• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor Positive Deviance terhadap Status Gizi Anak Usia 0-24 Bulan dari Keluarga Miskin di Wilayah Kerja Puskesmas Pematang Panjang Kabupaten Batubara Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor Positive Deviance terhadap Status Gizi Anak Usia 0-24 Bulan dari Keluarga Miskin di Wilayah Kerja Puskesmas Pematang Panjang Kabupaten Batubara Tahun 2014"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1. Latar Belakang

Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang berkelanjutan. Adapun upaya peningkatan kualitas hidup (SDM) dimulai sebagai kebutuhan dasar untuk memperhatikan proses tumbuh kembang anak dari mulai proses pembuahan hingga mencapai dewasa. Pada proses pertumbuhan anak, proses pemenuhan kebutuhan dasar anak seperti perawatan dan pemberian makanan bergizi diberikan secara baik dan benar dapat membentuk SDM yang sehat, cerdas dan produktif. Berdasarkan angka indeks pembangunan manusia (IPM) untuk Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2011 sebesar 74.65 yang setiap tahunnya meningkat, sedangkan IPM untuk Kabupaten Batubara menunjukkan bahwa Kabupaten Batubara berada pada peringkat 26 dari 33 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara yaitu sebesar 72.08 (Badan Pusat Statistik, 2012). Data ini menunjukkan bahwa untuk kabupaten Batubara masih jauh tertinggal dengan kabupaten/kota lainnya, dimana Kabupaten Batubara memiliki peringkat kedelapan dari IPM terendah di Sumatera Utara.

(2)

pada usia ini anak mengalami pertumbuhan fisik dan perkembangan otak yang sangat cepat memerlukan gizi yang baik, namun pada umumnya anak sudah mempunyai adik lagi. Kondisi yang seperti ini dapat menyebabkan anak kurang mendapatkan perhatian dari orangtua, asupan gizi kurang, adanya penyakit infeksi dan parasit serta adanya problem psikologis pada anak.

Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya apabila pada masa ini bayi dan anak tidak memperoleh makanan sesuai dengan kebutuhan gizinya, maka periode emass akan berubah menjadi periode kritis yang mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun pada saat selanjutnya (Nutrisiani, 2010). Hal ini menunjukkan bahwa anak dalam usia 0-24 bulan harus diberikan asupan gizi yang sesuai dengan kondisinya yang disebut periode emas dalam hidup seorang anak.

(3)

sebanyak 12 orang, Kabupaten Deli serdang sebanyak 4 orang, Kabupaten Pakpak Barat 5 orang, dan Kota Pematang siantar sebanyak 7 orang (Badan Ketahanan Pangan, 2013). Hal ini dapat dilihat dalam kondisi Kabupaten Batubara yang juga merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Kabupaten Asahan sangat rentan untuk mendapat kasus gizi buruk.

Penanggulangan masalah gizi di Provinsi Sumatera Utara telah dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dengan berbagai upaya baik yang jangka panjang maupun yang jangka pendek, dimana dengan melakukan pelacakan kasus gizi buruk di kabupaten maupun di kota. Jika ditemukan kasus gizi buruk di suatu daerah segera akan dirujuk ke rumah sakit umum kelas III dengan biaya yang ditanggung oleh pihak pemerintah. Hal ini merupakan penanggulangan jangka pendek, sedangkan program jangka menengah dilakukan upaya merevitalisasikan pos pelayanan terpadu (Posyandu) dengan melakukan upaya peningkatan kembali peranan Puskesmas dalam upaya promotif dan upaya preventif. Program jangka panjang dilakukan upaya pemberdayaan keluarga dalam mensejahterakan masyarakat yang miskin.

(4)

sehingga dari kondisi gizi buruk menjadi kondisi baik, mempertahankan kondisi gizi baik dan meningkatkannya dengan melakukan perilaku positif.

Menurut Zeitlin, et. al. (1990) positive deviance dipakai untuk menjelaskan suatu keadaan penyimpangan positif yang berkaitan dengan kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan anak-anak lain di dalam lingkungan masyarakat atau keluarga yang sama. Secara khusus pengertian positive deviance dapat dipakai untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan serta status gizi yang baik dari anak-anak yang hidup di keluarga miskin dan hidup di lingkungan yang miskin (kumuh) dimana sebagian besar anak lainnya menderita gangguan pertumbuhan dan perkembangan dengan kondisi mengalami gizi kurang.

Model konseptual yang dikembangkan oleh Zeitlin untuk keluarga miskin, yang menjadi konsep positive deviance ditemukan 4 (empat) faktor yaitu karakteristik orang tua dan rumah tangga, karakteristik anak, perilaku orang tua dalam mengasuh anak dan status gizi. Hal inilah yang akan menjadi acuan dalam mempelajari konsep faktor positive deviance.

Positive deviance didasarkan pada asumsi bahwa beberapa solusi untuk

(5)

tidak memiliki perilaku yang termasuk penyimpangan positif. Studi positive deviance mempelajari mengapa dari sekian banyak bayi dan balita di suatu komunitas miskin hanya sebagian kecil yang gizi buruk. Kebiasaan keluarga yang menguntungkan sebagai inti program positive deviance dibagi menjadi empat kategori utama yaitu, pemberian makanan, pengasuhan, kebersihan, dan mendapatkan pelayanan kesehatan.

Di Indonesia, studi positive deviance telah dilakukan oleh Jauhari, dkk (2000) di Jakarta, Bogor dan Lombok Timur. Hasilnya menunjukan bahwa interaksi ibu dengan anak usia 6 – 17 bulan berhubungan positif dengan keadaan gizi anak. Anak anak selalu diupayakan untuk mengonsumsi makanan, mendapatkan respon ketika berceloteh, selalu mendapat senyum dari ibu, keadaan gizinya lebih baik dibandingkan dengan teman sebaya lainnya yang kurang mendapat perhatian dari orangtua.

Upaya pendekatan positive deviance ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan dengan pemecahan masalah gizi yang berbasis dari keluarga dan masyarakat., dimana dengan adanya identifikasi berbagai perilaku ibu atau pengasuh yang memiliki anak bergizi baik tetapi dari keluarga kurang mampu dan mengeluarkan kebiasaan positif kepada keluarga lain yang memiliki anak dengan gizi kurang.

(6)

mengalami kekurangan gizi dalam komunitas, berlatih perilaku-perilaku memasak, pemberian makan, kebersihan, dan pola pengasuhan baru, yang telah terbukti berhasil dalam merehabilitasi anal-anak yang kekurangan gizi. Kebiasaan-kebiasaan terpilih tersebut berasal dari hasil penemuan Penyelidikan ini berasal dari temuan positive deviance dan dari perilaku yang dianggap penting oleh ahli-ahli kesehatan

masyarakat. Para sukarelawan secara aktif melibatkan ibu dan anak dalam proses rehabilitasi dan belajar dalam situasi rumah yang nyaman serta bekerja agar keluarga-keluarga tersebut dapat mempertahankan perbaikan status gizi anak di rumah. Kegiatan pendekatan hearth terdiri dari rehabilitasi dan pendidikan nutrisi selama periode 12 hari yang diikuti dengan kunjungan para kader ke rumah setiap pengasuh. Pendekatan ini mendorong terjadinya perubahan perilaku dan memberdayakan para pengasuh untuk bertanggungjawab terhadap rehabilitasi gizi anak-anak mereka dengan menggunakan pengetahuan dan sumber-sumber lokal.

Penelitian positive deviance perlu dikembangkan di beberapa daerah. Studi positive deviance di berbagai negara, seperti Guatemala dan Costa Rica,

menunjukkan bahwa beberapa ibu telah memiliki teknik yang baik mengenai praktek, tradisi dan kepercayaan dalam hal mempersiapkan makanan, pemberian makanan pada anak, merawat anak pada waktu sakit dan masa pemulihan. Ibu yang memiliki teknik yang baik ini bukanlah ibu yang berasal dari pendidikan yang tinggi (Zeitlin, 1990).

(7)

ekonomi keluarga meliputi pendidikan kepala keluarga (KK) dan ibu, penghasilan KK, jumlah anggota rumah tangga, akses air bersih, kebersihan dan sanitasi lingkungan serta morbiditas keluarga. Faktor penyimpangan positif kejadian status gizi-kurang rendah dibandingkan dengan status gizi-kurang tinggi di daerah miskin adalah tingginya pendidikan orang tua, sedikitnya jumlah anggota rumah tangga, dan kemudahan akses air.

Kabupaten Batubara mempunyai 13 (tiga belas) wilayah kerja puskesmas yang tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Batubara, untuk daerah Kecamatan Air Putih yang meliputi wilayah kerja Puskesmas Pematang Panjang terdiri dari 10 desa yaitu Pematang Panjang, Kampung Kelapa, Limau sunde, Sukarame, Sukaraja, Tanah Tinggi, Tanah Rendah, Tanjung Muda, Tanah Merah dan desa Aras. Pemantauan status gizi yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pematang Panjang Kabupaten Batubara pada bulan Desember tahun 2013 menunjukan bahwa dalam jumlah anak balita sebanyak 3495 orang yang berada pada 10 desa, dengan jumlah bayi usia 0 – 24 bulan sebanyak 1369 orang, terdapat 561 orang merupakan anak dari keluarga miskin di wilayah kerja puskesmas Pematang Panjang ini. Dari seluruh balita yang ditimbang 2.233 orang menunjukan bahwa jumlah balita yang gizi buruk sebanyak 4 orang (0,18%) dan gizi kurang sebanyak 7 orang (0,31%) di seluruh wilayah kerja Puskesmas Pematang panjang (Laporan PSG Puskesmas Pematang Panjang Kab, Batubara, 2013).

(8)

0 – 24 bulan dengan kajian positive deviance dari keluarga miskin di wilayah kerja Puskesmas Pematang Panjang kabupaten Batubara tahun 2014.

1.2. Permasalahan

Bagaimana faktor yang mempengaruhi status gizi anak usia 0-24 bulan

dengan kajian positive deviance dari keluarga miskin di daerah wilayah kerja Puskesmas Pematang Panjang Kabupaten Batubara tahun 2014.

1.3. Tujuan Penelitian

Menganalisis faktor yang memengaruhi status gizi anak usia 0 – 24 bulan dengan kajian positive deviance dari keluarga miskin di wilayah kerja Puskemas Pematang Panjang Kabupaten Batubara tahun 2014.

1.4. Manfaat Penelitian

a. Bagi Dinas Kesehatan dan Puskemas

Sebagai dasar penyusunan dalam melakukan perencanaan strategi dalam pengembangan program penanggulangan masalah gizi di wilayah kerja Puskesmas Pematang Panjang dan Dinas kesehatan Batubara, dan sebagai bahan masukan dalam menentukan alternatif penanggulangan masalah dalam pemantauan status gizi balita di wilayah Kabupaten Batubara.

b. Bagi Masyarakat

(9)

potensi yang dimilikinya dapat mengatasi masalah gizi kurang pada anaknya, sehingga akan meningkatkan status kesehatan masyarakat.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Referensi

Dokumen terkait

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024) 8508081, Fax. Tri

Distribusi frekuensi berdasarkan kepatuhan diet sesudah pemberian pendidikan kesehatan pada penderita hipertensi di Desa Tambar Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang

Based on the explanation above, the researcher propose a research entitled “ The Use of English Grammar Test of Android Game to Improve the Students’ Grammar Competence o

Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan Pasal 20 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 37 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga

Karena memiliki hak untuk membentuk angkatan perang sendiri dan melakukan peperangan, maka VOC berupaya meemperluas daerah – daerah di Nusantara sebagai wilayah kekuasaan

Perjalanan demokrasi di Indonesia dimulai dengan Demokrasi Liberal yang diterapkan pada tahun 1950 dimana saat itu terjadi banyak sekali pergantian kabinet, dimana kabinet paling

Dalam hal lain, peranan Notaris untuk menghindari timbulnya sengketa dari akta pengikatan jual-beli hak atas tanah adalah bahwa dalam pembuatannya harus dilengkapi dengan kuasa

Adanya hubungan ini merupakan bukti bahwa ujian nasional juga dapat digunakan untuk memprediksi keberhasilan belajar peserta didik di perguruan tinggi.. Ujian