang saling membantu dengan kata lain barang komplementer adalah barang yang saling melengkapi, apabila dikaitkan dengan pariwisata barang komplementer ini sebagai obyek wisata yang saling melengkapi dengan obyek wisata lainnya.

(43)

Menurut Wahab (2003), ada banyak faktor ekstern atau intern yang besar pengaruhnya dalam diri seseorang ketika mengambil keputusan untuk melakukan kegiatan berwisata atau tidak. Adapun faktor-faktor tersebut ditunjukkan dalam gambar berikut ini :

Gambar 4. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Wisata

Sumber : Wahab, 2003

2.8. Willingness To Pay

Salah satu tolok ukur yang relatif mudah dan bisa dijadikan persepsi bersama berbagai disiplin ilmu adalah pemberian harga (price tag) pada barang dan jasa yang dihasilkan sumber daya alam dan lingkungan. Maka dari itu, industri pariwisata di dalam negara tersebut, transportasi).

- fasilitas wisata (prosedur kunjungan, bea cukai dan lain-lain).

- kondisi lingkungan ( sikap masyarakat setempat terhadap orang asing, keramah tamahan dan sikap mudah bergaul).

- susunan kependudukan (umur, jenis kelamin, dan urbanisasi)

- situasi politik (kestabilannya, tingkat kebebasan warganya).

- keadaan geografis (jarak dari negara pasaran sumber wisatawan, keindahan panorama dan lain-lain).

RASIONAL

(dorongan yang disadari)

- lingkup pergaulan dan ikatan-ikatan keluarga

- tingkah laku prestise - tiruan dan mode

- pengaguman pribadi (dalam pola tingkah laku)

- perasaan-perasaan keagamaan - hubungan masyarakat dan promosi

pariwisata

- iklan dan penyebaran informasi pariwisata

(44)

digunakan apa yang disebut dengan nilai ekonomi sumberdaya alam (Fauzi, 2006).

Selanjutnya Fauzi (2006) juga menyatakan secara umum, nilai ekonomi didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya. Secara formal, konsep ini disebut keinginan membayar (Willingness To Pay) seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan, dengan menggunakan pengukuran ini, nilai ekologis ekosistem dapat diterjemahkan ke dalam bahasa ekonomi dengan mengukur nilai moneter barang dan jasa.

Haab dan McConnell (2002), menyatakan bahwa pengukuran WTP yang dapat diterima atau reasonableharus memenuhi syarat :

1. WTP tidak memiliki batas bawah yang negatif. 2. Batas atas WTP tidak boleh melebihi pendapatan.

3. Adanya konsistensi antara keacakan (randomness) pendugaan dan keacakan perhitungannya.

Pada pengukuran nilai sumber daya alam, nilai tersebut tidak selalu harus diperdagangkan untuk mengukur nilai moneternya. Adapun yang diperlukan disini adalah pengukuran seberapa besar kemampuan membayar (purchasing power) masyarakat untuk memperoleh barang dan jasa dari sumber daya (Fauzi, 2006).

2.9. Regresi Poisson

(45)

Jika terdapat variabel respon yang berupa variabel numerik diskrit dan berdistribusi Poisson, maka analisis regresi linier kurang tepat digunakan, dan regresi yang tepat digunakan adalah regresi Poisson (Sundayani, 2004). Menurut Hogg and Craig (1970) dalam Sundayani (2004), jika suatu variabel random mempunyai tipe diskrit dan menyatakan banyaknya kejadian dalam interval tertentu (waktu, area, dan lain-lain), maka variabel random tersebut berdistribusi Poisson.

Menurut Wijayanti (2003), estimator model permintaan rekreasi sering dibuat dalam bentuk fungsi kontinu, yang diduga dengan OLS (Ordinary Least Square). Namun sifat permintaan rekreasi mengandung masalah-masalah yang rumit, antara lain :

1. Trip (jumlah kunjungan wisata) adalah kuantitas non negatif

2. Metode pengumpulan data adalah survey di lokasi sehingga pengunjung melakukan kunjungan nol tidak akan diperoleh

3. Trip tidak tersedia dalam kuantitas kontinyu

Menurut Smith dan Desvausges (1985) dalam Rahayu (1999), penggunaan metode OLS dalam mengestimasi permintaan rekreasi akan menghasilkan koefisien regresi yang bersifat bias, karena fungsi permintaan rekreasi merupakan data cacah (count data) dari jumlah kunjungan dalam semusim atau setahun, sehingga dependent variable merupakan bilangan bulat positif..

2.10. Pendugaan Surplus Konsumen

(46)

partisipasinya di suatu pasar. Surplus konsumen dapat dihitung dengan mencari luas daerah di bawah kurva permintaan dan di atas harga.

Gambar 5 menunjukkan supplybarang X terhadap individu sebanyak 0x1. Nilai marjinal X adalah 0P1. Guna membeli 0x1 barang X, pengeluaran uang adalah harga dikalikan dengan kuantitas yang dikonsumsi, atau daerah segiempat 0P1AX1. Kemauan membayar total jelas melebihi jumlah ini, karena jumlah tersebut adalah hasil penjumlahan nilai-nilai marjinal X dari 0 hingga X1, yaitu daerah 0DAX1. Daerah ini merupakan penggambaran tingkat faedah total dan merupakan manfaat kotor atau total dalam perhitungan manfaat-biaya. Daerah yang diarsir DAP1dikenal dengan nama surplus konsumen dan merupakan ukuran kemauan membayar di atas pengeluaran kas untuk konsumsi (Hufschmidt et al.,

1987).

Surplus konsumen merupakan perbedaan antara jumlah yang dibayarkan oleh pembeli untuk suatu produk dan kesediaan untuk membayar. Selain itu, surplus konsumen haruslah selalu ditambahkan pada nilai pasar barang-barang dan jasa-jasa yang dikonsumsikan agar diperoleh estimasi yang sebenarnya manfaat ekonomi total (Hufschmidt et al., 1987).

Gambar 5. Total Surplus Konsumen adalah bidang di bawah kurva permintaan dan di atas garis harga

(47)

Pangemanan (1993) dalam penelitiannya di Taman Nasional Bunaken Sulawesi Utara, menduga fungsi permintaan dan manfaat dengan menggunakan metode biaya perjalanan. Penelitian dilakukan dengan mengaplikasikan Zonal Travel Cost Method. Dari hasil analisis diketahui bahwa nilai biaya perjalanan dapat digunakan sebagai nilai pengganti bagi harga pasar barang publik (obyek wisata Bunaken) melalui mekanisme pasar. Hal ini dapat dibuktikan dari tanda koefisien regresi biaya perjalanan yang negatif dan nyata pada taraf kesalahan 1 persen.

Sabda (2003) menduga fungsi permintaan dan manfaat rekreasi di Obyek Wisata Pasir Putih Kabupaten Situbondo Jawa timur. Penelitian tersebut mengkaji pengaruh dua faktor ekonomi yaitu biaya perjalanan dan pendapatan perkapita terhadap laju kunjungan wisatawan. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa kedua variabel tersebut mempengaruhi laju kunjungan wisatawan ke Obyek Wisata Pasir Putih secara nyata, biaya perjalanan merupakan faktor pembatas partisipasi seseorang dalam menikmati Obyek Wisata Pasir Putih.

(48)

biaya perjalanan Rp 1.473.094.600,00 lebih besar jika dibandingkan dengan nilai manfaat rekreasi tahunan dengan pendekatan kontingensi Rp 202.530.400. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendekatan biaya perjalanan lebih tepat digunakan untuk kasus Taman Wisata Danau Lido jika dibandingkan dengan pendekatan kontingensi.

Suharti (2007) dalam penelitiannya di di Kebun Wisata Pasir Mukti menduga permintaan dan surplus konsumen dengan menggunakan metode biaya perjalanan. Nilai manfaat ekonomi tersebut dapat diketahui dengan menggunakan

Individual Travel Cost Method. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar biaya masuk / karcis responden berada di bawah Rp 34.000,00. Adapun variabel-variabel yang berpengaruh nyata pada taraf 15 % antara lain biaya perjalanan, pendapatan individu per tahun, jumlah rombongan, jarak tempuh, lama mengetahui Kebun Wisata Pasir Mukti, jumlah rekreasi selama satu tahun, daya tarik, tempat wisata alternatif, jenis kelamin dan status hari.

(49)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Objek Pariwisata Sebagai Barang Publik (Public Goods)

Beragam potensi pariwisata yang ada di berbagai daerah di Indonesia sangat erat kaitannya dengan sumberdaya alam dan lingkungan. Sumberdaya alam yang alami pada umumnya termasuk kriteria barang publik. Barang publik atau

public goods merupakan barang yang jika dikonsumsi oleh seseorang tidak akan mengurangi kesempatan orang lain untuk mengkonsumsi barang tersebut. Selain itu, barang publik juga memiliki sifat non excludable yang berarti seseorang tidak dapat membatasi akses orang lain terhadap sumberdaya tersebut.

Manfaat ekonomi dari suatu barang publik sulit untuk diukur. Hal ini dikarenakan belum adanya nilai pasar untuk sumberdaya tersebut, dengan kata lain bersifat intangible. Maka dengan demikian diperlukan suatu pendekatan untuk mengukur seberapa besar nilai manfaat ekonomi yang dihasilkan dari suatu sumberdaya alam.

3.2. Permintaan Wisata

Menurut Sinaga (1995), permintaan wisata terbagi ke dalam dua bagian, yaitu : 1) permintaan potensial (potential demand), yaitu sejumlah orang yang memenuhi syarat minimal untuk melakukan perjalanan rekreasi karena mempunyai uang, keadaan fisik masih kuat, hanya masih belum mempunyai waktu senggang untuk bepergian sebagai wisatawan, 2) permintaan aktual (actual demand), yaitu sejumlah orang yang sedang melakukan perjalanan rekreasi ke suatu daerah tujuan tertentu.

(50)

1. Faktor individu atau faktor yang berhubungan dengan konsumen potensial a) jumlah individu yang berada di sekitar tempat wisata,

b) distribusi (penyebaran) geografis daerah konsumen potensial yang berkaitan dengan kemudahan atau kesulitan untuk mencapai areal wisata,

c) karakteristik sosial ekonomi seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, dan tingkat pendidikan,

d) pendapatan perkapita rata-rata, distribusi pendapatan masing-masing individu untuk keperluannya,

e) rata-rata waktu luang dan alokasinya,

f) pendidikan khusus, pengalaman dan pengetahuan yang berhubungan dengan rekreasi.

2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan tempat wisata, adalah: a) keindahan dan daya tarik,

b) intensitas dan sifat pengelolaannya, c) alternatif pilihan tempat wisata lain,

d) kapasitas akomodasi untuk keperluan potensial, e) karakteristik iklim dan cuaca tempat wisata.

3. Hubungan konsumen potensial dengan tempat wisata, adalah:

a) lama waktu perjalanan yang diperlukan dari tempat tinggal ke tempat wisata,

b) kesenangan (kenyamanan) dalam perjalanan,

(51)

d) meningkatnya permintaan wisata sebagai akibat promosi yang menarik.

3.3. Metode Biaya Perjalanan

Travel Cost Method atau metode biaya perjalanan digunakan untuk mengetahui nilai kegunaan (use value) dari sumberdaya melalui pendekatan

(proxy). Biaya yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi jasa dari sumberdaya digunakan sebagai proxy untuk menentukan harga dari sumberdaya tersebut. Metode ini terdiri dari dua pendekatan yaitu Zonal Travel Cost Method (ZTCM) dan Individual Travel Cost Method (ITCM). ZTCM merupakan estimasi Travel Cost Method berdasarkan data yang berhubungan dengan zona asal pengunjung (pengelompokan zona asal). Sedangkan ITCM merupakan estimasi Travel Cost Method berdasarkan data survei dari setiap individu (pengunjung), bukan berdasarkan pengelompokan zona.

Pada penelitian ini digunakan pendekatan Individual Travel Cost Method

(52)

perjalanan itu sebagai representasi dari nilai atau harga dari lokasi kunjungan itu. (Turner et al, 1994).

3.4. Nilai Manfaat Ekonomi atau Surplus Konsumen

Nilai surplus konsumen diartikan sebagai tambahan nilai yang diterima individu untuk konsumsi sebuah barang melebihi dari yang dibayarkan (Nicholson, 2002). Nilai yang bersedia dibayar oleh seseorang untuk memperoleh haknya mengkonsumsi suatu barang pada harga yang sedang berlaku.

Konsep ini diilustrasikan pada Gambar 6 berikut :

Gambar 6. Surplus Konsumen

Sumber: Nicholson, 2002

Pada harga P0konsumen ini meminta sebesar X0 seperti ditunjukkan oleh kurva permintaan hx. Jika harga naik ke P1(mengurangi konsumsi X ke kuantitas nol) konsumen ini akan membutuhkan tambahan pendapatn P1E0P0untuk menjaga kesejahteraannya tetap sama. Daerah ini disebut surplus konsumen.

3.5. Kerangka Operasional

Pembangunan di Indonesia saat ini mulai berorientasi terhadap pengembangan di sektor industri pariwisata. Hal ini dikarenakan sektor pariwisata dinilai mampu bertahan, tidak terpengaruh krisis keuangan yang terjadi di dalam negeri serta memberikan efek berantai terhadap distribusi pendapatan penduduk di

Harga

P0

E0

0

X0

Kuantitas X per periode P1

(53)

sekitar kawasan wisata. Terlebih lagi sektor pariwisata merupakan sektor yang nir

konflik.

Pada dasarnya potensi objek wisata yang terdapat di daerah-daerah erat kaitannya dengan sumberdaya alam. Potensi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya tersebut, perlu dikembangkan dan dimanfaatkan untuk kepentingan dan kesejahteraan masyarakat tanpa melupakan upaya konservasi sehingga tetap tercapai keseimbangan antara perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan yang lestari.

TWA Situ Gunung yang berada di Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi, merupakan suatu kawasan wisata yang sangat potensial untuk dikembangkan lebih lanjut karena beragam potensi yang terdapat di dalamnya. Saat ini, objek wisata tersebut selain menjadi kawasan pelestarian juga menjadi sarana rekreasi. Panorama alam yang indah, danau, air terjun, flora dan fauna serta sejuknya udara pegunungan menjadi daya tarik dan objek wisata dari tempat wisata tersebut. Hal tersebut merupakan peluang besar bagi daerah setempat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya melalui sektor pariwisata. Terlebih lagi, saat ini motivasi kunjungan wisatawan mayoritas masih berorientasi pada wisata sumber daya alam.

(54)

meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang dicirikan oleh tingginya aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan yang ditawarkan.

Berdasarkan uraian dan kondisi indikator di atas, menggambarkan bahwa ketersediaan potensi sumber daya dan peluang yang besar belum menjamin kesejahteraan masyarakatnya. Ini berarti, dalam pengelolaan pariwisata diperlukan upaya-upaya keras yang bersifat integratif dan kolektif serta terobosan-terobosan baru yang melibatkan seluruh pihak terkait (multi stakeholders)4.

Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam meningkatkan kualitas pengembangan ekowisata, antara lain ekologi, etnologi atau budaya, ekonomi, edukasi, dan masalah estetika meliputi interior atau konsep bangunan5. Terkait dengan faktor ekonomi, sebagian besar potensi wisata alam yang ditawarkan di TWA Situ Gunung tidak memiliki nilai pasar sehingga penentuan tarif masuk kawasan wisata belum menunjukkan nilai ekonomi yang sebenarnya dari jasa lingkungan yang didapat. Oleh karena itu, perlu adanya suatu pendekatan untuk menentukan nilai manfaat ekonomi dari jasa lingkungan yang ditawarkan dalam suatu kawasan wisata alam yang nantinya akan dijadikan pertimbangan dalam pengembangan kawasan wisata lebih lanjut.

Potensi alam yang terdapat di TWA Situ Gunung merupakan sumber daya alam yang tergolong barang publik dimana sumberdaya tersebut memiliki kriteria

non rivalryand non excludable. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan suatu penilaian manfaat ekonomi dari TWA Situ Gunung agar alokasi sumberdaya tersebut menjadi optimum.

4

Profil Kabupaten Sukabumi. http://ppkipm.sukabumikab.net/?pilih=hal&id=2. Diakses: 4 September, 2009

5

Kompas. 2009. Ratusan Potensi Belum Tergarap

(55)

Guna mendapatkan nilai manfaat ekonomi tersebut, maka perlu diketahui terlebih dahulu karakteristik dari pengunjung TWA Situ Gunung serta menentukan fungsi permintaan wisata berdasarkan frekwensi kunjungan. Adapun karakteristik tersebut meliputi faktor sosial ekonomi pengunjung TWA Situ Gunung seperti pendapatan pengunjung, tingkat pendidikan pengunjung, umur dan jenis kelamin pengunjung, jumlah anggota rombongan, jarak tempuh, waktu tempuh, lamanya rekreasi, daerah asal, pengetahuan pengunjung, pekerjaan pengunjung, daya tarik lokasi, dan status hari kunjungan wisatawan.

(56)

Keterangan :

Belum optimalnya pengelolaan TWA Situ Gunung Secara Ekonomi

(57)

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di TWA Situ Gunung yang terletak di kaki Gunung Gede Pangrango, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan mempertimbangkan bahwa di kawasan tersebut memiliki beragam sumberdaya alam yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai suatu obyek wisata. Adapun pengambilan data primer dilakukan selama selang waktu ± 2 bulan, yaitu dari awal bulan April sampai akhir bulan Mei 2009.

4.2. Metode Pengambilan Contoh

Pengambilan sampel dilakukan secara purposiveatau judgmental sampling

yang digunakan dengan menentukan kriteria khusus terhadap pengunjung TWA Situ Gunung. Adapun kriteria yang dikehendaki adalah pengunjung berusia di atas 15 tahun, dapat berkomunikasi dengan baik dan bersedia menjadi responden dengan menjawab daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya.

Respoden dalam penelitian ini sebanyak 100 orang. Angka tersebut ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin (Sevilla, 1993) yaitu :

η = N Keterangan :

1+ Ne2 η = ukuran sampel, N = ukuran populasi,

(58)

Menurut data yang diperoleh dari pengelola TWA Situ Gunung, jumlah kunjungan rata-rata pada periode Mei 2008-April 2009 terhadap lokasi wisata tersebut adalah sebesar 2.385 orang. Berdasarkan rumus tersebut didapatkan jumlah sampel sebanyak 100 responden dengan batas kesalahan sebesar 10%. Pengunjung yang datang berkelompok atau rombongan dipilih beberapa orang sebagai wakil kelompoknya.

Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survei yaitu melalui wawancara, kuesioner dan observasi. Data yang dikumpulkan terdiri dari dua jenis yakni data primer dan data sekunder.

Data primer meliputi :

1. karakteristik pengunjung seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, motivasi kunjungan dan cara kedatangan.

2. daerah asal,

3. banyaknya kunjungan rekreasi yang dilakukan,

4. total biaya rekreasi yang dikeluarkan oleh tiap individu,

5. penilaian pengunjung terhadap kawasan dan pelayanan seperti lokasi, kebersihan, kualitas lingkungan, fasilitas rekreasi, keamanan, maupun pelayanan dan informasi dari pengelola.

Data sekunder yang diperlukan meliputi karakteristik TWA Situ Gunung seperti sejarah dan status kawasan, luas kawasan, lokasi, keadaan fisik, potensi wisata, fasilitas penunjang dan lain sebagainya yang didapat dari studi literatur.

4.3. Pengolahan Data

(59)

poisson. Pendugaan kunjungan ke TWA Situ Gunung dapat dilakukan dengan

Individual Travel Cost Methodtiap individu per tahun kunjungan, yaitu :

Y = b0+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+b6X6+b7X7+b8X8+b9X9+b10X10 +b11D1+b12D2+ b13D3+ei

b1, b2, b3, b4, b5, b6, b7, b8, b9. b10 = Koefisien regresi untuk faktor X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7, X8, X9, dan X10. b11, b12, b13 = Koefisien regresi untuk faktor D1, D2, D3. Parameter yang diharapkan: b1, b6, b7, b10 < 0, b2, b3, b4, b5,, b8, b9 . b11, b12, b13> 0

dimana:

Y = Jumlah kunjungan ke lokasi TWA Situ Gunung dalam satu tahun terakhir atau pada tahun diadakan penelitian (tahun 2009) dengan kata lain frekuensi kunjungan per tahun.

b0 = Konstanta

X1 = Biaya perjalanan individu ke lokasi TWA Situ Gunung (rupiah per orang).

X2 = Pendapatan responden (rupiah per tahun).

X3 = Tingkat pendidikan responden, dihitung berdasarkan tahun mengenyam pendidikan (tahun).

X4 = Umur responden (tahun).

X5 = Jumlah anggota rombongan yang ikut serta melakukan rekreasi (orang).

(60)

X7 = Waktu tempuh dari tempat keberangkatan hingga kembali ke tempat asal (jam).

X8 = Waktu yang dihabiskan responden di lokasi wisata (jam).

X9 = Pengetahuan pengunjung mengenai tempat wisata yang dituju. Dihitung berdasarkan jangka waktu responden mengetahui tempat wisata tersebut (tahun).

X10 = Jumlah tanggungan pengunjung (orang).

D1 = Dummy daya tarik lokasi yang menyebabkan pengunjung ingin melakukan kunjungan kembali atau tidak, dimana semakin baik respon pengunjung maka semakin sering seseorang untuk melakukan kunjungan lagi ke lokasi ini. Daya tarik dikategorikan menjadi : ingin berkunjung kembali (1) dan tidak ingin berkunjung kembali (0).

D2 = Dummy status hari pengunjung melakukan wisata, yang dikategorikan dimana hari libur (0) dan hari biasa (1).

D3 = Dummy jenis kelamin, dimana laki-laki dikategorikan (1) dan perempuan (0).

ei = Error term.

4.4. Pendugaan Surplus Konsumen

Setelah mengetahui fungsi permintaan maka kita dapat mengukur surplus konsumen yang merupakan proxydari nilai WTP terhadap lokasi rekreasi. Surplus konsumen tersebut dapat diukur melalui formula :

(61)

dengan Y adalah jumlah kunjungan yang dilakukan oleh individu i dan b1 adalah koefisien dari biaya perjalanan (Fauzi, 2006).

4.5. Hipotesis Penelitian

1. Biaya perjalanan ke lokasi wisata, jarak tempuh, waktu tempuh dan jumlah tanggungan keluarga diduga berpengaruh nyata secara negatif terhadap kunjungan ke Taman Wisata Alam Situ Gunung.

2. Pendapatan, umur, jumlah rombongan, lamanya kunjungan wisata dan lama mengetahui lokasi diduga berpengaruh nyata secara positif terhadap kunjungan ke Taman Wisata Alam Situ Gunung.

3. Jenis kelamin, daya tarik dan status hari diperkirakan dapat berpengaruh nyata terhadap kunjungan ke Taman Wisata Alam Situ Gunung.

Keterkaitan dalam metode penelitian ditunjukkan pada Tabel 2 berikut ini.

(62)

V. GAMBARAN UMUM

5.1. Lokasi dan Kondisi Geografis

Taman Wisata Alam Situ Gunung mempunyai luas 120 Ha. Secara administrasi pemerintahan, tempat wisata ini terletak di Desa Gede Pangrango, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi. Secara astronomis berada pada koordinat 106o 54’ 37” - 106o55’ 30” BT dan 06o39’ 40” – 06o41’ 12” LS.

TWA Situ Gunung terletak di kaki Gunung Gede Pangrango pada ketinggian antara 950-1.150 meter di atas permukaan laut. Keadaan topografinya sebagian kecil datar dan sebagian besar berbukit. Adapun curah hujan di area ini berkisar antara 3.500- 4.000 mm pertahun dengan 106 - 187 hari hujan per tahun. Suhu udara berkisar 16 - 28oC dengan kelembaban rata-rata 84%.

Cara untuk mencapai Taman Wisata Alam Situ Gunung dapat ditempuh melalui dua jalur yaitu :

1. Jakarta – Bogor – Cisaat – Situ Gunung yang jaraknya mencapai 123 km. 2. Bandung – Sukabumi – Cisaat dengan jarak kurang lebih 108 km.

Lokasi TWA Situ Gunung dapat dicapai dengan mudah. Adapun sarana yang tersedia untuk menuju lokasi tersebut salah satunya yaitu kendaraan umum dengan trayek Kadudampit - Cisaat. Jarak tempuh dari Cisaat ke Situ Gunung kurang lebih 7 km. Jalan menuju Taman Wisata Alam Situ Gunung merupakan jalan aspal yang dapat dilalui baik oleh kendaraan roda dua, kendaraan roda empat maupun bus atau truk.

Gambar

Gambar 2. Klasifikasi Valuasi Non-market
Gambar 3. Kurva Permintaan Wisata
gambar berikut ini :
Gambar 5.Total Surplus Konsumen adalah bidang di bawah kurva
+7

Referensi

Dokumen terkait

ALI SUNANTA DWI PUTRA. Evaluasi Taman Wisata Alam Gunung Pancar, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh HADI SUSILO ARIFIN. Ekowisata adalah perjalanan yang disengaja ke

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah responden (pengunjung) di Taman Wisata Alam Punti Kayu. Jumlah responden pada penelitian ini adalah 100 pengunjung. Data

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung melalui survei dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada masyarakat sekitar kawasan Taman Wisata Alam Gunung

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah responden (pengunjung) di Taman Wisata Alam Punti Kayu. Jumlah responden pada penelitian ini adalah 100 pengunjung. Data

Berdasarkan permasalahan ini perlu dilakukan penelitiaan tentang “Analisis Tingkat Kepuasan Wisatawan Mancanegara Pengunjung Objek Wisata Alam Taman Nasional Gunung Leuser di

Dari beberapa penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa “Wisata Alam Jurang Jero: Pengembangan Ekologi-Wisata Kolaborasi Taman Nasional Gunung Merapi dan Masyarakat.”

Tabel 28 di atas menunjukkan bahwa alasan terbesar masyarakat yaitu sebesar 87,50 persen mendukung program kegiatan wisata alam karena dari TWA Gunung Meja pengunjung dapat

Hasil ANOVA dan uji hipotesis dua rata-rata menunjukkan bahwa penentuan prioritas pelayanan yang dapat dilakukan oleh Taman Wisata Alam Gunung Papandayan Garut adalah memberi