• Tidak ada hasil yang ditemukan

Harapan Pengunjung terhadap Pengembangan Tempat

VII. WILLINGNESS TO PAY DAN PERSEPSI PENGUNJUNG

7.3 Harapan Pengunjung terhadap Pengembangan Tempat

Pengunjung sebagai konsumen tempat wisata merupakan pihak yang paling perlu diperhatikan dalam penentuan kebijakan pengembangan tempat wisata. Kepuasan pengunjung akan menjadi nilai jual tersendiri bagi pengelola dalam mempromosikan tempat wisata. Pengunjung Pulau Situ Gintung-3 juga memiliki harapan atau keinginan dalam pengembangan tempat wisata PSG-3 yang perlu diperhatikan oleh pengelola agar kedepannya tempat wisata ini dapat berkembang menjadi tempat wisata yang berkelanjutan dan dapat terus meningkatkan pelayanan terhadap pengunjung. Harapan pengunjung terhadap pengembangan tempat wisata PSG-3 dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Harapan Pengunjung Terhadap Pengembangan Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3

Harapan Pengembangan Persentase (%)

Penambahan jumlah kantin 15,87

Penambahan fasilitas tempat-tempat duduk dan saung 17,99 Penambahan fasilitas arena bermain anak 9,52 Penambahan dan perawatan fasilitas toilet dan kamar mandi 10,58

Pengembangan atraksi outbound 11,65

Perluasan mushola 13,23

Pengembangan wisata air 12,17

Mempertahankan suasana hijau dan keasrian tempat wisata 8,99

Total 100,00 Sumber: Dikumpulkan Oleh Penulis dari Survei, 2009

Tabel 16 menunjukkan bahwa untuk pengembangan tempat wisata PSG-3 harapan pengunjung paling banyak (17,99% harapan) menginginkan adanya penambahan fasilitas tempat-tempat duduk dan saung. Penambahan tempat- tempat duduk dan saung sangat diharapkan oleh pengunjung yang datang dengan keluarga dan berkelompok bersama teman agar dapat lebih menikmati kebersamaan mereka selama berada di PSG-3. Sebanyak 15,87% harapan dari pengunjung menginginkan adanya penambahan jumlah kantin di dalam PSG-3. Walau banyak pengunjung yang sudah membawa makanan dari luar PSG-3, namun jumlah kantin saat ini yang baru ada satu unit dan satu unit tempat jajan dirasa masuh kurang oleh pengunjung, sehingga penambahan jumlah kantin merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan oleh pengelola PSG-3.

Pengunjung mengharapkan adanya penambahan fasilitas toilet dan kamar mandi terutama bagi pengunjung yang menginap. Perawatan dan kebersihan toilet serta kamar mandi juga memerlukan perhatian khusus, terlebih ketika hari libur dengan jumlah pengunjung yang padat kerap dijumpai permasalahan kebersihan

toilet. Pengunjung juga menginginkan adanya perluasan bangunan mushola yang dirasa masih kurang besar sehingga tidak cukup menampung pengunjung dalam jumlah banyak. Keinginan untuk perluasan bangunan mushola diinginkan oleh pengunjung sebanyak 13.23%.

Pengunjung (sebanyak 12,17%) juga menginginkan adanya pengembangan fasilitas wisata air seperti sepeda air dan perahu wisata yang sudah ada saat ini. Pengembangan wisata air ini merupakan nilai tambah bagi PSG-3 yang juga memanfaatkan Situ Gintung sebagai daya tarik tempat wisata ini. Penelitian ini dilakukan tepat sebelum terjadinya musibah jebolnya tanggul Situ Gintung. Jebolnya tanggul menyebabkan Situ Gintung menumpahkan lebih dari dua juta meter kubik air ke pemukiman penduduk yang terletak di bawah tanggul, hal ini menyebabkan danau mengering dan hanya menyisakan sedikit air pada cekungan- cekungan kecil yang terdapat di dasar danau. Kondisi ini mengakibatkan PSG-3 yang memanfaatkan Situ Gintung sebagai area wisata air menjadikan wisata air tidak dapat berjalan untuk sementara waktu. Namun kejadian ini tidak merusak area tempat wisata PSG-3 yang teletak pada permukaan tanah yang lebih tinggi dari danau, sehingga kegiatan wisata di PSG-3 dapat terus berjalan (lihat Gambar 15). Kebijakan pemerintah dalam menangani hal ini adalah merenovasi tanggul dan memperbaiki kodisi situ karena Situ Gintung memiliki arti yang sangat penting sebagai daerah resapan air dan sebagai pengendali banjir di wilayah Jabotabek. Seiring berjalannya waktu ketika tanggul sudah selesai diperbaiki maka air situ akan terisi kembali dan kegiatan wisata air di PSG-3 dapat kembali normal.

Gambar 15. Peta Lokasi Situ Gintung Sumber: www. situgintung.com

Box 1. Kejadian Jebolnya Tanggul Situ Gintung

Jumat , 27 Maret 2009 ketika waktu subuh belum datang tanggul Situ Gintung yang dibuat pada periode tahun 1932-1933 jebol setelah sehari sebelumnya hujan deras dengan intensitas yang cukup lama mengguyur kota Tangerang Selatan dan sekitarnya. Diduga tanggul tidak mampu menahan debit air di danau Situ Gintung yang meninggi usai didera hujan deras. Jebolnya tanggul menyebabkan Situ Gintung memuntahkan air bah yang menerjang pemukiman masyarakat. Kejadian ini menyebabkan ratusan rumah rusak dan puluhan nyawa melayang.

Menurut literatur dari harian Kompas yang terbit sabtu 28 Maret 2009, kronologi dari kejadian jebolnya tanggul Situ Gintung adalah sebagai berikut:

10 Juli 2008, Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane mengadakan pertemuan dengan warga Kelurahan Cirendeu, Kecamatan Ciputat, untuk menjelaskan rencana rehabilitasi Situ Gintung guna mengembalikan fungsinya sebagai tampungan air.

26 Maret 2009 pukul 14.00, terjadi hujan deras disertai angin.

26 Maret 2009 pukul 16.00, hujan disertai butiran es melanda wilayah selatan Jakarta mengakibatkan air Situ Gintung penuh.

Box 1. Lanjutan

26 Maret 2009 pukul 23.00, warga mulai mendengar suara gemuruh dari arah tanggul di Situ Gintung. Sejumlah warga mulai berbenah karena takut tanggul akan jebol.

27 Maret 2009 pukul 00.00-01.00, tanggul disisi Utara mulai retak.

27 Maret 2009 pukul 03.00-04.00, tanggul yang dijadikan jembatan yang dibuat Belanda pada tahun 1930-an tidak mampu menahan air dan akhirnya jebol. Air bah menerjang Rt.02, Rt.03, Rt.04 yang berada di Rw.08 Kampung Poncol, Situ Gintung, Cirendeu, Ciputat.

27 Maret 2009 pukul 04.00, air mulai meninggi, warga mulai mengungsi.

Box 2. Penyebab Jebolnya Tanggul Situ Gintung

Harian Kompas yang terbit Senin 6 April 2009 membahas peristiwa jebolnya tanggul Situ Gintung. Bersumber dari Litbang Kompas yang diolah dari BPPT, pada surat kabar tersebut diulas bahwa secara alami Jakarta dan sekitarnya terletak di dataran rendah yang relatif rata. Air akan mengisi ceruk-ceruk rendah yang membentuk situ alami dan membasahi rawa disekitarnya. Air rawa naik saat musim hujan dan surut saat musim kemarau. Kemudian, tanggul dibuat untuk mengatur tata air, membendung luapan air yang menggenangi rawa dan tanah rendah, sekaligus mengeringkan rawa-rawa. Situ menjadi tempat penampungan air, perikanan dan tempat rekreasi. Akan tetapi, tanggul menyimpan energi potensial dari tekanan air.

Karena pertumbuhan pemukiman yang tak terkendali, kawasan rendah yang semula adalah rawa-rawa yang dikeringkan berubah menjadi pemukiman. Kawasan ini sangat rawan karena terletak di balik tanggul dan lebih rendah dari permukaan air situ (banyaknya pemukiman penduduk yang menjamur di sekitar situ juga merupakan salah satu faktor penyebab berkurangnya luasan situ). Ketika tanggul gagal membendung air akibat berbagai faktor (berbagai faktor yang turut andil dalam kegagalan tanggul antara lain tanggul yang kurang kokoh, kerusakan dan kebocoran tanggul, tingginya curah hujan yang menambah volume dan tekanan air serta gerusan air hujan yang melongsorkan tanah tanggul), energi potensial air situ terlepas dan meluluhlantahkan apa saja yang dilaluinya. Kawasan rendah dibalik tanggul adalah yang paling rawan terkena terjangan air bah situ.

Box 2. Lanjutan

Berkurangnya luasan situ sehingga menyebabkan berkurangnya kemampuan situ untuk menampung air juga disebut sebagai salah satu penyebab musibah ini. Luasan Situ Gintung yang semula seluas 31 hektar mengalami penyempitan sehingga saat ini hanya seluas 21,4 hektar. Seperti menurut pembahasan pada harian Kompas edisi Senin 6 April 2009 yang menyatakan bahwa banyaknya pemukiman penduduk yang menjamur di sekitar situ merupakan salah satu faktor penyebab berkurangnya luasan situ. Maka peneliti mencoba menganalisis pengaruh keberadaan PSG-3 terhadap luasan situ yang mana area PSG-3 tepat terletak di bibir situ. Berdasarkan hasil wawancara terhadap pihak pengelola PSG-3 dan pihak Kelurahan Cirendeu diketahui bahwa kawasan wisata PSG-3 tidak pernah menambah luasan areanya (dengan cara melakukan reklamasi pada area situ) yang dapat menyebabkan berkurangnya luasan situ. Sehingga dengan kata lain keberadaan PSG-3 tidak turut andil dalam menyebabkan penyempitan luasan Situ Gintung.

Box 3. Efek Jebolnya Tanggul Situ Gintung terhadap PSG-3

Peristiwa jebolnya tanggul Situ Gintung menyebabkan air yang biasa tertampung di Situ Gintung praktis mengering. Kondisi ini menghilangkan keindahan panorama Situ Gintung yang menjadi salah satu daya tarik objek wisata PSG-3. Hal ini juga mengakibatkan kegiatan wisata air terhenti untuk sementara waktu. Kondisi Situ Gintung sebelum dan sesudah terjadinya jebolnya tanggul dapat dilihat pada Gambar 16.

Situ Gintung Sebelum dan Sesudah Musibah 27 Maret 2009 Sebelum Sesudah

5

Sebanyak 11,65% harapan dari pengunjung menginginkan adanya pengembangan dari atraksi outbound yang sudah ada. PSG-3 dengan brand wisata alam dan outbound dapat menjadikan atraksi outbound sebagai daya tarik

5& 6

Dikutip dari Koran Kompas tanggal 7 April 2009. Hal.14.

Box 4. Rencana Pemerintah Pasca Jebolnya Tanggul Situ Gintung

Pasca musibah jebolnya tanggul Situ Gintung, pemerintah yang dalam hal ini melimpahkan penanganan perbaikan Situ Gintung kepada Departemen Pekerjaan Umum (PU) mencoba merumuskan rencana untuk memperbaiki kondisi Situ Gintung. Setelah kejadian, Departemen PU mendatangkan tim ahli termasuk teknisi ahli dari Jepang untuk meninjau kondisi Situ Gintung agar dapat mengkaji penyelesaian terbaik bagi masalah ini dan disain yang bagus untuk tanggul yang sudah rusak.

Para pakar hidrologi dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), limnologi, dan geoteknik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyatakan bahwa terkait dengan rencana Departemen PU untuk merehabilitasi tanggul Situ gintung yang jebol maka pasca bencana Situ Gintung akan diubah menjadi situ dengan ukuran yang lebih kecil selain itu diperlukan pengelolaan sumber daya air yang menyeluruh, penataan ulang wilayah di sekitar situ serta aspek pengawasan dan pemeliharaan yang berkesinambungan.5

Kepala Bidang Mitigasi Bencana BPPT Sutopo Purwo Nugroho mengemukakan bahwa tanggul yang baru akan dibuat lebih rendah dan menjorok ke hulu. Implikasinya, luas genangan dan volume air di situ itu akan lebih kecil. Pembangunan ditargetkan selesai sekitar Oktober 2009. Sutopo juga mengatakan bahwa pembangunan situ harus melihat fungsinya sebagai daerah konservasi sumber daya air dan lingkungan yang cukup trategis, karena itu sebaiknya di bekas area waduk tersebut dibangun sistem pengelolaan sumber daya air yang menyeluruh, meliputi upaya mengkonservasi dan mendayagunakan sumber daya air, pengendalian daya rusak air, serta membangun sistem informasi yang terdiri dari stasiun hidrologi, hidrometeorologi, hidrogeologi, dan sistem peringatan dini.6

tersendiri bagi tempat wisata ini, sehingga diharapkan permintaan akan wisata ini akan semakin meningkat mengingat kegiatan outbound merupakan kegiatan yang dilakukan secara rombongan. Penambahan fasilitas arena bermain anak juga menjadi harapan dari pengunjung PSG-3.

Sebanyak 9,52% harapan dari pengunjung menginginkan adanya penambahan fasilitas di arena bermain anak seperti penambahan fasilitas ayunan dan perosotan untuk bermain anak. Keinginan pengunjung untuk adanya penambahan fasilitas arena bermain anak dikarenakan banyaknya pengunjung PSG-3 yang datang bersama keluarga dan turut serta membawa anak-anak mereka, sehingga permintaan akan adanya penambahan fasilitas pada arena bermain anak cukup banyak. Terakhir, sebanyak 8,99% harapan dari pengunjung menginginkan PSG-3 sebagai wisata alam dapat mempertahankan “suasana hijau” dan keasrian tempat wisatanya, dengan mempertahankan suasana hijau dan keasrian tempat wisata maka akan dapat menambah kenyamanan pengunjung yang datang ke PSG-3.

VIII. DAMPAK KEBERADAAN TEMPAT WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 TERHADAP EKONOMI DAN LINGKUNGAN

8.1 Dampak Ekonomi dari Keberadaan Tempat Wisata Pulau Situ

Dokumen terkait