• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Ekonomi dan Strategi Pengelolaan Ekowisata di Wana Wisata Cikole Kabupaten Bandung Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak Ekonomi dan Strategi Pengelolaan Ekowisata di Wana Wisata Cikole Kabupaten Bandung Barat"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

ANINDYAH NURAHMAH

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

dan Strategi Pengelolaan Ekowisata di Wana Wisata Cikole Kabupaten Bandung Barat adalah benar karya penulis dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini penulis melimpahkan hak cipta dari karya tulis penulis kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, April 2014

(4)
(5)

BONAR M. SINAGA dan HASTUTI.

Kabupaten Bandung Barat memiliki potensi wisata yang berperan meningkatkan pembangunan ekonomi daerah. Aktivitas wisata mendukung unit usaha dan menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat lokal. Wana Wisata Cikole merupakan wisata alam baru yang berada di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat dan belum dikenal banyak orang. Persaingan antar objek wisata di sekitar Kecamatan Lembang menjadi sebuah ancaman bagi pengembangan Wana Wisata Cikole. Tujuan penelitian ini yaitu: (1) mengidentifikasi karakteristik wisatawan, unit usaha dan tenaga kerja di Wana Wisata Cikole, (2) menganalisis dampak ekonomi kegiatan rekreasi di Wana Wisata Cikole terhadap masyarakat lokal, (3) menganalisis tingkat kepuasan wisatawan terhadap atribut wisata di Wana Wisata Cikole, dan (4) merumuskan strategi pengelolaan Wana Wisata Cikole. Analisis yang digunakan adalah analisis deskritif untuk mengidentifikasi karakteristik wisatawan, unit usaha dan tenaga kerja, Multiplier Effect untuk menganalisis dampak ekonomi, Customer Satisfaction Index (CSI) dan Importance Performance Analysis (IPA) untuk menganalisis tingkat kepuasan wisatawan, dan Strenght Weakness Opportunity Threat (SWOT) untuk merumuskan strategi pengelolaan. Analisis Multiplier Effect menunjukan bahwa Wana Wisata Cikole telah memberikan dampak ekonomi langsung dan tidak langsung, serta dampak lanjutan terhadap perekonomian masyarakat lokal. Untuk meningkatkan pelayanan wisata, pengelola wisata perlu menambah kualitas dan kuantitas karyawan, menambah ketersediaan papan keterangan, meningkatkan sistem keamanan, menambah jumlah pemandu wisata, serta meningkatkan penanganan keluhan pengunjung. Indeks kepuasan wisatawan Wana Wisata Cikole berada pada kriteria puas. Alternatif strategi pengelolaan Wana Wisata Cikole untuk meningkatkan dampak ekonomi terhadap masyarakat lokal yaitu menambah atraksi wisata baru serta menambah sarana dan prasarana.

(6)

Ecotourism in Wana Wisata Cikole Bandung Barat District. Supervised by BONAR M. SINAGA and HASTUTI.

Bandung Barat District has tourism potential which contribute to increase regional economic development. Tourism activities support bussiness unit and create employment for local community. Wana Wisata Cikole is a new natural tourism spot in Lembang Subdistrict, Bandung Barat District and has not yet known to many people. However a competition within tourism object around Lembang Subdistrict become a threat to the development of Wana Wisata Cikole. The purposes of the study were to: (1) identify the characteristics of tourist, business units, and labor in Wana Wisata Cikole, (2) analyze the economic impact of recreational activities in Wana Cikole on local community, (3) analyze the tourist satisfaction rate on tourism attributes in Wana Wisata Cikole, and (4) formulate management strategy of Wana Wisata Cikole. Analysis used were descriptive analysis to identify the characteristics of tourist, business units, and labor, Multiplier Effect to analyze the economic impact, Customer Satisfaction Index (CSI) and Importance Performance Analysis (IPA) to analyze tourist satisfaction index, and Strenght Weakness Opportunity Threat (SWOT) to formulate the management strategy. Multiplier Effect analysis shows that Wana Wisata Cikole has been given direct, indirect, and induced economic impact on the economy of local community. The tourist satisfaction index of Wana Wisata Cikole is at satisfied criteria. To improve tourism services, the tourism management needs to increase the quality and the quantity of employees, improve the availability of information boards, enhance the security system, increase the amount of tour guide, as well as improve the handling of visitors complaints. Alternative management strategies of Wana Wisata Cikole to increase economic impact on local community are adds new tourist attraction as well as adds facility and infrastructure.

(7)

ANINDYAH NURAHMAH

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, M.A Pembimbing I

Hastuti, S.P, M.P M.Si Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T Ketua Departemen

Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

(10)

Segala Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Dampak Ekonomi dan Strategi Pengelolaan Ekowisata di Wana Wisata Cikole Kabupaten Bandung Barat”. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA dan Hastuti, SP, MP, Msi selaku dosen pembimbing yang telah memberi banyak arahan dan masukan menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada orang tua (Dadang Pratikto dan Triana Sari) dan kakak tercinta Sonia Pramita Nurinda yang telah memberikan dukungan serta doa dalam membantu proses penyususnan skripsi. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada sahabat tercinta seperjuangan Yuki Indah Pertiwi, Maya Dwi K, Annisa Ratnarosi, Justisia S., Ditri A., Meiryanti A., Febriana R., Nur Nabilah, Herna Puspita, Reyna V., Addina A., dan teman-teman ESL 46 yang selalu memberikan semangat dan motivasi, teman sebimbingan (Apriliana, Sari, Citra, Aulia, dan Esha) yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis selama penyusunan skripsi. Terima kasih juga kepada dosen dan staf sekretariat Departemen ESL yang telah membantu penulis selama perkuliahan dan penyusunan skripsi serta seluruh staf sekretariat sekolah Pascasarjana EPN (Mba Yani, Mas Johan, Mba Ina, Bu Kokom, Bu Odah, Pak Husen, dan Pak Erwin).

Bogor, April 2014

(11)

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1. Pariwisata ... 11

2.2. Wisatawan ... 11

2.3. Ekowisata ... 12

2.4. Wana Wisata ... 13

2.5. Dampak Ekonomi Wisata ... 14

2.6. Penelitian Terdahulu ... 16

2.6.1. Penelitian Terdahulu tentang Analisis Dampak Ekonomi ... 16

2.6.2. Penelitian Terdahulu tentang Analisis Kepuasan Wisatawan .. 17

2.6.3. Penelitian Terdahulu tentang Analisis Perumusan Strategi ... 17

2.7. Kebaruan Penelitian ... 18

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 27

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 27

3.1.1. Obyek dan Daya Tarik Wisata ... 27

3.1.2. Nilai dan Kepuasan Konsumen ... 27

3.1.3. Importance Performance Analisis dan Customer Satisfaction Index ... 28

3.1.4. Analisis Perumusan Strategi ... 29

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 29

IV. METODE PENELITIAN ... 33

(12)

4.4. Metode Analisis Data ... 35

4.4.1. Analisis Deskriptif ... 35

4.4.2. Analisis Dampak Ekonomi ... 36

4.4.3. Customer Satisfaction Index (CSI) ... 37

4.4.4. Importance Performance Analysis (IPA) ... 39

4.4.5. Tahap Perumusan Strategi ... 41

4.4.5.1. Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE) ... 41

4.4.5.2. Matriks Internal-Eksternal (IE) ... 43

4.4.5.3. Analisis Strengths Weaknesses Opportunities Threats (SWOT) ... 44

V. GAMBARAN UMUM ... 47

5.1. Keadaan Lokasi Penelitian ... 47

5.2. Geografis ... 47

5.3. Iklim ... 47

5.4. Aksesibilitas ... 48

5.5. Fasilitas Rekreasi ... 48

VI. IDENTIFIKASIKARAKTERISTIK WISATAWAN ... 51

6.1. Karakteristik Wisatawan ... 51

6.1.1 Umur ... 51

6.1.2. Jenis kelamin ... 52

6.1.3. Status Pernikahan ... 52

6.1.4. Pendidikan ... 53

6.1.5. Pekerjaan Utama ... 53

6.1.6. Penerimaan ... 54

6.1.7. Jumlah Tanggungan ... 55

6.1.8. Daerah Asal ... 56

6.1.9. Jarak Daerah Asal dengan Wana Wisata Cikole ... 56

6.1.10. Sifat Kunjungan ... 57

6.1.11. Alat Transportasi ... 58

(13)

VII.ANALISIS DAMPAK EKONOMI ... 65

7.1. Analisis Dampak Ekonomi Keberadaan Wana Wisata Cikole ... 65

7.2. Dampak Langsung (Direct) ... 68

7.3. Dampak Tidak langsung (Indirect) ... 69

7.4. Dampak Lanjutan (Induced) ... 69

7.5. Nilai Pengganda dari Pengeluaran Wisatawan ... 70

VIII.ANALISIS TINGKAT KEPUASAN WISATAWAN ... 73

8.1. Indeks Kepuasan Wisatawan ... 73

8.2. Prioritas Perbaikan Atribut Wisata ... 74

IX.PERUMUSAN STRATEGI PENGELOLAAN ... 83

9.1. Identifikasi Faktor Internal Wana Wisata Cikole ... 83

9.2. Analisis Matriks IFE ... 85

9.3. Identifikasi Faktor Eksternal Wana Wisata Cikole ... 86

9.4. Analisis Matriks EFE ... 88

9.5. Matriks IE ... 89

9.6. Analisis SWOT ... 91

X. SIMPULAN DAN SARAN ... 95

10.1. Simpulan ... 95

10.2. Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 97

LAMPIRAN ... 101

(14)

Nomor Halaman

1. Dampak Pariwisata Terhadap PDB Tahun 2006–2011 ... 1

2. Data Kunjungan Wisatawan ke Jawa barat tahun 2007–2011 ... 2

3. Data Kunjungan Wisatawan ke Bandung Barat Tahun 2009–2011 ... 3

4. Penelitian Terdahulu Tentang Analisis Dampak Ekonomi ... 19

5. Penelitian Terdahulu Tentang Analisis Kepuasan Wisatawan ... 21

6. Penelitian Terdahulu Tentang Analisis Perumusan Strategi ... 23

7. Matriks Metode Analisis Data ... 35

8. Kriteria Nilai Costumer Satisfaction Index (CSI) ... 38

9. Tabel Model Matriks IFE ... 41

10. Tabel Model Matriks EFE ... 41

11. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal/Eksternal Perusahaan ... 42

12. Bagan Analisis SWOT ... 45

13. Umur Wisatawan Wana Wisata Cikole Tahun 2013 ... 51

14. Jenis Kelamin Wisatawan Wana Wisata Cikole Tahun 2013 ... 52

15. Status Pernikahan Wisatawan Wana Wisata Cikole Tahun 2013 ... 53

16. Pendidikan Terakhir Wisatawan Wana Wisata Cikole Tahun 2013 .... 53

17. Pekerjaan Utama Wisatawan Wana Wisata Cikole Tahun 2013 ... 54

18. Penerimaan Pokok Wisatawan Wana Wisata Cikole Tahun 2013 ... 55

19. Jumlah Tanggungan Wisatawan Wana Wisata Cikole Tahun 2013 ... 55

20. Daerah Asal Wisatawan Wana Wisata Cikole Tahun 2013 ... 56

21. Jarak Daerah Asal Wisatawan Wana Wisata Cikole Tahun 2013 ... 57

22. Sifat Kunjungan Wisatawan Wana Wisata Cikole Tahun 2013 ... 58

23. Alat Transportasi Wisatawan Wana Wisata Cikole Tahun 2013 ... 59

24. Lama Kunjungan Wisatawan Wana Wisata Cikole Tahun 2013 ... 59

25. Aktivitas Utama Wisatawan Wana Wisata Cikole Tahun 2013 ... 60

26. Unit Usaha di Wana Wisata Cikole Tahun 2013 ... 61

27. Tenaga Kerja di Wana Wisata Cikole Tahun 2013 ... 63

(15)

Tahun 2013 ... 68

33. Pendapatan Unit Usaha di Wana Wisata Cikole Tahun 2013 ... 68

34. Proporsi Pengeluaran Tenaga Kerja di Wana Wisata Cikole Tahun 2013 70 35. Hasil Analisis Dampak Ekonomi Wana Wisata Cikole Bulan Mei Tahun 2013 ... 70

36. Nilai Multiplier Effect Wana Wisata Cikole Bulan Mei Tahun 2013 .... 71

37. Perhitungan Customer Satisfaction Index (CSI) Wana Wisata Cikole ... 74

38. Nilai Perhitungan Rata-rata Atribut Wisata di Wana Wisata Cikole Berdasarkan Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja ... 75

39. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Wana Wisata Cikole Tahun 2013 ... 86

40. Matriks External Factor Evaluation (EFE) Wana Wisata Cikole Tahun 2013 ... 89

41. Matriks SWOT Wana Wisata Cikole Tahun 2013 ... 93

DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Skema Kerangka Pemikiran ... 31

2. Diagram Kartesius ... 40

3. Matriks Internal - Eksternal (IE) ... 44

4. Diagram Kartesius Importance Performance Analysis ... 76

(16)

Nomor Halaman

1. Kuesioner Wisatawan ... 102

2. Kuesioner Tenaga Kerja ... 107

3. Kuesioner Unit Usaha ... 109

4. Kuesioner Strategi Pengembangan Wisata ... 111

5. Data Sampel Wisatawan di Wana Wisata Cikole Tahun 2013 ... 118

6. Data Sampel Pengeluaran Wisatawan Wana Wisata Cikole Tahun 2013 ... 123

7. Data Unit Usaha di Wana Wisata Cikole Tahun 2013 ... 127

8. Data Pendapatan Sampel Pendapatan Unit Usaha di Wana Wisata Cikole Tahun 2013 ... 129

9. Data Tenaga Kerja di Wana Wisata Cikole Tahun 2013 ... 131

10. Data Pengeluaran Tenaga Kerja Wana Wisata Cikole Tahun 2013 .... 132

11. Perhitungan Nilai Efek Pengganda (Multiplier Effect) ... 133

12. Perhitungan Customer Satisfaction Index (CSI) ... 133

(17)

1.1. Latar Belakang

Indonesia memiliki keragaman sumberdaya yang potensial bagi pemerintah untuk mengembangkan industri pariwisata. Kebutuhan masyarakat berwisata terus meningkat setiap tahunnya. Motif, permintaan, selera, tuntutan, dan perilaku wisatawan terus-menerus berubah dan hal ini perlu direspon dengan tepat (Damanik dan Weber, 2006).

Yoeti (2008) menyatakan industri pariwisata efektif dalam mendukung usaha kecil dan penciptaan kesempatan kerja untuk kalangan usia muda, baik dalam ruang lingkup regional, nasional, maupun internasional. Dampak ekonomi pariwisata dapat meningkatkan pembangunan ekonomi daerah dan membentuk kemandirian dan kesejahteraan bagi masyarakat. Dampak ekonomi dari sektor pariwisata di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.

Table 1. Dampak Pariwisata terhadap PDB Tahun 2006 - 2010 Tahun PDB Pariwisata

(triliun rupiah)

PDB Nasional (triliun rupiah)

Share (persen) 2006 143.620 3 339.480 4.300 2007 169.670 3 957.400 4.290 2008 232.930 4 954.030 4.700 2009 233.890 5 613.440 4.170 2010 261.060 6 422.920 4.060

Sumber: NESPARNAS (2012)

Berdasarkan Tabel 1 dampak PDB pariwisata terhadap PDB nasional

meningkat setiap tahunnya pada tahun 2006 sampai dengan 2010. Share PDB

pariwisata terhadap PDB nasional tahun 2006 sampai 2010 cenderung mengalami

penurunan. Hal tersebut menunjukan bahwa pariwisata sudah memberikan

kontribusi terhadap PDB nasional namun masih perlu ditingkatkan.

Menurut Bhatia (2006), IUOTO (International Union of Official Travel

Organization) menyatakan pariwisata harus dikembangkan oleh setiap negara

karena delapan alasan utama yaitu: (1) Faktor pemicu bagi perkembangan

ekonomi nasional maupun international; (2) Pemicu kemakmuran melalui

perkembangan komunikasi, transportasi, akomodasi, jasa-jasa pelayanan lainnya;

(18)

bernilai ekonomi; (4) Pemerataan kesejahtraan yang diakibatkan oleh adanya

konsumsi wisatawan pada sebuah destinasi; (5) Penghasil devisa; (6) Pemicu

perdagangan international; (7) Pemicu pertumbuhan dan perkembangan lembaga

pendidikan profesi pariwisata maupun lembaga yang khusus yang membentuk

jiwa hospitality yang handal dan santun; (8) Pangsa pasar bagi produk lokal

sehingga ragam produk terus berkembang seiring dinamika sosial ekonomi pada

daerah suatu destinasi.

Pariwisata merupakan salah satu sektor yang potensial untuk dikembangkan di Jawa Barat. Jawa Barat memiliki banyak bentuk wisata yang tersebar di berbagai wilayah, diantaranya yaitu wisata alam, wisata budaya, wisata pendidikan, wisata olahraga maupun wisata sejarah. Pergerakan pariwisata di Jawa Barat sampai dengan tahun 2011 menunjukan adanya pertumbuhan, berikut merupakan informasi perkembangan kunjungan wisatawan yang ditunjukan dengan Tabel 2.

Table 2. Data Kunjungan Wisatawan ke Jawa Barat Tahun 2007 - 2011 Tahun Jumlah Kunjungan

Wisatawan

Laju Kenaikan (persen)

2007 17 098 250

2008 27 646 002 61.690 2009 28 718 243 3.870 2010 34 807 302 21.200 2011 36 955 054 6.1000

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat (2012)

Berdasarkan data kunjungan wisatawan ke Jawa Barat tahun 2007 - 2011 menunjukan adanya peningkatan jumlah kunjungan setiap tahunnya. Kondisi tersebut menunjukan bahwa Provinsi Jawa Barat memiliki sektor wisata yang diminati oleh wisatawan.

(19)

kunjungan wisatawan ke Kabupaten Bandung Barat tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Data Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Bandung Barat Tahun 2009 - 2011

Tahun Jumlah Laju Kenaikan

(persen) 2009 141 836

2010 826 525 70.706 2011 1 074 483 13.043

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bandung Barat (2012)

Data kunjungan wisatawan ke Kabupaten Bandung Barat menunjukan adanya peningkatan secara aktual jumlah kunjungan wisatawan di tahun 2009 sampai 2011 namun persentase kenaikan jumlah kunjungan wisatawan mengalami penurunan. Berdasarkan potensi sumberdaya alamnya, Kabupaten Bandung Barat memiliki berbagai objek wisata yang baik untuk dikembangkan. Kabupaten Bandung Barat merupakan wilayah yang menarik untuk dikunjungi sebagai tujuan wisata.

Potensi alam yang dimiliki Kabupaten Bandung Barat menjadi pemicu berkembangnya sektor pariwisata yang dapat berperan dalam pembangunan ekonomi daerah. Perkembangan ekowisata yang ditandai dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan dan pembangunan sarana infrastruktur memberikan dampak bagi masyarakat sekitar. Aliran uang dari wisatawan ke masyarakat lokal berkontribusi pada perekonomian masyarakat setempat.

(20)

Wana Wisata Cikole merupakan bentuk ekoturisme dan wisata minat khusus dengan keindahan lanskap hutan pinus yang menjadi pengalaman rekreasi bagi wisatawan. Ekoturisme dipertimbangkan sebagai strategi potensial dalam mendukung upaya konservasi ekosistem alami seiring dengan pengembangan potensi daerah (Ross dan Wall, 1999). Wisata minat khusus merupakan sebuah kegiatan wisata yang tidak biasa dilakukan, dilakukan oleh orang tertentu dengan minat tertentu dan kesenangan sebagai tujuan untuk mendapatkan pengalaman yang baru dan unik (Bhatia, 2006).

Tingkat kualitas pelayanan tidak dapat dinilai sudut pandang pengelola wisata tetapi harus dipandang dari sudut pandang penilaian wisatawan (Darmaningsih, 2006). Damanik dan Weber (2006) mengemukakan pariwisata hanya dapat bertahan lama jika pariwisata memberikan kepuasan bagi wisatawan dalam jangka panjang dalam bentuk pengalaman yang lengkap (total experience). Pengelola Wana Wisata Cikole perlu mengutamakan kepuasan wisatawan. Wisatawan akan merasa puas jika atribut wisata ini dinilai sudah baik. Bagian dari atribut wisata diantaranya adalah lokasi wisata, harga tiket yang berlaku, pelayanan wisata yang diberikan, keamanan, promosi, manfaat yang diperoleh, kenyamanan, pemandu wisata, kelengkapan fasilitas, dan kebersihan (Ihshani, 2005). Kepuasan wisatawan merupakan respon terhadap produk wisata dan pelayanan yang diberikan pengelola wisata.

Supranto (2006) menyatakan pengelola wisata harus mampu memberikan kepuasan kepada wisatawannya untuk memenangkan persaingan. Wisatawan yang tidak puas akan meninggalkan objek wisata sehingga berdampak pada penurunan keuntungan bahkan memberikan kerugian bagi pengelola. Tingkat kepuasan wisatawan bergantung pada mutu produk wisata. Perlu dilakukan pengukuran tingkat kepuasan wisatawan untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan atribut-atribut wisata di Wana Wisata Cikole.

(21)

seberapa besar dampak ekonomi objek wisata ini bagi masyarakat sekitar. Karakteristik masyarakat dan wisatawan mempengaruhi aktivitas wisata di Wana Wisata Cikole. Identifikasi karakteristik masyarakat dan wisatawan perlu dilakukan berkaitan dengan analisis dampak ekonomi dan sebagai dasar perencanaan kebijakan pengembangan Wana Wisata Cikole.

Wana Wisata Cikole merupakan wisata yang memiliki lokasi strategis untuk dikembangkan. Perencanaan pengelolaan pariwisata di Wana Wisat Cikole penting dilakukan untuk merespon pergeseran pasar wisata di masa datang Pengelolaan pariwisata perlu mengacu pada prinsip-prinsip yang mempertimbangkan nilai kelestarian lingkungan alam, masyarakat, dan nilai sosial. Pengembangan wisata bertujuan untuk memungkinkan wisatawan menikmati kegiatan wisata serta bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat lokal.

Estimasi kunjungan wisatawan ke Wana Wisata Cikole per bulan yaitu sebanyak 500 orang berdasarkan pemaparan pengelola dan pengamatan di lapangan. Kunjungan wisatawan per tahun berdasarkan estimasi sepuluh bulan efektif yaitu sebanyak 5 000 wisatawan. Jumlah kunjungan wisatawan dinilai masih rendah dibandingkan dengan ketersediaan akomodasi yang masih memadai. Permasalahan tersebut perlu adanya sebuah perencanaan pengelolaan wisata yang tepat. Perencanaan menyangkut strategi sebagai alternatif kebijakan bagi para pengelola wisata. Menurut Damanik dan Weber (2006), suatu objek wisata akan berhasil jika produk yang ditawarkan dapat memenuhi kebutuhan wisatawan lebih baik dibandingkan pesaingnya. Menganalisis strategi pengelolaan wisata perlu dilakukan sebagai informasi untuk pengambilan keputusan. Berdasarkan pembahasan di atas maka kajian mengenai analisis ekonomi dan strategi ekowisata di Wana Wisata Cikole penting dilakukan.

1.2. Perumusan Masalah

(22)

pasar nasional maupun internasional. Keragaman objek dan daya tarik wisata dapat diharapkan memberikan keuntungan optimal apabila dapat dikembangkan dengan tepat.

Wana Wisata Cikole merupakan pengembangan wisata alam yang berada di kawasan hutan lindung. Berdasarkan UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah instrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.22/Menhut-II/2012 tentang Pedoman Kegiatan Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan Wisata Alam pada Hutan Lindung, wisata alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati gejala keunikan dan keindahan alam di kawasan hutan lindung. hak dan kewajiban pengelola Wana Wisata Cikole sebagai wisata alam dalam kawasan hutan lindung yaitu, menjaga kelestarian fungsi hutan, melaksanakan pengamanan terhadap kawasan beserta potensinya bagi setiap wisatawan yang menggunakan jasanya, menjaga kebersihan lingkungan, serta merehabilitasi kerusakan yang terjadi akibat kegiatan penyediaan sarana wisata alam.

(23)

sektor ekonomi melalui kegiatan wisata alam. Kegiatan wisata ini mempunyai dampak ekonomi yang terkait dengan pihak Perum Perhutani, pemerintah daerah dan masyarakat lokal sehingga hal ini perlu dikaji. Semakin banyak wisatawan yang datang ke Wana Wisata Cikole dapat memeberikan keuntungan ekonomi yang semakin besar baik secara langsung maupun tidak langsung. Aktivitas transaksi antara wisatawan dengan unit usaha di kawasan ini memberikan peluang sebagai sumber pendapatan untuk masyarakat lokal sebagai unit usaha. Objek wisata ini dapat memberikan dampak ekonomi terhadap masyarakat sekitar.

Kawasan wisata yang berkembang ditandai dengan jumlah kunjungan dan jumlah wisatawan yang semakin meningkat. Wisatawan yang ingin berkunjung ke suatu objek wisata tentunya akan menimbulkan biaya untuk mencapai ke lokasi tersebut. Meningkatnya aktivitas di Wana Wisata Cikole menimbulkan pengeluaran-pengeluran yang menjadi transaksi kepada pihak pengelola serta masyarakat. Dampak positif yang dirasakan diantaranya menciptakan lapangan kerja sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan ekonomi lokal. Pihak Perum Perhutani sebagai pengelola Wana Wisata Cikole melibatkan masyarakat lokal dalam kegiatan pengembangan wisata. Pihak pengelola melibatkan masyarakat lokal sebagai mitra usaha wisata.

Keberadaan wisata-wisata lain di wilayah ini menimbulkan persaingan antara objek wisata lain dengan Wana Wisata Cikole. Objek wisata yang menjadi pesaing Wana Wisata Cikole di wilayah Kabupaten Bandung Barat diantaranya, Curug Cimahi, Curug Sawer, Gua Pawon, Situ Ciburuy, Wisata Alam Maribaya, Tangkuban Perahu, Waduk Cirata, dan Curug Malela. Persaingan ini menjadi ancaman bagi Wana Wisata Cikole sehingga perlu memberikan inovasi agar lebih unggul dengan objek wisata lainnya.

(24)

Kondisi keuangan internal menjadi kendala dalam pengelolaan Wana Wisata Cikole. Keuntungan yang didapat dari hasil penyediaan jasa wisata belum memenuhi target yang diharapkan. Pendapatan dan keuntungan tersebut dapat digunakan untuk membiayai upaya perlindungan potensi sumberdaya hutan dan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut menghambat pengelolaan Wana Wisata Cikole dalam mengembangkan sarana dan prasarana wisata dengan mutu yang lebih tinggi.

Pengembangan wisata menjadikan wisatawan sebagai faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan strategi pengelolaan. Perlu dilakukan analisis tingkat kepuasan wisatawan terhadap atribut wisata, agar pengelola mempunyai informasi yang jelas untuk merancang kebijakan dan meperbaiki kualitas pelayanan. Memahami preferensi wisatawan secara jelas dapat membantu pengelola wisata untuk menentukan strategi yang tepat dan efisien dalam mengembangkan objek wisata tersebut di masa yang akan datang. Strategi tersebut bertujuan untuk meningkatkan jumlah wisatawan, intensitas kunjungan, serta memperluas pangsa pasar wisata tersebut. Strategi pengembangan wisata alam di dalam hutan lindung mempertimbangkan batasan-batasan sebagai kawasan yang dilindungi. Batasan pengembangan wisata alam dalam kawasan hutan lindung yaitu dengan tidak merubah karakteristik bentang alam atau menghilangkan fungsi utamanya, serta tidak merusak keseimbangan unsur-unsur lingkungan. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, terdapat permasalahan yang perlu dianalisis yaitu:

1. Bagaimana karakteristik wisatawan, unit usaha, dan tenaga kerja di Wana Wisata Cikole?

2. Bagaimana dampak ekonomi yang ditimbulkan akibat dari kegiatan rekreasi di Wana Wisata Cikole terhadap masyarakat lokal?

3. Bagaimana tingkat kepuasan wisatawan terhadap atribut wisata di Wana Wisata Cikole?

(25)

Tujuan dari penelitian ini diantaranya:

1. Mengidentifikasi karakteristik wisatawan, unit usaha, dan tenaga kerja di Wana Wisata Cikole.

2. Menganalisis dampak ekonomi yang ditimbulkan dari kegiatan rekreasi di Wana Wisata Cikole terhadap masyarakat lokal.

3. Menganalisis tingkat kepuasan wisatawan terhadap atribut wisata di Wana Wisata Cikole.

4. Merumuskan strategi pengelolaan Wana Wisata Cikole.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi pembaca dan peneliti lain penelitian ini dapat berguna dalam

pengembangan ilmu pengetahuan.

2. Bagi akademisi diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi dalam mengkaji tingkat kepuasan wisatawan serta dampak ekonomi wisata alam dan strategi pengelolaannya.

3. Bagi Perum Perhutani dijadikan sebagai referensi dalam memahami wisatawan dan merumusan kebijakan pengelolaan Wana Wisata Cikole.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

1. Penelitian difokuskan untuk mengkaji dampak ekonomi, analisis tingkat kepuasan wisatawan, dan perumusan strategi pengelolaan di Wana Wisata Cikole.

2. Sampel dalam penelitian penelitian yaitu wisatawan, masyarakat lokal, dan pihak pengelola.

3. Masyarakat lokal yang dikaji dalam penelitian yaitu tenaga kerja, dan unit usaha yang terlibat dalam aktivitas wisata di Wana Wisata Cikole.

(26)
(27)

2.1. Pariwisata

Undang-undang No. 9 Tahun 1990 pada angka 4 dijelaskan pula bahwa pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Pariwisata meliputi:

1. Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata.

2. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata, antara lain: Kawasan wisata, taman rekreasi, kawasan peninggalan sejarah (candi, makam), museum, waduk, pagelaran seni budaya, tata kehidupan masyarakat, dan yang bersifat alamiah: keindahan alam, gunung berapi, danau, pantai dan sebagainya.

3. Pengusahaan jasa dan sarana pariwisata, yaitu:

a. Usaha jasa pariwisata (biro perjalanan wisata, agen perjalanan wisata, pramuwisata, konvensi, perjalanan insentif dan pameran, impresariat, konsultan pariwisata, informasi pariwisata);

b. Usaha sarana pariwisata yang terdiri dari: akomodasi, rumah makan, bar, angkutan wisata dan sebagainya;

c. Usaha-usaha jasa yang berkaitan dengan penyelenggaraan pariwisata Pariwisata pada memiliki tiga karakteristik utama dalam memberikan dampak terhadap lokasi wisata yang dikunjungi (Cooper et al, 1993). Dampak tersebut yaitu dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial-budaya di alam. Copper et al (1993) juga mengemukakan wisata memberikan dampak antara lain bagi perkembangan media, periklanan dan industri busana, pertumbuhan industri baru, urbanisasi, pertanian modern, pertambangan serta proyek kehutanan, dan pemerintahan serta kegiatan militer.

2.2. Wisatawan

(28)

Perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan mereka berdampak langsung pada kebutuhan wisata yaitu permintaan terhadap wisata. Gaji, pekerjaan, waktu luang, kesehatan, serta tingkat kesejahteraan masyarakat akan berpengaruh pada permintaan produk wisata. Wisatawan merupakan seseorang yang melakukan perjalanan menuju tempat diluar dari lingkungan tempat tinggalnya selama kurang dari 12 bulan berturut-turut, dan seseorang yang melakukan perjalanan dengan tujuan melakukan aktivitas tertentu di tempat yang dikunjungi (Lubbe, 2003)

2.3. Ekowisata

TIES (2000) dalam Damanik & Weber (2006) mengemukakan definisi

ekowisata yaitu perjalanan wisata alam yang bertanggung jawab dengan cara

melakukan konservasi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat

lokal. Terdapat tiga perspektif ekowisata yaitu ekowisata sebagai produk,

ekowisata sebagai pasar, ekowisata sebagai pendekatan pengembangan. Prinsip

ekowisata menurut TIES (2000) dalam Damanik & Weber (2006) antara lain:

a. Mengurangi dampak negatif berupa kerusakan atau pencemaran

lingkungan dan budaya lokal akibat kegiatan wisata.

b. Membangun kesadaran dan penghargaan atas lingkungan serta budaya di

destinasi wisata, baik pada diri wisatawan, masyarakat lokal maupun

pelaku wisata lainnya.

c. Menawarkan pengalaman-pengalaman langsung positif bagi wisatawan

maupun masyarakat lokal melalui kontak budaya yang lebih intensif dan

kerjasama dalam pemeliharaan atau konservasi.

d. Memberikan keuntungan finansial secara langsung bagi keperluan

konservasi melalui kontribusi atau pengeluaran tambahan wisatawan.

e. Meningkatkan kepekaan terhadap situasi sosial, lingkungan, dan politik di

daerah tujuan wisata.

f. Memberikan keuntungan finansial dan pemberdayaan bagi masyarakat

lokal dengan menciptakan produk wisata yang mengedepankan nilai-nilai

lokal.

g. Menghormati hak asasi manusia dan perjanjian kerja, dalam arti

(29)

aturan main yang adil dan disepakati bersama dalam pelaksanaan

transaksi-transaksi wisata.

Ekowisata merupakan konsep pengembangan pariwisata yang

berkelanjutan untuk mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan

budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan, sehingga

memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat dan pemerintah setempat

(Mahdayani, 2009). Ekowisata merupakan perspektif ekologi dalam pariwisata

alam, sejajar dengan atau subset dari pembangunan berwawasan lingkungan,

eco-development, dapat dijelaskan sebagai berikut (Basuni, 2001):

a. Pengalaman wisata alam berupa pengalaman ekologi mulai dari tahap

antisipasi (termasuk perencanaan wisata), tahap perjalanan ke daerah

tujuan, tahap pengalaman dan kegiatan di daerah tujuan, tahap perjalanan

pulang, tahap mengingat (recollection).

b. Mengenal keragaman populasi masyarakat dalam hal pengetahuan,

keterampilan, sikap, prosedur, peralatan, sehingga volume pembangunan

pariwisata alam akan selalu lebih kecil daripada pariwisata masal (mass

tourism).

c. Mengenal konsep kualitas sumberdaya dan kualitas penggunaan berdasar

atas pengalaman wisata alam dalam rangka memenuhi tiga keinginan

wisatawan: kontak dengan alam, pemenuhan angan-angan, keefektifan

menggunakan waktu luang.

d. Mengenal aksesibilitas yang meliputi tujuan atau objek wisata alam, jarak,

metode, dan rute perjalanan, penempatan fasilitas, jasa (pemandu,

interpreter, transportasi) dan daerah-daerah yang sudah dimodifikasi atau

diatur oleh manusia.

2.4. Wana Wisata

Wana wisata adalah objek-objek wisata alam yang dibangun dan

dikembangkan oleh Perum Perhutani di dalam kawasan hutan produksi atau hutan

lindung secara terbatas dengan tidak mengubah fungsi pokoknya. Ruang lingkup

(30)

dikelola oleh Perum Perhutani serta seluruh kegiatan di dalamnya yang berkaitan

dengan ilmu pengetahuan, pendidikan penelitian, wisata alam, dan olah raga.

Bentuk aktivitas rekreasi yang dapat dilakukan di wana wisata berdasarkan waktu

yang dibutuhkan, diantaranya (Perum Perhutani, 1987):

1. Wisata bermalam merupakan kegiatan bermalam di lingkungan hutan,

dalam upaya mendekati dan lebih menghayati keadaan alam sekitar

2. Wisata harian merupakan kegiatan rekreasi siang hari di kawasan hutan

untuk mencari kesegaran dan mendekatkan diri pada alam.

Sasaran usaha pembangunan dan pengembangan wana wisata di Perum

Perhutani antara lain (Perum Perhutani, 1989):

1. Menyediakan tempat rekreasi yang sehat bagi masyarakat luas dengan

menikmati keindahan, keunikan serta kenyamanan suasana lingkungan

yang alamiah.

2. Menyediakan tempat bagi sarana pengembangan ilmu flora, fauna,

ekologis hutan serta pembinaan rasa cinta alam bagi generasi muda.

3. Memperluas kesempatan berusaha untuk membantu meningkatkan

pendapatan masyarakat sekitar hutan.

4. Menunjang usaha pemerintah dalam memajukan pembangunan sektor

pariwisata.

Dampak positif yang diharapkan jika wisata alam dapat terselenggara

dengan baik dan efektif adalah (Perum Perhutani, 1987):

1. Terjadinya peningkatan kegiatan ekonomi di sekitar kawasan tersebut,

yang berarti akan meningkatkan taraf hidup disekitarnya.

2. Terjadinya peningkatan kesempatan kerja.

3. Semakin terbukanya kesempatan komunikasi bagi masyarakat daerah

tersebut, sehingga dapat memperluas wawasan dan peningkatan

pendidikan masyarakat setempat.

2.5. Dampak Ekonomi Wisata

Yoeti (2008) mengemukakan pariwisata merupakan faktor penting dalam

pembangunan ekonomi suatu negara, karena mendorong perkembangan beberapa

(31)

Pariwisata juga memberikan dampak ekonomi lainnya seperti meningkatkan

industri-industri baru, meningkatkan devisa negara, memberikan kesempatan

kerja, membantu pembangunan daerah terpencil, dan mempercepat perputaran

perekonomian.

Sektor ekonomi wisata bagi mayarakat lokal diharapkan mampu

meningkatkan dan meratakan pendapatan pelaku yang terlibat, menciptakan

kesempatan kerja, serta meningkatkan kesempatan berusaha atau diversifikasi

pekerjaan. Industri wisata juga sangat efektif dalam mendukung usaha kecil dan

penyediaan kesempatan kerja baik dalam lingkungan regional, nasional, maupun

internasional. Dampak ekonomi itu mencangkup spektrum kebijakan yang luas,

menyangkut kesempatan berusaha, kesempatan kerja, transportasi, akomodasi,

prasarana, pengembangan wilayah, perpajakan, perdagangan, dan lingkungan

Yoeti (2008).

Dampak ekonomi dari sumber daya alam adalah dapat memberikan

manfaat dan mempengaruhi kesejahteraan bagi masyarakat secara keseluruhan.

Suatu kawasan yang memiliki potensi wisata dapat memberikan dampak bagi

perekonomian. Pengembangan kawasan wisata dapat memberikan dampak

ekonomi bagi wisatawan yaitu berupa peningkatan kepuasan wisata serta

peningkatan belanja di daerah destinasi.

Stynes (1997) mengemukakan bahwa dampak ekonomi terdiri dari

dampak langsung, tidak langsung, dan lanjutan. Dampak tidak langsung dan

dampak lanjutan disebut juga sebagai secondary effect. Total dampak ekonomi

wisata merupakan gabungan dari dampak langsung, tidak langsung dan lanjutan

dalam satu wilayah.

Dampak ekonomi timbul dari aliran uang keberadaan wisatawan terhadap

perekonomian lokal (META, 2001). Analisis dampak ekonomi dilakukan melalui

pengamatan efek pengganda keberadaan wisata. Terdapat dua tipe pengganda

(32)

yang dirasakan dari pengeluaran wisatawan berdampak terhadap perekonomian lokal. Penggandaan ini mengukur dampak tidak langsung dan dampak lanjutan (induced impact).

2.6. Penelitian Terdahulu

Analisis dampak ekonomi wisata dan strategi pengelolaan wisata, serta analisis kepuasan wisatawan telah dilakukan penelitian oleh beberapa peneliti sebelumnya. Studi mengenai analisis tersebut akan memberikan hasil yang berbeda untuk waktu dan tempat yang berbeda. Sebelum memulai penelitian ini perlu mengkaji studi-studi tentang hasil penelitian terdahulu untuk mengkaji faktor-faktor yang berkaitan dengan dampak ekonomi pariwisata secara umum berdasarkan hasil penelitian sebelumnya.

Beberapa penelitian terdahulu terkait dengan analisis dampak ekonomi serta strategi pengelolaan pariwisata yang dapat dijadikan referensi antara lain Milasari (2010), Mulyaningum (2004), Wijayanti dan Hastuti (2009) dapat dilihat pada Tabel 4. Penelitian terdahulu terkait analisis kepuasan wisatawan antara lain penelitian Ihshani (2005) dan Manurung (2011) dapat dilihat pada Tabel 5. Sedangkan Penelitian terdahulu terkait analisis perumusan strategi diantaranya Saragih (2011) dan Krislianto (2009) dapat dilihat pada Tabel 6.

2.6.1. Penelitian Terdahulu tentang Analisis Dampak Ekonomi

(33)

Hierarchy Process (AHP)

Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya. Analisis dampak ekonomi dilakukan di Wana Wisata Cikole Kabupaten Bandung Barat, dimana belum pernah dilakukan analisis ini sebelumnya. Metode analisis yang digunakan yaitu Keynesian Multiplier dengan mengidentifikasi dampak ekonomi baik dampak langsung, dampak tidak langsung, dan dampak lanjutan. Penelitian ini disertai dengan analisis tingkat kepuasan wisatawan terhadap atribut wisata serta menganalisis perumusan strategi pengelolaannya.

2.6.2. Penelitian Terdahulu tentang Analisis Kepuasan Wisatawan

Penelitian mengenai kepuasan wisatawan sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu. Ihshani (2005) meneliti mengenai analisis kepuasan konsumen terhadap atribut wisata di Cangkuang, Garut, Jawa Barat. Metode yang digunakan dalam menganalisis kepuasan wisatawan yaitu menggunakan Importance Performance Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI). Manurung (2011) melakukan penelitian terkait analisis tingkat kepuasan wisatawan di Wisata Agro Gunung Mas Cisarua, Bogor. Pengukuran tingkat kepuasan pada penelitian tersebut menggunakan metode IPA dan CSI.

Penelitian yang akan dilakukan mengenai analisis tingkat kepuasan wisatawan terhadap atribut wisata berlokasi di Wana Wisata Cikole Kabupaten Bandung Barat. Hal tersebut menjadi pembeda dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Metode yang akan digunakan adalah IPA dan CSI. Selanjutnya penelitian ini juga akan menganalisis strategi pengelolaannya, sehingga dapat memberikan rekomendasi alternatif strategi terbaik bagi pihak pengelola untuk diterapkan.

2.6.3. Penelitian Terdahulu tentang Analisis Perumusan Strategi

(34)

SWOT dan QSPM untuk menganalisis internal dan eksternal Kampoeng Wisata Cinangneng. Penelitian mengenai analisis perumusan strategi telah dilakukan oleh Krislianto (2009). Penelitian tersebut menganalisis terkait strategi pemasaran wisata Kampung Cendawasari di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Analisis ini menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) yang memberikan perumusan alternatif strategi pemasaran dan prioritas strategi pemasaran yang sesuai bagi Wisata kampung Cendawasari.

Penelitian ini akan mengkaji analisis perumusan strategi pengelolaan ekowisata di Wana Wisata Cikole, Kabupaten Bandung Barat. Analisis ini berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya karena Wana Wisata Cikole merupakan lokasi yang belum pernah dikaji terkait perumusan prioritas strategi pengelolaannya. Penelitian yang telah dilakukan Saragih (2011) dan Krislianto (2009) merupakan analisis perumusan strategi pemasaran pada objek wisata. Berbeda dengan penelitian terdahulu, penelitian ini akan menganalisis perumusan strategi untuk pengelolaan Wana Wisata Cikole. Analisis perumusan strategi dilakukan dengan metode analisis matriks SWOT.

2.7. Kebaruan Penelitian

(35)

Tabel 4. Penelitian Terdahulu tentang Analisis Dampak Ekonomi

No. Peneliti/Judul Tujuan Metode Hasil

1. Milasari (2010)/Analisis masyarakat sekitar, unit usaha, dan tenaga kerja lokal dan pengunjung Taman Wisata Tirta Sanita.

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan di lokasi Taman Wiata Tirta Sanita. 3. Menganalisis dampak ekonomi

yang ditimbulkan oleh kegiatan wisata di sekitar objek wisata Taman Wisata Tirta Sanita.

Analisis deskriptif, Regresi Poisson, Keynesian Multiplier.

1. Karakter yang paling menonjol adalah pengunjung dengan usia 27-34 tahun, berasal dari Tanggerang dan sekitarnya, berstatus sudah menikah dan memiliki tanggungan sekitar 1-3 orang, tingkat pendidikan SMA, dan umumnya karyawan swasta.

2. Faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi fungsi permintaan adalah biaya perjalanan, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, jarak tempuh, jumlah rombongan, dan pengetahuan pengunjung terhadap keberadaan objek wisata. 3. Dampak ekonomi langsung berupa

pendapatan pemilik usaha tani 54%, dampak tidak langsung berupa pendapatan tenaga kerja sebesar 2%,

2. Menduga faktor-faktor sosial ekonomi apakah yang

1. Pengunjung TWWS sebagian besar berumur 27-36 tahun dan sudah berkeluarga, tingkat pendidikan setara SMA, bekerja di sektor swasta, tingkat pendapatan lebih dari 18 000 000 rupiah sampai 30 000 000 rupiah

(36)

Tabel 4. Lanjutan

No. Peneliti/Judul Tujuan Metode Hasil

3. Menduga nilai ekonomi yang

2. Variabel pendapatn responden (I), umur (A), dan status hari (H) berengaruh positif terhadap permintaan rekreasi. Permintaan rekreasi dipengaruhi negatif dan nyata oleh variabel biaya perjalanan (Tc), dan jumlah rombongan (T), rekreasi alternatif (O), dan lama berkunjung (B).

3. Nilai surplus konsumen sebesar 29 070 ruiah per kunjungan per individu. Nilai ekonomi TWWS tahun 2008-2009 sebesar 6 162 491 lingkungan lokasi wisata, dimana nilai WTP lebih besar dari harga

1. Menghitung dampak ekonomi kegiatan wisata alam berbasis masyarakat lokal di sekitar objek wisata GSE.

(37)

Tabel 4. Lanjutan

Tabel 5. Penelitian Terdahulu tentang Analisis Kepuasan Wisatawan

No. Penelitian/Judul Tujuan Metode Hasil

1. Darmaningsih, Popong Nurhayati, dan Anna Fatchiya/Tingkat Kepuasan Pengunjung Objek Wisata Sea World Indonesia

1. Mengidentifikasi atribut yang mempengaruhi kepuasan pengunjung objek wisata Sea World Indonesia.

2. Menganalisa tingkat kepuasan pengunjung obejk wisata Sea World Indonesia.

3. Menentuka prioritas perbaikan terhadap atribut jasa Sea World Indonesia untuk meningkatkan kepuasan pelanggan.

Importance Performance Analysis

1. Atribut yang dianggap penting oleh responden sekaligus mampu mempengaruhi kepuasan pengunjung adalah keragaman akuarium, kolam sentuh, papan nama spesies, harga tiket masuk, kebersihan lokasi, kenyamanan lokasi, keamanan lokasi, satpam, toilet, areal parkir, dan akses menuju lokasi. Secara keseluruhan atribut objek wisata Sea World Indonesia sudah memberikan kepuasan bagi pengunjung.

No. Peneliti/Judul Tujuan Metode Hasil

3. lingkungan untuk kegiatan wisata alam di sekitar objek

3. Strategi pengelolaan yang paling efektif dinilai paling utama adalah menyediakan, melengkapi, dan memperbaiki infrastruktur dan fasilitas wisata.

(38)

Tabel 5. Lanjutan

No. Penelitian/Judul Tujuan Metode Hasil

2. Prioritas perbaikan untuk meningkatkan kepuasan pengunjung yaitu keragaman akuarium air laut dan atribut papan nama spesies yang ada di setiap

1. Mengidentifikasi tingkat kepuasan pengunjung Wisata Agro Gunung Mas Cisarua Bogor.

2. Mengidentifikasi proses pengambilan keputusan pembelian jasa dan tingkat loyalitas pengunjung Wisata Agro Gunung Mas Cisarua Bogor.

3. Menganalisis atribut yang harus diperbaiki dan ditambahkan oleh Wisata Agro Gunung Cisarua

1. Berdasarkan perhitungan nilai CSI sebanyak 94 persen pengunjung merasa puas terhadap objek wisata Agro Gunung Mas Cisarua Bogor. 2. Sebagian besar motivasi utama

berkunjung adalah berwisata dan menikmati keindahan alam dengan proses. Informasi yang didapatkan pada umumnya dari teman. 3. Perlu adanya pembenahan

(39)

Tabel 6. Penelitian Terdahulu tentang Analisis Perumusan Strategi

No. Penelitian/Judul Tujuan Metode Hasil

1. Anita Wisdawati Saragih lingkungan eksternal dan internal KWC.

2. Merumuskan alternatif strategi pemasaran bagi KWC yang sesuai dengan kondisi lingkungan eksternal dan internal perusahaan saat ini. 3. Menentukan prioritas strategi

pemasaran yang tepat untuk diterapkan pada KWC.

4. Menentukan rancangan rencana aksi (action plan) yang tepat untuk diterapkan pada KWC.

Analisis Deskriptif, IFE, EFE, SWOT, dan QSPM

1. Faktor internal KWC diantaranya memiliki berbagai variasi paket, lokasi strategis, kulitas SDM, kebersihan tempat wisata, kuliatas paket, serta struktur organisasi, sedangkan faktor eksternal dari KWC diantaranya yaitu adanya loyalitas konsumen, kecenderungan berwisata pendidikan, peningkatan jumlah penduduk, serta keberadaan pesaing sejenis.

(40)

Tabel 6. Lanjutan

No. Penelitian/Judul Tujuan Metode Hasil

dan promosi secara inovatif, efektif, dan efisien.

4. Rencana aksi yang tepat untuk KWC antara lain, melakukan pemasaran dan promosi, meningkatkan kreatifitas karyawan dan pemandu, menguatkan citra baik, pemeliharaan sarana dan prasarana, meningkatkan mutu

1. Mengetahui bentuk kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh Wisata Kampung Cendawasari. 2. Mengidentifikasi dan menganalisis

faktor-faktor penyusun strategi pemasaran yang ada pada Wisata kampung Cendawasari.

3. Merumuskan strategi pemasaran yang sesuai untuk mengembangkan Wisata Kampung Cendawasari.

Analisis Deskriptif, Analytical Hierarchy Process (AHP)

1. Bentuk kegiatan pemasaran yang dilakukan saat ini adalang membuat mutlak, membuat brosur, spanduk, publisitas serta kerjasama.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan strategi pemasaran yang menempati prioritas pertama adalah faktor SDM kemudian layanan konsumen, selanjutnya faktor produk, kemudian faktor lokasi, proses, promosi, bukti fisik, dan harga.

(41)

Tabel 6. Lanjutan

No. Penelitian/Judul Tujuan Metode Hasil

3. Faktor yang menempati prioritas pertama dalam mempengaruhi penyusunan strategi pemasaran adalah faktor SDM. Aktor yang memiliki prioritas pertama daam pengambilan kebijakan strategi adalah Ketua Wisata Kampung Cendawasari. Prioritas utama pada tujuan adalah meningkatkan kunjungan wisatawan. Alternatif yang memiliki prioritas utama untuk dilakukan adalah menawarkan paket kampung wisata bagi anak-anak sekolah dan family gathering bagi perusahaan-perusahaan.

(42)
(43)

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Penelitian analisis ekonomi dan strategi pengelolaan Wana Wisata Cikole meliputi beberapa kerangka pemikiran yaitu, objek dan daya tarik wisata, nilai dan kepuasan konsumen, Importance Performance Analysis dan Customer Satisfaction Index.

3.1.1. Objek dan Daya Tarik Wisata

Potensi alam adalah mengenai kandungan gejala alam dari suatu kawasan.

Potensi wisata adalah mengenai kandungan gejala alam dari suatu kawasan yang

dapat dijadikan sebagai objek dan daya tarik suatu perjalanan wisata (Kamus

Kehutanan RI, 1989).

Yoeti (2008) mengemukakan potensi wisata yaitu objek pariwisata yang

dapat dilihat, disaksikan, dilakukan atau dirasakan. Objek tersebut dapat berupa

sesuatu yang berasal dari alam, dapat dilihat dan disaksikan secara bebas (pada

tempat-tempat tertentu harus bayar untuk masuk, seperti cagar alam, kebun raya)

seperti iklim, pemandangan, vegetasi hutan, flora dan fauna, sumber kesehatan.

Objek lainnya yaitu hasil kebudayaan suatu bangsa yang dapat dilihat, disaksikan,

dan dipelajari seperti monumen dan peninggalan masa lalu, tempat-tempat

budaya, dan perayaan-perayaan tradisional.

3.1.2. Nilai dan Kepuasan Konsumen

(44)

konsumen memiliki harapan tentang bagaimana produk tersebut berfungsi (product performance).

Kepuasan akan mendorong konsumen mengkonsumsi ulang produk tersebut. Mowen dan Minor (1998) mendefinisikan kepuasan sebagai sikap yang dimiliki konsumen secara keseluruhan terhadap barang atau jasa setelah mereka memperoleh dan menggunakannya. Proses tersebut merupakan pilihan dari seleksi pengalaman pasca konsumsi.

Keberhasilan dalam pengelolaan objek wisata salah satunya ditandai dengan kepuasan yang dirasakan wisatawan. Preferensi wisatawan mengenai kebutuhan dalam berwisata berubah-ubah dari waktu ke waktu. Sebuah kawasan wisata diharapkan dapat memenuhi kebutuhan wisatawan dengan sumberdaya yang ada sebagai respon dari preferensi wisatawan. Untuk itu diperlukan strategi yang akan menjawab kebutuhan konsumen, baik melalui pembentukan produk baru maupun pengembangan produk wisata yang telah ada. Pembahaman akan nilai dan kepuasan konsumen menjadi sebuah acuan dalam perencanaan dan pembangunan konsep wisata di masa yang akan datang.

3.1.3. Importance Performance Analysis dan Customer Satisfaction Index Importance Performance Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI) merupakan alat analisis untuk mengetahui preferensi dan tingkat kepuasan konsumen terhadap atribut wisata di Wana Wisata Cikole. Penelitian mengenai tingkat kepentingan dan hasil kinerja akan digunakan sebagai perhitungan mengenai tingkat kesesuaian antara tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan pada sebuah kawasan wisata. IPA mengukur kepuasan berdasarkan kesenjangan antara harapan konsumen dengan tingkat kinerja yang dirasakan oleh konsumen (Supranto, 2006).

(45)

Penyusunan strategi membantu Perum Perhutani mengumpulkan, menganalisis, serta mengorganisir informasi yang berkaitan dengan Wana Wisata Cikole. Manfaat dari perumusan strategi adalah memberikan alternatif strategi-strategi yang lebih baik bagi pihak Perum Perhutani melalui pendekatan terhadap pilihan strategi yang lebih sistematis, logis, dan rasional. Strategi juga mempengaruhi perkembangan jangka panjang pengelola wisata. Perlu mempertimbangkan faktor internal dan eksternal yang dihadapi Perum Perhutani dalam merumuskan strategi pengelolaan.

Analisis lingkungan eksternal dilakukan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi Perum Perhutani dalam mengelola Wana Wisata Cikole, sedangkan analisis internal dilakukan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahannya. Hasil identifikasi peluang dan ancaman disusun dalam matriks EFE serta hasil identifikasi kekuatan dan kelemahan disusun dalam matriks IFE.

Setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap kelangsungan pengelolaan wisata, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi tersebut dalam model-model kuantitatif perumusan strategi. Metode yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis Perum Perhutani adalah analisis SWOT. Analisis ini menggambarkan bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan internal yang dimiliki Wana Wisata Cikole. Prinsip mendasar dalam membangun suatu model berjenjang atas faktor-faktor alternatif strategi adalah membandingkan setiap alternatif strategi di tingkat bawah terhadap alternatif strategi di tingkat yang lebih tinggi. Penentuan jenjang yang tepat dilakukan dengan melihat urutan kepentingan atau nilai.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

(46)

terdapat peraturan yang membatasi. Izin pembangunan Wana Wisata Cikole diberikan tanpa mengubah fungsi pokok hutan lindung itu sendiri.

Wana Wisata Cikole berhubungan erat dengan wisatawan. Pengkajian karakteristik dan penilaian wisatawan terhadap atribut wisata di Wana Wisata Cikole diperlukan sebagai dasar perumusan kebijakan pengembangannya. Karakteristik wisatawan dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, daerah asal, pekerjaan, dan lama kunjungan. Atribut wisata yang dimaksud pada penelitian ini meliputi lokasi wisata, harga tiket yang berlaku, pelayanan wisata yang diberikan, keamanan, promosi, kenyamanan, pemandu wisata, fasilitas, dan kebersihan.

Potensi sumberdaya alam di Wana Wisata Cikole perlu dipertimbangkan sebagaimana diharapkan kegiatan wisata ini dapat berkembang dengan optimal sehingga perlu diidentifikasi lebih dalam prospek pengelolaannya. Kunjungan wisatawan berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap masyarakat lokal. Kegiatan wisata dapat memberikan kesempatan kerja dan kesempatan usaha bagi masyarakat lokal serta berdampak pada peningkatan pendapatan bagi sebagian masyarakat lokal yang memiliki pekerjaan terkait dengan aktivitas wisata. Aktivitas rekreasi wisatawan menimbulkan transaksi ekonomi bagi pihak penyedia barang atau jasa yang berkaitan dengan wisata. Setiap besaran biaya yang dikeluarkan wisatawan dapat terdistribusi sebagai pendapatan bagi masyarakat. Sektor pariwisata memiliki dampak ekonomi yang berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat sehinga hal ini perlu dikaji.

(47)

Gambar 1. Skema Kerangka Penelitian

2. Memiliki Sumberdaya yang Potensial Untuk Dikembangkan 3. Belum Dikenal Banyak Orang

4. Adanya peningkatan Persaingan Antar Objek Wisata

Wisatawan Masyarakat

Kawasan Wana Wisata Cikole

Pengelola Karakteristik

(Analisis Deskriptif)

Tingkat Kepuasan Wisatawan

(Customer Satisfaction Index dan Importance Performance Analysis)

Dampak Ekonomi terhadap Masyarakat Lokal

(Multiplier Effect)

Dampak Langsung

(Direct)

Dampak Tidak Langsung

(Indirect)

Dampak Lanjutan

(Induced)

Nilai Dampak Ekonomi

Strategi Pengelolaan Wana Wisata Cikole

(SWOT)

(48)

Teknik wawancara digunakan untuk mengetahui karakteristik serta nilai yang diberikan wisatawan terhadap atribut-atribut wisata. Nilai tersebut akan diolah untuk mendapat indeks tingkat kepuasan wisatawan yang menunjukan puas atau tidaknya wisatawan. Hasil pengkajian kepuasan wisatawan digunakan sebagai informasi tambahan bagi pihak pengelola dalam merumuskan kebijakan pengembangan selanjutnya.

(49)

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Wana Wisata Cikole yang terletak di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Wana Wisata Cikole merupakan salah satu objek wisata alam baru yang potensial untuk dikembangkan. Wana Wisata Cikole menawarkan beberapa atraksi wisata yang berkonsep kluster. Sejak objek wisata ini mulai dikembangkan, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Wana Wisata Cikole mengalami peningkatan. Berdasarkan kondisi tersebut kawasan wisata ini berpotensi untuk terus dikembangkan. Perkembangan Wana Wisata Cikole dapat menimbulkan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan bulan Agustus 2013.

4.2. Metode Pengambilan Sampel dan Pengumpulan Data

Metode pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode non-probability karena kerangka sampel tidak tersedia. Metode pengambilan sampel yang digunakan antara lain:

(50)

Utara, Staff AEJ KPH Bandung Utara, serta Site Manager. Jumlah unit usaha dan tenaga kerja yang menjadi objek penelitian diambil berdasarkan populasi di Wana Wisata Cikole.

2. Accidental Sampling yaitu metode pengambilan sampel berdasarkan siapa saja yang secara kebetulan dijumpai di lokasi penelitian (Blaikie, 2000). Sampel yang diambil menggunakan metode ini yaitu wisatawan. Sampel wisatawan yang diambil yaitu sebanyak 85 orang wisatawan yang tidak sengaja dijumpai untuk dilakukan wawancara. Jumlah sampel wisatawan ditetukan berdasarkan bertimbangan waktu, tempat, dan keragaman untuk memenuhi keperluan penelitian

Metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara langsung kepada responden menggunakan kuesioner. Data diperoleh melalui wawancara terhadap pihak pengelola wisata, wisatawan, tenaga kerja lokal, dan unit usaha di Wana Wisata Cikole. Pengumpulan data dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi terkait penelitian..

4.3. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden. Data tersebut meliputi:

1. Karakteristik wisatawan dan masyarakat sekitar Wana Wisata Cikole seperti jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, tingkat pendapatan, jenis pekerjaan, biaya yang dikeluarkan selama rekreasi. Karakteristik unit usaha meliputi jenis unit usaha, penerimaan, waktu kerja, jumlah tenaga kerja. Karakteristik tenaga kerja meliputi jenis pekerjaan, penerimaan, jam kerja, umur, dan pendidikan.

2. Pengeluaran wisatawan selama berwisata, penerimaan dan pengeluaran unit usaha, penerimaan dan pengeluaran tenaga kerja lokal.

3. Penilaian wisatawan terhadap atribut wisata dan tingkat kepentingannya menggunakan bobot penilaian.

(51)

umum lokasi wisata (status, letak, sejarah, keadaan fisik, serta potensi wisata). Data diperoleh dari instansi yang berkaitan dengan pengelolaan objek wisata Wana Wisata Cikole yaitu Perum Perhutani KPH Bandung Utara, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bandung, serta Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat.

4.4. Metode Analisis Data

Data primer yang telah diperoleh dari wawancara dengan responden selanjutnya diolah menggunakan metode-metode yang menghasilkan karakteristik wisatawan, unit usaha, tenaga kerja, nilai dampak ekonomi, tingkat kepuasan wisatawan, serta perumusan strategi pengelolaan. Metode analisis data yang digunakan disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Matriks Metode Analisis Data

No. Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis Data

Data primer: wisatawan. Customer Satisfaction Index (CSI)dan

(52)

jumlah tanggungan, daerah asal, jarak daerah asal dengan objek wisata, sifat kunjungan, alat transportasi, lama kunjungan, dan aktivitas utama.

Karakteristik masyarakat meliputi karakteristik tenaga kerja dan unit usaha di Wana Wisata Cikole. Karakteristik unit usaha yang diamati yaitu jenis unit usaha, penerimaan, jumlah tenaga kerja, jumlah konsumen, dan waktu beroperasi. Karakteristik tenaga kerja yang diamati adalah jenis pekerjaan, umur, tingkat pendidikan, lama waktu kerja, dan penerimaan. Analisis tersebut memberikan informasi yang digunakan sebagai acuan dalam merumuskan rekomendasi pengembangan wisata ini.

4.4.2. Analisis Dampak Ekonomi

Pada penelitian ini dilakukan analisis terhadap wisatawan, unit usaha lokal penyedia barang dan jasa kegiatan wisata, serta tenaga kerja. META (2001) mengemukakan menganalisis dampak ekonomi memerlukan informasi penting terkait dengan: (1) proporsi perputaran uang yang berasal dari pengeluaran pegunjung ke unit usaha tersebut, (2) proporsi antara kesempatan kerja yang dapat diciptakan oleh unit usaha tersebut, (3) proporsi dari perputaran arus uang terhadap tenaga kerja lokal. Informasi tersebut dapat digunakan dalam memperkirakan dampak ekonomi langsung (direct impact) dari pengeluaran wisatawan terhadap masyarakat lokal.

(53)

...(1)

Ratio Income Multiplier, Tipe I =

...(2) Ratio Income Multiplier, Tipe II =

...(3) Keterangan:

E = Pengeluaran wisatawan di lokasi wisata (rupiah) D = Pendapatan yang diperoleh unit usaha lokal (rupiah) N = Penerimaan tenaga kerja yang diperoleh dari gaji (rupiah) U = Pengeluaran tenaga kerja di lokasi wisata (rupiah)

4.4.3. Customer Satisfactin Index (CSI)

CSI mengukur tingkat kepuasan wisatawan secara menyeluruh berdasarkan tingkat kepentingan dan tingkat kinerja atribut wisata. Pengukuran CSI menghasilkan tingkat kepuasan wisatawan yang menunjukan seberapa puas wisatawan terhadap atribut wisata. Wisatawan membuat penilaian terhadap atribut wisata yang dianggap penting untuk ditingkatkan oleh pengelola Wana Wisata Cikole. Data diolah menggunakan software Microsoft Excel 2011. Langkah perhitungan dalam CSI dilakukan dalam empat tahap, antara lain (Rangkuti, 2006):

1. Menentukan Mean Importance Score (MIS) dan Mean Satisfaction Score (MSS).

Nilai MIS dan MSS berasal dari rata-rata tingkat kepentingan tiap wisatawan:

MI = ∑ni= nY ………..……….( )

M = ∑ni= n ……… ……( )

Keterangan: n = Jumlah konsumen

Yi = Nilai kepentingan atribut ke-i Xi = Nilai kinerja atribut ke-i

E

D

+

N

D

D

+

N

+

U

(54)

2. Menghitung Weight Factor (WF)

Weight Factor merupakan bobot dari presentase nilai MIS per atribut terhadap total MIS seluruh atribut.

= MI

∑pi= MI ……….…….….( ) Keterangan: p = Atribut kepentingan ke i

3. Menghitung Weight Score (WS)

Bobot ini merupakan perkalian WF dengan rata-rata tingkat kinerja MSS.

WSi = WFi x MSSi ……….…….….( ) 4. Menentukan Customer Satisfaction Index (CSI), yaitu:

I = ∑ p i=

H ……….( )

Keterangan:

p = Atribut kepentingan ke i

HS = Skala maksimum yang digunakan (skala 5)

Kriteria indeks kepuasan menggunakan skala 0.000 hingga 1.000 yang menunjukan indeks tidak puas hingga puas. Kriteria tersebut dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Kriteria Nilai Customer Satisfaction Index (CSI)

Nilai CSI Kriteria CSI

0.810 – 1.000 Sangat Puas 0.660 – 0.800 Puas 0.510 – 0.650 Cukup Puas 0.350 – 0.500 Kurang Puas 0.000 – 0.340 Tidak Puas

Sumber: Panduan Survei Kepuasan Konsumen PT.SUCOFINDO (2007)

4.4.4. Importance Performance Analysis (IPA)

(55)

b. Jawaban “baik” berbobot 4, artinya wisatawan puas.

c. Jawaban “cukup baik” berbobot 3, artinya wisatawan cukup puas. d. Jawaban “kurang baik” berbobot 2, artinya wisatawan kurang puas. e. Jawaban “tidak baik” berbobot 1, artinya wisatawan tidak puas.

Tingkat kepentingan merupakan aspek yang diperhitungkan dalam analisis tingkat kepuasan wisatawan yang artinya seberapa penting atribut produk bagi wisatawan atau seberapa besar harapan wisatawan terhadap kinerja atribut. Kinerja yang dimaksudkan adalah atribut yang dirasakan oleh wisatwan atau kinerja yang berkaitan dengan penilaian wisatawan. Variabel yang digunakan dalam perhitungan yaitu tingkat kinerja yang ditandai dengan X dan tingkat kepentingan yang ditandai dengan Y.

Langkah selanjutnya adalah pembagian jumlah bobot penilaian kinerja pengelola dengan banyaknya konsumen, hasilnya berupa rata-rata bobot (X) untuk kinerja dan rata-rata bobot (Y) untuk kepentingan, dengan rumus skor rata-rata sebagai berikut (Rangkuti, 2006):

̅ = ∑n i ………...………( )

Y̅ = Yin ……...………..( )

Keterangan:

̅ = Skor rata-rata tingkat kinerja pengelola wisata terhadap atribut wisata

Y̅ = Skor rata-rata tingkat kepentingan wisatawan terhadap atribut wisata

n = Jumlah wisatawan

Penjabaran atribut-atribut tingkat kesesuain dan kepuasan wisatawan terhadap mutu pelayanan menggunakan diagram kartesius yang disajikan pada Gambar 2. Diagram Kartesius IPA diolah menggunakan software Minitab 10. Terdapat empat bagian dalam diagram yang dibagi dengan dua garis berpotongan tegak lurus pada titik ( ̿,Y̿) yang diperoleh dengan rumus sebagai berikut (Rangkuti, 2006):

̿ = ∑i= i

Gambar

Tabel 4. Penelitian Terdahulu tentang Analisis Dampak Ekonomi
Tabel 4. Lanjutan
Tabel 5. Penelitian Terdahulu tentang Analisis Kepuasan Wisatawan
Tabel 6. Lanjutan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data primer merupakan data utama yang mencakup identitas responden, keadaan umum usaha peternakan, pendapatan usaha, kebutuhan tenaga kerja, upah tenaga kerja,

[r]

Pemantauan status gizi yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pematang Panjang Kabupaten Batubara pada bulan Desember tahun 2013 menunjukan bahwa dalam jumlah anak balita

Secara perlahan, bila siswa salah mengungkapkan pikirannya, ulangi dengan versi yang lebih baik dan minta ia ulangi apa yang didengar dari guru. Begitu seterusnya sehingga

Sebenarnya tahapan atau proses perancangan alat atau rangkaian digital menggunakan Xilinx sama seperti merancang suatu rangkaian logika secara manual akan tetepi kelebihan

[r]

Sebuah proses dibuat melalui system call create-process yang membentuk proses turunan ( child process ) yang dilakukan oleh proses induk ( parent process ).

Hicks dan Gullet (1975) menyatakan bahwa pengorganisasian adalah suatu proses di mana struktur organisasi diciptakan dan dipelihara. Proses ini meliputi