ABSTRAK
KESESUAIAN HASIL INTERPRETASI MIKROSKOPIK BASIL TAHAN ASAM (BTA) M. TUBERCULOSIS METODE ZIG-ZAG DAN HORIZONTAL PADA SEDIAAN APUS SPUTUM
PEWARNAAN ZIEHL NEELSEN
Giovanni Yugi Setiawan, 2016 ; Pembimbing 1: Hj. Sri Utami, Dra., M.Kes., PA(K) Pembimbing 2 : Penny Setyawati M, dr, SpPK,M.Kes
Tuberkulosis (TB) masih merupakan masalah kesehatan dunia, akibat infeksi M. tuberculosis, terutama menjangkiti paru-paru. Pemeriksaan mikroskopik apus sputum pewarnaan Ziehl Neelsen adalah metode yang sesuai untuk identifikasi basil tahan asam (BTA), mudah dilakukan dan dibaca, serta ekonomis. Ada 2 cara interpretasi BTA apus sputum, metode Zig-zag dan sejak tahun 2013 Word Health Organization telah merekomendasikan penggunaan metode Horizontal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kesesuaian antara hasil interpretasi BTA metode Zig-zag dan metode Horizontal.
Penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional terhadap 30 sediaan apus BTA sputum pewarnaan Ziehl Neelsen penderita TB paru dengan kultur positif, di Balai Laboratorium Kesehatan Jalan Sederhana No. 3-5 Bandung, pada Oktober 2016. Setiap sediaan dibaca dengan metode Zig-zag dan Horizontal oleh 3 orang operator tingkat mahir. Interpretasi BTA apus sputum berdasarkan kriteria International Union Against Tuberculosis and Lung Diaseases 1998, sebagai negatif, scanty, positif 1, positif 2, dan positif 3. Data dianalisis dengan uji korelasi Spearman, secara komputer dengan SPSS Ver. 22, α = 0,05 dan 0,05. Koefisien korelasi hasil interpretasi BTA antara metode Zig-zag dan Horizontal 0,826, sangat signifikan dengan ρ<0,01.
Hasil interpretasi BTA apus sputum metode Zig-zag sesuai dengan Horizontal.
ABSTRACT
CONFORMITY MICROSCOPIC INTERPRETATION RESULTS OF ACID-FAST BACILLI (AFB) M. TUBERCULOSIS BETWEEN
ZIG-ZAG AND HORIZONTAL METHOD ON ZIEHL NEELSEN STAINED SPUTUM SMEARS
Giovanni Yugi Setiawan, 2016 ; 1st Tutor : Hj. Sri Utami, Dra., M.Kes., PA(K) 2nd Tutor : Penny Setyawati M, dr, SpPK,M.Kes
Tuberculosis (TB) remains a global health problem cause by M. tuberculosis, predominantly infect the lungs. Sputum smear microscopy with Ziehl Neelsen stain is a simple, inexpensive, appropriate method which is relatively easy to perform and to read. There are 2 ways to interpretate AFB sputum smears, Zig-zag method and since 2013 Word Health Organization was recommended to use Horizontal method. The aim of this study to research on the conformity AFB interpretation results of Zig-zag and Horizontal methodes.
This analytic observational study with cross sectional design was conducted to 30 AFB Ziehl Neelsen stain sputum smears of lung tuberculosis patients with positive cultures, at Balai Laboratorium Kesehatan Jalan Sederhana No. 3-5 Bandung, on October 2016. Each AFP sputum smears were calculated with Zig-zag and Horizontal methods by 3 expert operators. Interpretation of AFB smears used the 1998 International Union Against Tuberculosis and Lung Diaseases criteria, as negative, scanty, positive 1, positive 2, and positive 3. Data were analyzed with Spearman’s correlation test, SPSS Ver. 22, α = 0.05, 0.05.
Coefficient correlation AFB interpretation results between Zig-zag methode and Horizontal method was 0.826, was very significant with ρ<0.01.
There was a conformity of AFB sputum smears interpretation results between Zig-zag method and Horizontal method.
DAFTAR ISI
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 4
2.1.4.1 Berdasarkan Letak Anatomis ... 8
2.1.4.2 Berdasarkan Riwayat Pengobatan TB ... 9
2.1.4.3 Berdasarkan Status HIV ... 10
2.1.4.4 Berdasarkan Drug-resistance (resistensi obat) ... 10
2.2 Epidemiologi Tuberkulosis ... 11
2.3.1 Taksonomi Mycobacterium tuberculosis ... 12
2.4 Patogenesis Tuberkulosis ... 13
2.5 Pendekatan Diagnosis TB ... 14
2.10.1 Prosedur Penanaman pada Media Lowenstein-jensen ... 26
2.10.2 Kultur Cair (BACTEC 460TB) ... 26
2.11 Tes Resistensi Obat Anti Tuberkulosis (OAT) ... 27
2.11.1 Prosedur Tes Resistensi (Weinstein et al, 2009) ... 28
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian ... 29
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 32
3.3.1 Variabel Penelitian ... 32
3.4 Persiapan dan Prosedur Penelitian ... 33
3.4.1 Prosedur Penelitian ... 33
3.4.2 Prosedur penghitungan cara Zig-zag ... 34
3.4.3 Prosedur penghitungan cara Horizontal ... 34
3.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembahasan ... 37
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 39
5.2 Saran ... 39
DAFTAR PUSTAKA………...…40
LAMPIRAN ... 42
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Mycobacterium Tuberculosis………...12
Gambar 2.2 Patogenesis Tuberkulosis……….13
Gambar 2.3 Apusan Dahak yang Baik………..……….………..…17
Gambar 2.4 Prosedur Penggunaan Mikroskop…………..……….……...……...18
Gambar 2.5 Prosedur Pewarnaan Ziehl Neelsen …………..…....…………...21
Gambar 2.6 Prosedur Pewarnaan Ziehl Neelsen …………..………….……...22
Gambar 2.7 Hasil Pewarnaan Ziehl Neelsen………..…...24
Gambar 2.8 Hasil Pewarnaan Auramine/Rhodamine………..…..…...…...24
Gambar 2.9 Hasil Pewarnaan Acridine Orange……..…….………..……...…....…25
Gambar 2.10 Kultur Lowenstein-Jensen……….…...…….27
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Surat Jawaban Kepala Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular akibat infeksi bakteri
Mycobacterium tuberculosis (MTB). TB paling sering menjangkiti paru-paru dan
TB paru sering merupakan fokus primer infeksi MTB. TB adalah penyakit infeksi
yang dapat diobati dan dicegah. Penularan TB bisa terjadi antar individu melalui
udara terkontaminasi MTB dari penderita TB paru saat penderita bersin atau batuk
serta kontaminasi ludah atau dahak penderita. Seseorang dapat terinfeksi TB
hanya karena terhirup sejumlah MTB. WHO telah melaporkan bahwa sepertiga
penduduk dunia telah mengalami infeksi TB laten, tetapi populasi tersebut tidak
menunjukkan gejala penyakit TB dan tidak potensial menularkan infeksi TB
(WHO, 2016).
Tuberkulosis adalah salah satu dari 10 penyebab kematian di seluruh dunia.
Menurut WHO tahun 2015, 10,4 juta orang terinfeksi TB dengan angka mortalitas
sebanyak 1,8 juta (termasuk 0,4 juta di antara orang dengan HIV), Mortalitas TB
95% terjadi pada negara berkembang dengan penghasilan rendah atau menengah.
Negara dengan insidensi TB terbanyak adalah India sebanyak 60% diikuti oleh
Indonesia, Tiongkok, Nigeria, Pakistan, dan Afrika Selatan. Prevalensi TB pada
kelompok anak pada 2015, diperkirakan sebanyak 1 juta anak dengan mortalitas
170.000 anak, yang hanya terinfeksi TB tanpa infeksi. TB adalah Penyebab
mortalitas utama pada penderita dengan HIV-positif pada tahun 2015, yaitu
sebesar 35%. Penderita TB dengan multidrug-resistant TB (MDR-TB)
diperkirakan 480 000 orang. Program WHO “End TB Strategy” sejak tahun 2000
telah menurunkan insidensi TB sebesar 1,5% dan ditargetkan mencapai penurunan
sebesar 4-5% pada tahun 2020, dan diharapkan pada tahun 2030 upaya
usia produktif yaitu 15-50 tahun dan lebih banyak menginfeksi pria dewasa
dibanding wanita (WHO, 2016).
Diagnosis TB dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium, dan radiologi. Pemeriksaan laboratorium yang
diusulkan untuk penderita TB paru terdiri dari pemeriksan darah rutin disertai laju
endap darah (LED) dan pemeriksaan mikrobiologi dengan bahan pemeriksaaan
(sampel) dahak (sputum) penderita yaitu sediaan apus sputum untuk identifikasi
basil tahan asam (BTA), dan kultur sputum untuk identifikasi MTB. Pemeriksaan
Gold standard (baku emas) diagnosis infeksi TB paru adalah kultur untuk
identifikasi isolat MTB pada medium khusus untuk BTA yaitu Lowenstein
Jensen atau Ogawa dengan sensitivitas 99% dan spesifisitas 100%, sedangkan
masa inkubasi MTB pada media kultur butuh waktu cukup lama 6-8 minggu
(Tuberculosis, 2009).
Salah satu upaya WHO untuk meningkatkan penanggulangan TB paru adalah
ditetapkannya kriteria lain sebagai kriteria diagnosis yaitu pemeriksaan
mikroskopik Basil tahan asam (BTA) pada tiga sediaan apus sputum
sewaktu-pagi-sewaktu (SPS) dengan pewarnaan Ziehl Neelsen. Diagnosis dapat ditegakan
apabila ditemuka dua atau lebih dari tiga sediaan apus sputum dengan BTA
positif. WHO juga merekomendaskan standar intepretasi untuk menegakan
diagnosis TB paru yaitu sesuai dengan standar International Union Against
Tuberkulosis and Lung Disease (IUATLD).
Metode interpretasi BTA pada sediaan apus sputum yang biasa digunakan pada
pemeriksaan BTA adalah secara zig-zag meliputi seluruh luas sediaan apus
sputum, tetapi sekitar tahun 2013 WHO merekomendasikan metode baru yaitu
sediaan cukup dibaca secara horizontal melintang terpanjang dari sediaan apus
sputum (WHO, 2013).
Latar belakang penelitian ini menarik minat penulis untuk melakukan
penelitian membandingkan perbedaan hasil penghitungan BTA dengan metode
horizontal dengan metode lama yaitu metode zig-zag. Tujuan penelitian ini adalah
membandingkan perbedaan kedua metode dengan sediaan yang sama. Dengan
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dibahas diatas, dapat
diidentifikasi masalah adalah sebagai berkut:
Apakah hasil interpretasi mikroskopik BTA apus sputum metode horizontal
sesuai dengan metode zig-zag.
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud penelitian
Penelitian ini bermaksud ingin mengetahui taraf kesesuaian interpretasi
mirkoskopik BTA antara metode horizontal yang direkomendasikan oleh WHO
sejak tahun 2013 menggantikan metode zig-zag pada sediaan sputum penderita
TB paru aktif dengan hasil kultur BTA sputum positif.
1.3.2 Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah melakukan intepretasi BTA secara mikroskopik
untuk setiap sediaan apus sputum penderita TB paru aktif dengan kultur positif
menggunakan metode horizontal dan metode zig-zag berdasarkan kriteria
IUATLD yang diintepretasikan sebagai negatif, scanty, 1+, 2+, dan 3+, kemudian
kesesuaian hasil interpretasi BTA kedua metode dianalisis secara statistik.
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah
1.4.1 Manfaat akademis
Manfaat akademis penelitian adalah menambah wawasan ilmu tentang metode
1.4.2 Manfaat praktis
Manfaat praktis penelitian ini bila didapat kesesuaian intepretasi mikroskopik
BTA sediaan apus sputum dengan pewarnaan Ziehl Neelsen, maka dapat
memberikan Informasi bagi para praktisi kesehatan bahwa intepretasi BTA
sputum metode horizontal cukup representatif mewakili metode zig-zag, dengan
waktu lebih singkat dan efisien dalam penegakan diagnosis dini TB paru sehingga
pemberian terapi Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dapat segera dimulai agar dan
upaya penanganan penderita TB paru dapat lebih efektif.
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
1.5.1 Kerangka Pemikiran
Pembacaan atau identifikasi mikroskopis BTA dapat dilakukan dengan 2 cara,
yaitu dengan metode zig-zag dan horizontal. Intepretasi BTA metode zig-zag pada
sediaan apus sputum dilakukan dengan melakukan pembacaan BTA pada 100
lapang pandang sediaan apus sputum yang berbentuk oval dengan ukuran 2x3cm
dengan arah pergeseran seperti melakukan hitung jenis lekosit pada sediaan apus
darah tepi (SADT). Keuntungan menggunakan metode Horizontal adalah waktu
lebih cepat, lebih efisien, dan lebih seragam dibanding metode zig-zag.
Interpretasi BTA metode Horizontal dilakukan pada area sepanjang garis
Horizontal pada diagonal terpanjang yaitu 3 cm. Interpretasi hasil pembacaan
BTA pada sediaan apus sputum kedua metode, baik metode Zig-zag maupun
Horizontal dilakukan sesuai dengan kriteria International Union Against
Tuberculosis and Lung Diaseases (IUATLD) 1998. Interpretasi BTA apus sputum
diklasifikasikan sebagai sebagai negatif, scanty, positif 1, positif 2, dan positif 3.
ketentuan intepretasi BTA kedua metode telah memenuhi kriteria standard WHO.
World Health Organization (WHO) telah menetapkan ketentuan untuk
penegakan Diagnosis Tuberkulosis (TB) paru berdasarkan hasil pemeriksaan
atau Fluorokrom Auramin atau Rhodamin. Diagnosis TB paru dapat ditegakkan
bila pada pemeriksaan mikroskopik BTA pada 3 sediaan apus sputum dari sampel
sputum sewaktu, pagi, dan sewaktu kedua (S-P-S), ditemukan BTA pada minimal
2 sediaan apus sputum S-P-S yang memenuhi kriteria WHO untuk suatu sediaan
apus sputum yang baik yang sesuai ketentuan WHO. Kriteria sediaan apus sputum
WHO yang adekuat adalah yang berasal dari sputum dengan gambaran
makroskopik sputum tampak purulen yaitu berwarna kuning kehijauan dan kental
tidak bercampur darah dan bukan saliva (air liur tampak jernih dan cair) dan
volume sampel sputum 3-5 mL. Gambaran mikroskopik suatu sputum, ditinjau
berdasarkan jumlah epitel lebih atau sama dengan 10 sel per lapang pandang pada
pemeriksaan mikroskop dengan perbesaran 100 x dan jumlah lekosit lebih dari
atau sama dengan 25 sel per lapang pandang pada perbesaran 400 x. Ketebalan
sediaan apus sputum tidak boleh terlalu tebal atau terlalu tipis dengan kualitas
apusan yang rata tidak lubang-lubang karena terlepas, dan bila diletakkan di atas
tulisan berwarna hitam maka tulisan masih dapat terbaca, hal ini berarti ketebalan
apusan tidak terlalu tebal. Selain ketebalan apusan, kualitas pewarnaan juga harus
baik sesuai prosedur. Interpretasi mikroskopik BTA juga tidak boleh
menggunakan cahaya yang terlalu terang karena bila terlalu silau maka BTA tidak
tampak, WHO menganjurkan agar menggunakan cahaya yang terlalu silau yaitu
dengan mengatur diafragma mikroskop hanya dibuka 80% agar tidak silau.
Interpretasi hasil negatif metode zig-zag ditetapkan bila tidak ditemukan BTA
pada seluruh lapang pandang sediaan apus sputum seluas 2x3cm, yang diabaca
ulang beberapa kali selama 15 menit. Intepretasi mikroskopis BTA apus sputum
dengan metode horizontal, operator cukup mengidentifikasi BTA sepanjang garis
horizontal pada diagonal terpanjang sediaan apus sputum, bila tidak ditemukan,
maka pembacaan dilakukan hanya sepanjang garis horizoltal dengan bergeser
sedikit ke bagian bawah garis horizontal terpanjang, bila masih tidak ditemukan
maka pembacaan dilanjutkan sepanjang garis sejajar sedikit di atas garis
horizontal terpanjang, bila masih belum juga ditemukan BTA maka sudah dapat
Intepretasi BTA menggunakan metode Horizontal ini lebih praktis dan
membutuhkan waktu lebih singkat daripada metode Zig-zag. Variasi hasil
interpretasi BTA antar operator dengan metode Zig-zag akan lebih bervariasi
karena arah dan jarak pergeseran sediaan pada saat pembacaan antar individu
tidak sama. Sedangkan interpretasi BTA dengan metode Horizontal lebih
memungkinkan untuk mendapatkan hasil yang relatif sama oleh antar operatotr
karena area pembacaan BTA hanya sepanjang garis horizontal pada diagonal
terpanjang sediaan apus sputum. Jadi hasil interpretasi BTA antar operator akan
relatif sama dan lebih seragam dibandingkan dengan metode Zig-zag.
Hasil interpretasi BTA diklasifikasikan sebagai Scanty bila pada pembacaan
BTA ditemukan kurang dari 10 BTA pada 100 lapang pandang pembacaan
dengan mikroskop perbesaran 1000 x dengan bantuan minyak emersi. Hasil
Positif 1 bila ditemukan 10-99 BTA per 100 lapang pandang ; Positif 2 bila
ditemukan 1-10 per lapang pandang ; Positif 3 bila ditemukan lebih dari 10 per
lapang pandang; dimana hasil Postif 2 atau Positif 3 ditinjau bila pada 100 lapang
pandang perbesaran 1000 x ditemukan 100 BTA atau lebih. (Manalebh A, 2015)
1.5.2 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah disebutkan, maka didapatkan
hipotesis penelitian yaitu :
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Hasil Interpretasi mikroskopik BTA metode Horizontal sesuai dengan Zig-zag.
5.2 Saran
Saran penulis untuk intepretasi mikroskopik BTA apus sputumdengan kriteria
International Union Against Tuberculosis and Lung Diseases (IUATLD) 1998
menggunakan metode Horizontal, karena prosedur pembacaan lebih mudah dan
cepat, dengan variasi antar individu yang relatif lebih seragam dan reproducible.
Uji diagnostik interpretasi mikroskopik metode horizontal terhadap sampel
sputum penderita tersangka TB paru dengan baku emas (gold standard) kultur
BTA untuk mengetahui validitas interpretasi mikroskopik BTA metode Horizontal
KESESUAIAN HASIL INTERPRETASI MIKROSKOPIK
BASIL TAHAN ASAM (BTA)
M. Tuberculosis
METODE
ZIG-ZAG DAN HORIZONTAL PADA SEDIAAN APUS
SPUTUM PEWARNAAN ZIEHL NEELSEN
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis ini Dibuat Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
GIOVANNI YUGI SETIAWAN
1310124
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
PRAKATA
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat kasih dan
karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah :
” Kesesuaian Hasil Intepretasi Mikroskopik Basil Tahan Asam (BTA)
M. tuberculosis Metode Zig-zag dan Horizontal pada Sediaan Apus Sputum
Pewarnaan Ziehl Neelsen ”.
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Universitas Kristen Maranatha Bandung.
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mendapat bimbingan dan dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
banyak terimakasih kepada:
1. Hj. Sri Utami, Dra., M.Kes., PA(K) dan Penny Setyawati M., dr., Sp.PK.,
M.Kes selaku Dosen Pembimbing Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Pimpinan dan Staf Balai Laboratorium Kesehatan Bandung yang telah
membantu penulis dalam pengumpulan data penelitian ini.
3. Kedua Orang Tua Penulis yang senantiasa memberi dukungan kepada Penulis.
4. Seluruh teman dan sahabat seperjuangan yang telah membantu dan
memotivasi Penulis dalam menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Semua orang yang telah berpartisipasi mendukung penulis dalam
menyelesaikan Karya Tulis ilmiah ini.
Penulis berharap agar Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermabfaat manfaat bagi
setiap orang yang membaca dan mempunyai minat untuk melanjutkan penelitian
tentang pemeriksaan BTA pada sediaan apus sputum di masa yang akan datang.
Bandung, Januari 2016
DAFTAR PUSTAKA
DepKes RI. 2010. Penjaminan Mutu Eksternal untuk Mikroskopi AFB pada Level
Operasional, Kelompok Inti Nasional Pelatihan Mikroskopi TB. Indonesia:
Proyek Pengendalian TB-JICA Indonesia.
Dhewinta Anggita Sari. 2013. Analisis Penerapan Standar Operasional Prosedur
(SOP) Pembuatan Sediaan Tuberkulosis di Puskesmas Satelit (PS)
Kabupaten Bantul. Yogyakarta : Kementian Kes. RI Politeknik Kesehatan.
Dinihari TN & Siagian V. 2014. Bpn_P-Tb_2014.Pdf, Jakarta: KeMenKes. RI.
Jawetz et al. 2013. Mycobacterium tuberculosis. In: Brooks et al (Eds.). Medical
Microbilogy, Ed 26th. New York : The McGraw-Hill Companies, Inc.
http://microbiology.sbmu.ac.ir/uploads/jawetz_2013__medical_miceobiology.pdf
Kementerian Kesehatan RI. 2012 Petunjuk teknis pemeriksaan biakan,
indentifikasi, dan uji kepekaan Mycobacterium tuberculosis pada media
padat, Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2012. Standar prosedur operasional pemeriksaan
mikroskopis TB. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
Kumar V et al. 2015. Mycobacteria. In : V Kumar et al (Eds.), Robbins & Cotran
Pathologic Basis of Disease, 9th Ed. Philadelphia : Elsevier Saunders. p371-7
Manalebh A et al. 2015. The Quality of Sputum Smear Microscopy in
Public-Private Mix Directly Observed Treatment Laboratories in West Amhara
Rodrigues C S, Shenai S V, Almeida D, Sadani M A, Goyal N, Vadher C, Mehta
A P. Use of bactec 460 TB system in the diagnosis of tuberculosis. Indian J
Med Microbiol [serial online] 2007
Uplekar MW, Shepard DS. Treatment of tuberculosis by private medical
practitioners in India. Tubercle 1991;72:284-90.
Velma Buntuan. 2014. Gambaran Basil Tahan Asam (BTA) Positif pada Penderita
Diagnosa Klinis Tuberkulosis Paru di Rumah Sakit Islam Sitti Maryam
Manado Periode Januari 2014 s/d Juni 2014. Manado : Bagian Mikrobiologi
FK Univ. Sam Ratulangi. Jurnal e-Biomedik (eBM) 2 (2); Juli 2014: 593-6.
WHO. 2012. Global Tuberculosis Report 2012. Geneva: WHO.
WHO. 2016. Global Tuberculosis Report 2016. Geneva: WHO.