• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Alam (Studi Kasus: Floating Market Lembang, Bandung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Alam (Studi Kasus: Floating Market Lembang, Bandung)"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

DENADIA MUTTY

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Alam (Studi Kasus: Floating Market Lembang, Bandung) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2015

(3)

ABSTRAK

DENADIA MUTTY. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Alam (Studi Kasus: Floating Market Lembang, Bandung). Dibimbing oleh ACENG HIDAYAT.

Industri pariwisata merupakan salah satu sarana yang dapat meningkatkan kemajuan ekonomi masyarakat. Kawasan Floating Market Lembang merupakan salah satu kawasan yang berpotensi besar dan memiliki daya tarik sebagai kawasan wisata. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik pengunjung, unit usaha, dan tenaga kerja daerah wisata Floating Market Lembang, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata ke Floating Market Lembang, mengestimasi dampak ekonomi yang timbul akibat dari adanya kegiatan wisata Floating Market Lembang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata pengunjung Floating Market Lembang berusia 17-25 tahun dengan rata-rata pekerjaan pengunjung ialah sebagai pegawai swasta dan berpenghasilan berkisar antara Rp 500.000 hingga Rp 2.000.000, sebagian besar pengunjung Floating Market Lembang berasal dari Bandung. Faktor- faktor yang berpengaruh pada taraf nyata 5% adalah tingkat pendapatan, biaya perjalanan, jarak tempuh, dan jumlah tanggungan. Nilai dampak ekonomi yang diestimasi menggunakan pendekatan multiplier effect yaitu untuk dampak ekonomi langsung yang dapat dirasakan oleh pemilik unit usaha sebesar Rp 1.109.671.742 , dampak ekonomi tidak langsung yang dilihat dari pengeluaran unit usaha di dalam kawasan wisata sebesar Rp 1.120.265.853 , sedangkan dampak ekonomi lanjutan berupa pengeluaran tenaga kerja di kawasan wisata sebesar Rp 90.784.891. Nilai keynesian income multiplier sebesar 1.3, ratio income multiplier tipe I sebesar 2.0, ratio income multiplier tipe II sebesar 2.1.

(4)

ABSTRACT

DENADIA MUTTY. Economic Impact Analysis of Nature Tourism Activities (Case Study: Lembang Floating Market, Bandung). Supervised by ACENG HIDAYAT.

The tourism industry is one sector that can improve the economic progress of society. Lembang Floating Market is one area that has great potential and has appeal as a tourist area. The specific objective of this research is to identify the characteristics of the visitors, business units, and manpower around the Lembang Floating Market, identify factors that affect tourism demand, estimating the economic impact of tourism activities of Lembang Floating Market. The results of this research show that the average age of visitors Lembang Floating Market is 17-25 years old with an average visitor job is as private employees and earn between Rp 500,000 to Rp 2,000,000, most visitors come from Bandung. Factors that influence (at 5% significance level) is the level of income, travel expenses, mileage, and the number of families. Value of economic impact is estimated using a multiplier effect approach includes direct economic impact can be felt by the owner of a business unit of Rp 1,109,671,742 , indirect economic impacts in the form of spending a business unit within the tourist area of Rp 1,120,265,853 , while the advanced economic impact in the form of expenditure manpower in the tourist area of Rp 90,784,891. Value of Keynesian income multiplier is 1.3, the ratio of income multiplier type I is 2.0, ratio income multiplier type II is 2.1.

(5)

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA ALAM

(STUDI KASUS: FLOATING MARKET LEMBANG, BANDUNG)

DENADIA MUTTY

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Alam (Studi Kasus : Floating Market Lembang, Bandung)”. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Bersama ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi. Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari dukungan banyak pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua tercinta, yaitu Ayah (Ir. Ridwan Iskandar, M.T), Ibu (Dra. Nomi Ariesyanti), dan adik tersayang Aprilliza Naura, serta segenap keluarga besar atas seluruh doa dan dukungan.

2. Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan motivasi, bimbingan, arahan, saran, dan kritik dalam penyusunan skripsi ini.

3. Dosen penguji utama dan dosen penguji Departemen ESL yang telah memberikan banyak masukan dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak Asep selaku HRD Floating Market Lembang, serta seluruh staf Floating Market Lembang atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian serta informasi yang telah diberikan. 5. Seluruh keluarga besar Departemen Ekonomi Sumberdaya dan

Lingkungan atas semua arahan, masukan, motivasi, dan bantuannya. 6. Luqman Azis, yang telah memberikan doa, semangat, perhatian, dan

dukungan.

7. Sahabat-sahabat Astari, Devi, Fadil, Kimel, Laras, Neng, Putri, Oni, serta keluarga besar ESL 47 yang selalu memberikan bantuan, motivasi, dan semangat.

8. Sahabat-sahabat TPB Dessy, Erlangga, Nurul, dan Rindang yang telah memberikan bantuan dan dukungan.

9. Teman-teman satu bimbingan Dhea, Fibri, Tika, Bintang, Nabila, dan Shella, yang telah memberikan bantuan dan dukungan.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga penelitian ini dapat memberikan informasi yang berguna bagi para pembaca.

Bogor, Januari 2015

(8)
(9)

DAFTAR ISI

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Pariwisata ... 7

2.2 Wisatawan ... 10

2.3 Objek Wisata Alam ... 11

2.4 Permintaan Wisata ... 12

2.5 Metode Biaya Perjalanan ... 13

2.6 Dampak Ekonomi Wisata ... 15

2.7 Penelitian Terdahulu ... 16

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 18

IV. METODE PENELITIAN ... 21

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 21

4.3 Metode Pengambilan Sampel ... 21

4.4 Pengumpulan Data ... 22

4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 22

4.5.1 Analisis Karakteristik Pengunjung ... 23

4.5.2 Faktor-faktor Sosial Ekonomi dari permintaan Wisata Floating Market Lembang ... 23

4.5.3 Analisis Regresi Berganda ... 24

4.5.3.1 Pemenuhan Asumsi Regresi Linier Berganda ... 25

4.5.4 Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Floating Market Lembang ... 27

V. GAMBARAN UMUM ... 29

5.1 Keadaan Umum Wilayah ... 29

5.2 Kondisi Sosial ... 30

5.3 Sarana dan Prasarana Wisata ... 31

(10)

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

6.1 Karakteristik Responden ... 33

6.1.1 Karakteristik Responden Pengunjung ... 33

6.1.2 Karakteristik Responden Pengelola Unit Usaha ... 38

6.1.3 Karakteristik Responden Tenaga Kerja ... 39

6.2 Fungsi Permintaan Wisata Floating Market Lembang ... 41

6.2.1 Pemenuhan Asumsi Regresi Linier Berganda ... 43

6.2.2 Variabel yang Berpengaruh Secara Signifikan Terhadap Permintaan Wisata Floating Market Lembang ... 45

6.2.3 Variabel yang Berpengaruh Secara Tidak Signifikan Terhadap permintaan Wisata Floating Market Lembang ... 50

6.3 Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Floating Market Lembang ... 51

6.3.1 Dampak Ekonomi Langsung (Direct Impact) ... 53

6.3.2 Dampak Ekonomi Tidak Langsung (Indirect Impact) ... 54

6.3.3 Dampak Ekonomi Lanjutan (Induced Impact) ... 58

6.3.4 Nilai Efek Pengganda (Multiplier Effect) ... 58

VII. SIMPULAN DAN SARAN... 60

7.1 Simpulan ... 60

7.2 Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 62

LAMPIRAN ... 65

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Jumlah wisatawan mancanegara dan domestik di Kota Bandung

Tahun 2008-2014 ... 2

2 Jumlah pengunjung Floating Market Lembang dari Desember 2012 hingga Agustus 2014 ... 3

3 Daftar indikator dan parameternya ... 22

4 Jumlah penduduk menurut umur & jenis kelamin di Kelurahan Lembang Tahun 2013 ... 30

5 Karakteristik sosial ekonomi pengunjung ... 34

6 Karakteristik kunjungan wisatawan Floating Market Lembang ... 36

7 Karakteristik sosial ekonomi pengelola unit usaha ... 39

8 Karakteristik sosial ekonomi tenaga kerja... 40

9 Fungsi permintaan wisata Floating Market Lembang dengan Travel Cost Method ... 43

10 Proporsi pengeluaran responden pengunjung di kawasan Floating Market Lembang Tahun 2014 ... 52

11 Dampak ekonomi langsung di kawasan wisata Floating Market Lembang ... 53

12 Pengeluaran unit usaha di kawasan Floating Market Lembang Tahun 2014 ... 56

13 Dampak ekonomi tidak langsung di kawasan Floating Market Lembang ... 56

14 Proporsi pengeluaran unit usaha ... 57

15 Dampak ekonomi lanjutan di kawasan Floating Market Lembang ... 58

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Kerangka pemikiran penelitian ... 20

2 Objek wisata Floating Market Lembang ... 29

3 Hubungan antara pendapatan dengan dengan frekuensi kunjungan ... 46

4 Hubungan antara biaya perjalanan dengan frekuensi kunjungan ... 47

5 Hubungan antara jarak tempuh dengan frekuensi kunjungan ... 49

6 Hubungan antara jumlah tanggungan dengan frekuensi kunjungan ... 49

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1 Estimasi model hasil regresi berganda faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisata ke Floating Market Lembang ... 66

2 Uji Kolmogorov Smirnov... 67

3 Grafik sebar (Scatter Plot) ... 68

4 Kuisioner penelitian untuk pengunjung ... 69

5 Kuisioner penelitian untuk unit usaha ... 74

6 Kuisioner penelitian untuk tenaga kerja ... 77

(13)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki kepadatan penduduk yang

tinggi. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2009, jumlah

penduduk di Indonesia pada Tahun 2010 yaitu sebesar 237.641.326 jiwa. Hal ini

tentu akan terus meningkat seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk.

Banyaknya penduduk tentu akan membuat kebutuhan akan banyak hal meningkat,

salah satunya kebutuhan akan wisata.

Sektor pariwisata cukup potensial karena memanfaatkan keindahan alam

serta keragaman budayanya yang menarik perhatian wisatawan. Menurut Wahab

(2003) dengan adanya pariwisata dapat mempercepat sirkulasi ekonomi suatu

negara melalui pengeluaran dari wisatawan dalam menciptakan dampak lanjutan

sehingga memperbesar efek pengganda (multiplier effect).

Wisata juga sudah menjadi kebutuhan bagi setiap orang. Wisata mampu

mendatangkan turis domestik maupun turis asing. Menurut Menteri Pariwisata

dan Ekonomi Kreatif pada Tahun 2013, kontribusi sektor pariwisata terhadap

perekonomian nasional cukup besar. Jumlah wisatawan mancanegara meningkat

dari 7,0 juta di tahun 2010 menjadi 8,8 juta di tahun 2013 dengan pertumbuhan

rata-rata 8,5 persen, sedangkan untuk bulan Januari-Agustus 2014 telah mencapai

6.155.553 wisatawan mancanegara. Hal ini juga berdampak terhadap peningkatan

devisa. Devisa meningkat dari US$7,6 miliar di tahun 2010 menjadi US$10 miliar

di tahun 2013. Selain itu pergerakan wisatawan nusantara rata-rata tiap tahun

meningkat 234,4 juta perjalanan di tahun 2010 menjadi 248 juta perjalanan di

tahun 2013.

Industri pariwisata merupakan salah satu sarana yang dapat meningkatkan

kemajuan ekonomi masyarakat. Sektor pariwisata dapat membantu mengurangi

tingkat pengangguran, menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar

objek wisata, seperti pengadaan layanan rumah makan, jasa wisata, pusat

oleh-oleh, hingga penginapan. Selain itu, dapat meningkatkan pendapatan serta taraf

(14)

merupakan sektor ekonomi yang cukup vital untuk pertumbuhan ekonomi

Indonesia.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Tahun 2010, 11 provinsi yang

sering dikunjungi oleh para turis adalah Bali, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa

Timur, DKI Jakarta, Sumatera Utara, Lampung, Sulawesi Selatan, Sumatera

Selatan, Banten, dan Sumatera Barat. Berdasarkan data, Jawa Barat menempati

posisi kedua setelah Bali. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang

memiliki potensi pariwisata. Letak Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan

ibukota Negara Indonesia, DKI Jakarta, membuat Jawa Barat menjadi daerah

yang strategis bagi pengembangan pariwisata. Selain karena dekat dengan DKI

Jakarta yang merupakan pintu gerbang utama Indonesia, Jawa Barat juga memiliki

keragaman wisata dan memberikan alternatif yang lebih bervariasi bagi wisatawan.

Salah satu daerah wisata di Jawa Barat yang digemari oleh banyak orang di

Indonesia adalah daerah Bandung. Bandung memiliki potensi wisata yang tinggi.

Pesona keindahan alamnya serta cuaca yang sejuk merupakan salah satu daya

tarik wisata yang patut diperhitungkan. Di daerah ini banyak terdapat kawasan

wisata yang menarik, mulai dari wisata alam hingga wisata budaya. Aspek

pendukung kegiatan wisata di daerah tersebut tidak hanya keindahan alamnya,

tetapi juga keramah-tamahan masyarakat di sekitar objek wisata. Tak heran

banyak wisatawan yang mengunjungi daerah tersebut baik wisatawan lokal

maupun wisatawan mancanegara.

Tabel 1 Jumlah wisatawan mancanegara dan domestik di kota bandung Tahun

2008-2012

Tahun Wisatawan

Mancanegara Domestik Jumlah 2008 74.730 1.346.729 1.421.459 2009 168.712 2.928.157 3.096.869 2010 180.603 3.024.666 3.205.269 2011 194.062 3.882.010 4.070.072 2012 158.848 3.354.857 3.513.705 Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung (2013)

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan jumlah wisatawan

(15)

pada tahun 2011 yaitu mencapai 4.070.072 jiwa. Hal ini menunjukkan wisata di

daerah Bandung termasuk salah satu wisata yang diminati. Namun, terjadi

penurunan pada tahun 2012 menjadi 3.513.705 jiwa.

Kawasan wisata yang terkenal di Bandung adalah daerah Lembang. Salah

satu kawasan wisatanya adalah Floating Market Lembang (FML). Floating

Market Lembang merupakan kawasan wisata pasar terapung yang dibangun di kawasan Situ Umar. Kawasan dengan luas 7,7 hektar ini terdiri dari 3 hektar

kawasan air dan 4,7 hektar kawasan darat. Floating Market Lembang tidak hanya

menyediakan pasar terapung, namun juga wahana air, sawah dan kebun, factory

outlet, dan lainnya. Selama beberapa periode, berdasarkan catatan pengelola

Floating Market Lembang perkembangan jumlah wisatawan kawasan ini terus mengalami peningkatan (Tabel 2).

Tabel 2 Jumlah pengunjung Floating Market Lembang dari Desember 2012 – Agustus 2014

No Bulan Jumlah Pengunjung (Orang)

2012 2013 2014 Sumber: Pengelola Floating Market Lembang (2014)

Berdasarkan Tabel 2, jumlah pengunjung kawasan Floating Market

Lembang terus meningkat tiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa kawasan

wisata ini memiliki potensi untuk terus dikembangkan dan keberadaannya cukup

penting bagi kehidupan masyarakat sekitar kawasan. Adanya Floating Market

Lembang mendatangkan dampak tersendiri seperti peningkatan pendapatan dan

(16)

diketahui seberapa besar dampak yang ditimbulkan dari kegiatan wisata terhadap

keadaan ekonomi masyarakat lokal. Oleh karena itu, penelitian ini perlu dilakukan

untuk membantu masyarakat lokal agar menyadari akanpentingnya lokasi wisata

ini bagi peningkatan perekonomian masyarakat lokal.

1.2Rumusan Masalah

Sektor pariwisata memiliki dampak ekonomi yang terkait dengan

perekonomian masyarakat sekitar, terutama terhadap perubahan pendapatan

masyarakat. Salah satu kawasan wisata yang memiliki potensi ekonomi yaitu

kawasan Floating Market Lembang. Floating Market Lembang merupakan salah

satu kawasan wisata yang menawarkan keindahan alam, kenyamanan, dan

keasrian. Selain itu, merupakan salah satu kawasan yang berpotensi besar dan

memiliki daya tarik sebagai kawasan wisata. Tidak sedikit masyarakat yang

berkunjung untuk sekedar melepas penat maupun berkumpul bersama keluarga.

Adanya kegiatan wisata yang berlangsung di Floating Market Lembang

berdampak pada ekonomi yaitu perekonomian masyarakat sekitar. Potensi yang

dimiliki Floating Market Lembang juga akan berdampak terhadap peningkatan

pendapatan daerah dan penciptaan kesempatan kerja bagi masyarakat di sekitar

kawasan. Semenjak diberlakukannya UU No.32 Tahun 2004 mengenai otonomi

daerah, masing-masing daerah terus berusaha mengembangkan potensi yang ada

di daerahnya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Salah satu

sektor yang potensial untuk dikembangkan adalah sektor pariwisata. Devisa yang

dihasilkan dari sektor pariwisata akan dialokasikan untuk daerah otonomi tersebut

(Nirwandar, 2005).

Dampak ekonomi yang ditimbulkan Floating Market Lembang juga dapat dilihat dari keadaan sosial ekonomi pengunjung. Semakin tinggi keadaan sosial

ekonomi dari pengunjung, semakin tinggi juga pengeluaran yang dilakukan oleh

pengunjung. Jumlah pengunjung yang tinggi tiap tahunnya membuat kawasan

wisata ini membutuhkan tenaga kerja yang banyak. Sehingga membuka

kesempatan kerja bagi masyarakat lokal.

Kawasan wisata Floating Market Lembang menjadi salah satu pendorong

(17)

wisata yang baik juga berakibat terhadap perekonomian masyarakat sekitar.

Peningkatan jumlah pengunjung yang signifikan akan memberikan dampak

ekonomi yang positif terhadap ekonomi masyarakat lokal. Floating Market

Lembang sebagai salah satu kawasan wisata tentunya akan memberikan dampak

bagi komponen-komponen yang terkait didalamnya. Keberadaan objek wisata ini

juga sangat bergantung terhadap pengunjung yang datang sehingga penting bagi

pengelola untuk mengetahui karakteristik pengunjung, unit usaha, dan tenaga

kerja agar dapat memberikan informasi tambahan dan dapat digunakan sebagai

salah satu dasar dalam penetapan kebijakan pengelolaan di masa datang.

Kegiatan pariwisata di Floating Market Lembang memiliki dampak

ekonomi yang terkait dengan perekonomian masyarakat lokal sekitar sehingga hal

ini perlu dikaji. Sejauh ini belum ada studi mengenai analisis dampak ekonomi

dari kegiatan wisata di Floating Market Lembang sehingga nilai dampak ekonomi

kegiatan wisata belum diketahui. Berdasarkan uraian diatas, beberapa hal menarik

untuk dikaji disajikan dalam beberapa rumusan berikut:

1. Bagaimana karakteristik pengunjung, unit usaha, dan tenaga kerja daerah

wisata Floating Market Lembang?

2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata di Floating

Market Lembang?

3. Bagaimana dampak ekonomi yang timbul akibat dari kegiatan wisata di

sekitar objek wisata Floating Market Lembang?

1.3Tujuan Penelitian

Sejalan dengan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini

adalah :

1. Mengidentifikasi karakteristik pengunjung, unit usaha, dan tenaga kerja

daerah wisata Floating Market Lembang.

2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata di

Floating Market Lembang.

3. Mengestimasi dampak ekonomi yang timbul akibat dari adanya kegiatan

(18)

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Peneliti dan akademisi, penelitian ini diharapkan menjadi pelengkap

keilmuan ekonomi sumberdaya dan lingkungan serta sebagai bahan

tambahan dan rujukan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

2. Bagi pengelola dan para pengambil kebijakan, diharapkan dapat

memberikan masukan dalam rangka pengembangan obyek wisata Floating

Market Lembang yang berkelanjutan.

3. Bagi penulis, sebagai syarat kelulusan untuk mendapatkan gelar Sarjana di

Institut Pertanian Bogor.

1.5Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini meliputi beberapa hal, diantaranya

adalah :

1. Wilayah penelitian ini adalah kawasan wisata Floating Market Lembang,

Desa Lembang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

2. Obyek penelitian ini adalah orang-orang yang mengunjungi kawasan wisata,

unit usaha, dan tenaga kerja yang selanjutnya disebut sebagai responden.

3. Fungsi permintaan wisata menggunakan pendekatan individual travel cost

method, sehingga diasumsikan Floating Market Lembang menjadi

satu-satunya tempat tujuan wisata responden .

4. Dampak ekonomi yang diteliti dilihat dari pengeluaran wisatawan selama di

(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pariwisata

Menurut UU Pemerintah Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan,

pengertian wisata adalah perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok

orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan

pribadi, atau mempelajari daya tarik wisata yang dikunjunginya dalam jangka

waktu sementara.

Menurut Institute of Tourism in Britain (1979) dalam Pendit (2006),

pariwisata adalah kepergian orang-orang sementara dalam jangka waktu pendek

ke tempat-tempat tujuan di luar tempat tinggal dan pekerjaan sehari-harinya serta

kegiatan-kegiatan mereka selama berada di tempat-tempat tujuan tersebut,

mencakup kepergian untuk berbagai maksud, termasuk kunjungan seharian atau

darmawisata.

Samsuridjal (1997) mengemukakan bahwa jenis-jenis wisata antara lain:

1. Wisata Rekreasi, yaitu wisata yang dilakukan orang untuk memanfaatkan

waktu libur di luar rumah. Kebanyakan wisata jenis ini dilakukan untuk

menikmati keindahan alam.

2. Wisata Bahari, yaitu wisata dengan objek kawasan laut, misalnya menyelam,

berselancar, berlayar, memacing, dan lainnya.

3. Wisata Alam, yaitu wisata dengan objek alam. Objek gunung, gua, sungai.

Pada umumnya peminat objek ini adalah para remaja dan petualang.

4. Wisata Budaya, yaitu wisata yang menawarkan objek yang berupa tradisi

dan budaya serta adat istiadat masyarakat yang unik.

5. Wisata Olahraga, yaitu wisata yang dilakukan dengan tujuan pertandingan

dan meningkatkan prestasi olahraga.

6. Wisata Bisnis, yaitu perjalanan yang dilakukan untuk tujuan bisnis. Wisata

jenis ini membutuhkan sarana penunjang bisnis yang baik.

7. Wisata Konvensi, yaitu wisata yang dilakukan ke suatu negara untuk

(20)

8. Wisata Jenis Lain, yaitu keinginan dan ketertarikan masyarakat beraneka

ragam. Perkembangan jenis wisata juga semakin banyak. Kini mulai populer

dengan sebutan wisata sejarah, arkeologi, berburu, safari, fotografi, dan

sebagainya.

Menurut Pendit (2006), pariwisata dapat dibedakan menurut motif

wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat. Jenis-jenis pariwisata tersebut adalah

sebagai berikut :

1. Wisata Budaya

Perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas

pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan

ke tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan adat

istiadat mereka, cara hidup mereka, budaya dan seni mereka. Seiring perjalanan

serupa ini disatukan dengan kesempatan-kesempatan mengambil bagian dalam

kegiatan-kegiatan budaya, seperti eksposisi seni (seni tari, seni drama, seni musik,

dan seni suara), atau kegiatan yang bermotif kesejarahan dan sebagainya.

2. Wisata Maritim atau Bahari

Jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan kegiatan olahraga di air,

lebih-lebih di danau, pantai, teluk, atau laut seperti memancing, berlayar, menyelam

sambil melakukan pemotretan, kompetisi, berselancar, balapan mendayung,

melihat-lihat taman laut dengan pemandangan indah di bawah permukaan air serta

berbagai rekreasi perairan yang banyak dilakukan di daerah-daerah atau

negara-negara maritim, di Laut Karibia, Hawaii, Tahiti, Fiji, dan sebagainya.

3. Wisata Cagar Alam (Taman Konservasi)

Jenis wisata ini biasanya banyak diselenggarakan oleh agen atau biro

perjalanan yang mengkhususkan usaha-usaha dengan jalan mengatur wisata ke

tempat atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan, dan

sebagainya yang kelestariannya dilindungi oleh undang-undang.

4. Wisata Konvensi

Wisata konvensi adalah hal yang dekat dengan wisata jenis politik. Berbagai

negara pada dewasa ini membangun wisata konvensi ini dengan menyediakan

(21)

konferensi, musyawarah, konvensi atau pertemuan lainnya baik yang bersifat

nasional maupun internasional.

5. Wisata Pertanian (Agrowisata)

Sebagai halnya wisata industri, wisata pertanian ini adalah pengorganisasian

perjalanan yang dilakukan ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, ladang

pembibitan dan sebagainya dimana wisatawan rombongan dapat mengadakan

kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi maupun melihat-lihat keliling

sambil menikmati segarnya tanaman beraneka warna dan suburnya pembibitan

berbagai jenis sayur-mayur dan palawija di sekitar perkebunan yang dikunjungi.

6. Wisata Buru

Jenis ini banyak dilakukan di negeri-negeri yang memang memiliki daerah

atau hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah dan digalakkan oleh

berbagai agen atau biro perjalanan. Wisata buru ini diatur dalam bentuk safari

buru ke daerah atau hutan yang telah ditetapkan oleh pemerintah negara yang

bersangkutan, seperti di Afrika untuk berburu gajah, singa, ziraf, dan sebagainya.

7. Wisata Ziarah

Jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan agama, sejarah, adat istiadat dan

kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat. Wisata ziarah banyak

dilakukan oleh perorangan atau rombongan ke tempat-tempat suci, ke

makam-makam orang besar atau pemimpin yang diagungkan, ke bukit atau gunung yang

dianggap keramat, tempat pemakaman tokoh atau pemimpin sebagai manusia

ajaib penuh legenda.

Wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah biasanya benar-benar ingin

menghabiskan waktunya untuk bersantai, menyegarkan fikiran dan benar-benar

ingin melepaskan diri dari rutinitas kehidupan sehari-hari. Jadi bisa juga dikatakan

wisatawan adalah seseorang yang melakukan perjalanan dari suatu tempat lain

yang jauh dari rumahnya bukan dengan alasan rumah atau kantor

(Kusumaningrum, 2009).

Tujuan dari wisata juga bermacam-macam, seperti untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan rakyat, menghapus

kemiskinan, mengatasi pengangguran, melestarikan alam, lingkungan, dan sumber

(22)

tanah air, memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa, dan mempererat

persahabatan antar bangsa.

2.2 Wisatawan

Menurut Undang-Undang nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan

disebutkan bahwa wisatawan adalah orang yang melakukan wisata. Sedangkan

menurut Cohen (1974) dalam Pitana dan Gayatri (2005), seorang wisatawan

adalah seorang pelancong yang melakukan perjalanan atas kemauan sendiri untuk

waktu sementara, dengan harapan mendapat kenikmatan dari hal-hal baru dan

perubahan yang dialami selama dalam perjalanan yang relatif lama dan tidak

berulang.

Menurut Wahab (2003) motivasi wisatawan dalam melakukan perjalanan

wisata dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kesehatan, kesenangan,

pendidikan, agama, kebudayaan, hobi, olahraga, konferensi, seminar, dan lain-lain.

Menurut MacIntosh (1972) dalam Yoeti (2008) wisatawan melakukan perjalanan

wisata disebabkan oleh empat hal, yaitu:

1. Motivasi Fisik

Perjalanan wisata yang tujuannya untuk mengembalikan keadaan fisik yang

sudah lelah karena bekerja, mereka perlu beristirahat dan bersantai, melakukan

kegiatan olahraga agar setelah kembali dari perjalanan wisata dapat bersemangat

kembali sewaktu masuk kerja.

2. Motivasi Kultural

Perjalanan wisata dilakukan karena ingin melihat tingkat kemajuan suatu

bangsa, wisatawan juga ingin melihat perbedaan yang dimiliki tempat tersebut

dengan tempat lainnya.

3. Motivasi Personal

Perjalanan wisata dengan alasan ingin mengunjungi sanak keluarga yang

sudah lama tidak bertemu.

4. Motivasi Status atau Prestise

Perjalanan wisata yang dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan status

(23)

Menurut Smith (1977) dalam Pitana (2005), wisatawan dibedakan menjadi

tujuh kelompok, yaitu:

1. Explorer, yaitu wisatawan yang mencari perjalanan baru dan berinteraksi

secara intensif dengan masyarakat lokal, dan bersedia menerima fasilitas

seadanya, serta menghargai norma dan nilai-nilai lokal.

2. Elite, yaitu wisatawan yang mengunjungi daerah tujuan wisata yang belum

dikenal, tetapi dengan pengaturan terlebih dahulu, dan berpergian dalam

jumlah yang kecil.

3. Off-beat, yaitu wisatawan yang mencari atraksi sendiri, tidak ikut ke

tempat-tempat yang sudah ramai dikunjungi. Biasanya wisatawan seperti ini siap

menerima fasilitas seadanya di tempat lokal.

4. Unusual,yaitu wisatawan yang dalam perjalanannya sekali waktu juga

mengambil aktivitas tambahan, untuk mengunjungi tempat-tempat baru,

atau melakukan aktivitas tambahannya bersedia menerima fasilitas apa

adanya, tetapi program pokoknya tetap harus mendapatkan fasilitas yang

standar.

5. Incipient mass, yaitu wisatawan yang melakukan perjalanan secara

individual atau kelompok kecil, dan mencari daerah tujuan wisata yang

mempunyai fasilitas standar tetapi masih menawarkan keaslian.

6. Mass, yaitu wisatawan yang berpergian ke daerah tujuan wisata dengan

fasilitas yang sama seperti di daerahnya, atau berpergian ke daerah tujuan

wisata dengan environmental bubble yang sama. Interaksi dengan

masyarakat lokal kecil, kecuali dengan mereka yang langsung berhubungan

dengan usaha pariwisata.

7. Charter, yaitu wisatawan yang mengunjungi daerah tujuan wisata dengan lingkungan yang mirip dengan daerah asalnya, dan biasanya hanya untuk

bersantai atau bersenang-senang, berpergian dalam kelompok besar dan

meminta fasilitas yang berstandar internasional.

2.3 Objek Wisata Alam

Suwantoro (1977) dalam Milasari (2010) menyatakan bahwa objek wisata

(24)

serta ditujukan untuk pembinaan cinta alam, baik dalam kegiatan alam maupun

setelah pembudidayaan. Pada umumnya hal yang menjadi daya tarik utama dari

wisata alam adalah kondisi alamnya, sedangkan fasilitas seperti rumah makan,

pelayanan yang baik serta sarana akomodasi merupakan faktor pendukung untuk

melakukan wisata alam. Objek wisata alam dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Flora dan fauna

Jenis flora dan fauna yang memiliki keunikan dan kekhasan, seperti bunga

Edelweiss, dan Badak Bercula Satu.

2. Keunikan dan kekhasan ekosistem

Sesuai dengan keadaan geografis yang kawasan yang sangat bervariasi,

keberadaan ekosistem didalamnya akan menunjukkan kekhasan sendiri.

Contohnya seperti: ekosistem pantai, hutan, mangrove, dan dataran tinggi.

3. Gejala alam

Potensi objek wisata berupa gejala alam, antara lain: kawah, sumber air

panas, air terjun, danau, gletser, batu-batuan besar, dan gua.

4. Budidaya sumberdaya alam

Potensi objek wisata alam berupa budidaya sumberdaya alam, seperti sawah,

perkebunan, kebun binatang, dan perikanan.

2.4 Permintaan Wisata

Douglas (1970) mendefinisikan permintaan rekreasi adalah banyaknya

kesempatan rekreasi yang diinginkan oleh masyarakat atau gambaran keseluruhan

partisipasi masyarakat dalam kegiatan rekreasi secara umum yang dapat

diharapkan, bila fasilitas-fasilitas yang tersedia cukup memadai dan dapat

memenuhi keinginan masyarakat. Menurut Wahab (2003), permintaan wisata

dapat dibagi menjadi permintaan yang potensial dan permintaan yang aktual

(nyata). Permintaan potensial ialah sejumlah orang yang memenuhi unsur-unsur

pokok suatu perjalanan dan dalam kondisi siap untuk berpergian. Sedangkan

permintaan aktual (nyata) adalah orang-orang yang secara nyata berpergian ke

suatu daerah tujuan wisata.

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan rekreasi menurut Clawson

(25)

1. Faktor individu atau faktor yang berhubungan dengan konsumsi potensial

terdiri atas:

a. Jumlah individu yang berada di sekitar tempat rekreasi.

b. Distribusi (penyebaran) geografis daerah konsumen potensial yang

berkaitan dengan kemudahan atau kesulitan untuk mencapai areal wisata.

c. Karakteristik sosial ekonomi, seperti: umur, jenis kelamin, pekerjaan,

jumlah anggota keluarga, dan tingkat pendidikan.

d. Pendapatan per kapita rata-rata, distribusi pendapatan dari

masing-masing individu untuk keperluannya.

e. Rata-rata waktu luang dan alokasinya.

f. Pendidikan khusus, pengalaman, dan pengetahuan yang berhubungan

dengan rekreasi.

2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan tempat rekreasi, terdiri dari:

a. Keindahan dan daya tarik.

b. Identitas dan sifat pengelolanya.

c. Alternatif pilihan tempat rekreasi lain.

d. Kapasitas akomodasi untuk keperluan potensial.

e. Karakteristik iklim dan cuaca tempat rekreasi.

3. Hubungan konsumen potensial dengan tempat rekreasi, terdiri dari:

a. Lama waktu perjalanan yang diperlukan dari tempat tinggal ke tempat

rekreasi.

b. Kesenangan (kenyamanan) dalam perjalanan.

c. Biaya yang diperlukan untuk berkunjung ke tempat rekreasi.

d. Meningkatkan permintaan rekreasi sebagai atribut promosi yang menarik.

2.5 Metode Biaya Perjalanan

Permintaan wisata dapat dianalisis menggunakan metode biaya perjalanan

(Travel Cost Method). Biaya perjalanan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan

pengunjung dalam satu kali perjalanan rekreasi meliputi biaya konsumsi selama

rekreasi, biaya transportasi, biaya dokumentasi, dan biaya lain-lain. Tarif masuk

kawasan wisata tidak dimasukkan ke dalam perhitungan biaya perjalanan karena

(26)

Menurut Hufschmidt et al. (1987) pendekatan biaya perjalanan merupakan

pendekatan untuk menilai barang-barang yang tidak memiliki harga seperti

lingkungan, taman umum, dan juga tempat rekreasi. Inti dari pendekatan ini

bahwa biaya perjalanan ke suatu tempat rekreasi akan mempengaruhi jumlah

kunjungan yang dilakukan oleh seseorang. Informasi yang diperoleh dari

pengunjung akan dianalisis dan data yang dihasilkan akan digunakan untuk

meregresi tingkat kunjungan yang dipengaruhi oleh biaya perjalanan dan berbagai

variabel sosial ekonomi.

Qi = f (TC, X1,...,Xn)

Dimana,

Qi = tingkat kunjungan

TC = biaya perjalanan

X1...Xn = variabel sosial-ekonomi termasuk tingkat pendapatan dan variabel

lain yang sesuai.

Dalam aplikasinya, metode biaya perjalanan ini mempunyai beberapa

teknik-teknik pendekatan (Turner et al.,1994), antara lain :

1. Metode biaya perjalanan zonal, yaitu dengan membagi lokasi asal

pengunjung untuk melihat jumlah populasi per zona, yang digunakan untuk

mengestimasi tingkat kunjungan per seribu orang.

2. Metode biaya perjalanan individu, yaitu dengan mengukur tingkat

kunjungan individu ke tempat rekreasi dan biaya perjalanan yang

dikeluarkan oleh individu tersebut. Tujuannya adalah untuk mengukur

frekuensi kunjungan individu ke tempat rekreasi tersebut.

3. Random Utility Approach atau pendekatan utilitas acak, yaitu pendekatan

yang mengestimasi bahwa individu akan berkunjung ke suatu tempat

berdasarkan preferensi mereka dan individu tersebut tidak menghubungkan

antara kualitas tempat wisata dengan biaya pendekatan biaya perjalanan

untuk mencapai tempat tersebut. Oleh karena itu, pendekatan ini

memerlukan informasi tentang semua kemungkinan yang dapat

mempengaruhi preferensi individu untuk memilih antara kualitas

(27)

4. Pada awal perkembangannya, penggunaan metode biaya perjalanan untuk

menghitung nilai tempat rekreasi menggunakan pendekatan zonal, namun

pada pendekatan ini analisis lebih didasarkan pada data primer yang

diperoleh melalui survei.

2.6 Dampak Ekonomi Wisata

Pariwisata telah memberikan devisa yang cukup besar bagi berbagai negara

dan bagi beberapa negara/daerah. Beberapa aspek yang menyangkut pariwisata

diantaranya aspek sosiologis, psikologis, ekologis, ekonomi dan lain-lain. Aspek

yang mendapat perhatian paling besar dan hampir merupakan satu-satunya aspek

yang dianggap penting ialah aspek ekonomi (Soekadijo, 1996).

Pariwisata dapat memberikan dampak, baik itu dampak sosial, budaya,

maupun ekonomi. Kawasan wisata juga merupakan salah satu sektor penggerak

ekonomi yang sangat potensial. Kawasan wisata dapat memberikan manfaat

ekonomi, baik bagi pengelola, masyarakat sekitar kawasan wisata, dan juga

masyarakat luas. Pembangunan wisata pada suatu daerah biasanya dapat

berdampak negatif maupun positif seperti meningkatkan pendapatan,

meningkatkan penerimaan devisa, meningkatkan kesempatan kerja dan peluang

usaha, serta meningkatkan pendapatan pemerintah dari pajak dan keuntungan

badan usaha milik pemerintah. Dampak pariwisata terhadap kondisi sosial

ekonomi masyarakat lokal dapat dikategorikan menjadi delapan kelompok besar

(Cohen, 1984), yaitu:

1. Dampak terhadap penerimaan devisa

2. Dampak terhadap pendapatan masyarakat

3. Dampak terhadap kesempatan kerja

4. Dampak terhadap harga-harga

5. Dampak terhadap distribusi manfaatan dan keuntungan

6. Dampak terhadap kepemilikan dan kontrol

7. Dampak terhadap pembangunan pada umumnya

8. Dampak terhadap pendapatan pemerintah

Selain dampak positif, berbagai penelitian juga menunjukkan adanya

(28)

masyarakat, memburuknya ketimpangan antar daerah, hilangnya kontrol

masyarakat lokal terhadap sumberdaya ekonomi, munculnya neo-kolonialisme

atau neo-imperialisme dan sebagainya (Pitana dan Gayatri, 2005).

Fandelli (2001) menyimpulkan ada delapan prinsip dalam kegiatan

ekowisata yaitu:

1. Mencegah dan menanggulangi dari aktivitas yang mengganggu terhadap

alam dan budaya

2. Pendidikan konservasi lingkungan

3. Pendapatan langsung untuk kawasan

4. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan

5. Meningkatkan penghasilan masyarakat

6. Menjaga keharmonisan dengan alam

7. Menjaga daya dukung lingkungan

8. Meningkatkan devisa bagi pemerintah

2.7 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai dampak ekonomi wisata telah dilakukan oleh Milasari

(2010) yaitu analisis dampak ekonomi wisata Taman Wisata Tirta Sanita,

Kabupaten Bogor. Hasil analisis menunjukkan bahwa dampak ekonomi langsung

yang berupa pendapatan pemilik unit usaha sebesar 54%. Sedangkan dampak

tidak langsung yang berupa pendapatan tenaga kerja sebesar 2%. Dampak lanjutan

berupa pengeluaran tenaga kerja sebesar 59%. Nilai Keynesian Income Multiplier

adalah 1,07, Ratio Income Multiplier Tipe I adalah 1,22, dan Ratio Income

Multiplier Tipe II adalah 1,37.

Amanda (2009) pada “Analisis Dampak Ekonomi Wisata Bahari Terhadap

Pendapatan Masyarakat Lokal Studi Kasus Pantai Bandulu Kabupaten Serang Provinsi Banten” menganalisis dampak ekonomi wisata bahari terhadap pendapatan masyarakat lokal dari objek wisata Pantai Bandulu. Hasil

menunjukkan bahwa dampak ekonomi langsung berupa pendapatan pemilik unit

usaha yaitu sebesar 46%. Sedangkan dampak tidak langsung yang berupa

pendapatan tenaga kerja yaitu sebesar 2% dan dampak lanjutan berupa

(29)

adalah 1,46, Ratio Income Multiplier Tipe I adalah 1,38, dan Ratio Income

Multiplier Tipe II adalah 1,63.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Agustina pada Tahun 2009

dengan judul “Analisis Persepsi dan Preferensi Pengunjung Serta Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Gunung Salak Endah” menganalisis dampak ekonomi kegiatan wisata Gunung Salak Endah. Hasil penelitian diperoleh dampak ekonomi

langsung berupa pendapatan pemilik unit usaha yaitu sebesar 27,8% sedangkan

dampak tidak langsung berupa pendapatan tenaga kerja sebesar 6,1% dan dampak

lanjutan berupa pengeluaran tenaga kerja yaitu sebesar 74%. Nilai Keynesian

Income Multiplier adalah 2,79, Ratio Income Multiplier Tipe I adalah 1,51, dan

(30)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Floating Market Lembang merupakan kawasan wisata pasar terapung yang terdapat di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung, provinsi Jawa Barat.

Kawasan Floating Market Lembang memiliki potensi wisata dan sumberdaya

alam yang dapat dikembangkan menjadi objek wisata yang menarik. Dulunya

kawasan ini merupakan kawasan situ yang dipugar menjadi kawasan wisata. Daya

tarik utama yang dimiliki wisata ini yaitu berupa pasar terapung yang menjual

berbagai makanan khas dan keindahan alam berupa pemandangan yang indah.

Floating Market Lembang sebagai sarana rekreasi, berhubungan erat dengan wisatawan. Oleh karena itu, penting bagi pihak pengelola untuk mengetahui

bagaimana karakteristik dan penilaian wisatawan maupun masyarakat yang ikut

berkontribusi dalam aktivitas wisata. Selain itu, diharapkan dapat memberikan

informasi tambahan yang dapat digunakan sebagai dasar dalam menetapkan

kebijakan.

Keberadaan wisata Floating Market Lembang telah memberikan berbagai

dampak baik bagi lingkungan sekitar. Salah satunya dampak ekonomi. Dimana,

tingkat permintaan atau kunjungan wisatawan akan berdampak secara langsung

maupun tidak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar,

seperti terciptanya lapangan pekerjaan. Evaluasi dari dampak yang terjadi di

masyarakat akibat dari adanya pengembangan dari pariwisata di kawasan wisata

Floating Market Lembang dapat dijadikan sebagai salah satu masukan untuk

perumusan kebijakan, dalam rangka pengembangan daerah menuju arah yang

lebih baik.

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini merupakan keterkaitan antara

tujuan penelitian dengan langkah yang dilakukan dalam mencapai tujuan

penelitian tersebut. Langkah pertama yang dilakukan yaitu mengidentifikasi

karakteristik pengunjung, unit usaha, dan tenaga kerja yang terdapat di Floating

Market Lembang. Karakterisitik tersebut dianalisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan Microsoft Excel 2007.

Langkah kedua yaitu mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang

(31)

untuk mengetahui bagaimana permintaan terhadap wisata ini. Permintaan terhadap

wisata diidentifikasi menggunakan analisis regresi linier berganda dengan bantuan

Microsoft Excel 2007 dan SPSS 16.0. Langkah terakhir yaitu menganalisis dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh kegiatan wisata Floating Market

Lembang. Dampak ekonomi dianalisis menggunakan Keynesian income multiplier.

Berdasarkan uraian tersebut maka didapatkan kerangka pemikiran yang dapat

(32)

Kawasan Wisata Floating Market Lembang

Pengunjung Kawasan Wisata

Permintaan Wisata

Analisis Regresi Linier Berganda Identifikasi Karakteristik

Responden

Tidak Langsung

Analisis Deskriptif

Identifikasi Faktor yang Mempengaruhi Permintaan

Wisata

Dampak Ekonomi Adanya Kawasan Wisata

Langsung Lanjutan

Analisis Multiplier

Nilai Dampak Ekonomi

Rekomendasi Pengelolaan Wisata Floating Market

Lembang

(33)

IV.METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kawasan wisata Floating Market Lembang,

Desa Lembang, Kecamatan Lembang. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

(purposive) karena lokasi tersebut merupakan salah satu lokasi yang banyak

dikunjungi oleh masyarakat. Selain itu akses menuju lokasi penelitian sangat

mudah dan dirasa layak untuk diteliti. Pengumpulan data dilaksanakan selama dua

bulan, yaitu pertengahan bulan April sampai dengan pertengahan bulan Juni 2014.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data

sekunder. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil

wawancara langsung dengan responden melalui kuisioner. Responden terdiri dari

wisatawan, unit usaha, dan tenaga kerja. Data primer yang dibutuhkan antara lain

karakteristik pengunjung, pengeluaran pengunjung, pendapatan dari unit usaha,

serta pendapatan dan pengeluaran tenaga kerja lokal di lokasi wisata.

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari studi

literatur berbagai buku, jurnal, artikel, instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik,

dan sumber lainnya yang mendukung topik penelitian. Selain itu diperoleh dari

pengelola wisata Floating Market Lembang. Data sekunder yang dibutuhkan

dalam penelitian ini antara lain jumlah kunjungan tahunan wisatawan, gambaran

umum lokasi wisata, serta informasi lain yang menunjang penelitian.

4.3 Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan contoh terhadap pengunjung menggunakan metode

non-probability sampling yaitu semua objek penelitian tidak mempunyai

kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai responden (Juanda, 2007).

Responden dipilih secara purposive sampling yaitu sampel diambil dengan

maksud dan tujuan tertentu. Responden pengunjung adalah orang yang sedang

(34)

tahun. Usia 16 tahun dipilih karena pada usia tersebut dinilai responden mampu

menentukan keputusan. Jumlah sampel untuk pengunjung Floating Market

Lembang sebanyak 40 orang.

Metode pengambilan contoh responden pada unit usaha dan tenaga kerja

lokal dilakukan dengan purposive sampling. Responden yang dipilih diusahakan

dapat mewakili jenis usaha yang terdapat di sekitar lokasi wisata, yaitu unit usaha

perahu makanan, souvenir, dan restoran. Responden terpilih untuk unit usaha dan

tenaga kerja masing-masing sebanyak 30 orang.

4.4 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan data yang sesuai dengan

kebutuhan penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan

berbagai pendekatan, yaitu :

a. Observasi langsung ke lapangan, bertujuan untuk melihat secara langsung

kondisi objek penelitian, seperti karakteristik pengunjung.

b. Wawancara, dilakukan untuk mengumpulkan data kualitatif dan kuantitatif.

4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data bertujuan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang

lebih mudah dipahami. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif dan

disajikan dalam bentuk tabel. Daftar indikator dan parameter diuraikan dalam

Tabel 3.

Tabel 3 Daftar indikator dan parameternya

(35)

Tabel 3 Daftar indikator dan parameternya (lanjutan)

No Indikator Parameter 2. Faktor-faktor yang

X3=Umur responden (tahun) X4=Jarak tempuh (Km) unit usaha, dan tenaga kerja

4.5.1 Analisis Karakteristik Pengunjung

Analisis karakteristik pengunjung Floating Market Lembang dianalisis dan

diidentifikasi secara deskriptif. Karakteristik tersebut dapat menggambarkan

faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pengunjung untuk kawasan wisata.

Metode deskriptif menurut Whitney (1960) dalam Nazir (2003), merupakan

pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Metode analisis ini digunakan

untuk menjawab hampir seluruh tujuan penelitian yang dilakukan. Penjelasan

secara deskriptif berdasarkan informasi dan data yang diperoleh melalui hasil

wawancara dan pengamatan langsung.

4.5.2 Faktor –Faktor Sosial Ekonomi dari Permintaan Wisata Floating Market Lembang

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata Floating Market

Lembang diidentifikasi dengan menggunakan pendekatan biaya perjalanan.

Metode ini merupakan pendekatan untuk menilai barang dan jasa yang tidak

memiliki harga seperti lingkungan, taman umum, dan tempat rekreasi. Inti dari

pendekatan ini adalah bahwa biaya perjalanan ke suatu tempat wisata akan

(36)

Pendugaan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ke tempat wisata

Floating Market Lembang tiap individu per tahun kunjungan, yaitu: Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + ε Dimana:

Y = Frekuensi kunjungan per tahun ke Floating Market Lembang (jumlah

kunjungan/tahun)

X1 = Pendapatan responden (rupiah/tahun)

X2 = Biaya perjalanan responden dari rumah ke lokasi wisata (rupiah)

X3 = Umur responden (tahun)

X4 = Jarak tempuh ke Floating Market Lembang (km)

X5 = Jumlah tanggungan responden (orang)

X6 = Dummy lingkungan di Floating Market Lembang

ε = Error term

b1-b6 = Koefisien regresi untuk faktor X1-X6

Variabel di atas dipilih berdasarkan teori penelitian terdahulu dan observasi

di lapangan. Data yang telah dikumpulkan penelitian ini diolah dengan

menggunakan program SPSS 16.0 untuk membentuk model regresi berganda.

4.5.3 Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengukur pengaruh antara

lebih dari satu variabel prediktor (variabel bebas) terhadap variabel terikat.

Asumsi model regresi linier berganda sangat mirip dengan asumsi model regresi

linier sederhana, yaitu:

1. Spesifikasi model ditetapkan dalam persamaan:

Y = 0 + 1X1i + 2X2i + 3X3i + … + kXki + εi

2. Peubah Xk merupakan peubah non-stokastik (fixed), artinya sudah

ditentukan, bukan peubah acak. Selain itu tidak ada hubungan linier

sempurna antar peubah bebas Xk.

a. Komponen sisaan εi mempunyai nilai harapan sama dengan nol, dan ragam konstan untuk semua pengamatan i. E(εi) = 0 dan Var (εi) = σ2. b. Tidak ada hubungan atau tidak ada korelasi antar sisaan εi sehinggan Cov

(37)

c. Komponen sisaan menyebar normal.

4.5.3.1 Pemenuhan Asumsi Regresi Linier Berganda

Pemenuhan asumsi dalam regresi linier berganda perlu dilakukan untuk

mengetahui kebaikan dari suatu model. Adapun beberapa pengujian statistik yang

perlu dilakukan ialah (Firdaus, 2004):

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah error term dari data

observasi mendekati sebaran normal sehingga statistik t dapat dikatakan sah.Uji

tersebut dapat dilakukan dengan “normality test” pada residual hasil persamaan model. Jika dalam grafik hasil uji tersebut keberadaan titik-titik pada garis

berbentuk linier dan didapat p-value lebih besar dari taraf nyata, maka asumsi

kenormalan dapat terpenuhi.

2. Uji Statistik t

Uji t digunakan untuk menguji apakah koefisien regresi yang diperoleh dari

hasil perhitungan dengan Ordinary Least Square (OLS) berbeda secara signifikan

dengan nilai parameter tertentu atau tidak (Firdaus, 2004). Prosedur pengujiannya

sebagai berikut:

H0 : bi = 0 artinya variabel bebas (Xi) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel

tidak bebasnya (Yi).

H1 : bi ≠ 0 artinya variabel bebas (Xi) berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya (Yi).

Rumus untuk mencari t hitung sebagai berikut:

thitung = b – S

Jika thitung> ttabel, maka terima H0, artinya variabel bebas (Xi) tidak

berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya (Yi).

Jika thitung< ttabel, maka tolak H0, artinya variabel bebas (Xi) berpengaruh

nyata terhadap variabel tidak bebasnya (Yi).

3. Uji Statistik F

Uji statistik F merupakan pengujian koefisien regresi secara keseluruhan,

pengujian ini menunjukkan apakah semua variabel yang dimasukkan kedalam

(38)

Langkah-langkah pengujian statistik F

1) Membuat Hipotesa.

H0: 1= β=0

H1: 1≠ β≠ γ= 4=0 2) Kriteria.

H0 akan diterima dan H1 akan ditolak bila F-stat < F-tabel.

H0 akan ditolak dan H1 akan diterima bila F-stat > F-tabel.

3) Membandingkan nilai F-statistik dengan nilai F-tabel.

4. Uji Multikolinearitas

Salah satu asumsi dari model regresi ganda adalah bahwa tidak ada

hubungan linear sempurna antara peubah bebas dalam model tersebut. Jika

hubungan tersebut ada, kita katakan bahwa peubah-peubah bebas tersebut

berkolinearitas ganda sempurna (perfect multicolinearity). Multikolinearitas

muncul jika dua atau lebih peubah (atau kombinasi peubah) bebas berkorelasi

tinggi antara peubah satu dengan yang lainnya. Untuk mendeteksi ada tidaknya

multikolinearitas maka dapat dilihat dari output komputer, dengan melihat

Variance Inflation Factor (VIF). Jika VIF lebih besar dari 10 maka dapat

dikatakan terdapat multikolinearitas dalam model.

5. Uji Heteroskedastisitas

Asumsi dari model regresi linear adalah bahwa ragam sisaan (εi) sama atau

homogen. Jika ragam sisaan tidak sama atau Var (εi) = E(εi2) = σi2 untuk tiap pengamatan ke-1 dari peubah-peubah bebas dalam model regresi, maka dikatakan

ada masalah heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas

dapat menggunakan metode grafik atau dengan menggunakan uji Park, uji Gleiser,

uji Breusch-Pagan, uji Goldfield-Quadant dan white test.

6. Uji Autokorelasi

Uji ini dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya korelasi antara

serangkaian data menurut waktu (time series) atau menurut ruang (cross section).

Nilai statistik Durbin Watson berada pada kisaran 0 hingga 4, dan jika nilainya

mendekati dua maka menunjukkan tidak adanya auto korelasi ordo kesatu.

Pendeteksi autokorelasi dilakukan dengan pengujian Durbin-Watson (DW).

(39)

H1 : terdapat serial autokorelasi

Tolak H0 jika d < dL atau d > 4dL dan terima H0 jika dU < d < 4 – dU.

4.5.4 Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Floating Market Lembang

Dampak ekonomi dari kegiatan pariwisata di kawasan Floating Market

Lembang dapat dilakukan dengan beberapa analisis. Analisis dilakukan pada

masing-masing kelompok pelaku kegiatan wisata yaitu, unit usaha lokal penyedia

barang dan jasa untuk kegiatan wisata (Vanhove, 2005). Kelompok pertama

adalah unit usaha lokal yang menyediakan barang dan jasa untuk kegiatan wisata.

Kelompok kedua adalah tenaga kerja lokal pada unit usaha lokal yang

menyediakan barang dan jasa untuk kegiatan wisata.

Informasi yang didapat dari responden (pengunjung, unit usaha, dan tenaga

kerja) mengenai pengeluaran pengunjung, serta aliran uang yang memberikan

dampak langsung, tidak langsung, dan lanjutan bagi perekonomian masyarakat

lokal. Berdasarkan Marine Ecotourism for Atlantic Area (META) (2001), dampak

ekonomi terhadap masyarakat lokal dapat diukur menggunakan dua tipe

pengganda, yaitu :

1. Keynesian Local Income Multiplier Effect, yaitu nilai yang menunjukkan

berapa besar pengeluaran pengunjung berpengaruh terhadap peningkatan

pendapatan masyarakat lokal.

2. Ratio Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar

dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran pengunjung berdampak

terhadap perekonomian lokal.

Secara sistematis dirumuskan :

Keynesian Income Multiplier = D+N+U E Ratio Income Multiplier, Tipe I = D+N

D Ratio Income Multiplier, Tipe II = D+N+U

D

dimana :

(40)

D : Pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E (Rupiah)

N : Pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E (Rupiah)

U : Pendapatan lokal yang diperoleh secara induced dari E (Rupiah)

Nilai Keynesian Income Multiplier, Ratio Income Multiplier Tipe I, dan

Ratio Income Multiplier Tipe II memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Apabila nilai tersebut kurang dari atau sama dengan nol (≤ 0), maka lokasi wisata tersebut belum mampu memberikan dampak ekonomi terhadap

kegiatan wisatanya.

2. Apabila nilai tersebut diantara angka nol dan satu (0 < x < 1), maka lokasi

wisata tersebut masih memiliki dampak ekonomi yang rendah, dan

3. Apabila nilai tersebut lebih besar atau sama dengan satu (≥ 1), maka lokasi wisata tersebut telah mampu memberikan dampak ekonomi terhadap

(41)

V. GAMBARAN UMUM

5.1 Keadaan Umum Wilayah

Penelitian ini dilakukan di Floating Market Lembang, Kelurahan Lembang,

Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Kawasan ini dibuka pada bulan

Desember tahun 2012. Lokasi ini merupakan kawasan danau alami yang diubah

menjadi kawasan wisata alam. Sebelumnya kawasan ini merupakan tempat

pemancingan yang dikenal dengan nama Situ Umar. Namun, seiring berjalannya

waktu, kawasan ini diubah menjadi kawasan wisata yaitu Floating Market

Lembang. Luas kawasan Floating Market Lembang sebesar 7,7 hektar yang

terdiri dari 3 hektar kawasan situ dan 4,7 hektar kawasan darat, dengan suhu

kisaran 15˚-ββ˚C. Adapun batas-batas wilayah Kelurahan Lembang adalah:  Sebelah Utara : Kelurahan Jayagiri

 Sebelah Selatan : Kelurahan Wangunsari  Sebelah Timur : Kelurahan Kayuambon  Sebelah Barat : Kelurahan Jayagiri

Daya tarik objek wisata ini adalah pemandangan yang indah serta pasar

terapung yang menjual berbagai makanan khas. Selain itu, wisata pasar terapung

ini merupakan satu-satunya di Jawa Barat. Seperti yang kita tahu bahwa pasar

terapung yang terkenal berada di Thailand dan di Kalimantan, Indonesia. Kondisi

wisata Floating Market Lembang dapat dilihat pada Gambar 2.

(42)

5.2 Kondisi Sosial

Kelurahan Lembang memiliki 3.824 KK. Berdasarkan laporan tahunan

Kelurahan Lembang, hingga akhir Tahun 2013 jumlah penduduk Kelurahan

Lembang adalah 21.108 orang yang terdiri dari 14.125 orang penduduk laki-laki

dan 6.983 orang penduduk perempuan. Jumlah penduduk menurut usia dan jenis

kelamin di Kelurahan Lembang dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Jumlah penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Kelurahan

Sumber: Laporan tahunan Kelurahan Lembang (2013)

Mata pencaharian warga Kelurahan Lembang hingga akhir Tahun 2013

sebagian besar adalah pegawai negeri/swasta/POLRI/TNI sebesar 65,97%.

Selanjutnya warga bekerja sebagai petani/peternak, buruh, montir, pedagang

barang kelontong, pengusaha, dan pengrajin. Selain itu warga yang telah menjadi

(43)

Tingkat pendidikan warga Kelurahan Lembang meliputi lulusan

akademi/perguruan tinggi sebesar 30,17%. Selanjutnya lulusan setingkat SLTA

sebesar 35,74%, SLTP sebesar 12,34%, SD/SLB sebesar 11,88%, dan 9,84%

tidak menempuh pendidikan formal.

5.3 Sarana dan Prasarana Wisata

Kawasan Floating Market Lembang menyediakan fasilitas sarana dan

prasarana yang lengkap. Fasilitas yang dimiliki oleh Floating Market Lembang

meliputi 8 unit joglo, 7 unit gazebo dan 11 unit saung. Selain itu, terdapat 4 unit

restoran utama dan 2 unit dermaga yang terdiri dari dermaga pasar terapung dan

dermaga wahana air. Selain itu tersedia pula fasilitas parkir untuk bus, mobil kecil,

dan sepeda motor yang memadai.

Harga tiket masuk Rp 10.000,00 untuk hari kerja dan Rp 15.000,00 pada

akhir pekan atau hari libur. Seluruh tiket masuk sudah termasuk welcome drink.

Berbagai wahana juga terdapat di kawasan ini, seperti taman kelinci, wahana

adrenaline, wahana air, kampung kandang, dan kampung leuit. Tiket masuk tiap

wahana berbeda-beda, untuk wahana taman kelinci sebesar Rp 20.000,00 sudah

termasuk dua buah wortel, untuk wahana air berkisar antara Rp 20.000,00 hingga

Rp 70.000,00, sedangkan untuk wahana adrenalin berkisar antara Rp 20.000,00

hingga Rp 30.000,00.

5.4 Aksesibilitas

Akses menuju lokasi wisata ini relatif mudah.Selain karena kondisi jalan

yang baik menuju kawasan wisata, lokasi wisata Floating Market Lembang berada

di pinggir jalan utama sehingga mudah ditemukan. Pengunjung dapat

menggunakan kendaraan pribadi maupun umum. Akses menuju Floating Market

Lembang dapat ditempuh dengan berbagai cara diantaranya:

a) Bila menggunakan angkutan umum, maka pengunjung bisa memulai dari

Terminal Leuwi Panjang Bandung menggunakan damri jurusan Ledeng,

setelah itu dapat dilanjutkan dengan naik angkutan kota jurusan Lembang

(44)

b) Bila menggunakan kendaraan pribadi, pengunjung dapat mengambil arah

menuju Setiabudi, dilanjutkan menuju Terminal Ledeng, lalu menuju arah

lembang. Setelah sampai di Grand Hotel Lembang, lanjut terus untuk

memutar via pasar Lembang kearah Bandung, maka akan menemukan

(45)

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini terdiri dari tiga kelompok yaitu kelompok

wisatawan, kelompok unit usaha, dan kelompok tenaga kerja. Karakteristik

masing-masing kelompok responden tersebut dijelaskan pada sub bab di bawah

ini.

6.1.1 Karakteristik Responden Pengunjung

Karakteristik responden pengunjung dibedakan menjadi dua yaitu

karakteristik sosial ekonomi seperti jenis kelamin, usia, asal kota, tingkat

pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan, status pernikahan, jumlah tanggungan,

dan karakteristik kegiatan wisata yang meliputi frekuensi kunjungan, motivasi

kunjungan, datang ke tempat wisata sendiri atau rombongan, tujuan kedatangan,

waktu berkunjung, keinginan untuk mengunjungi kembali, dan penyebab ingin

mengunjungi kembali.

a. Karakteristik responden pengunjung berdasarkan faktor sosial ekonomi

Responden pengunjung dalam penelitian ini kebanyakan laki-laki yaitu

sebesar 52,5%. Hal tersebut dikarenakan untuk pengambilan responden

pengunjung diutamakan kepala keluarga atau yang lebih dipercayakan untuk

mengambil keputusan. Umur responden dalam penelitian ini dibatasi, yaitu

pengunjung yang dijadikan responden berusia 16 tahun keatas. Hal ini

dikarenakan pada batas usia tersebut, responden dianggap mampu untuk

menentukan pengambilan keputusan dalam memilih tempat wisata. Pengunjung

Floating Market Lembang memiliki keragaman usia dikarenakan tidak ada batasan umur bagi pengunjung tempat wisata ini. Sebaran usia pengunjung

Floating Market Lembang berada pada kisaran antara 17-25 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa kawasan wisata ini digemari oleh kaum muda, baik yang

masih SMA hingga yang sudah bekerja. Selain itu juga segmen yang ditawarkan

oleh Floating Market Lembang yaitu kalangan menengah. Lokasi wisata sangat

(46)

Asal responden pengunjung Floating Market Lembang didominasi oleh

warga Bandung. Hal ini disebabkan lokasinya yang mudah dijangkau dan strategis

sehingga mempermudah wisatawan untuk menemukan lokasi wisata. Selain itu

kawasan wisata ini tergolong baru dan unik serta merupakan satu-satunya

kawasan wisata di Bandung yang mengusung konsep perahu terapung. Jumlah

presentase pengunjung dari Bandung sebesar 65%, sedangkan untuk luar Bandung

sebesar 35%.

Pengunjung yang datang ke Floating Market Lembang memiliki keragaman

latar belakang tingkat pendidikan akhir. Tingkat pendidikan seseorang juga

mempengaruhi pola pikir dalam mengambil suatu keputusan. Tingkat pendidikan

sebagian besar responden Floating Market Lembang adalah lulusan perguruan

tinggi, yaitu sebesar 50%. Selain itu, faktor tingkat kemampuan ekonomi atau

pendapatan merupakan faktor penting dalam analisis permintaan rekreasi. Jenis

pekerjaan responden Floating Market Lembang sangat bervariasi. Sebagian besar

responden bekerja sebagai pegawai swasta. Keragaman jenis pekerjaan

disebabkan oleh harga tiket masuk yang cukup terjangkau yaitu antara Rp

10.000,00 hingga Rp 15.000,00. Karakteristik sosial ekonomi wisatawan dapat

dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Karakteristik sosial ekonomi pengunjung

Karakteristik Jumlah (orang) Presentase (%)

Gambar

Grafik sebar (Scatter Plot) ............................................................................
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian
Tabel 3 Daftar indikator dan parameternya (lanjutan)
Gambar 2 Objek Wisata Floating Market Lembang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari dan data sekunder, dimana data primer didapatkan dari wawancara dengan pengunjung, unit usaha, tenaga kerja, dan

Dampak ekonomi tidak langsung dapat dilihat dari pengeluaran unit usaha didalam kawasan dan pendapatan tenaga kerja yang bekerja pada unit usaha yang berada di kawasan wisata

Mengidentifikasi dan menganalisis ada atau tidaknya perbedaan kondisi sosial dan ekonomi yang terjadi pada masyarakat Desa Langensari Kecamatan Lembang Kabupaten

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mengidentifikasi karakteristik pengunjung, tenaga kerja, unit usaha dan masyarakat sekitar Situ Cipondoh; (2) Mengidentifikasi

Bahwa akad yang diridhai oleh kedua belah pihak dalam bertransaksi di Floating Market Lembang ini ialah meridhai jual beli dengan alat tukar koin untuk membeli

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mengidentifikasi karakteristik pengunjung, tenaga kerja, unit usaha dan masyarakat sekitar Situ Cipondoh; (2) Mengidentifikasi

Jika dilihat dari dimensi atraksi wisata dalam atribut produk wisata responden setuju bahwa Floating Market Lembang memiliki kegiatan wisata untuk anak-anak dan dewasa

Sektor pariwisata erat hubungannya dengan wisatawan. Tingkat permintaan atau kunjungan wisata akan berdampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap pemerintah dan