• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN EFEKTIVITAS BIMBINGAN KARIR DAN ORIENTASI MASA DEPAN DENGAN KEPUTUSAN KARIR REMAJA Satuan Lingual Yang Mengandung Pronomina Persona Pertama Dan Kedua Pada Teks Terjemahan Hadis Pada Buku Sahih Buchori Muslim.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN EFEKTIVITAS BIMBINGAN KARIR DAN ORIENTASI MASA DEPAN DENGAN KEPUTUSAN KARIR REMAJA Satuan Lingual Yang Mengandung Pronomina Persona Pertama Dan Kedua Pada Teks Terjemahan Hadis Pada Buku Sahih Buchori Muslim."

Copied!
162
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan Kepada

Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Gelar Magister Psikologi

Oleh:

ENY SETIYOWATI NIM. S 300100006

PRODI MAGISTER PSIKOLOGI PROGRAM PASCA SARJANA

(2)

ii TESIS

Diajukan Kepada

Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Gelar Magister Psikologi

Oleh :

ENY SETIYOWATI NIM. S 300100006

PROdi MAGISTER PSIKOLOGI PROGRAM PASCA SARJANA

(3)
(4)
(5)
(6)

vi

selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap”.

( Terjemahan QS. Al Insyirah : 5 - 8 )

“Lebih baik pernah mencoba tetapi gagal daripada tidak pernah sama sekali”

(Penulis)

“Jika pikiranku sanggup membayangkan apa yang kuinginkan dan hatiku yakin dapat meraihnya, dengan usaha aku akan mampu

(7)

vii

Psikologi. Universitas Muhammadiyah Surakarta

Berdasarkan survei menunjukkan bahwa sebagian besar siswa belum memahami bakat, minat dan berbagai macam informasi tentang karir. Hal ini terlihat dari masih banyaknya siswa kelas XI yang masih ragu dengan pillihan karir yang akan diambil, padahal siswa telah memilih jurusan yang seharusnya sudah disesuaikan dengan minat karir mereka, meskipun para siswa berencana untuk melanjutkan kuliah setelah menyelesaikan pendidikan di bangku SMA.

Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan efektivitas bimbingan karir dan orientasi masa depan dengan keputusan karir remaja.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian penjelasan atau explanatory research. Penelitian dilakukan pada salah satu SMA Negeri di Kabupaten Klaten. Jumlah sampel 120 remaja dengan jenis kelamin perempuan 74 dan laki-laki 46, dengan menggunakan teknik simple random sampling. Variabel bebas adalah efektivitas bimbingan karir dan orientasi masa depan, sedangkan variabel terikatnya keputusan karir remaja. Pengumpulan data menggunakan angket dan data sekunder yang ada di SMA. Analisis data menggunakan uji normalitas, uji linearitas dan analisis regresi linear berganda.

Penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara efektivitas bimbingan karir dan orientasi masa depan dengan keputusan karir remaja yang ditunjukkan oleh nilai determinasi sebesar 0,823. Sumbangan efektif variabel efektivitas bimbingan karir dan orientasi masa depan dengan keputusan karir remaja sebesar 82,3% yang ditunjukkan oleh koefisien determinan sebesar 0,823.

Ada hubungan positif yang signifikan antara efektivitas bimbingan karir dan orientasi masa depan dengan keputusan karir remaja.

(8)

viii

Effectiveness And Future Orientation Toward Adolescents’ Career Decisions. Magister Psikologi. Universitas Muhammadiyah Surakarta

Based on the survey, it shows that most of the students do not understand yet their talents, interests and various kinds of information about career. It can be seen that there are many grade IX students who are doubtful about the choices of career they will choose, whereas they already choose majors that ought to be adjusted with their career interest, although students are planning to continue their studies to college after finishing their high school education.

This research is to analyze the relation between carriers counseling effectiveness and future orientation toward adolescents’ career decisions.

This research is using explanatory research design. It is conducted in one of Public senior high schools in Klaten Regency. The amount of the sample is 120 adolescents with female 74 and male 46 by using simple random sampling technique. The independent variables are carriers counseling effectiveness and future orientation, while the dependent variable is adolescents’ career decisions. Data collection is using questionnaireand secondary data in senior high school. Data analysis is using normality, linearity tests and multiple linear regression analysis.

It shows that there is an extremely significant positive relations between carriers counseling effectiveness and future orientation toward adolescents’ career decisions which is shown by determination value = 0.823. The effective contributions of carriers counseling effectiveness and future orientation toward adolescents’ career decisions is 82.3% which is shown by determinant coefficient = 0.823.

There is a positive relation between carriers counseling effectiveness and future orientation toward adolescents’ career decisions.

(9)

ix Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Hubungan Efektivitas Bimbingan Karir dan Orientasi Masa Depan Dengan Keputusan Karir

Remaja”. Tesis ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan pendidikan S-2 Magister Sains Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan karya sederhana ini, banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini dengan segala hormat dan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Bambang Setiaji, M.S, Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2. Prof. Dr. H. Khudzaifah Dimyati, selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

3. Dr. Sri Lestari S.Psi, M.Si, selaku Ketua Program Magister Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

4. Dr. Taufik, M.Si, selaku pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis.

5. Dr. Yadi Purwanto, MM yang senantiasa memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis.

(10)

x terselesaikannya penulisan tesis ini.

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kepada para pembaca untuk dapat memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun dimana nantinya akan dapat penulis pergunakan dan sebagai penyempurnaan dalam penyusunan tulisan selanjutnya.

Akhirnya, penulis berharap semoga dengan adanya tesis ini dapat bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, Mei 2015

(11)

xi

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ... v

MOTTO ... vi

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Karir ... 24

B. Efektivitas Bimbingan Karir ... 28

1. Pengertian Efektivitas ... 28

2. Pengertian Bimbingan ... 29

(12)

xii

C. Orientasi Masa Depan ... 47

1. Pengertian Orientasi Masa Depan ... 47

2. Aspek-Aspek Orientasi Masa Depan ... 48

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Orientasi Masa Depan ... 51

D. Hubungan Antara Bimbingan Karir dan Orientasi Masa Depan Terhadap Keputusan Karir ... 56

E. Hipotesis ... 60

BAB III METODE PENELITIAN ... 62

A. Jenis Penelitian ... 62

B. Identifikasi Variabel Penelitian ... 62

C. Definisi Operasional ... 62

D. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ... 64

1. Populasi ... ... 64

(13)

xiii

D. Analisis Data ... 81

1. Uji Asumsi ... 81

2. Uji Hipotesis ... 84

3. Uji t ... 85

4. Analisis Koefisien Determinasi ... 86

5. Deskripsi Data Penelitian ... 87

E. Pembahasan ... 92

BAB V PENUTUP ... 98

A. Kesimpulan ... 98

B. Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 100

(14)

xiv

Tabel 3. Sampel Penelitian ... 65

Tabel 4. Skala Keefektivan Bimbingan Karir ... 67

Tabel 5. Skala Orientasi Masa Depan ... 68

Tabel 6. Skala Pengambilan Keputusan Karir ... 69

Tabel 7. Susunan Skala Aitem Skala Efektivitas Bimbingan Karir ... 73

Tabel 8. Susunan Skala Aitem Skala Orientasi Masa Depan ... 75

Tabel 9. Susunan Skala Aitem Skala Pengambilan Keputusan Karir ... 76

Tabel 10. Hasil Uji Reliabilitas ... 77

Tabel 11. Blue Print Skala Efektivitas Bimbingan Karir Setelah Tryout ... 78

Tabel 12. Blue Print Skala Orientasi Masa Depan Setelah Tryout ... 78

Tabel 13. Blue Print Skala Pengambilan Keputusan Karir Setelah Tryout .... 79

Tabel 14. Hasil Uji Normalitas ... 82

Tabel 15. Hasil Uji Linieritas ... 83

Tabel 16. Hasil Uji Kolinieritas ... 84

Tabel 17. Hasil Uji Regresi Linear Berganda ... 84

Tabel 18. Hasil Analisis Koefisien Determinasi ... 86

Tabel 19. Kategori Skor Subjek Skala Efektivitas Bimbingan Karir ... 88

Tabel 20. Kategori Skor Subjek Orientasi Masa Depan ... 90

(15)
(16)

xvi

2. Lampiran 2 UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

INSTRUMEN ANGKET ... 117

3. Lampiran 3 ANGKET PENELITIAN ... 121

4. Lampiran 4 REKAPITULASI HASIL PENELITIAN ... 129

5. Lampiran 5 UJI NORMALITAS ... 132

6. Lampiran 6 UJI LINIERITAS ... 135

7. Lampiran 7 UJI KOUNIERITAS... 137

8. Lampiran 8 ANALISIS LINIER BERGANDA ... 139

9. Lampiran 9 NORMA KATEGORISASI ... 142

(17)

1

A.Latar Belakang Masalah

Karier adalah bagian hidup yang berpengaruh pada kebahagiaan hidup manusia secara keseluruhan. Oleh karenanya ketepatan memilih serta menentukan keputusan karier menjadi titik penting dalam perjalanan hidup manusia. Keputusan memilih suatu karir dimulai saat individu berada pada masa remaja. Pada usia remaja, sekolah merupakan aspek penting dalam kehidupan karena pendidikan menyiapkan mereka dalam kondisi siap untuk mengambil keputusan karir.

Seligman (dalam Marliyah dkk, 2004) mengatakan bahwa sejumlah karir mulai dibangun dan dikembangkan sejak masa sekolah dan karir dapat juga dikatakan sebagai suatu cita-cita yang diinginkan, baik yang berkaitan dengan suatu bidang pendidikan, pekerjaan maupun suatu profesi tertentu.

Remaja adalah peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa kedewasaan. Suatu masa yang mempengaruhi perkembangan dalam aspek sosial, emosi, dan fisik. Remaja memiliki tugas-tugas perkembangan yang mengarah pada persiapan memenuhi tuntutan dan peran sebagai orang dewasa. Pada tahap ini, salah satu tugas perkembangan remaja adalah memilih dan mempersiapkan diri untuk menjalankan suatu pekerjaan, serta membuat keputusan karir.

(18)

polisi dan guru (Penulis, 11 Januari 2012). Hal ini menunjukkan pola pikir mereka tentang jenis-jenis karir masih sempit, padahal begitu banyak pilihan karir yang tersedia. Cita-cita karir remaja dapat dilihat dalam tabel 1.

Tabel 1

Cita-Cita Karir Remaja

No. Cita-Cita Karir Persentase

1. Dokter 29%

2. Polisi 21%

3. Guru 30%

4. Wiraswasta, kerja di perusahaan dll 20%

Jumlah 100%

Pada Harian Sinar Harapan (28 Mei 2010), data Susenas 2010 menunjukkan 61% siswa SMA tidak memahami kemana mereka sebaiknya menempuh pendidikan lanjut. Dalam keadaan terdesak seperti ini, remaja mengambil keputusan untuk memilih jurusan dipengaruhi orang tua dan peer group (teman sebaya), dimana saran tersebut bersifat subyektif.

Menurut Conger (Marliyah dkk, 2004) salah satu tugas perkembangan remaja adalah pemilihan dan persiapan karir. Pemilihan karir merupakan saat seorang remaja mengarahkan diri pada suatu tahapan baru dalam kehidupan mereka. Membuat keputusan memilih karir merupakan usaha remaja menemukan dan melakukan pilihan di antara berbagai kemungkinan yang timbul dalam proses pemilihan karir.

(19)

perkembangan kognitif operasional formal (11 tahun – dewasa) yaitu tahap dimana mereka sudah dapat berpikir secara abstrak. Pada fase ini mereka mengeksplorasi berbagai alternatif ide dan jurusan dalam cara yang sistematis, misalnya jika ingin menjadi dokter maka harus memilih jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Usia remaja dalam teori perkembangan karir Ginzberg termasuk dalam tahap tentatif yaitu dengan usia 11–17 tahun. Tahapan usia ini adalah masa transisi dari tahap fantasi pada anak-anak menjadi pengambilan keputusan realistik pada remaja. Sejalan dengan perkembangan karir tersebut, proses karir telah muncul pada usia sekolah yaitu ketika anak-anak mulai mengembangkan minatnya dan adanya pemahaman keterkaitan antara kemampuan dengan karir dimasa depan.

Menurut Supriatna (2009) masalah karir yang dirasakan siswa SMA adalah: siswa kurang memahami cara memilih program studi yang cocok dengan kemampuan dan minat, siswa tidak memiliki informasi tentang dunia kerja yang cukup, siswa masih bingung untuk memilik pekerjaan, siswa masih kurang mampu memilih pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan minat siswa merasa cemas untuk mendapatkan pekerjaan setelah tamat sekolah, siswa belum memiliki pilihan perguruan tinggi atau lanjutan pendidikan tertentu setelah lulus SMA, siswa belum memiliki gambaran tentang karakteristik, persyaratan, kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam pekerjaan serta prospek pekerjaan untuk masa depan karirnya.

(20)

pilihan jurusan serta pemilihan karir kelak. Remaja sering memandang pengambilan keputusan disertai kebingungan, ketidak pastian dan stress. Kebanyakan pengambilan keputusan dibuat oleh para remaja yang mengalami perubahan yang menyulitkan dan tak berguna (Santrock, 2003).

Super (Savickas, 2001) menjelaskan bahwa individu dikatakan matang atau siap untuk membuat keputusan karir jika pengetahuan yang dimilikinya untuk membuat keputusan karir didukung oleh informasi yang kuat mengenai pekerjaan berdasarkan eksplorasi yang telah dilakukan. Dalam sebuah penelitian pada individu-individu setelah mereka meninggalkan bangku sekolah menengah atas diketahui bahwa setengah dari mereka tidak sistematis dan tidak memiliki arah dalam eksplorasi dan perencanaan karir mereka (Donald, Kowalski, & Gotkin dalam Santrock, 2002).

Hasil wawancara yang dilakukan penulis pada 10 orang siswa SMA Negeri di Klaten menunjukkan sebagian besar siswa belum memahami bakat, minat dan berbagai macam informasi tentang karir. Hal ini terlihat dari jawaban mereka, dari 10 siswa, 8 diantaranya masih ragu dengan pillihan karir yang akan diambil, padahal mereka telah memilih jurusan yang seharusnya sudah disesuaikan dengan minat karir mereka.

(21)

orientasi masa depan, yaitu bagaimana remaja memandang dan merencanakan masa depannya dan pengaruh guru. Guru di sekolah yang berwenang adalah guru pembimbing atau konselor sekolah, dalam hal ini dengan program bimbingan karir.

Bagaimana individu memandang masa depannya tergambar melalui orientasi masa depannya. Orientasi masa depan merupakan faktor penting yang mempengaruhi minat dan kebutuhan remaja yang akan menjalani pendidikan. Orientasi yang baik terhadap masa depan akan memberi motivasi siswa dalam menjalani pendidikan.

Menurut Nurmi (2004) merencanakan dan memikirkan masa depan merupakan hal yang penting pada masa remaja. Pada masa ini, remaja dihadapkan pada sejumlah tugas normatif yang menuntut mereka berpikir dan mengambil keputusan tentang masa depan. Cara pandang atau orientasi remaja tentang masa depan akan berpengaruh terhadap keputusan karir yang mereka lakukan yang nantinya akan berdampak pada kehidupan mereka di masa yang akan datang.

(22)

Remaja dalam membuat Keputusan membutuhkan bimbingan dari guru, konselor, orangtua, atau orang dewasa lainnya sehingga dapat merencanakan masa depan yang sesuai dengan bakat, minat, atau kemampuan yang dimilikinya. Pandangan yang obyektif tentang pekerjaan membantu siswa mengembangkan dan merancang masa depan yang lebih baik dan cemerlang.

Creed, Patton, dan Prideaux, (2006) mengungkapkan bahwa sebanyak 50% siswa mengalami kebingungan dalam pengambilan keputusan. Salah satu faktornya adalah begitu banyak pilihan jenjang pendidikan dan jenis pekerjaan yang tersedia, serta kebutuhan untuk mengetahui nilai-nilai kehidupan serta tujuan apa yang dibutuhkan dalam pilihan karir tersebut. Selain itu, terbatasnya eksplorasi dan pengalaman pada role model karir maka minat dan aspirasi siswa berkaitan dengan bidang karir tertentu sering kali menjadi stereotipe atau sesuatu yang telah terpolakan dalam fikiranya dan terbatas. Terbatasnya informasi mengenai karir membuat siswa memilih sesuai apa yang diketahui.

Informasi yang akurat tentang dunia kerja dan diri sendiri merupakan hal yang penting untuk mempengaruhi persepsi remaja terhadap keputusan karirnya agar remaja dapat menyesuaikan pilihan karir dengan potensi dirinya (Winkel, 2005).

(23)

1 jam pelajaran setiap minggunya bagi kelas XII. Menurut Sukadji (2000) layanan bimbingan karir untuk individu yang berada dalam tahap eksplorasi membantu individu memahami faktor-faktor relevan dan memperoleh pengalaman membuat pilihan karir, mengeksplorasi bidang-bidang pekerjaan dalam hubungannya dengan minat dan kemampuan, membuat perencanaan dan mengembangkan strategi pencapaiannya.

Dalam panduan model pengembangan diri yang dikeluarkan oleh Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas (2007) dikemukakan bahwa bimbingan karir merupakan suatu bidang pelayanan yang ditujukan untuk membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan membuat keputusan karir.

Surya (dalam Solehuddin dkk, 2008) mengungkapkan bahwa tujuan bimbingan karir adalah membantu individu memperoleh kompetensi yang diperlukan untuk memenuhi perjalanan hidupnya secara optimal ke arah pilihannya. Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah menurut Solehuddin dkk (2008) memiliki fungsi dan berperan sebagai kunci dalam pendidikan di sekolah, yaitu sebagai pendamping fungsi utama sekolah dalam bidang pengajaran dan perkembangan intelektual siswa, terutama pada jenjang sekolah menengah atas, karena di jenjang itulah konselor dapat berperan secara maksimal dalam memfasilitasi konseli mengaktualisasi potensi yang dimiliki secara maksimal.

(24)

penting dalam perjalanan hidupnnya yang berkaitan dengan pendidikan maupun persiapan karir.

Semiawan (dalam Solehuddin dkk, 2008) memandang bimbingan karir sebagai fokus dari profesi bimbingan di sekolah, diharapkan bimbingan ini dapat memecahkan masalah siswa dalam keputusan karirnya. Hal ini tampaknya belum sesuai dengan kenyataan di lapangan, antara lain dapat dilihat dari hasil penelitian Dedi Supriadi (dalam Solehuddin dkk, 2008) dimana faktor utama yang berpengaruh pada keputusan karir remaja adalah minat, diikuti penasehat akademik, orang tua, guru pembimbing, prestasi dan sikap skor tes. Dalam penelitian tersebut guru pembimbing dengan programnya bimbingan karir menempati posisi ke empat dalam faktor yang berpengaruh pada keputusan karir.

Perencanaan pendidikan dan perencanaan pekerjaan merupakan dua hal yang berkaitan erat karena sasaran akhirnya sama, yaitu perencanaan pekerjaan/karir. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa program bimbingan karir tujuan akhirnya adalah siswa mampu menyusun rencana karir dan mengambil keputusan karir serta mengambil langkah-langkah relevan untuk mewujudkan keputusan tersebut.

(25)

mempengaruhi keputusan karir remaja. Savickas (1991) mengemukakan gambaran mental individu pada waktu yang lalu, saat ini dan yang akan datang mempengaruhi keputusan karir seorang remaja.

SMA Negeri Wonosari terletak di perbatasan kota Klaten dan Surakarta, sedangkan kota Klaten berada diantara kota Surakarta dan Yogyakarta, dimana kedua kota tersebut mempunyai jumlah perguruan tinggi yang cukup banyak. Hal ini membuat siswa termotivasi untuk melanjutkan kuliah setelah lulus SMA. Hasil wawancara yang dilakukan penulis pada tanggal 14 September 2011 terhadap 10 siswa kelas XI IPA4, semua siswa berencana melanjutkan kuliah, sedangkan keputusan karir mereka rata-rata terbentuk sejak usia 6-10 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian Araujo dan Do Ceu Taveira (2007), dalam penelitian menunjukkan bahwa anak-anak telah mengembangkan beberapa pemahaman tentang pekerjaan dan hubungan sekolah untuk bekerja pada saat mereka berusia 6 tahun.

Melihat permasalahan remaja dalam memilih karir dan begitu kompleksnya hal-hal yang mempengaruhi pengambilan keputusan karir remaja, penulis mempunyai minat untuk meneliti tentang ”Hubungan Bimbingan Karir dan Orientasi Masa depan terhadap Pengambilan Keputusan Karir Remaja”.

B.Rumusan Permasalahan

(26)

1. Apakah ada hubungan antara efektivitas bimbingan karir dan orientasi masa depan terhadap pengambilan keputusan karir remaja?

2. Apakah ada hubungan antara orientasi masa depan dengan keputusan karir remaja?

3. Apakah ada hubungan antara efektivitas bimbingan karier dengan pengambilan keputusn karier remaja?

C.Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui hubungan antara bimbingan karir dan orientasi masa depan dengan pengambilan keputusan karir remaja.

2. Untuk mengetahui hubungan antara orientasi masa depan dengan keputusan karir remaja.

3. Untuk mengetahui hubungan antara efektivitas bimbingan karier dengan pengambilan keputusan karier remaja.

D.Manfaat Penelitian

Manfaat yang di peroleh dari penelitian ini dapat diberikan sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis

(27)

2. Manfaat Praktis a. Sekolah

Dengan penelitian ini diharapkan sekolah dapat lebih memperhatikan dan membantu siswa dalam kebingungannya memilih karir.

b. Guru dan Orang Tua

Melalui penelitian ini diharapkan adanya hubungan yang komunikatif antara guru dan orang tua dalam membantu pemilihan karir siswa sehingga siswa tersebut dapat mengembangkan bakat dan minatnya dengan baik.

c. Siswa

Dengan penelitian ini diharapkan agar siswa dapat merencanakan kesesuaian antara karir yang diinginkan dengan bakat, minat dan kemampuannya agar dapat memilih karir yang sesuai dangan apa yang diminatinya.

d. Bagi Peneliti.

Peneliti dapat secara langsung menerapkan ilmu-ilmu yang diperoleh tentang psikologi pendidikan.

E.Keaslian Penelitian

(28)

Penelitian tentang karir telah banyak sekali dilakukan, antara lain oleh Sri Prihantoro (2007) tentang perencanaan karir siswa kelas X SMAN 2 Majalengka menunjukkan bahwa 27,8% siswa mempunyai perencanaan karir rendah, 47,2% perencanaan karir sedang dan 25% mempunyai perencanaan karir tinggi. Rahmi (2009) mendapatkan kemampuan siswa SMU di kabupaten Bandung menunjukkan 90% siswa bingung dalam merencanakan masa depan dan 70% menyatakan perencanaan masa depan tergantung orang tua. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sulistiyowati (2010) diketahui bahwa siswa dari keluarga utuh di SMA Negeri 2 Malang dikategorikan mampu dalam pengambilan keputusan karier, hal ini ditunjukkan oleh presentase sebesar 95,23%, sedangkan siswa dari keluarga broken home di SMA Negeri 2 Malang dikategorikan kurang mampu dalam pengambilan keputusan karier, hal ini ditunjukkan oleh presentase sebesar 62,5%.

(29)

siswa dari keluarga broken home di SMA Negeri 2 Malang dikategorikan kurang mampu dalam pengambilan keputusan karier, hal ini ditunjukkan oleh presentase sebesar 62,5%.

Hasil penelitian Dessy dan Nursalim (2009) memberi hasil bahwa pemberian layanan informasi berpengaruh positif terhadap kemantapan pengambilan keputusan studi lanjut siswa. Sementara itu, beberapa penelitian tentang pentingnya bimbingan karir antara lain riset yang dilakukan Partino (2006) pada 616 individu menggambarkan bahwa kematangan karir dipengaruhi oleh faktor layanan konseling, persepsi pengutamaan studi, riwayat hidup, self-efficacy dan prestasi akademik. Pada riset tersebut, faktor layanan konseling menempati peringkat pertama yang dapat mempengaruhi kematangan karir.

(30)
(31)

15

A.Keputusan Karir Remaja 1. Pengertian Karir dan Keputusan Karir

a. Pengertian Karir

Banyak sekali tokoh yang memberikan definisi karir, hal ini terjadi karena sebagian mereka mendefinisikan karir dengan memandang dari segi istilah atau definisinya, sedang yang lain mendefinisikan karir dari segi maknanya.

Menurut Wilson (2006), karir adalah keseluruhan pekerjaan yang kita lakukan selama hidup kita, baik itu dibayar maupun tidak. Selanjutnya Collin (dalam Kristanto, 2003) menambahkan bahwa karir muncul akibat interaksi seseorang dengan organisasi dan lingkungan sosialnya.

(32)

Menurut Handoko (1996) karir adalah semua pekerjaan yang dipunyai atau dipegang selama kehidupan seseorang. Zunker (dalam Winkel, 1997) menjelaskan bahwa karir menunjukkan posisi, jenis pekerjaan serta aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan kehidupan kerja individu.

Anoraga (2001) menyatakan bahwa karir dalam arti sempit adalah profesi serta kedudukan dalam kehidupan dalam upaya mencari nafkah, sedangkan karir dalam arti luas sebagai langkah maju sepanjang hidup yang berkaitan dengan pekerjaan dan jabatan yang dimiliki seseorang. Lebih lanjut Isaacson dan Brown (dalam Marliyah dkk, 2004) menjelaskan bahwa karir dapat didefinisikan sebagai sejumlah pengalaman hidup termasuk pendidikan, kerja, aktivitas-aktivitas luang ataupun pengalaman kenaggotaan dalam suatu perkumpulan/organisasi.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa karir adalah profesi, kedudukan dan pengalaman hidup yang berkaitan dengan pendidikan, pekerjaan, peran, jabatan atau posisi maupun aktivitas sosial yang dimiliki seseorang.

b. Pengertian Keputusan Karir

(33)

menjawab pertanyaan apa yang harus diperbuat guna mengatasi masalah tersebut dengan menjatuhkan pilihan pada salah satu alternatif tertentu.

Basori (2004) menyebutkan bahwa pengambilan keputusan karir merupakan proses untuk menentukan pilihan dari berbagai alternatif yang berkaitan dengan pendidikan ke perguruan tinggi yang berorientasi pada pekerjaan/jabatan.

Menurut Gati dan Asher (2001) pembuatan keputusan karir merupakan proses yang dilakukan individu untuk mencari alternatif-alternatif karir, membandingkannya serta menetapkan pilihan.

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa keputusan karir adalah suatu tindakan untuk dapat memutuskan atau menjatuhkan pilihan pada satu pilihan karir dari berbagai macam pilihan karir yang ada.

c. Pengertian Keputusan Karir Remaja

Keputusan karir remaja adalah pilihan suatu karir yang dilakukan remaja yang menempuh sekolah menengah usia 15 sampai 20 tahun. Remaja melewati beberapa tahapan dalam membuat keputusan. Berdasarkan tahap kehidupan (life stages) yang dikemukakan Super dalam Santrock (2003), usia remaja (remaja SMA) berada pada tahap kristalisasi, dimana terjadi pola “alternatif dan konsekuensi”. Remaja memiliki kesadaran dan

(34)

pada pilihan jurusan, pada saat tersebut ia sudah membuat suatu keputusan yang berkaitan dengan karir di masa yang akan datang.

Shertzer dan Stone (dalam Winkel, 1997) mengatakan bahwa dalam memutuskan suatu karir akan selalu berkaitan dengan dua faktor yaitu internal dan eksternal. Faktor internal dipengaruhi oleh nilai-nilai kehidupan, inteligensi, bakat, minat, konsep diri, pengetahuan dan keadaan fisik.

Inteligensi memegang peranan penting dalam mempersepsikan karir seseorang sesuai dengan pilihan karirnya. Menurut Winkel (1997) tinggi rendahnya taraf inteligensi dapat berpengaruh terhadap pilihan karirnya. Selanjutnya bakat khusus juga dapat dijadikan bekal dasar yang memungkinkan untuk memasuki berbagai bidang karir. Misalnya remaja yang memiliki kemampuan verbal cenderung lancar berbicara, kemudian remaja memandang bahwa dunia penyiaran adalah suatu karir yang cocok dengan bakatnya dan sesuai dengan kemampuannya. Dengan demikian, remaja cenderung mempersepsikan pilihan karir yang akan dijalani adalah bidang-bidang yang berkenaan dengan penyiaran seperti master of ceremony (MC), penyiar televisi atau radio.

(35)

mempunyai minat pada arsitek, maka remaja akan mempersepsikan pilihan karir menjadi seorang arsitektur.

Informasi yang akurat mengenai dunia kerja dan diri sendiri merupakan hal yang penting untuk mempengaruhi persepsi remaja terhadap pilihan karirnya, agar remaja dapat menyesuaikan pilihan karir dengan potensi dirinya (Winkel, 1997). Misalnya remaja yang memiliki informasi mengenai karir tertentu, contoh dokter, maka remaja akan lebih mudah mempersepsikan pilihan karir sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

Selanjutnya, ada juga beberapa remaja yang cenderung mempersipkan pilihan karirnya sesuai dengan keadan fisik. Menurut Winkel (1997) perbedaan jenis kelamin juga dipengaruhi anggapan-anggapan pilihan suatu karir yang sesuai dengan jenis kelamin tertentu serta peranan pria dan wanita dalam masyarakat. Misalnya masyarakat beranggapan bahwa jabatan sekretaris merupakan bidang pekerjaan wanita, maka pria cenderung menghindari jabatan sekretaris.

Seorang remaja dapat memutuskan karirnya sesuai dengan nilai-nilai kehidupan yang dijadikan pegangan atau pedoman hidupnya karena nilai-nilai kehidupan memegang peranan yang penting terhadap harapan dalam kehidupannya termasuk bidang pekerjaan apa yang akan dipilih dan ditekuninya. (Winkel, 1997).

(36)

karir disekolah dapat membantu remaja dalam memahami dunia kerja dan menjadi petunjuk tentang cara untuk meraihnya.

Keputusan karir remaja dalam penelitian ini adalah keputusan pilihan jurusan atau pekerjaan yang diambil oleh remaja setelah melakukan eksplorasi karir dengan bantuan guru bimbingan konseling melalui program bimbingan karir.

2. Perkembangan Karir Remaja

Banyak tokoh yang mengemukakan tentang berkembangnya karir dalam kehidupan seorang individu. Salah satunya, Ginzberg dkk (dalam Winkel, 1997) yang memandang perkembangan karir sebagai suatu proses pemilihan karir yang dapat dibagi menjadi 3, yaitu:

a. Tahap fantasi (usia lahir sampai 11 tahun)

Pada tahap ini anak hanya bermain-main saja dan permainan dinilai tidak memiliki kaitan ke dalam pemilihan karir karena anak memiliki kesadaran yang masih rendah terhadap hambatan-hambatan perkembangan karir. Anak usia 4-5 tahun biasanya sudah dapat menyebutkan pilihan tertentu bila ditanya mengenai cita-cita, namun masih belum dapat membedakan antara keinginan sendiri atau keinginan orang lain (Winkel, 1997)

b. Tahap tentatif (usia 11-17 tahun) Pada tahap ini terdapat 4 periode:

(37)

2) Tahap kemampuan (capacity) usia 12-13 tahun, dimana anak mulai menyadari berbagai kemampuan serta kapasitas dirinya dalam menentukan tujuan karir, anak dapat menunjukkan pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan karakteristik yang dibutuhkan oleh berbagai jenis pekerjaan dan mengevaluasi kemampuannya apakah sesuai dengan pilihan yang mereka minati.

3) Tahap nilai-nilai (values), usia 14 tahun, dimana remaja mulai menghayati nilai-nilai kehidupan yang ingin dicapainya.

4) Tahap transisi (transition), usia 15-16 tahun, dimana remaja mulai memadukan minatnya dan sudah dapat merencanakan karirnya yang merupakan integrasi dari nilai-nilai, kapasitas dan minat. Remaja memiliki kesadaran akan kebutuhan untuk membuat pilihan karir, mengambil tanggung jawab seperti orang dewasa dan melakukan transisi dari sekolah ke dunia kerja.

c. Tahap realistik (usia 17-25 tahun)

(38)

Sementara itu, Donald E. Super (Santrock, 2003) membagi proses perkembangan karir atas lima tahap, yaitu:

a. Tahap pengembangan (growth) mulai dari saat lahir sampai umur lebih kurang 15 tahun, anak mengembangkan berbagai potensi, pandangan khas, sikap, minat, dan kebutuhan-kebutuhan yang dipadukan dalam struktur gambaran diri (self-concept structure).

b. Tahap eksplorasi (exploration) dari umur 15 sampai 24 tahun dimana orang muda memikirkan berbagai alternatif jabatan, tetapi belum mengambil keputusan yang mengikat.

c. Tahap pemantapan (establishment) dari umur 25 sampai 44 tahun, bercirikan usaha tekun memantapkan diri melalui seluk beluk pengalaman selama menjalani karir tertentu.

d. Tahap pembinaan (maintenance) dari umur 45 tahun sampai 64 tahun, orang yang sudah dewasa menyesuaikan diri dalam penghayatan jabatannya.

e. Tahap kemunduran (decline) dimana orang memasuki masa pensiun dan harus menemukan pola hidup baru sesudah melepaskan jabatannya.

(39)

3. Aspek-Aspek Keputusan Karir

Dalam memutuskan suatu karir, terdapat beberapa aspek yang mempengaruhi remaja sehingga ia dapat menjatuhkan pilihan pada suatu karir. Menurut Parsons (dalam Winkel & Hastuti, 2006), ada tiga aspek yang harus terpenuhi dalam membuat suatu keputusan karir, yaitu:

a. Pengetahuan dan pemahaman diri sendiri, yaitu pengetahuan dan pemahaman akan bakat, minat, kepribadian, potensi, prestasi akademik, ambisi, keterbatasan-keterbatasan, dan sumber-sumber yang dimiliki.

b. Pengetahuan dan pemahaman dunia kerja, yaitu pengetahuan akan syarat-syarat dan kondisi-kondisi yang dibutuhkan untuk sukses dalam suatu pekerjaan, keuntungan dan kerugian, kompensasi, kesempatan, dan prospek kerja di berbagai bidang dalam dunia kerja.

c. Penalaran yang realistis akan hubungan pengetahuan dan pemahaman diri sendiri dengan pengetahuan dan pemahaman dunia kerja, yaitu kemampuan untuk membuat suatu penalaran realistis dalam merencanakan atau memilih bidang kerja dan/atau pendidikan lanjutan yang mempertimbangkan pengetahuan dan pemahaman diri yang dimiliki dengan pengetahuan dan pemahaman dunia kerja yang tersedia.

Patton dan Creed (2003) menyebutkan bahwa aspek yang berhubungan dengan pengambilan keputusan karir meliputi komitmen terhadap karir, nilai kerja, efikasi diri, self esteem, usia, gender dan kematangan karir.

(40)

terhadap suatu karir, tingkat ekonomi keluarga, minat orang tua dan kondisi sosial masyarakat.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Karir

Menurut Peter M. Blau (dalam Sukardi, 1987) faktor-faktor yang mempengaruhi individu dalam pembuatan keputusan karir adalah: 1) pengalaman sosial; 2) keterlibatan orang lain; 3) potensi-potensi yang dimiliki individu; 4) aspirasi orangtua; 5) minat; 6) pengetahuan tentang dunia kerja; 7) pertimbangan pilihan karir; dan 7) keterampilan dalam pembuatan keputusan karir.

Menurut Winkel & Hastuti (2006), ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang individu dalam membuat keputusan karir, antara lain: a. Nilai-nilai kehidupan, yaitu ideal-ideal yang dikejar oleh seseorang dimana-mana dan kapan saja. Nilai-nilai ini menjadi pedoman dan pegangan dalam hidup dan sangat menentukan gaya hidup. Refleksi diri terhadap nilai-nilai kehidupan akan memperdalam pengetahuan dan pemahaman akan diri sendiri yang berpengaruh terhadap gaya hidup yang akan dikembangkan termasuk didalamnya jabatanya yang direncanakan untuk diraih.

b. Keadaan jasmani, yaitu ciri-ciri fisik yang dimiliki seseorang. Untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu diperlukan berbagai persyaratan yang menyangkut ciri-ciri fisik.

(41)

dalam banyak hal yang dipegang teguh oleh setiap keluarga, yang pada gilianya menanamkan pada anak-anak.

d. Keadaan ekonomi negara atau daerah, yaitu laju pertumbuhan yang lambat atau cepat, stratifikasi masyarakat dalam golongan sosial dan ekonomi, serta diversifikasi masyarakat atas kelompok-kelompok yang terbuka atau tertutup bagi anggota dari kelompok lain.

e. Posisi anak dalam keluarga. Anak yang memiliki saudara kandung yang lebih tua tentunya, akan meminta pandapat dan pandangan mengenai perencanaan karir sehingga mereka lebih berandangan lebih luas dibanding anak yang tidak mempunyai saudara yang lebih tua.

f. Pandangan keluarga tentang peranan dan kewajiban anak laki-laki dan perempuan yng telah menimbulkan dampak psikologis dan sosial-budaya. Berdasarkan pandangan masyarakat bahwa ada jabatan dan pendidikan tertentu yang melahirkan gambaran diri tertentu dan mewarnai pandangan masyarakat tentang pria dan wanita dalam kehidupan masyarakat.

(42)

situasi yang sulit karena tidak adanya dukungan dalam perencanaan masa depan.

h. Taraf sosial-ekonomi kehidupan keluarga, yaitu tingkat pendidikan orangtua, tinggi rendahnya pendapatan orangtua, jabatan ayah atau ibu, daerah tempat tinggal dan suku bangsa. Anak-anak berpartisipasi dalam status sosial ekonomi keluarganya. Status ini akan menentukan tingkat pendidikan anak.

i. Peer group/pengaruh teman-teman sebaya, yaitu beraneka pandangan dan variasi harapan tentang masa depan.

Menurut Seligman (1994) keputusan karir dipengaruhi oleh keluarga, latar belakang sosial ekonomi, gender, inteligensi dan bakat khusus, minat karir, harga diri, dan kepribadian. Sementara itu, Corey (2010) menyebutkan faktor-faktor dalam keputusan karir, yaitu:

a. Motivation and achievement (motivasi dan prestasi). b. Attitudes about occupation (sikap terhadap pekerjaan). c. Interest (keterkaitan).

d. Values (nilai-nilai). e. Self concept (konsep diri).

f. Personality and choosing career (kepribadian dan pilihan karir).

(43)

a. Faktor pribadi, antara lain:

1) Tipe kepribadian dan ciri-ciri sifat yang menonjol, 2) Bakat atau kemampuan bidang akademis,

3) Bakat atau kemampuan bidang non akademis, 4) Minat terhadap suatu jabatan/pekerjaan, 5) Nilai kehidupan pribadi,

6) Hobi dan kesenangan. b. Faktor lingkungan, antara lain:

1) Nilai-nilai kehidupan masyarakat, 2) Keadaan ekonomi keluarga/orang tua,

3) Kebutuhan/prospek lapangan pekerjaan yang terkait, 4) Kesempatan mendapatkan peluang suatu jabatan/pekerjaan.

Penelitian Kendhawati dan Jatnika (2008) menemukan bahwa faktor evaluasi diri, perencanaan, optimisme dan pesimisme akan mempengaruhi keputusan karier. Kondisi ini akan lebih optimal jika didukung oleh moderating variable yang terdiri dari kondisi ekonomi, dukungan keluarga dan pencarian informasi.

(44)

B.Efektivitas Bimbingan Karir 1. Pengertian Efektivitas

Atmosoeprapto (2002) menyatakan efektivitas adalah melakukan hal yang benar, sejauh mana kita mencapai sasaran. Teori Emerson (dalam Handayaningrat, 1996) menyatakan efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan.

Sumaryadi (2005) organisasi dapat dikatakan efektif bila organisasi tersebut dapat sepenuhnya mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Amirullah dan Ribdyah Hanafi (2002) efektivitas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan secara tepat. Pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dan ukuran maupun standar yang berlaku mencerminkan suatu perusahaan tersebut telah memperhatikan efektivitas operasionalnya.

Menurut Abdurahmat (2003) efektifitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya.

Menurut Steers (1985), efektivitas merupakan suatu tingkatan kemampuan organisasi untuk dapat melaksanakan seluruh tugas-tugas pokoknya atau pencapaian sasarannya.

(45)

2. Pengertian Bimbingan

Menurut Rahman (2003), bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan kepada seseorang agar ia mampu memahami diri, menyesuaikan diri dan mengembangkan diri sehingga mencapai kehidupan yang sukses dan bahagia.

Menurut Miller (dalam Willis, 2004), bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan bagi penyesuaian diri secara baik dan maksimum di sekolah, keluarga dan masyarakat.

Menurut Yusuf & Nurihsan (2005), bimbingan merupakan serangkaian tahapan kegiatan yang sistematis dan berencana yang terarah kepada pencapaian tujuan. Bimbingan merupakan pemberian bantuan yang menunjukkan bahwa yang aktif dalam mengembangkan diri, mengatasi masalah, atau mengambil keputusan adalah individu atau peserta didik itu sendiri.

Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah Pasal 27 Ayat 1, dikatakan bahwa bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada remaja dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan (Bandono, 2007).

(46)

orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu proses bantuan kepada individu untuk dapat memahami diri dan lingkungan yang terarah kepada pencapaian tujuan yaitu mencapai kehidupan yang sukses dan bahagia.

a. Tujuan Bimbingan

Sebagaimana telah dijelaskan dalam definisi bimbingan diatas bahwa bimbingan merupakan proses bantuan kepada individu, dengan demikian bimbingan menempati bidang pelayanan pribadi dalam keseluruhan proses dan kegiatan pendidikan. Dalam hubungan ini, menurut Prayitno dan Amti (2004) pelayanan bimbingan diberikan kepada remaja dalam rangka upaya agar remaja dapat menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan.

(47)

merencanakan masa depan dimaksudkan agar peserta didik mampu mempertimbangkan da mengambil keputusan tentang masa depan dirinya, baik yang menyangkut bidang pendidikan, bidang karir, maupun bidang budaya, keluarga, dan masyarakat. Melalui perencanaan masa depan ini individu diharapkan mampu mewujudkan dirinya sendiri dengan bakat, minat, intelegensi dan kemungkinan-kemungkinan yang dimilikinya.

b. Fungsi Bimbingan

Suatu pelayanan diselenggarakan supaya berguna dan memberi manfaat untuk memperlancar dan memberi dampak positif sebesar-besarnya terhadap kelangsungan hidup manusia. Fungsi suatu pelayanan dapat diketahui dengan melihat kegunaan, manfaat dan keuntungan yang dapat diberikan. Pelayanan bimbingan mengemban sejumlah fungsi yang hendak dipenuhi melalui kegiatan pelaksanaan bimbingan konseling. Menurut Hallen (2005), fungsi-fungsi yang dimaksud mencakup:

1) Fungsi Pencegahan, yaitu fungsi bimbingan yang akan menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul yang akan dapat mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan, kerugian-kerugian tertentu dalam proses perkembangannya.

(48)

3) Fungsi Pengentasan yaitu pelayanan bimbingan berusaha membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh peserta didik, baik dalam sifatnya, jenisnya, maupun bentuknya.

4) Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan koseling yang akan menghasilkan terpeliharanya dan terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara terarah, mantap, dan berkelanjutan.

5) Fungsi Advokasi yaitu fungsi bimbingan yang akan menghasilkan teradvokasi atau pembelaan terhadap peserta didik dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi secara maksimal.

3. Pengertian Bimbingan Karir

Bimbingan karir merupakan salah satu jenis layanan bimbingan konseling yang diadakan di sekolah menengah. Dengan adanya bimbingan karir diharapkan dapat membantu remaja dalam memahami dirinya dan dunia kerja sehingga remaja dapat memilih karir sesuai bakat dan minat. Bimbingan karir merupakan kegiatan bimbingan yang secara khusus ditujukan untuk membantu peserta didik agar dapat membuat pilihan dan keputusan karir secara tepat.

(49)

Dalam panduan model pengembangan diri yang dikeluarkan oleh Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas (2007) dikemukakan bahwa bimbingan karir – disebut pengembangan karir – merupakan suatu bidang pelayanan yang ditujukan untuk membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan membuat keputusan karir.

Menurut Nurihsan (2003), bimbingan karir merupakan pelayanan bimbingan untuk membantu peserta didik mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia kerja, dan mengembangkan masa depannya sesuai dengan macam kehidupan yang diharapkannya sehingga pada akhirnya individu dapat mewujudkan dirinya secara bermakna.

Bimbingan karir merupakan kegiatan bimbingan yang secara khusus ditujukan untuk membantu peserta didik agar dapat membuat pilihan dan keputusan karir secara tepat. Bimbingan karir adalah suatu bidang pelayanan yang ditujukan untuk membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi serta memilih dan membuat keputuan karir (Diknas, 2007).

(50)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan karir adalah suatu upaya bantuan terhadap peserta didik agar dapat mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia kerjanya, mengembangkan masa depan sesuai dengan bentuk kehidupan yang diharapkannya, mampu menentukan dan mengambil keputusan secara tepat dan bertanggung jawab. 4. Tujuan Bimbingan Karir

Bimbingan karir merupakan salah satu jenis bidang bimbingan dalam Bimbingan dan Konseling. Para remaja memperoleh informasi mengenai karir dari Guru Pembimbing melalui layanan Bimbingan Karir. Secara umum tujuan bimbingan karir di sekolah adalah untuk membantu remaja memiliki keterampilan dalam mengambil keputusan mengenai karir dimasa depan. Sementara itu, tujuan bimbingan karir menurut BP3K (1984) agar remaja: a. Dapat menilai dan memahami dirinya terutama mengenai potensi-potensi

dasar, minat, sikap dan kecakapan.

b. Mempelajari dan mengetahui tingkat kepuasan yang mungkin dapat dicapai dari suatu pekerjaan.

c. Mempelajari dan mengetahui berbagai jenis pekerjaan yang berhubungan dengan potensi dan minatnya.

d. Memiliki sikap yang positif dan sehat terhadap dunia kerja. Artinya, remaja dapat memberikan penghargaan yang wajar terhadap setiap jenis pekerjaan. e. Memperoleh pengarahan mengenai semua jenis pekerjaan yang ada di

(51)

f. Mempelajari dan mengetahui jenis-jenis pendidikan atau latihan yang diperlukan untuk suatu pekerjaan tertentu.

g. Dapat memberikan penilaian pekerjaan secara tepat.

h. Sadar dan akan memahami nilai-nilai yang ada pada dirinya dan pada masyarakat.

i. Dapat menemukan hambatan-hambatan yang ada pada diri dan lingkungannya dan dapat mengatasi hambatan-hambatan tersebut.

j. Akan sadar tentang kebutuhan masyarakat dan negaranya yang berkembang. k. Dapat merencanakan masa depannya sehingga dia dapat menentukan karir

dan kehidupannya yang serasi.

Menurut Walgito (2010) secara rinci tujuan bimbingan karir membantu para remaja agar:

a. Dapat memahami dan menilai dirinya sendiri, terutama yang berkaitan dengan potensi yang ada dalam dirinya mengenai kemampuan, minat, bakat, sikap dan cita-citanya.

b. Menyadari dan memahami nilai-nilai yanng ada dalam dirinya dan yang ada dalam masyarakat.

(52)

d. Menemukan hambatan-hambatan yang mungkin timbul, yang disebabkan oleh dirinya sendiri dan faktor lingkungan, serta mencari jalan untuk dapat mengatasi hambatan-hambatan tersebut.

e. Para remaja dapat merencanakan masa depannya serta menemukan karier dan kehidupannya yang serasi atau sesuai.

Menurut Prayitno dan Amti (2004) tujuan bimbingan karir pada sekolah menengah bertujuan:

a. Mempelajari bidang pekerjaan secar lebih luas.

b. Melihat hubungan antara bidang-bidang pekerjaan itu dengan mata pelajaran yang ada di sekolah.

c. Lebih mendalami infomasi tentang pekerjaan tertentu.

d. Memahami cara-cara memperoleh informasi yang tepat dan mutakhir dengan jumlah yang cukup tentang dunia kerja.

e. Memahami pentingnya dan ruang lingkup perencanaan pekerjaan/karir. f. Memahami bahwa dunia kerja itu tidak pernah dalam keadaan tetap (statis),

tetapi terus berubah dan berkembang.

Surya (dalam Solehuddin dkk, 2008) mengemukakan tujuan bimbingan karir sebagai berikut:

a. Agar individu memiliki kemampuan intelektual yang diperlukan untuk berhasil dalam berbagai aspek kehidupan.

(53)

c. Agar individu memiliki pengetahuan atau informasi tentang bimbingan kehidupan.

d. Agar individu mampu mengatasi masalah-masalah kehidupan sehari-hari. e. Agar individu memahami, menghayati dan mengamalkan kaidah-kaidah

ajaran agama yang berkaitan dengan karir.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan bimbingan karir adalah membantu remaja memahami diri sendiri, memahami dunia kerja/karir dan dapat mengambil keputusan karir. Dengan demikian, berdasarkan definisi efektivitas dan bimbingan karir yang telah diuraikan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa bimbingan karir akan efektif apabila tujuan dalam program bimbingan karir dilaksanakan dengan baik. Tercapainya tujuan bimbingan karir merupakan indikator efektivitas bimbingan karir.

5. Aspek-Apek Bimbingan Karir

Dinas Pendidikan dalam rangka merealisasikan bimbingan karier mengeluarkan aspek-aspek bimbingan karir, yaitu:

a. Pemahaman diri

Aspek pemahaman diri dimaksudkan untuk membantu remaja agar dapat mengetahui dan memahami siapa sebenarnya dirinya. Para remaja diharapkan dapat mengetahui dan memahami potensi, kemampuan, minat, bakat dan cita-citanya. Aspek ini terdiri dari:

(54)

3) Cita-cita/gaya hidup 4) Sikap

5) Nilai-nilai Kehidupan

Dengan aspek ini remaja diharapkan dapat mengetahui dan memahami nilai-nilai yang ada dalam dirinya dan yang ada dalam masyarakat. Sehubungan dengan itu, aspek ini mencakup:

1) Nilai kehidupan

2) Saling mengenal dengan nilai orang lain 3) Pertentangan nilai-nilai dalam diri sendiri

4) Pertentangan nilai-nilai sendiri dengan orang lain

5) Nilai-nilai yang bertentangan dengan kelompok atau masyarakat 6) Bertindak atas nilai-nilai sendiri

b. Pemahaman Lingkungan

Dengan aspek ini diharapkan remaja dapat mengetahui dan memahami keadaan lingkungan. Dengan mengetahui dan memahami lingkungan, remaja dapat mengambil langkah dengan tepat. Aspek ini mencakup hal-hal yang berkaitan dengan:

1) Informasi pendidikan

2) Kekayaan daerah dan pengembangannya 3) Informasi jabatan

c. Hambatan dan mengatasi hambatan

(55)

(karier yang cocok) dan setelah mengetahui hambatannya maka akan mencoba cara pemecahan atas hambatan yang ada. Aspek ini mencakup hal-hal yang berkaitan dengan:

1) Faktor pribadi 2) Faktor lingkungan 3) Manusia dan hambatan

4) Cara-cara mengatasi hambatan d. Merencanakan masa depan

Setelah remaja memahami apa yang ada dalam dirinya, keadaan dirinya, nilai-nilai yang ada (dalam dirinya sendiri maupun masyarakat), lingkungan (informasi mengenai pendidikan atau pekerjaan) dan hambatan-hambatan yang ada (dalam diri sendiri atau dari luar) maka remaja diharapkan mampu merencanakan masa depannya. Oleh karena itu, aspek ini mencakup hal-hal yang berkaitan dengan:

1) Menyusun informasi diri 2) Mengelola informasi diri 3) Mempertimbangkan alternatif 4) Keputusan dan rencana 5) Merencanakan masa depan

Sementara itu, aspek-aspek bimbingan karir menurut Slameto (2010) adalah sebagai berikut:

(56)

c. Dapat memutuskan suatu karir

d. Dapat memutuskan bagaimana bentuk kehidupan yang diharapkan.

Aspek-aspek bimbingan karir menurut Tohirin (2007) adalah: (a) pemahaman terhadap dunia kerja, (b) perencanaan dan pemilihan karir atau jabatan (profesi) tertentu, (c) penyediaan berbagai program studi yang berorientasi karir, (d) nilai-nilai kehidupan yang berkenaan dengan karir, (e) cita-cita masa depan, (f) minat terhadap karir tertentu, (g) kemampuan dalam bidang karir tertentu, (h) bakat khusus terhadap karir tertentu, (i) kepribadian yang berkenaan dengan karir tertentu, (j) harapan keluarga, (k) masa depan karir yang akan diperoleh, (l) penyesuaian diri terhadap tuntutan-tuntutan yang terkandung dalam karir atau jabatan (profesi) tertentu, (m) pasar kerja, (n) kemungkinan pengembangan karir.

Hal-hal serupa juga dikemukakan Surya (2001), yaitu: (1) Pemahaman yang lebih baik dan akurat mengenai dirinya; (2) Memanfaatkan lebih banyak lagi sumber-sumber kehidupan; (3) Persiapan diri memasuki dunia kerja dan dunia kehidupan umumnya; (4) Pemilihan sesuai dengan lapangan kehidupan yang sesuai; (5) Menyelesaikan masalah spesifik yang berkaitan dengan kerja dan kehidupan sehari-hari; dan (6) Memuat penilaian yang sehat dan objektif terhadap karir.

(57)

berbagai macam lapangan pekerjaan dan kompetensi-kompetensi suatu pekerjaan. (3) Memilih dan memutuskan suatu karir.

6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Bimbingan Karir

Program bimbingan karir akan memperlihatkan atau mendapatkan hasil maksimal tergantung dari kedua belah pihak, yaitu guru bimbingan konseling dan remaja itu sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan program bimbingan karir menurut Slameto (2010):

a. Perlakuan terhadap remaja sebagai individu yang memiliki potensi untuk berkembang dan maju serta mampu mengarahkan dirinya sendiri untuk mandiri.

b. Sikap positif dan wajar.

c. Perlakuan terhadap remaja secara hangat, ramah, rendah hati, menyenangkan.

d. Pemahaman remaja secara empatik.

e. Penghargaan terhadap martabat remaja sebagai individu. f. Penampilan diri secara asli di hadapan remaja.

g. Kekongkritan dalam menyatakan diri. h. Penerimaan remaja secara apa adanya. i. Perlakuan remaja secara permisive.

(58)

Hasil penelitian Rizqa Ramadhina menunjukkan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan komunikasi interpersonal yang dilakukan guru BK pada saat melakukan proses bimbingan dengan remaja antara lain, faktor internal meliputi: dari dalam diri guru seperti sabar, memiliki wawasan yang luas dan peka terhadap pesan yang disampaikan oleh remaja baik verbal dan non verbal. Dari dalam diri remaja, yaitu adanya motivasi yang kuat untuk dapat menjadi pribadi yang baik. Selanjutnya, faktor eksternal yaitu di luar pribadi guru BK dan remaja seperti kondisi dari ruang BK yang berpengaruh pada ketenangan remaja dalam melakukan proses bimbingan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi bimbingan karir menurut Yusuf dan Nurihsan (2005) meliputi: pikiran, perasaan, pengalaman, nilai-nilai, kebutuhan, harapan dan lain-lain.

Proses bimbingan karir merupakan suatu komunikasi, dimana konselor berusaha mempengaruhi klien/remaja. Konselor juga perlu memperhatikan kesadaran para klien/remaja bahwa konselor sedang berusaha mempengaruhi mereka. Orang yang sebelumnya telah dihadapkan pada beberapa upaya persuasi akan memberikan tanggapan yang berbeda dengan orang yang belum pernah dipengaruhi sebelumnya. Fiske dan Hartley (1980) menunjukkan faktor-faktor umum yang mempengaruhi efektivitas suatu komunikasi:

a. Semakin besar monopoli sumber komunikasi terhadap penerima, semakin besar kemungkinan penerima akan menerima pengaruh atau pesan tersebut. b. Pengaruh komunikasi yang paling besar adalah pada saat pesan yang

(59)

c. Komunikasi dapat menyebabkan perubahan yang efektif atas masalah yang tidak dikenal, dianggap ringan, dan bukan inti, yang tidak terletak pada pusat sistem nilai penerima itu.

d. Komunikasi akan lebih efektif jika sumber dipercaya memiliki keahlian, status yang tinggi, obyektif, atau disukai, tetapi yang paling utama adalah sumber memiliki kekuasaan dan dapat diidentifikasikan.

e. Konteks sosial, kelompok atau kelompok referensi akan menjadi penengah dalam komunikasi dan mempengaruhi apakah komunikasi akan diterima ataukah ditolak.

Faktor-faktor yang mempengaruhi bimbingan konseling karier ada dua faktor, yaitu:

a. Faktor-faktor yang bersumber dari individu 1) Kemampuan intelegensi

(60)

2) Bakat

Bakat merupakan suatu kondiri, suatu kualitas yang dimiliki individu yang memungkinkan individu itu untuk berkembang pada masa mendatang.

3) Minat

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh.

4) Sikap

Sikap menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari dalam kehidupan.

5) Kepribadian

Kepribadian diartikan sebagai suatu organisasi yang dinamis didalam individu dari sistem-sistem psikofisik yang menentukan penyesuaian-penyesuaian yang unik terhadap lingkungannya.

6) Nilai

Merupakan hal-hal yang penting atau berguna bagi manusia. 7) Hobi/Kegemaran

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan individu-individu karena kegiatan-kegiatan tersebut merupakan kegemaran atau kesukaannya.

8) Prestasi

(61)

kemudian hari, instrumen pengukuran prestasi belajar remaja biasanya tes buatan guru.

9) Keterampilan

Keterampilan yang dapat pula diartikan cakap atau cekatan dalam mengerjakan sesuatu.

10) Penggunaan waktu senggang

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh remaja di luar jam pelajaran sekolah digunakan untuk menunjang hobinya atau untuk rekreasi. 11) Aspirasi dan pengetahuan sekolah atau pendidikan sambungan

Aspirasi dengan pendidikan sambungan yang diinginkan yang berkaitan dengan perwujudan dari cita-citanya.

12) Pengalaman kerja

Pengalaman kerja yang pernah dialami remaja pada waktu duduk di sekolah atau di luar sekolah.

13) Pengetahuan tentang dunia kerja

Pengetahuan yang sementara ini dimilkiki anak, tentang dunia kerja, persyaratan, kualifikasi, jabatan structural, gaji yang diterima, hak dan kewajiban, tempat pekerjaan itu berada dan lain-lain.

(62)

15) Masalah dan keterbatasan pribadi

Masalah atau problem dari aspek diri sendiri ialah selalu ada kecenderungan yang bertentangan apabila menghadapi masalah tertentu sehingga mereka merasa tidak senang, benci, takut dan bingung apa yang harus dikerjakan.

b. Faktor-faktor sosial yang berpengaruh terhadap pola arah jabatan Disini ada dua faktor yaitu faktor kelompok primer dan sekunder.

1) Kelompok primer

Kelompok yang erat hubungannya dengan individu yang berpengaruh terhadap arah pilih jabatan diantaranya:

a) Jenis pekerjaan dan penghasilan orang tua b) Pendidikan tertinggi orang tua

c) Tempat tinggal orang tua d) Status sosial ekonomi orang tua e) Agama dan kepercayaan orang tua

f) Keadaan lingkungan sekitar tempat tinggal orang tua g) Harapan orang tua terhadap pendidikan anak.

h) Pekerjaan yang didambakan dan dicita-citakan orang tua terhadap anaknya

i) Kedudukan dan peranan anak dalam keluarga j) Hubungan dan sikap saudaranya terhadap anak

(63)

2) Kelompok sekunder

Kelompok sekunder didasarkan atas kepentingan-kepentingan tertentu yang mewarnai aktivitas gerak-gerik kelompok-kelompok yang berpengaruh terhadap arah pilih jabatan anak diantaranya:

a) Keadaan teman-teman sebayanya b) Sifat dan sikap teman-teman sebayanya c) Tujuan dan nilai-nilai kelompok teman sebaya

Sumber: http://id.shvoong.com/social sciences/counseling/2180724-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-terhadap/#ixzz2R6kM8y1S

Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas bimbingan karir yang pertama berasal dari diri remaja sendiri, yang kedua dari pihak konselor dan yang ketiga dari orang-orang terdekat remaja serta suasana atau kondisi saat konseling berlangsung.

C.Orientasi Masa Depan

Orientasi masa depan memberi kontribusi yang cukup besar terhadap keputusan karir remaja, karena dengan adanya orientasi masa depan pada diri remaja, mereka akan memandang masa depannya dengan motivasi tinggi.

1. Pengertian Orientasi Masa Depan

(64)

merupakan fenomena kognitif motivasional yang kompleks, yakni antisipasi dan evaluasi tentang diri di masa depan dalam interaksinya dengan lingkungan. Gjesme (dalam Oner, 2000) mendefinisikan orientasi masa depan sebagai “the ability to foresee and anticipate to make plans and organize fiture

possibilities”, orientasi masa depan merupakan suatu kemampuan untuk meramalkan dan mengantisipasi serta membuat perencanaan dan mengorganisasikan berbagai kemungkinan yang dapat terjadi di masa depan.

Menurut Nurmi (2004) orientasi masa depan merupakan suatu cara pandang individu dalam memandang masa depannya yang tergambar melalui pandangan, harapan, minat dan kekhawatiran individu terhadap masa depannya.

Seginer (2009) memandang orientasi masa depan sebagai segala kepentingan seseorang mengenai masa depan.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa orientasi masa depan adalah gambaran individu tentang dirinya dalam konteks masa depan, yang akan membantu individu mengarahkan dirinya untuk mencapai sejumlah perubahan yang sistematis, guna meraih apa yang diinginkannya.

2. Aspek-Aspek Orientasi Masa Depan

(65)

Bagan 1

Pembentukan Orientasi Masa Depan

Orientasi masa depan digambarkan melalui tiga dimensi yang berinteraksi dengan skemata, yaitu motivasi, planning dan evaluation.

a. Motivasi

(66)

Menurut Nurmi (2004) pada tahap motivasi hal yang digali adalah isi dari orientasi masa depan, aspirasi, tujuan yang ingin dicapai dengan melihat harapan dan ketakutan individu terhadap masa depan.

b. Perencanaan

Aktivitas perencanaan merupakan tahap bagaimana individu merealisasikan minat mereka. Menurut Nurmi terdapat tiga komponen dalam tahap perencanaan, yaitu pengetahuan (knowledge) yang dimiliki individu sesuai tujuan yang ingin dicapai, perencanaan (plans) yang dilakukan individu dan realisasi (realization) dari tujuan dan rencana.

c. Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian individu terhadap terealisasinya minat. Tahap evaluasi berpusat pada tiga hal, yaitu kemungkinan rencana dan tujuan masa depan individu (probabilitas), kontrol internal yang dimiliki individu dan emosi spesifik yang mengikuti proses evaluasi.

Hasil penelitian mendapatkan aspek-aspek orientasi masa depan yaitu: evaluasi diri, pencarian informasi, perencanaan, kondisi emosi, kondisi keluarga, optimisme/pesimisme dan kejelasan karir di masa yang akan datang.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek orientasi masa depan remaja yaitu:

a. Pengetahuan, kepercayaan dan nilai-nilai. b. Pengetahuan kontekstual.

(67)

e. Konsep diri. f. Gaya atribusi.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Orientasi Masa Depan Orientasi masa depan tiap individu berbeda-beda, walaupun mereka sama-sama berada pada tahap remaja dan duduk di kelas yang sama. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan orientasi masa depan remaja adalah:

a. Motivasi Berprestasi

Motivasi berprestasi adalah keinginan untuk menyelesaikan sesuatu untuk mencapai standar kesuksesan dan untuk mencapai kesuksesan. Mc. Cleland (dalam Strantock,1998) mengunakan istilah need for achievement untuk memotivasi berprestasi, dan mendefinisikannya sebagai suatu dorongan pada seseorang untuk berhasil dalam berkompetisi yang didasarkan atas suatu standar keunggulan.

Menurut Heckhausen (1967) motivasi berprestasi adalah dorongan individu untuk meningkatkan atau mempertahankan kecakapan setinggi mungkin dalam segala aktivitas dimana suatu standar keunggulan digunakan sebagai suatu pembanding. Standar keunggulan tersebut mencangkup tiga hal yaitu:

(68)

2) Standar keunggulan diri yaitu standar keunggulan yang berhubungan dengan pencapaian prestasi belajar yang lebih tinggi dibanding sebelumnya.

3) Standar keunggulan orang lain yaitu standar yang berhubungan dengan pencapaian prestasi yang setara

Heikson lebih jauh menyebutkan 6 ciri individu yang memiliki motivasi berprestasi, yaitu:

1) Memiliki gambaran diri yang positif,optimis dan percaya diri.

2) Lebih memilih tugas yang tingkat kesukarannya lebih sedang- sedang saja dari pada tingkat kesukaran yang lebih mudah.

3) Berorientasi ke masa depan. 4) Sangat menghargai waktu.

5) Tabah dan tekun dalam mengerjakan tugas.

6) Lebih memilih seorang yang ahli sebagai mitra dari pada orang simpati. Atkinson menjelaskan bahwa motivasi berprestasi merupakan disposisi berprestasi usaha berhasil yang menganggapnya sebagai dorongan dengan kecendrungan mendekati suatu keberhasilan daripada kegagalan,sebaliknya individu yang memiliki motivasi prestasi yang rendah cendrung mengantisipasi kegagalan.

(69)

kegagalan yang akan dihadapinya, sedangkan tugas yang sangat mudah memberi peluang untuk terhindar dari kegagalan.

b. Iklim Sekolah

Iklim sangat berkaitan erat dengan prestasi belajar pesrta didik disekolah,artinya iklim sekolah yang kondunsif akan membangkitkan motivasi berprestasi mereka. Sebaliknya iklim sekolah yang kurang sehat akan menghambat motivasi berprestasi mereka yang pada akhirnya akan mempengaruhi prestasi belajarnya,meskipun banyak faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar mereka seperti pola belajar remaja,guru,sarana dan prasarana,namun iklim sekolah menempati peran yang sangat penting, hal ini karena faktor-faktor iklim sekolah tidak saja bersifat mendukung melainkan dapat mengangu jalannya proses belajar. c. Lingkungan Keluarga

Penelitian yang dilakukan oleh Mugiadi dkk (dalam Triyono, 1990) menunjukan bahwa kontribusi 8,8% terhadap prestasi belajar sementara itu Moh. Afiq dalam penelitiannya menyatakan bahwa antara perlakuan orang tua, pendidikan orang tua dengan prestasi belajar mahasiswa dengan koefisien korelasi 0,29, perlakuan orang tua tersebut antara lain untuk memotivasi anaknya berprestasi, kesempatan belajar yang diciptakan orang tua dirumah dan di luar rumah. Tujuh variabel yang dianggap mewakili latar belakang keluarga:

(70)

3) status jabatan keluarga 4) penghasilan keluarga 5) pengaturan rumah 6) kepemilikan

7) lingkungan pendidikan rumah d. Resiliensi

Resiliensi adalah kemampuan atau kapasitas insani memungkinkanya untuk menghadapi, mencegah, meminimalkan dari kondisi yang tidak menyenangkan atau mencegah kondisi untuk diatasi. Resiliensi adalah kemampuan untuk beradaptasi dan tetap teguh dalam keadaan sulit. (Reivich dan Shatte, 2002) resiliensi dibangun dari beberapa kemampuan yang berbeda dan hampir tidak ada satupun individu yang secara keseluruhan memiliki kemampuan tersebut dengan baik. Kemampuan resiliensi ini terdiri dari:

1) Regulasi emosi, menurut Reivich dan Shatte (2002) regulasi emosi adalah kemampuan untuk tetap tenang dalam tekanan.

Gambar

Tabel 1 Cita-Cita Karir Remaja
Tabel 2 Tabel Populasi
Tabel Sampel Penelitian
Tabel 4 Skala Keefektifan Bimbingan Karir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian dengan menggunakan tumbuhan Ficus elastica bertujuan untuk skrining awal senyawa antikanker dengan menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test yang pernah

[r]

dengan nekrosis hati akut yang fatal, tetapi yang paling sering terjadi adalah. jaundice dan hepatitis (Aslam, dkk., 2003). Hepatotoksisitas, dibagi

In order to faci litate the implementation of this Arrangement, Center for Health Human Resources Management of the Ministry of Health of the Republic of Indonesia will

KEPALA KELUARGA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI DESA GONDANG TANI WILAYAH.. KERJA PUSKESMAS GONDANG

Faktor pertama yang dapat mempengaruhi loyalitas pelanggan adalah

Dari hasil pembahasan sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : (1) Model penduga potensi tegakan yang dapat direkomendasikan adala Vbc

The inclusion of palm oil solid waste in the diet of murrah buff alo signi fi cantly improved milk yield and.. calve