• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA

PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN

METODE BIAYA PERJALANAN

TRI FIRANDARI

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

(2)

RINGKASAN

TRI FIRANDARI. Analisis Permintaan dan Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ Gintung-3 dengan Metode Biaya Perjalanan. Dibimbing Oleh METI EKAYANI.

Pulau Situ Gintung-3 (PSG-3) merupakan wisata alam yang terletak di satelit kota Jakarta yang memiliki manfaat sebagai tempat untuk rekreasi, camping, family gathering, outbound, olahraga tenis, kontes burung perkutut, pemotretan, video shooting dan lainnya. PSG-3 dengan sumber daya alam yang dimilikinya memiliki nilai pemanfaatan atau kegunaan yang dapat diestimasi dengan pendekatan Travel Cost Method atau metode biaya perjalanan, dengan pendekatan ini juga dapat dianalisis permintaan terhadap wisata PSG-3. Berdasarkan metode ini akan diketahui surplus konsumen dari pengunjung yang merefleksikan bahwa sebenarnya pengunjung masih menerima surplus (kelebihan) manfaat dari tingkat harga tiket wisata yang ditetapkan, sehingga sebenarnya harga tiket wisata masih dapat ditingkatkan untuk pemeliharaan dan pengembangan lebih lanjut tempat wisata. Pengunjung sebagai pihak yang menanggung beban biaya tiket masuk wisata merupakan pihak yang akan merasakan dampak langsung jika terjadinya perubahan (kenaikan) biaya tiket masuk. Sehingga untuk tetap menjaga kuantitas kunjungan suatu tempat wisata diperlukan analisis persepsi pengunjung mengenai seberapa besar kesediaan mereka membayar (Willingness to Pay) untuk biaya tiket masuk tempat wisata jika terjadi kenaikan harga. Analisis Willingness to Pay pengunjung terhadap harga tiket PSG-3 dilakukan dengan pendekatan Contingent Valuation Method.

Permintaan wisata PSG-3 dimodelkan dalam bentuk regresi poisson. Permintaan wisata PSG-3 (frekuensi kunjungan seseorang ke PSG-3) dipengaruhi secara negatif oleh faktor biaya perjalanan dan jarak tempuh serta dipengaruhi secara positif oleh faktor lama mengetahui seseorang terhadap keberadaan PSG-3. Surplus konsumen pengunjung PSG-3 sebesar Rp 28.985,51 per kunjungan dan

nilai manfaat/nilai ekonomi PSG-3 sebagai tempat wisata adalah sebesar Rp 3.373.130.755,00.

Analisis Willingness to Pay (WTP) pengunjung terhadap harga tiket PSG-3 diperoleh hasil bahwa apabila terjadi kenaikan harga tiket, pengunjung masih mau membayar harga tiket masuk PSG-3 sampai taraf harga Rp 8.577,00. Kenaikan harga tiket ini dapat diterapkan seiring dengan tempat wisata PSG-3 dapat mempertahankan kelestarian lingkungannya dan pengelola PSG-3 melakukan pengembangan tempat wisata serta penambahan fasiltas wisata.

(3)

ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA

PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN

METODE BIAYA PERJALANAN

TRI FIRANDARI H44051423

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

(4)

Judul Skripsi : Analisis Permintaan dan Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ Gintung-3 dengan Metode Biaya Perjalanan

Nama : Tri Firandari NIM : H44051423

Disetujui, Dosen Pembimbing

Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc NIP. 19690917 200604 2 011

Diketahui, Ketua Departemen

Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc NIP. 19620421 198603 1 003

(5)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ‘ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Agustus 2009

Tri Firandari H44051423

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Jakarta pada tanggal 28 Mei 1987. Penulis merupakan putri bungsu dari tiga bersaudara pasangan Bapak Sakimin dan Ibu Wati. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 1999 di SD Negeri Gintung 01. Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) diselesaikan di SLTP Mabad pada tahun 2002 dan pendidikan SMA diselesaikan pada tahun 2005 di SMA Negeri 2 Ciputat. Penulis diterima masuk Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2005, dan pada tahun 2006 masuk pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB.

Selama menjalani pendidikan di IPB, penulis terlibat dalam berbagai kepanitiaan dan aktif di himpunan kemahasiswaan Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Resources and Environmental Economics Student Association (REESA) sebagai bendahara periode 2008-2009. Selama menempuh studi, penulis mendapatkan beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) pada tahun 2008-2009.

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji bagi Allah SWT, Dzat penguasa semesta alam atas limpahan nikmat dan karunia yang telah diberikan kepada penulis. Kucuran rahmat, taufik dan hidayah-Nya merupakan kekuatan utama bagi penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “Analisis Permintaan dan Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ Gintung-3 dengan Metode Biaya Perjalanan” yang disusun sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini mengulas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata Pulau Situ Gintung-3 dan mengestimasi besarnya nilai ekonomi Pulau Situ Gintung-3 berdasarkan pemanfaatannya sebagai tempat wisata dengan menggunakan metode biaya perjalanan (Travel Cost Method). Penelitian Willingness to Pay pengunjung terhadap harga tiket dianalisis untuk mengetahui tingkat harga tiket maksimum yang masih mau dibayarkan pengunjung jika terjadi kenaikan harga tiket. Pulau Situ Gintung-3 sebagai tempat wisata dengan segala aktifitas wisatanya memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar. Dampak ekonomi keberadaan tempat wisata Pulau Situ Gintung-3 dikaji dengan menganalisis pendapatan masyarakat sekitar dengan dan tanpa adanya Pulau Situ Gintung-3.

Nilai ekonomi/ nilai manfaat Pulau Situ Gintung-3 yang cukup besar serta keberadaannya yang memberikan dampak positif bagi pendapatan masyarakat sekitar mengindikasikan bahwa keberadaan Pulau Situ Gintung-3 sebagai wisata alam harus dijaga keberlangsungannya. Perawatan kondisi sumber daya alam dan lingkungan yang berada di dalam dan sekitarnya harus menjadi perhatian utama pengelola, pemerintah dan masyarakat agar tercapai tujuan tempat wisata yang berkelanjutan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan kontribusi pada kemajuan ilmu pengetahuan dan dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

(8)

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ……. ... i DAFTAR TABEL ... v DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR BOX ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN ……. ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 7

1.3.2 Kegunaan Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ……. ... 8

2.1 Valuasi Ekonomi ... 8

2.2 Pariwisata dan Rekreasi ... 10

2.3 Taman Wisata Alam ... 12

2.4 Permintaan Rekreasi dan Wisata... 13

2.5 Travel Cost Method (TCM) ... 14

2.6 Surplus Konsumen ... 16

2.7 Nilai Ekonomi ... 17

2.8 Contingent Valuation Method (CVM) ... 18

2.9 Dampak Ekonomi Wisata ... 19

2.10 Penelitian Terdahulu ... 19

2.10.1 Penelitian Menggunakan Travel Cost Method ... 19

2.10.2 Penelitian Menggunakan Contingent Valuation Method ... . 22

2.10.3 Penelitian terhadap Dampak Ekonomi Wisata ... 22

(9)

IV. METODE PENELITIAN …….. ... 28

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

4.2 Sampel Penelitian ... 28

4.3 Desain Penelitian ... 29

4.4 Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 29

4.5 Analisis Data ... 30

4.5.1 Analisis Permintaan Wisata Pulau Situ Gintung-3 dengan Travel Cost Method ... 30

4.5.2 Analisis Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ Gintung-3 . 33 4.5.3 Analisis WTP Pengunjung terhadap Harga Tiket Masuk Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3 dengan Contingent Valuation Method ... 34

4.6 Dampak Ekonomi dari Keberadaan Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3 terhadap Masyarakat Sekitar ... 36

4.7 Dampak Keberadaan Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3 terhadap Lingkungan Sekitar ... . 38

4.8 Hipotesis Penelitian ... 38

4.9 Definisi Istilah ... 39

V. GAMBARAN UMUM…….. ... 41

5.1 Karakteristik Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3 ... 41

5.1.1 Profil Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3 ... 41

5.1.2 Sejarah dan Perkembangan Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3 ... 42

5.1.3 Visi dan Misi serta Sumber Daya Manusia Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3 ... 43

5.1.3.1 Visi dan Misi Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3 .. ... 43

5.1.3.2 Sumber Daya Manusia Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3 ... 43

5.1.3.3 Rencana Pengelola terhadap Pengembangan Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3... 44

5.2 Karakteristik Responden Pengunjung Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3 ... 45

5.2.1 Faktor Demografi ... 45

5.2.2 Frekuensi Kunjungan ... 48

5.2.3 Motivasi Kunjungan ... 49

(10)

5.2.5 Cara Kedatangan ... 51

5.2.6 Lama Kunjungan ... 52

5.3 Karakteristik Responden Masyarakat Sekitar Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3 ... 52

VI. PERMINTAAN WISATA PULAU SITU GINTUNG-3…….. ... 56

6.1 Variabel dalam Permintaan Wisata Pulau Situ Gintung-3 ... 56

6.2 Model Fungsi Permintaan Wisata Pulau Situ Gintung-3 ... 56

6.3 Faktor - faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata Pulau Situ Gintung-3 ... 59

6.4 Faktor-faktor yang Tidak Berpengaruh terhadap Permintaan Wisata Pulau Situ Gintung-3 ... 63

6.5 Surplus Konsumen dan Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ Gintung-3 ... 66

6.5.1 Surplus Konsumen ... 66

6.5.2 Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ Gintung-3 ... 66

VII. WILLINGNESS TO PAY DAN PERSEPSI PENGUNJUNG TERHADAP TEMPAT WISATA PULAU SITU GINTUNG-3.. . 68

7.1 Willingness to Pay (WTP) Pengunjung terhadap Harga Tiket Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3 ... 68

7.1.1 Analisis WTP terhadap Harga Tiket PSG-3 dengan Pendekatan Contingent Valuation Method (CVM) ... 69

7.1.2 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP Pengunjung terhadap Harga Tiket Pulau Situ Gintung-3 ... 72

7.2 Persepsi Pengunjung terhadap Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3 ... 75

7.2.1 Keindahan Alam ... 75

7.2.2 Kemudahan Mencapai Lokasi ... 76

7.2.3 Sistem Tata Ruang ... 77

7.2.4 Kelengkapan Fasilitas ... 78

7.2.5 Kondisi Keamanan ... 78

7.2.6 Kondisi Kebersihan ... 79

7.3 Harapan Pengunjung terhadap Pengembangan Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3 ... 80

(11)

VIII. DAMPAK K EBERADAAN TEMPAT WISATA PULAU SITU

GINTUNG-3 TERHADAP EKONOMI DAN LINGKUNGAN.. . 88

8.1 Dampak Ekonomi dari Keberadaan Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3 terhadap Masyarakat Sekitar... 88

8.2 Dampak Keberadaan Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3 terhadap Lingkungan Sekitar ... 92

IX. KESIMPULAN DAN SARAN……. ... 96

9.1 Kesimpulan ... 96

9.2 Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 99

(12)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Jumlah Pengunjung Tahunan Wisata Pulau Situ Gintung-3 ……. ... 4 2. Penelitian dengan Menggunakan Pendekatan Travel Cost Method …. .. 21 3. Komposisi Pekerja Pulau Situ Gintung-3 Tahun 2009 Berdasarkan

Pendidikan …. ... 44 4. Karakteristik Responden Pengunjung Pulau Situ Gintung-3

Berdasarkan Faktor Demografi ……. ... 47 5. Karakteristik Responden Pengunjung Berdasarkan Frekuensi Kunjungan ……. ... 49 6. Karakteristik Responden Pengunjung Berdasarkan Motivasi Kunjungan …….. ... 50 7. Karakteristik Responden Pengunjung Berdasarkan Kedatangan …….. . 51 8. Karakteristik Responden Pengunjung Berdasarkan Cara Kedatangan.... 51 9. Karakteristik Responden Pengunjung Berdasarkan Lama Kunjungan .. 52 10. Karakteristik Responden Masyarakat Sekitar Pulau Situ Gintung-3 Berdasarkan Faktor Demografi……... 53 11. Karakteristik Responden Masyarakat Sekitar Berdasarkan Keterlibatan dengan Kegiatan di Pulau Situ Gintung-3... 55 12. Nilai Koefisien Korelasi antar Variabel dalam Model Permintaan

Wisata Pulau Situ Gintung-3… ... 57 13. Hasil Estimasi Parameter Beberapa Model Permintaan Wisata Pulau Situ Gintung-3…………... 58 14. Distribusi Besaran WTP Pengunjung terhadap Harga Tiket Pulau Situ Gintung-3... 70 15. Hasil Analisis Regresi Stepwise WTP Pengunjung terhadap Harga Tiket Pulau Situ Gintung-3……… 73 16. Harapan Pengunjung Terhadap Pengembangan Tempat Wisata

Pulau Situ Gintung-3………... 81 17. Pendapatan Rata-rata Masyarakat Sekitar dengan dan Tanpa Adanya

Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3... 88 18. Proporsi Pendapatan Rata-rata Masyarakat Sekitar Dengan adanya Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3 terhadap Pendapatan Total... 90

(13)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Klasifikasi Valuasi Non-Market ……. ... 10 2. Surplus Konsumen Adalah Area atau Bidang di Bawah Kurva Permintaan dan di Atas Garis Harga. ……... 17 3. Diagram Alir Kerangka Pemikiran ... 27 4. Jumlah Responden Berdasarkan Hubungan Antara Biaya Perjalanan dengan Frekuensi Kunjungan ………...…. 60 5. Jumlah Responden Berdasarkan Hubungan Antara Jarak Tempuh dengan Frekuensi Kunjungan………...….. 62 6. Jumlah Responden Berdasarkan Hubungan Antara Lama Mengetahui dengan Frekuensi Kunjungan………...…. 63 7. Distribusi Pilihan Bersedia dan Tidak Bersedia Pengunjung terhadap Kenaikan Harga Tiket Masuk PSG-3………...… 68 8. Dugaan Bid Curve WTP Pengunjung terhadap Harga Tiket PSG-3 ….. 71 9. Persepsi Responden Terhadap Keindahan Alam PSG-3………. 76 10. Persepsi Responden Terhadap Kemudahan Mencapai Lokasi PSG-3… 77 11. Persepsi Responden Terhadap Sistem Tata Ruang PSG-3………. 77 12. Persepsi Responden Terhadap Kelengkapan Fasilitas PSG-3…………. 78 13. Persepsi Responden Terhadap Kondisi Keamanan PSG-3….………… 79 14. Persepsi Responden Terhadap Kondisi Kebersihan PSG-3……… 80 15. Peta Lokasi Situ Gintung……… 83 16. Situ Gintung Sebelum dan Sesudah Jebolnya Tanggul ……….… 85 17. Persepsi Multipihak mengenai Dampak Tempat Wisata PSG-3 terhadap Lingkungan Sekitar ………...….. 93

(14)

DAFTAR BOX

No Halaman

1. Kejadian Jebolnya Tanggul Situ Gintung……. ... 83

2. Penyebab Jebolnya Tanggul Situ Gintung……. ... 84

3. Efek Jebolnya Tanggul Situ Gintung terhadap PSG-3...……….…... 85

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Kuisioner Penelitian terhadap Pengunjung…….. ... 101

2. Hasil Analisis Regresi Stepwise WTP Pengunjung terhadap Harga Tiket PSG-3………..…… 109

3. Hasil Uji Normalitas Model WTP Pengunjung terhadap Harga Tiket PSG-3……….………... 110

4. Hasil Uji Homoskedastisitas Model WTP Pengunjung terhadap Harga Tiket PSG-3………….…... 110

5. Statistik d Durbin-Watson (Taraf nyata: 5%)……… 111

6. Atraksi Wisata Pulau Situ Gintung-3……….……… 112

(16)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan Indonesia memiliki banyak potensi untuk dikembangkan baik dalam sektor pertanian, perkebunan, pertambangan, industri dan pariwisata. Selain kekayaan sumber daya alam yang melimpah, unsur keindahan alam, keunikan budaya, peninggalan sejarah, keanekaragaman flora dan fauna serta keramahan penduduk lokal menjadi nilai tambah bagi pengembangan sektor pariwisata di Indonesia.

Salah satu sumber daya alam yang dapat dijadikan sebagai penunjang tempat pengembangan pariwisata adalah danau atau situ. Danau atau situ merupakan suatu cekungan besar di permukaan bumi yang terisi oleh air yang disekelilingnya adalah daratan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, danau adalah genangan air yang amat luas yang dikelilingi daratan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995). Pengertian lain menyebutkan bahwa danau adalah suatu cekungan pada permukaan bumi yang berisi air. Danau dapat memiliki manfaat serta fungsi seperti untuk irigasi pengairan sawah, ternak serta kebun, sebagai objek pariwisata, sebagai PLTA atau pembangkit listrik tenaga air, sebagai tempat usaha perikanan darat, sebagai sumber penyediaan air bagi makhluk hidup sekitar dan juga sebagai pengendali banjir dan erosi.3

Sektor pariwisata dapat menciptakan lapangan pekerjaan, pemberdayaan masyarakat, pengolahan aset sumber daya alam, pengembangan wilayah, serta sebagai penyumbang devisa negara yang berarti turut berperan dalam

3

Anonim. 2008. Definisi/Pengertian Danau, Macam/Jenis & Fungsi Danau Di Indonesia - Belajar Geografi. Dalam http://organisasi.org/definisi-pengertian-danau-macam-jenis-fungsi-danau-di-indonesia-belajar-geografi. Diakses pada tanggal 09 Februari 2009.

(17)

pembangunan nasional. Pengembangan pariwisata di Indonesia dewasa ini telah banyak dilakukan di wilayah-wilayah berpotensi wisata. Hal ini disebabkan semakin tingginya tingkat kebutuhan masyarakat terhadap wisata di tengah kesibukan mereka.

Wisata merupakan sarana pemenuhan kebutuhan tersier dalam kehidupan manusia, namun saat ini wisata menjadi suatu kebutuhan yang penting bagi masyarakat dengan pola hidup yang sibuk dan tinggal di tengah kota besar dengan segala kejenuhannya. Wisata alam merupakan salah satu pilihan wisata yang banyak dipilih oleh masyarakat perkotaan karena dapat memberikan sensasi relaksasi yang bisa membangkitkan semangat beraktivitas mereka kembali. Kegiatan wisata juga dapat memberikan pengaruh pada kondisi ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan sekitar dimana tempat wisata tersebut berada.

Pulau Situ Gintung-3 (PSG-3) merupakan salah satu objek wisata yang memanfaatkan keindahan alam sebagai komoditi utamanya, dengan luas lebih dari 5 hektar yang ditumbuhi berbagai pohon dan tumbuhan yang telah berusia puluhan tahun serta ditambah panorama Situ Gintung yang mengelilinginya, menjadikan kesegaran udara dan keindahan alam wisata PSG-3 menjadi daya tarik tersendiri bagi objek wisata ini. Potensi alam objek wisata PSG-3 yang lengkap dapat menambah nilai aktifitas wisata seperti camping, family gathering, pesta kebun, outbound, olah raga tenis, serta dapat dijadikan sebagai tempat pemotretan, video shooting untuk sinetron, video klip, iklan atau aktifitas lainnya.4 Hal ini menunjukkan PSG-3 sebagai tempat wisata memiliki manfaat yang dapat dinikmati oleh masyarakat.

4 Anonim. 2008. Abut Us. Situs Pulau Situ Gintung. www.situgintung.com/ index_files/Page350.

(18)

1.2 Perumusan Masalah

Kota besar yang identik dengan kepadatan penduduk, tingkat polusi dan kemacetan yang tinggi serta kehidupan masyarakat yang serba sibuk menimbulkan tingkat stres yang cukup tinggi. Upaya untuk menanggulangi salah satu masalah yang kerap dialami oleh masyarakat yang hidup di kota besar ini adalah mengisi waktu luang mereka dengan aktivitas yang dapat memberikan nuansa baru yang menghibur. Salah satunya adalah dengan melakukan kegiatan wisata, oleh sebab itu diperlukan adanya pengembangan wisata di kota besar yang mudah dijangkau terlebih sebagian masyarakat tidak memiliki cukup banyak waktu untuk melakukan kegiatan wisata.

Pulau Situ Gintung-3 merupakan salah satu tujuan wisata yang terletak di tengah kota besar, akses menuju lokasi ini cukup mudah dan dapat dijangkau oleh pengunjung baik yang menggunakan kendaraan pribadi maupun yang menggunakan kendaraan umum. Objek wisata ini terletak di sebelah Selatan kota Jakarta, tepatnya di Kelurahan Cirendeu Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan. Lokasi wisata ini cukup dekat dengan kota Jakarta.

Pulau Situ Gintung-3 sebagai alternatif wisata di kawasan satelit kota Jakarta, menawarkan wisata alam yang cukup menjanjikan. Panorama keindahan alam sekitarnya menjadi daya jual bagi wisata ini, sehingga permintaan akan wisata ini cukup besar. Semenjak pertama kali dibangun pada tahun 2001 hingga tahun 2008 jumlah pengunjung wisata PSG-3 cukup menjanjikan. Hal ini dapat terlihat pada Tabel 1.

(19)

Tabel 1. Jumlah Pengunjung Tahunan Wisata Pulau Situ Gintung-3

Tahun Jumlah Pengunjung (Orang)

2001 13.155 2002 23.248 2003 53.400 2004 50.520 2005 44.014 2006 77.639 2007 99.840 2008 134.784

Sumber: Pengelola Wisata Pulau Situ Gintung-3, 2009

Menurut Rosen (1999) dalam Dewi (2005), tempat rekreasi merupakan barang publik karena memiliki sifat non-rivalry yaitu setiap pengunjung objek wisata (konsumen) dapat memperoleh kepuasan rekreasi tanpa mengurangi kepuasan konsumen lain. Barang publik juga memiliki sifat non excludability in consumption yang berarti bahwa setiap orang dapat menikmati wisata alam tanpa dibatasi. Berdasarkan ciri-ciri tersebut, maka barang publik tidak memiliki data pasar, sehingga sulit untuk menentukan harganya. Ketiadaan harga pasar pada barang publik dapat diatasi dengan membuat kurva permintaan berdasarkan pada kesediaan membayar (willingness to Pay) atau dengan metode biaya perjalanan (Travel Cost Method). Sumber daya alam yang dimanfaatkan sebagai tempat wisata cenderung dinilai lebih rendah (under estimate) dari nilai yang sebenarnya dimiliki oleh sumberdaya tersebut. Hal ini dikarenakan penilaian terhadap sumberdaya tersebut tidak memperhatikan nilai lain dari sumberdaya tersebut seperti nilai konservasi dan nilai manfaat yang dikandung oleh sumberdaya itu sendiri. Kecenderungan ini menjadikan pemberian nilai pada suatu sumberdaya menjadi penting untuk keberlanjutan sumberdaya tersebut.

(20)

Pulau Situ Gintung-3 sebagai tempat wisata yang memanfaatkan sumber daya alam sebagai modal utamanya yang merupakan barang publik, maka diperlukan adanya penelitian untuk mengetahui permintaan dan nilai ekonomi dari tempat wisata Pulau Situ Gintung-3. Selain itu, PSG-3 sebagai tempat wisata yang memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungan sebagai modal utamanya memiliki nilai ekonomi (nilai guna) atas manfaat sumber daya alam dan lingkungan yang dijadikan sebagai objek wisata tersebut. Guna menilai sumberdaya yang dijadikan tempat wisata dapat digunakan pendekatan besarnya biaya perjalanan yang dikeluarkan pengunjung sebagai refleksi besarnya nilai yang bersedia dikorbankan dalam menilai suatu sumberdaya.

Studi literatur memperlihatkan bahwa berbagai penelitian mengenai permintaan wisata dan nilai ekonomi tempat wisata dengan menggunakan Travel Cost Method (TCM) akan didapatkan surplus konsumen pengunjung dari fungsi dan kurva permintaan yang terbentuk. Surplus konsumen mengindikasikan bahwa sebenarnya pengunjung masih menerima surplus (kelebihan) manfaat dari tingkat harga tiket wisata yang ditetapkan, sehingga sebenarnya harga tiket wisata masih dapat ditingkatkan untuk pemeliharaan dan pengembangan lebih lanjut tempat wisata. Kurva permintaan wisata juga dapat memperlihatkan tingkat harga tiket wisata maksimum yang masih dapat diterapkan oleh pengelola wisata.

Pengunjung wisata sebagai pihak yang menanggung beban biaya tiket masuk wisata merupakan pihak yang akan merasakan dampak langsung jika terjadinya perubahan (kenaikan) biaya tiket masuk sebuah tempat wisata. Sehingga untuk tetap menjaga kuantitas kunjungan suatu tempat wisata diperlukan analisis persepsi pengunjung mengenai seberapa besar kesediaan

(21)

mereka membayar (Willingness to Pay) untuk biaya tiket masuk tempat wisata jika terjadi kenaikan harga. Analisis WTP pengunjung ini dapat dilakukan dengan pendekatan Contingent Valuation Method (CVM) sebagaimana menurut Fauzi (2004), CVM pada hakikatnya bertujuan untuk mengetahui: pertama, keinginan membayar (Willingness to Pay atau WTP) dan kedua, keinginan menerima (Willingness to Accept atau WTA).

Pihak lain yang sangat berpengaruh pada pengembangan suatu tempat wisata adalah masyarakat sekitar dan pengelola tempat wisata itu sendiri. Masyarakat sekitar dapat merasakan dampak baik positif maupun negatif dari adanya suatu tempat wisata. Keberadaan tempat wisata dapat menjadi peluang sebagai sumber penghasilan bagi masyarakat sekitar sehingga tempat wisata memiliki dampak ekonomi terhadap masyarakat sekitar. Sedangkan pengelola sebagai pihak yang ingin mempertahankan keberadaan dan mengembangkan tempat wisata memerlukan pengamatan yang jeli dalam strategi pengembangan tempat wisatanya dengan mempertimbangkan keinginan dan harapan dari pengunjung dan masyarakat sekitar untuk dapat mencapai wisata yang berkelanjutan.

Berdasarkan hal di atas maka dirumuskan permasalahan yang akan dikaji adalah: 1. bagaimana fungsi permintaan dan faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi permintaan wisata Pulau Situ Gintung-3?

2. berapa surplus konsumen dan nilai ekonomi wisata Pulau Situ Gintung-3? 3. berapa WTP pengunjung terhadap harga tiket masuk tempat wisata Pulau

Situ Gintung-3?

(22)

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan perumusan permasalahan diatas, maka penelitian ini memiliki tujuan dan kegunaan sebagai berikut:

1.3.1 Tujuan Penelitian

1. menduga fungsi permintaan dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata Pulau Situ Gintung-3 dengan pendekatan Metode Biaya Perjalanan.

2. mengestimasi besarnya surplus konsumen dan nilai ekonomi wisata Pulau Situ Gintung-3.

3. mengestimasi WTP pengunjung terhadap harga tiket tempat wisata Pulau Situ Gintung-3.

4. menganalisis dampak ekonomi dari tempat wisata Pulau Situ Gintung-3 bagi masyarakat sekitar.

1.3.2 Kegunaan Penelitian

1. menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah dan semua pihak yang terkait untuk perencanaan, pembangunan dan pengembangan kawasan wisata Pulau Situ Gintung-3.

2. menjadi dasar pertimbangan bagi pengelola untuk menentukan kebijakan pengelolaan tempat wisata Pulau Situ Gintung-3 yang dapat dilihat dari model permintaan wisata.

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Valuasi Ekonomi

Nilai (value) merupakan persepsi seseorang; adalah harga yang diberikan oleh seseorang terhadap sesuatu pada suatu tempat dan waktu tertentu. Kegunaan, kepuasan dan kesenangan merupakan istilah-istilah lain yang diterima dan berkonotasi nilai atau harga. Ukuran harga ditentukan oleh waktu, barang atau uang yang akan dikorbankan seseorang untuk memiliki atau menggunakan barang atau jasa yang diinginkannya. Penilaian (valuasi) adalah kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan konsep dan metodologi untuk menduga nilai barang dan jasa (Davis dan Johnson, 1987 dalam Djijono, 2002)

Valuasi ekonomi merupakan sebuah upaya untuk memberikan nilai kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan terlepas dari apakah nilai pasar tersedia bagi barang dan jasa tersebut. Menurut Hufscmidt, et al. (1987), secara garis besar metode penilaian manfaat ekonomi (biaya lingkungan) suatu sumber daya alam dan lingkungan pada dasarnya dibagi kedalam dua kelompok besar, yaitu berdasarkan pendekatan yang berorientasi pasar dan pendekatan yang berorientasi survey atau penilaian hipotesis yang disajikan sebagai berikut (Djijono, 2002):

1. Pendekatan Orientasi Pasar

a) Penilaian manfaat menggunakan harga pasar aktual barang dan jasa (actual based market method):

i. Perubahan dalam nilai hasil produksi (change in productivity) ii. Metode kehilangan penghasilan (loss of earning methods)

(24)

b) Penilaian biaya dengan menggunakan harga pasar aktual terhadap masukan berupa perlindungan lingkungan:

i. Pengeluaran pencegahan (averted defensif expenditure methods) ii. Biaya penggantian (replacement cost)

iii. Proyek bayangan (shadow project methods) iv. Analisis keefektifan biaya

c) Penggunaan metode pasar pengganti (surrogate market based methods) i. Barang yang dapat dipasarkan sebagai pengganti lingkungan

ii. Pendekatan nilai kepemilikan iii. Pendekatan lain terhadap nilai tanah iv. Biaya perjalanan (travel cost)

v. Pendekatan perbedaan upah (wage differential methods) vi. Penerimaan kompensasi/pampasan

2. Pendekatan Orientasi Survei

a) Pertanyaan langsung terhadap kemauan membayar (Willingness To Pay) b) Pertanyaan langsung terhadap kemauan dibayar (Willingness To Accept)

Secara umum, teknik valuasi ekonomi sumber daya yang tidak dapat dipasarkan (non-market valuation) dapat digolongkan kedalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah teknik valuasi yang mengandalkan harga implisit dimana WTP terungkap melalui model yang dikembangkan. Teknik ini sering disebut teknik yang mengandalkan revealed WTP (keinginan membayar yang

(25)

terungkap). Beberapa teknik yang termasuk kedalam kelompok yang pertama ini adalah travel cost, hedonic pricing, dan teknik yang relatif baru yang disebut random utility model. Kelompok kedua adalah teknik valuasi yang didasarkan pada survei dimana keinginan membayar atau WTP diperoleh langsung dari responden, yang langsung diungkapkannya secara lisan maupun tertulis. Salah satu teknik yang cukup populer dalam kelompok ini adalah yang disebut Contingent Valuation Method (CVM) dan Discrete Choice Method (Fauzi, 2004). Pengklasifikasian valuasi ekonomi non-market dapat dilihat pada Gambar1.

Gambar 1. Klasifikasi Valuasi Non-Market Sumber: Fauzi, 2004

2.2 Pariwisata dan Rekreasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pariwisata dapat diartikan sebagai hal yang berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi, pelancongan dan turisme. Pariwisata terbagi ke dalam pariwisata lokal yaitu kegiatan pariwisata yang ruang lingkupnya terbatas tempat tertentu saja dan pariwisata massa yaitu kegiatan kepariwisataan yang meliputi jumlah orang yang banyak dari berbagai tingkat sosial ekonomi. Rekreasi secara harfiah dapat diartikan sebagai

Valuasi Non-Market

Tidak langsung

(Revealed WTP) Langsung (Survei) (Expressed WTP) • Hedonic Pricing

• Travel Cost

• Random Utility model

• Contingent Valuation • Random Utility model • Contingent Choice

(26)

penyegaran kembali badan dan pikiran; sesuatu yang menggembirakan hati dan menyegarkan seperti hiburan, piknik dan lain-lain (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995).

Menurut Pangemanan (1993), pariwisata dapat diartikan sebagai suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk kegiatan bisnis atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan untuk memenuhi keinginan yang beranekaragam. Pariwisata merupakan bentuk kegiatan manusia yang menitikberatkan pada perjalanan, sehingga pariwisata menimbulkan berbagai kebutuhan fisik seperti kebutuhan akan sarana transportasi, akomodasi, makanan dan minuman, hiburan dan sebagainya. Sarana inilah yang kemudian dikenal sebagai industri pariwisata karena dapat menghasilkan produk tertentu berupa barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan penginapan, angkutan wisata, restoran dan perusahaan hiburan serta perusahaan souvenir.

Pariwisata terkait dengan kegiatan wisata. Wisata adalah kegiatan yang meliputi perjalanan ke tempat tujuan atau komunitas yang terkenal dalam periode jangka waktu yang singkat, dalam rangka mewujudkan kepuasan kebutuhan konsumen untuk satu atau kombinasi kegiatan (Gilbert, 1990 dalam Vanhove, 2005).

Menurut Vanhove (2005), tipe wisata dalam tourism sattelite account dapat dibedakan menjadi:

1. Wisata Domestik, yaitu wisata yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan tujuan kunjungan kedalam negara mereka sendiri.

(27)

2. Wisata Inbound, yaitu wisata yang dilakukan di dalam suatu negara oleh pengunjung yang bukan penduduk negara tersebut.

3. Wisata Outbound, yaitu wisata yang dilakukan dengan tujuan kunjungan ke luar negeri.

4. Wisata Internal, yaitu kombinasi wisata domestik dan wisata inbound.

5. Wisata Nasional, yaitu wisata oleh penduduk suatu negara dengan tujuan kunjungan ke luar negeri.

6. Wisata Internasional, yaitu kombinasi dari wisata inbound dan wisata outbound.

2.3 Taman Wisata Alam

Pengertian taman wisata alam menurut Undang-Undang RI No.5 tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam.5 Kriteria taman wisata alam berdasarkan surat keputusan menteri pertanian No.681/KPTS/UM/1981 dalam Dewi (2005) adalah: 1) Kawasan yang ditunjuk memiliki keadaan alam yang menarik dan indah baik secara alamiah maupun buatan manusia, dan 2) memenuhi kebutuhan manusia akan rekreasi dan terletak dekat pusat-pusat pemukiman penduduk. Modal dasar dalam pengembangan wisata alam menurut Departemen Kehutanan (1982) pada hakekatnya adalah sumberdaya dan tata lingkungan berupa: 1) flora, baik jenis maupun keragamannnya, 2) fauna, baik jenis maupun keragamannya, 3) tata lingkungan alam yaitu bentuk dari sistem hubungan timbal balik antara unsur

5 Undang-undang Republik Indonesia No.5 Tahun 1990. www.telukwondama. go.id /

(28)

dalam alam baik hayati maupun non hayati yang saling tergantung dan saling mempengaruhi, 4) gejala alam yaitu bentuk sumberdaya alam yang dipengaruhi oleh kondisi fisik bumi, seperti susunan geomorfologi, air terjun, sumber air panas dan kawah, dan 5) pemandangan alam yaitu bentuk sumber daya alam dan tata lingkungannya yang ditentukan oleh ciri khasnya.

2.4 Permintaan Rekreasi dan Wisata

Permintaan rekreasi terbagi kedalam dua bagian yaitu: 1) permintaan potensial (potential demand), yaitu seseorang yang memenuhi syarat minimal untuk melakukan perjalanan rekreasi karena mempunyai uang, keadaan fisik masih kuat, hanya belum memiliki waktu luang untuk bepergian sebagai wisatawan. 2) permintaan aktual (actual demand), yaitu seseorang yang sedang melakukan perjalanan rekreasi ke suatu daerah tujuan tertentu (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990). Middleton, 2001 dalam Vanhove, 2005 merangkum faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata kedalam sembilan faktor, antara lain: faktor ekonomi, perbandingan harga, faktor demografi, faktor geografi, kondisi sosial dan budaya, mobilitas, pemerintah/peraturan pemerintah, media komunikasi, dan teknologi informasi dan komunikasi.

Syaukani, 2006 menyatakan bahwa ”ekoturisme” atau wisata alam kini telah menjadi tren pariwisata dunia dengan tujuan wisata untuk jelajah alam, melihat tumbuhan dan satwa liar, memasuki gua, berdialog dengan masyarakat asli, menikmati pemandangan alam, dan lain-lain. Semua ini menunjukkan betapa ”alam yang asli” sebetulnya bisa dijual ke sektor pariwisata dan Indonesia sebagai negara yang memiliki keanekaragaman hayati dan budaya dapat memanfaatkan

(29)

kekayaan alamnya untuk pengembangan pariwisata selanjutnya.6 Prinsip pokok dari pengembangan dan pengelolaan objek wisata alam adalah tetap mempertahankan kelestarian objek itu sendiri. Dikatakan pula bahwa pengembangan objek wisata alam bertujuan untuk didatangi masyarakat sehingga masyarakatlah yang berkepentingan dalam konservasi ini.

2.5 Travel Cost Method (TCM)

Travel Cost Method (Metode biaya perjalanan) sebagai suatu metode yang digunakan untuk menilai suatu sumberdaya yang tidak memiliki nilai pasar (non-market resources) dapat memodelkan permintaan terhadap jasa lingkungan yang berupa kegiatan rekreasi (Haab dan McConnell, 2002). Menurut Fauzi (2004), Metode Biaya Perjalanan (TCM) digunakan untuk menganalisis permintaan terhadap rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation), seperti memancing, berburu, hiking dan sebagainya. Secara prinsip, metode ini mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat-tempat rekreasi di atas. Seorang konsumen misalnya untuk menyalurkan hobi memancing di pantai akan mengorbankan biaya dalam bentuk waktu dan uang untuk mendatangi tempat tersebut. Kita bisa mengkaji berapa nilai (value) yang diberikan konsumen kepada sumber daya alam dan lingkungan dengan mengetahui pola ekspenditur dari konsumen tersebut. Metode ini dapat digunakan untuk mengukur manfaat dan biaya akibat:

1. Perubahan biaya akses (tiket masuk) bagi suatu tempat rekreasi. 2. Penambahan tempat rekreasi baru.

3. Perubahan kualitas lingkungan tempat rekreasi.

6 Syaukani. 2006. Wisata Alam, Otonomi Daerah, PAD. Dalam situs Sinar Harapan.

(30)

4. Penutupan tempat rekreasi yang ada.

Secara umum ada dua teknik sederhana yang digunakan untuk menentukan nilai ekonomi berdasarkan TCM, teknik tersebut adalah:

1. Pendekatan sederhana melalui zonasy

2. Pendekatan individual TCM dengan menggunakan data sebagian besar dari survei.

Haab dan McConnel (2002), menyatakan bahwa dalam melakukan valuasi dengan metode TCM, ada dua tahap kritis yang harus dilakukan: pertama, menentukan perilaku model itu sendiri dan kedua menentukan pilihan lokasi. Perhatian pertama menyangkut apakah TCM yang dibangun harus ditentukan dulu fungsi preferensinya secara hipotesis, kemudian membangun model perilakunya (behavioural model), atau apakah langsung membangun model perilaku. Perhatian yang kedua menyangkut apakah kita harus melakukan pemodelan untuk semua atau beberapa tempat sebagai suatu model.

Penentuan fungsi permintaan untuk kunjungan ke suatu tempat wisata dengan pendekatan individual TCM menggunakan teknik ekonometrik. Hipotesis yang dibangun adalah bahwa kunjungan ke tempat wisata akan sangat dipengaruhi oleh biaya perjalanan (travel cost) dan diasumsikan berkorelasi negatif, sehingga diperoleh kurva permintaan yang memiliki kemiringan negatif.

Secara sederhana fungsi permintaan di atas dapat ditulis sebagai berikut:

Vij = f( Cij, Tij, Qij, Sij, Mi )

dimana:

Vij: jumlah kunjungan oleh individu i ke tempat j

(31)

Tij : biaya waktu yang diperlukan oleh individu i untuk mengunjungi lokasi j

Qij : persepsi responden terhadap kualitas lingkungan dari tempat yang dikunjungi

Sij :karakteristik substitusi yang mungkin ada di tempat lain, dan Mi adalah

pendapatan (income) dari individu i.

Menurut Haab dan McConnel (2002), agar penilaian terhadap sumber daya alam melalui TCM tidak bias, fungsi permintaan harus dibangun dengan asumsi dasar:

1) Biaya perjalanan dan biaya waktu digunakan sebagai proxy atas harga dari rekreasi.

2) Waktu perjalanan bersifat netral, artinya tidak menghasilkan utilitas maupun disutilitas.

3) Perjalanan merupakan perjalanan tunggal (bukan multitrips). 2.6 Surplus Konsumen

Surplus konsumen timbul karena konsumen menerima lebih dari yang dibayarkan dan bonus ini berakar pada hukum utilitas marginal yang semakin menurun. Sebab timbulnya surplus konsumen, karena konsumen mampu membayar untuk tiap unit berdasarkan nilai unit terakhir. Surplus konsumen mencerminkan manfaat yang diperoleh karena dapat membeli semua unit barang pada tingkat harga rendah yang sama. Secara sederhana, surplus konsumen dapat diukur sebagai bidang yang terletak di antara kurva permintaan dan garis harga (Samuelson dan Nordhaus, 1990 dalam Djijono, 2002). Besarnya surplus konsumen dapat dilihat pada Gambar 2, yaitu area atau bidang di bawah kurva permintaan dan di atas garis harga.

(32)

Gambar 2. Surplus Konsumen Adalah Area atau Bidang di Bawah Kurva Permintaan dan di Atas Garis Harga

2.7 Nilai Ekonomi

Fauzi (2004) mengatakan bahwa pengertian nilai atau value, khususnya yang menyangkut barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan memang bisa berbeda jika jika dipandang dari berbagai disiplin ilmu. Karena itu diperlukan suatu persepsi yang sama untuk penilaian ekosistem tersebut. Salah satu tolak ukur yang relatif mudah dan bisa dijadikan persepsi bersama berbagai disiplin ilmu adalah pemberian price tag (harga) pada barang dan jasa yang dihasilkan sumber daya alam dan lingkungan, dengan demikian kita menggunakan apa yang disebut nilai ekonomi sumber daya alam.

Secara umum, nilai ekonomi didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya. Secara formal, konsep ini disebut keinginan membayar (WTP) seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan. Dengan menggunakan pengukuran ini, nilai ekosistem bisa

P

Q 0

H E Garis Harga

(33)

”diterjemahkan” kedalam bahasa ekonomi dengan mengukur nilai moneter barang dan jasa (Fauzi, 2004).

2.8 Contingent Valuation Method (CVM)

Menurut Haab dan McConnell (2002) Contingent Valuation adalah sebuah metode dalam mengumpulkan informasi mengenai preferensi atau kesediaan membayar (Willingness To Pay) dengan teknik pertanyaan secara langsung. Tujuan dari Contingent Valuation adalah untuk mengukur keinginan membayar individu (WTP) untuk perubahan kuantitas atau kualitas dari barang dan jasa lingkungan.

Pendekatan CVM disebut contingent (tergantung) karena pada prakteknya informasi yang diperoleh sangat tergantung pada hipotesis yang dibangun. Misalnya, seberapa besar biaya yang harus ditanggung, bagaimana pemeliharaannya, dan lain sebagainya. Pendekatan CVM ini secara teknis dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, dengan teknik eksperimental melalui simulasi dan permainan. Kedua, dengan teknik survei. CVM pada hakikatnya bertujuan untuk mengetahui: pertama, keinginan membayar (Willingness To Pay atau WTP) dari masyarakat, misalnya terhadap perbaikan kualitas lingkungan (air, udara, dan lainnya) dan kedua, keinginan menerima (Willingness To Accept atau WTA) kerusakan suatu lingkungan perairan (Fauzi, 2004). Hanley dan Spash (1993) menyebutkan bahwa langkah-langkah dalam penggunaan CVM terdiri dari enam langkah, yaitu:

1. Menyusun hypothetical market

2. Penentuan besarnya penawaran/lelang (bid) 3. Menghitung rataan WTP dan/atau WTA

(34)

4. Menduga kurva penawaran 5. Menjumlahkan data

6. Mengevaluasi perhitungan CVM. 2.9 Dampak Ekonomi Wisata

Kegiatan wisata merupakan kegiatan yang dapat berpengaruh pada kondisi sosial, budaya, ekonomi dan lingkungan dimana tempat wisata itu berada. Keberadaan suatu tempat wisata dapat membawa budaya baru bagi masyarakat sekitar tempat wisata. Tempat wisata juga dapat mempengaruhi kondisi ekonomi, lingkungan dan sosial masyarakat baik secara positif dan negatif. Vanhove, 2005 mengemukakan bahwa dampak ekonomi dari wisata adalah: peningkatan atau pembangkit pendapatan (income generation), peningkatan tenaga kerja, peningkatan pendapatan dari pajak, efek keseimbangan pembayaran, perbaikan struktur ekonomi daerah wisata, mendorong kegiatan usaha dan kerugian ekonomi.

2.10 Penelitian Terdahulu

2.10.1 Penelitian Menggunakan Travel Cost Method

Penelitian yang dilakukan untuk mengukur permintaan wisata dan nilai manfaat atau nilai ekonomi dari suatu tempat wisata dengan menggunakan metode biaya perjalanan telah cukup banyak dilakukan. Penelitian tersebut antara lain dilakukan oleh Wijayanti (2003), Dewi (2005), Sari (2007), Suharti (2007). Hasil dari penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.

(35)

Tabel 2. Penelitian dengan Menggunakan Pendekatan Travel Cost Method

No Peneliti Judul Peneltian Hasil Penelitian 1 Wijayanti, P Analisis Permintaan dan

Surplus Konsumen Kebun Raya Cibodas sebagai Tempat Rekreasi

dengan Menggunakan Metode Biaya Perjalanan

● Variabel-variabel sikap terhadap rekreasi, tingkat pengetahuan terhadap lokasi, pendapatan responden, daya tarik lokasi, jumlah tanggungan dan total biaya perjalanan ke lokasi bagi responden yang tidak mampu mensubstitusikan waktu dengan pendapatan yang semakin meningkat maka akan mempertinggi peluang rata-rata kunjungan ke Kebun Raya Cibodas. Sebaliknya, nilai total biaya perjalanan ke lokasi bagi responden yang mampu mensubstitusikan waktu dengan pendapatan, waktu diskret, tingkat pendidikan, jumlah rombongan dan jarak menuju lokasi yang semakin besar akan memperkecil rata-rata kunjungan bagi seseorang. ● Nilai rata-rata surplus konsumen perkunjungan per-responden sebesar Rp 12.995,00 dan diperoleh nilai surplus konsumen total Rp 6.575.898.835,00 per tahun.

● Nilai lokasi Kebun Raya Cibodas sebesar Rp 8.467.366.335,00. 2 Dewi, R.K Fungsi Permintaan

Taman Safari Indonesia (TSI) dengan Metode

Biaya Perjalanan

● Fungsi permintaan TSI dalam lima tahun terakhir adalah F5 = 1,887 – 6,148x10-2X1 + 7,473x10-2X

2 + 0,902X10 dengan R2 sebesar 61,1%.

● Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan Taman Safari Indonesia, Cisarua Bogor secara nyata pada selang kepercayaan 95% adalah biaya perjalanan, pendapatan dan tempat rekreasi alternatif. Biaya perjalanan berpengaruh negatif terhadap permintaan TSI, sedangkan pendapatan, tempat rekreasi alternatif dan lama berada di lokasi berpengaruh positif terhadap permintaan.

(36)

Tabel 2. Lanjutan

3 Sari, D Analisis Permintaan dan Nilai Ekonomi Objek Wisata Air Panas Gunung

Salak Endah dengan Metode Biaya Perjalanan

● Kunjungan ke objek wisata air panas Gunung Salak Endah dipengaruhi positif oleh variabel pendapatan responden, daya tarik objek wisata, lama mengetahui lokasi rekreasi dan dipengaruhi negatif oleh variabel total biaya perjalanan ke lokasi bagi responden yang mampu mensubstitusikan waktu dengan pendapatan, total biaya perjalanan ke lokasi bagi responden yang tidak mampu mensubstitusikan waktu dengan pendapatan dan waktu diskret.

● Surplus konsumen total per tahun yang dijumlahkan dengan pendapatan total dari tiket masuk selama periode yang sama merupakan nilai ekonomi objek wisata air panas GSE yaitu Rp 150.897.500,00.

4 Suharti, F Analisis Permintaan dan Surplus Konsumen Kebun Wisata Pasir Mukti dengan Metode

Biaya Perjalanan

● Biaya perjalanan responden berpengaruh negatif dan nyata terhadap frekuensi kunjungan ke kebun wisata Pasir Mukti. Variabel yang bernilai positif dan berpengaruh nyata pada taraf 15% adalah pendapatan, jarak tempuh, pengetahuan responden terhadap kebun wisata Pasir Mukti kawepe, jumlah rekreasi selama satu tahun, daya tarik lokasi dan status hari. Sedangkan variabel yang bernilai negatif adalah umur, jumlah rombongan, tempat rekreasi alternatif dan jenis kelamin.

● Surplus konsumen yang diperoleh pengunjung adalah sebesar Rp 7.478,00 per orang. Dengan menggunakan jumlah kunjungan selama satu tahun maka diperoleh nilai Surplus konsumen total sebesar Rp 1.667.964,41.

(37)

24 2.10.2 Penelitian Menggunakan Contingent Valuation Method

Syakya (2005), melakukan penelitian mengenai analisis Willingness To Pay (WTP) dan strategi pengembangan objek wisata pantai Lampuuk di Nangroe Aceh Darusalam. Hasil penelitian dengan pendekatan Contingent Valuation Method ini diperoleh bahwa besarnya WTP melalui retribusi masuk dari pengunjung objek wisata Pantai Lampuuk berdasarkan rataan adalah sebesar Rp 1.719,20. Nilai ini lebih besar dari yang ditetapkan oleh pemerintah daerah yaitu sebesar Rp 1.000,00. Dengan menaikkan biaya retribusi masuk, diharapkan akan meningkatkan pendapatan daerah, maka pemerintah dapat melakukan pengembangan dan pengelolaan yang lebih baik.

2.10.3 Penelitian terhadap Dampak Ekonomi Wisata

Penelitian terhadap dampak ekonomi wisata telah dilakukan oleh Suasani (2008). Hasil dari penelitian Suasani adalah secara umum dampak ekonomi yang diterima masyarakat dengan adanya Kampung Wisata Cinangneng (KWC) menunjukan dampak hasil yang positif. Keberadaan KWC di wilayah pemukiman tersebut dapat memberikan dampak yang positif terhadap pendapatan masyarakat sekitar KWC.

Adanya KWC memberikan peningkatan pendapatan masyarakat sekitar, persentase peningkatan pendapatan tersebut yaitu: pekerja wisata yang terdiri dari guide meningkat pendapatannya sebesar 559,5%, petugas kebersihan mengalami peningkatan pendapatan yang tidak terhingga, petugas keamanan meningkat pendapatannya sebesar 38,2%, petugas makanan mengalami peningkatan pendapatan yang tidak terhingga. Petani ubi kayu mengalami peningkatan pendapatan sebesar 22,71% dan petani buah-buahan meningkat pendapatannya

(38)

25 sebesar 45,4%. Pengrajin anyaman bambu mengalami peningkatan pendapatan yang tidak terhingga sedangkan pengrajin obor meningkat pendapatannya sebesar 260%, untuk pedagang makanan mengalami peningkatan pendapatan sebesar 17,1% dan pedagang cinderamata mengalami peningkatan pendapatan yang tidak terhingga.

(39)

26 III. KERANGKA PEMIKIRAN

Pulau Situ Gintung-3 (PSG-3) merupakan tempat wisata yang memanfaatkan potensi alam sebagai daya tarik utamanya. Keindahan alamnya yang masih asri, kondisi udara yang masih segar, serta panorama Situ Gintung yang mengelilinginya menjadi nilai tambah bagi tempat wisata ini. Hal tersebut merupakan potensi dari PSG-3 yang memiliki manfaat intangible yaitu manfaat yang tidak dapat dikuantifikasikan secara langsung karena tidak adanya pasar untuk barang tersebut. Objek wisata sebagai barang publik dengan sifat non-rivalry, yaitu bersifat tanpa persaingan dalam penggunaannya dan non-excludibility, yaitu tidak ada yang dapat menghalangi dalam menggunakannya merupakan barang-barang yang dinilai secara tidak sesuai dari manfaat barang itu sesungguhnya, sehingga penilaian manfaat sebenarnya dari barang publik tersebut memerlukan pendekatan yang berbeda dari barang ekonomi biasa lainnya. Salah satu cara pendekatan untuk menganalisis nilai manfaat sebenarnya dari wisata alam sebagai barang publik adalah dengan metode biaya perjalanan.

Metode biaya perjalananmerupakan model dasar yang digunakan sebagai pendekatan terhadap permintaan suatu objek wisata. Menurut Dixon dalam Ernah 2004, model ini dapat menggambarkan derajat kunjungan wisatawan atau pelancong sebagai fungsi dari faktor-faktor biaya perjalanan, waktu yang diperlukan untuk perjalanan, tempat wisata pengganti (substitusi aktivitas) dan penghasilan rata-rata pengunjung perbulan. Model ini digunakan untuk menduga permintaan terhadap barang publik. Guna mengetahui fungsi permintaan dari wisata ini maka dilakukan dengan cara menganalisis faktor-faktor sosial dan

(40)

27 ekonomi yang mempengaruhi pengunjung untuk berkunjung ke PSG-3, serta dengan mengkaji jumlah pengunjung yang berwisata ke PSG-3.

Setelah diketahui permintaannya maka akan dapat diketahui nilai ekonomi atau manfaat barang tersebut melalui perhitungan surplus konsumen. Analisis permintaan wisata PSG-3 yaitu banyaknya kunjungan yang akan dianalisis diperkirakan dipengaruhi oleh biaya perjalanan, tingkat pendapatan pengunjung, tingkat pendidikan pengunjung, umur pengunjung, lama mengetahui keberadaan PSG-3, tempat wisata alternatif, jarak tempuh pengunjung dari tempat tinggal, waktu luang pengunjung, jumlah tanggungan keluarga dan lama kunjungan ke PSG-3.

Fungsi permintaan dapat digambarkan dengan kurva permintaan wisata yang dapat memperlihatkan hubungan harga tiket masuk dengan jumlah kunjungan. Kurva permintaan yang memiliki kemiringan negatif mengindikasikan bahwa semakin tinggi harga tiket masuk maka akan menyebabkan semakin sedikitnya jumlah kunjungan, dan pada tingkat harga maksimum akan menyebabkan jumlah kunjungan sama dengan nol atau dengan kata lain sudah tidak ada lagi orang yang ingin berkunjung.

Model permintaan dengan metode biaya perjalanan memunculkan biaya perjalanan sebagai pengeluaran aktual pengunjung dalam menilai suatu tempat wisata. Pengeluaran aktual pengunjung tidak selalu sama dengan keinginan membayar yang sebenarnya dari pengunjung, sehingga untuk memperoleh nilai kesediaan membayar (Willingness To Pay) yang sebenarnya dari pengunjung diperlukan analisis lain dengan pendekatan Contingent Valuation Method. Analisis ini diharapkan dapat menghasilkan harga tiket yang sebenarnya ingin

(41)

28 dibayar oleh pengunjung dan dapat diimplikasikan dengan pengembangan wisata yang diinginkan pengunjung.

Pengelola tempat wisata PSG-3 dalam rangka pembangunan tempat wisata juga memiliki rencana pengembangan wisata yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dari tempat wisata PSG-3. Rencana pengembangan wisata oleh pengelola akan lebih bijak jika dapat disinkronkan dengan harapan pengunjung dan masyarakat sekitar. Sehingga pengembangan wisata yang akan dilakukan akan dapat bermanfaat baik bagi pengelola, pengunjung maupun masyarakat sekitar tempat wisata PSG-3. Diagram alir kerangka pemikiran ini dapat dilihat pada Gambar 3.

(42)

Barang Publik Wisata Alam PSG-3

Nilai Ekonomi Wisata

PSG-3 Belum diketahui

Valuasi Ekonomi Metode Biaya Perjalanan (Individual Travel Cost Method)

Analisis Regresi Fungsi Permintaan Wisata PSG-3 Faktor-Faktor Sosial Ekonomi Surplus Konsumen

Nilai Ekonomi Wisata PSG-3 diketahui

Persepsi Pengunjung Terhadap Tempat Wisata

PSG-3 Rencana Pengelola PSG-3 Terhadap Pengembangan Tempat Wisata PSG-3 Dampak Ekonomi Tempat Wisata PSG-3 Terhadap Pendapatan Masyarakat Sekitar WTP Pengunjung Terhadap Harga Tiket PSG-3 (dengan CVM) Harapan Pengembangan Tempat Wisata yang Diinginkan Pengunjung

Dasar Kebijakan Pengembangan Tempat

Wisata PSG-3

Gambar 3. Diagram Alir Kerangka Pemikiran

Dampak Wisata PSG-3

Terhadap Lingkungan

(43)

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian dilakukan di objek wisata alam Pulau Situ Gintung-3 (PSG-3), Jl.Kertamukti Pisangan Raya, Kelurahan Cirendeu, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Propinsi Banten. Pengambilan data dilakukan selama tiga minggu, yaitu dari pertengahan bulan Maret 2009 sampai dengan awal bulan April 2009. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data dan atau informasi pendukung dari pengunjung dan pengelola tempat wisata serta dari instansi Kelurahan Cirendeu dan masyarakat sekitar tempat wisata PSG-3.

4.2 Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel untuk pengunjung dalam penelitian ini dilakukan secara purposive, yaitu pengambilan responden yang ditemui di lokasi secara disengaja sesuai dengan persyaratan yang dikehendaki, yaitu sesuai dengan kriteria yang sesuai dengan penelitian. Menurut Mardalis (2004), purposive sampel adalah cara memperoleh sampel yang dilakukan dengan cara disengaja dan dengan menggunakan perencanaan tertentu. Banyaknya sampel pengunjung dapat ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin, 1960 dalam Sevilla, 1993 yaitu: 2 1 Ne N n + =

dimana n adalah ukuran sampel, N merupakan banyaknya populasi dan e sama dengan nilai kritis/batas kesalahan. Sehingga dengan menggunakan rumus tersebut, responden pengunjung yang dijadikan sebagai sampel penelitian untuk

(44)

menganalisis fungsi permintaan wisata dan nilai ekonomi wisata PSG-3 adalah sebanyak seratus orang.

Responden yang dipilih adalah pengunjung yang sudah cukup dewasa dengan usia minimal 16 tahun yang memiliki kriteria sehat jasmani dan rohani, mampu berkomunikasi dengan baik serta memahami materi dari kuisioner yang diberikan. Selain pengunjung, penelitian juga dilakukan dengan wawancara secara mendalam kepada aparatur Kelurahan Cirendeu sebanyak tiga orang, dan satu orang pengelola PSG-3 sebagai key person. Responden yang mewakili masyarakat sekitar tempat wisata terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama yaitu masyarakat yang terlibat langsung dengan kegiatan PSG-3 berjumlah 20 responden dan masyarakat yang tidak terlibat secara langsung dengan kegiatan PSG-3 berjumlah 30 responden.

4.3 Desain Penelitian

Penelitian ini didesain sebagai penelitian survei yang dilakukan melalui wawancara dengan responden dan observasi. Menurut Singarimbun (1989) penelitian survei adalah penelitian yang mengkoleksi data dengan menggunakan kuisioner. Pengumpulan data terhadap pengunjung dilakukan dengan menggunakan kuisioner dan wawancara, sedangkan pengumpulan data terhadap pihak Kelurahan, pengelola, pekerja dan masyarakat sekitar tempat wisata diperoleh dengan melakukan wawancara secara mendalam (depth interview). 4.4 Pengumpulan dan Pengolahan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder merupakan data pendukung yang diperoleh dari pihak pengelola tempat wisata Pulau Situ Gintung-3 yang terdiri dari sejarah dan status

(45)

Pulau Situ Gintung-3, luas dan letak lokasi, visi dan misi, serta data jumlah pengunjung Pulau Situ Gintung-3. Data sekunder juga diambil dari studi pustaka yang berhubungan dengan penelitian. Data Primer diperoleh langsung dari wisatawan (pengunjung tempat wisata), pengelola, pekerja, dan masyarakat sekitar tempat wisata melalui wawancara/kuisioner. Data diolah dengan menggunakan software Microsoft Excell, Stata 10 dan Minitab 14. Metode pengolahan data untuk menduga parameter dalam model permintaan rekreasi wisata dengan menggunakan metode Maximum Likelihood (ML) sedangkan analisis parameter dalam model WTP pengunjung terhadap kenaikan harga tiket PSG-3 dengan menggunakan Metode Kuadrat Terkecil (Ordinary Least Squares/OLS).

4.5 Analisis Data

Data dalam penelitian ini dianalisis dengan pendekatan Travel Cost Method (TCM) dan Contingent Valuation Method (CVM). Pendekatan TCM digunakan untuk mengkaji permintaan wisata Pulau Situ Gintung-3 dan pendekatan CVM digynakan untuk mengkaji WTP pengunjung terhadap harga tiket masuk wisata PSG-3.

4.5.1 Analisis Permintaan Wisata Pulau Situ Gintung-3 dengan Travel Cost Method

Analisis fungsi permintaan wisata Pulau Situ Gintung-3 dilakukan dengan menggunakan metode biaya perjalanan atau Travel Cost Method khususnya biaya perjalanan individu atau Individual Travel Cost Method (ITCM). ITCM dirumuskan sebagai berikut (Fauzi, 2004) :

dimana:

(46)

Vij = Jumlah kunjungan oleh individu i ke tempat j

Cij = biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh individu i untuk mengunjungi

lokasi j

Tij = Biaya waktu yang dikeluarkan oleh individu i untuk mengunjungi

lokasi j

Qi = Persepsi responden terhadap kualitas lingkungan dari tempat yang

dikunjungi

Sj = Karakteristik substitusi yang mungkin ada di tempat lain

Yi = Pendapatan (income) dari individu i

Berbagai penelitian permintaan kunjungan terhadap tempat wisata mengggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) untuk mengestimasi parameternya, hal ini dikarenakan frekuensi kunjungan sebagai dependent variable dalam fungsi permintaan wisata diasumsikan sebagai variabel random kontinu dan berdistribusi normal. Namun pada kondisi sebenarnya, frekuensi kunjungan sebagai dependent variable dalam fungsi permintaan wisata merupakan variabel diskrit, integer positif dan berdistribusi Poisson. Jika terdapat variabel respon (dependent variable) yang bertipe diskrit dan integer positif, maka analisis regresi dengan metode OLS kurang tepat digunakan, dan regresi yang tepat digunakan adalah regresi poisson. Menurut Hogg dan Craig (1970) dalam Sundayani (2004), jika suatu variabel random mempunyai tipe diskrit dan merupakan bilangan bulat positif serta menyatakan banyaknya kejadian dalam interval tertentu (frekuensi), maka variabel random tersebut berdistribusi Poisson.

(47)

Fungsi permintaan wisata Pulau Situ Gintung-3 dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dimodelkan dalam bentuk regresi poisson dan diduga sebagai berikut: PPSG-3 = exp (bo + b1BP + b2PP+ b3TK + b4TP + b5WL + b6JT + b7 UP + b8 LM + b9 RA + b10 LK + ei) Dimana: PPSG-3 = Frekuensi kunjungan ke PSG-3 bo = konstanta

BP = biaya perjalanan yang dikeluarkan setiap individu ke lokasi PSG-3, yang terdiri dari biaya konsumsi, transportasi, dan biaya lain-lain yang dikeluarkan selama kunjungan di PSG-3 (Rp/orang)

PP = pendapatan pengunjung yaitu pendapatan yang diterima dalam waktu satu bulan yang terdiri dari penghasilan tetap dan penghasilan sampingan. (Rp/bulan) 1 : ≤ Rp.1.000.000 2 : Rp.1.000.000,1 – Rp.2.000.000 3 : Rp.2.000.000,1 – Rp.3.000.000 4 : Rp.3.000.000,1 – Rp.4.000.000 5 : Rp.4.000.000,1 – Rp.5.000.000 6 : > Rp.5.000.000

TK = jumlah tanggungan keluarga, yaitu jumlah orang yang biaya hidupnya ditanggung oleh responden (orang)

TP = tingkat pendidikan responden (tahun)

(48)

JT = Jarak tempuh dari tempat tinggal responden ke PSG-3 (km)

UP = umur Pengunjung (tahun)

LM = lama mengetahui keberadaan PSG-3 (tahun)

RA = Tempat rekreasi alternatif, yaitu banyaknya tempat rekreasi alternatif yang bisa dikunjungi selain PSG-3

LK = lama kunjungan (jam) b1- b10 = koefisien regresi

ei =error

4.5.2 Analisis Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ Gintung-3

Nilai Ekonomi Pulau Situ Gintung-3 dihitung berdasarkan nilai surplus konsumen. Surplus konsumen merupakan selisih antara total kesediaan yang bersedia dibayarkan oleh konsumen untuk suatu unit barang tertentu dengan pembayaran yang dilakukannya. Creel dan Loomis (1990) menyatakan bahwa surplus konsumen dalam regresi poisson dapat dikalkulasikan dengan rumus sebagai berikut: TC SK β 1 − =

Keterangan: βTC: koefisien dari biaya perjalanan

Nilai manfaat total/ nilai ekonomi wisata alam dari kawasan wisata Pulau Situ Gintung-3 merupakan total surplus konsumen pengunjung dalam suatu periode waktu.

(49)

4.5.3 Analisis WTP Pengunjung terhadap Harga Tiket Masuk Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3 dengan Contingent Valuation Method Fauzi (2004) menyebutkan bahwa di dalam tahap operasional penerapan pendekatan CVM terdapat lima tahapan kegiatan atau proses. Tahapan tersebut adalah:

1. membuat hipotesis pasar 2. mendapatkan nilai lelang (bids) 3. menghitung rataan WTP dan WTA 4. memperkirakan kurva lelang (bid curve) 5. mengagregatkan data.

Maka, untuk menganalisis WTP pengunjung terhadap harga tiket masuk wisata PSG-3 dengan CVM langkah-langkah yang akan dikerjakan adalah sebagai berikut:

1. Membuat Hipotesis Pasar

Hipotesis pasar dibuat dengan skenario bahwa wisata alam PSG-3 masih dapat dikembangkan dengan berbagai rencana pengembangan oleh pihak pengelola dengan tujuan untuk dapat meningkatkan daya tarik wisata dan melestarikan ekosistemnya sehingga didapat lingkungan yang lebih asri, nyaman, dan lestari sehingga dapat meningkatkan kepuasan pengunjung.

Usaha pengembangan tempat wisata PSG-3 memerlukan dana yang cukup besar untuk menunjang kegiatan pengembangan dan perawatan tempat wisata. Sumber pendapatan pengelola berasal dari penjualan tiket masuk wisata, oleh karena itu untuk usaha pengembangan wisata lebih lanjut diperlukan adanya kebijakan menaikkan harga tiket masuk. Seluruh responden diberi informasi mengenai skenario tersebut agar responden dapat mengetahui gambaran tentang

(50)

situasi hipotetis yang dimaksud. Sehingga pertanyaan yang sesuai untuk skenario di atas adalah:

2. Mendapatkan Nilai Penawaran/Lelang (bids)

Cara untuk mendapatkan nilai penawaran dilakukan dengan melakukan survey ke pengunjung. Tujuan dari survey ini adalah untuk memperoleh nilai maksimum keinginan membayar (WTP) dari pengunjung sebagai responden. Nilai penawaran yang diajukan terhadap sejumlah sampel pengunjung PSG-3 akan dilakukan dengan teknik close-ended question atau teknik pertanyaan tertutup, yaitu teknik bertanya terhadap responden dengan memberikan pertanyaan yang sudah disertai dengan jawaban-jawaban untuk dipilih (Mubyarto dan Suratno, 1981).

3. Menghitung Rataan WTP

Nilai rataan WTP setiap pengunjung dihitung berdasarkan nilai penawaran yang diperoleh pada tahap dua. Perhitungan ini didasarkan pada mean (nilai rataan) dari distribusi besaran WTP responden.

4. Memperkirakan Kurva Lelang (Bid Curve)

Kurva penawaran dapat dibuat dengan beberapa cara:

Cara 1. Meregresikan WTP sebagai variabel tidak bebas (dependent variable) dengan beberapa variabel bebas.

W = f (X1, X2,….Xn)

Dimana: W = besarnya nilai WTP

X = variabel bebas (Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya W) Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i bersedia untuk membayar tiket masuk yang lebih mahal dari harga tiket awal untuk pengembangan dan perawatan wisata serta pelestarian ekosistem dan lingkungan tempat wisata PSG-3?

(51)

Cara 2. Menggunakan jumlah kumulatif dari jumlah individu yang menjawab suatu nilai WTP. Asumsi dari cara ini adalah individu yang bersedia membayar suatu nilai WTP tertentu akan bersedia pula membayar suatu nilai WTP yang lebih kecil. Jumlah kumulatif tersebut akan semakin sedikit, sejajar dengan semakin meningkatnya nilai WTP.

5. Menjumlahkan Data

Penjumlahan data merupakan proses dimana nilai rataan penawaran dikonversikan terhadap nilai total populasi (total nilai pengunjung).

4.6 Dampak Ekonomi dari Keberadaan Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3 terhadap Masyarakat Sekitar

Dampak ekonomi keberadaan tempat wisata Pulau Situ Gintung-3 terhadap masyarakat sekitar dianalisis dengan mengkaji tingkat pendapatan masyarakat dengan dan tanpa adanya tempat wisata PSG-3. Analisis ini dilakukan dengan terlebih dahulu mengelompokkan antara tingkat pendapatan masyarakat dengan dan tanpa adanya tempat wisata PSG-3 berdasarkan jenis pekerjaan.

Peningkatan pendapatan masyarakat dilihat dengan perhitungan pendapatan rata-rata masyarakat berdasarkan kelompok perkerjaan. Pendapatan rata-rata masyarakat tersebut dilihat dari pendapatan rata-rata tanpa adanya PSG-3 dengan pendapatan rata-rata dengan adanya PSG-3. Perhitungan peningkatan pendapatan rata-rata dihitung dengan rumus 1 sebagai berikut:

dengan: IPSG-3 = peningkatan pendapatan rata-rata masyarakat dengan adanya

tempat wisata PSG-3

ITPSG-3 = pendapatan rata-rata masyarakat dengan adanya PSG-3

(Rumus 1) IPSG-3 = ITPSG-3 - IT

(52)

IT = pendapatan rata-rata masyarakat tanpa adanya PSG-3

Tujuan dari analisis yang dilakukan terhadap pendapatan masyarakat adalah untuk melihat proporsi pendapatan rata-rata masyarakat sebagai pekerja yang terkait baik langsung maupun tidak langsung terhadap pengelolaan PSG-3. Selain itu, analisis ini juga bertujuan untuk melihat apakah pendapatan masyarakat lebih baik dengan adanya PSG-3. Analisis terhadap kondisi ekonomi masyarakat sekitar ini dilakukan dengan mencari besarnya persentase proporsi pendapatan yang diperoleh dari bekerja di wisata PSG-3 terhadap pendapatan total yang diperoleh rumah tangga.

Kajian mengenai besarnya persentase proporsi pendapatan yang diperoleh dari adanya PSG-3 juga dapat digunakan untuk mengetahui apakah pendapatan yang diterima oleh masyarakat sekitar dengan adanya PSG-3 merupakan pendapatan utama atau hanya sebagai penghasilan tambahan bagi mereka. Mengacu pada Soehadji (1995) dalam Soetanto (2002) yang membagi tipologi usaha berdasarkan hubungannya dengan pendapatan yang diperoleh oleh seseorang. Suatu usaha yang mendatangkan proporsi pendapatan sebesar kurang dari 30 persen (< 30%) terhadap pendapatan totalnya dikatakan sebagai usaha sambilan, jika besarnya proporsi pendapatan yang didapat oleh orang tersebut antara 30 hingga 70 persen (30 - 70%) dari total pendapatannya maka dikatakan sebagai cabang usaha sedangkan jika besarnya proporsi pendapatan yang didapat oleh orang tersebut antara 70 hingga 100 persen (70 - 100%) dari total pendapatannya maka dikatakan sebagai usaha pokok. Persentase proporsi pendapatan yang diperoleh dari PSG-3 dapat dicari dengan cara sebagai berikut (rumus 2):

Gambar

Tabel 1. Jumlah Pengunjung Tahunan Wisata Pulau Situ Gintung-3  Tahun  Jumlah Pengunjung (Orang)
Gambar 1. Klasifikasi Valuasi Non-Market  Sumber: Fauzi, 2004
Gambar 2. Surplus Konsumen Adalah Area atau Bidang di Bawah Kurva  Permintaan  dan di Atas Garis Harga
Gambar 3. Diagram Alir Kerangka Pemikiran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hal ini peneliti bertujuan untuk mengetahui pengaruh postur kerja saat mengambil, mengangkat, membawa dan meletakkan tandan sawit atau brondolan terhadap terjadinya nyeri

Manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini yaitu memberikan kontribusi desain meja kursi baca yang sesuai dengan kebutuhan pengguna perpustakaan baik dari

data (observasi), d) menganalisis data atau informasi untuk memusatkan sejauh mana kelebihan atau kelemahan tindakan tersebut. Sebelum merencanakan tindakan kelas diadakan

program program pembuatan minuman kesehatan dilakukan dengan tuuan untuk memberikan informasi kepada warga Dusun Karang tentang akan diadakan penyuluhan dan

program intra kurikuler, ko kurikuler maupun ekstra kurikuler menurut cara-cara dan ketentuan yang berlaku. Mahasiswa sebagai calon ilmuwan berkewajiban selalu bersikap ksatria,

Modul ini terdiri dari tiga (5) unit belajar. Unit Belajar 1.PERALATAN DAN PENGGUNAAN ALAT UKIR materinya tentang : 1) Alat pokok, 2) Alat Pendukung, 3) Cara penggunaan

Pemeriksaan mikroskopik apus sputum pewarnaan Ziehl Neelsen adalah metode yang sesuai untuk identifikasi basil tahan asam (BTA), mudah dilakukan dan dibaca, serta

Pembiayaan. Perubahan ini dapat berupa peru- bahan jangka waktu, jumlah, margin/ nisbah, jumlah tunggakan margin/ pokok, obyek yang dijadikan jami - nan,