• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : TINJAUAN UMUM TENTANG PENILAIAN ANALISIS

D. Dampak Kredit Bermasalah

Dampak kredit bermasalah bagaimanapun juga akan berdampak negatif baik secara mikro (bagi bank itu sendiri dan nasabah) maupun secara makro (sistem perbankan dan perekonomian negara). Kredit bermasalah memberikan dampak negatif yang cukup besar terhadap; antara lain;47

1. Bank yang bersangkutan

a) Likuiditas, yakni nafas kehidupan bagi setiap perusahaan begitu juga bank. Likuiditas dapat dilihat dilihat dan dibaca dari posisi neraca, yaitu aktiva lancar dibandingkan dengan hutang jangka pendek. Meskipun kredit tidak termasuk aktiva tetap, namun ia tidak dihitung sebagai pembanding dalam likuiditas. Jika kredit yang jatuh tempo atau mulai diwajibkan membayar angsuran, namun tidak mampu mengangsur karena kredit tidak lancar, atau bermasalah, maka bank terancam menjadi likuid. Jika bank tidak likuid maka dapat mengurangi kepercayaan para pemilik dana sehingga mereka bisa menarik dananya kembali, bank terancam tidak mampu beroperasi.

47

b) Solvabilitas, yakni kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Adanya kredit bermasalah dapat menimbulkan kerugian, apabila kerugian tersebut cukup besar, maka bank dapat mengalami kerugian yang besar pula, sehingga bukan tidak mungkin mengalami likuidasi. Jika bank tidak mampu memenuhi kewajibannya, maka berarti solvabilitas bank tersebut juga berkurang. c) Rentabilitas, yakni kemampuan bank untuk memperoleh penghasilan

berupa bunga kredit. Jika kredit lancar dan tidak bermasalah, maka bank akan memperoleh penghasilan bunga dengan lancar pula.

d) Biaya-biaya tambahan, adanya biaya tertentu karena adanya kredit bermasalah, Biaya yang timbul sebagai biaya tambahan itu antara lain; e) Profitabilitas, kemampuan bank untuk memperoleh keuntungan

f) Bonafiditas, kepercayaan yang diberikan masyarakat kepada suatu bank. Hal ini bukanlah masalah mudah karena menyangkut citra. Adanya kredit bermasalah dapat merusak citra bank.

g) Tingkat kesehatan bank, yakni bank yang dilanda kredit bermasalah bisa menurunkan tingkat kesehatannya, dan pada gilirannya bank dapat dikenakan sanksi, bahkan bisa menghadapi likuidasi.

h) Modal bank, yakni besar kecilnya ekspansi bank sangat ditentukan dengan perkembangan kredit. Jika kredit tidak tumbuh dengan baik, maka modal bank juga tidak tidak dapat berkembang dengan baik. 2. Terhadap bankir dan karyawan bank

a) Mental, jatuhnya moral bankir dan karyawan seperti hilangnya rasa percaya diri, saling menyalahkan, cuci tangan bagi sebagian orang, dan mencari kambing hitam.

b) Rusaknya karir pegawai sehingga dapat merusak masa depan mereka c) Perolehan, turunnya pendapatan dan bonus yang seharusnya diterima

bankir dan karyawan. Hilangnya perolehan kenaikan gaji, upah, dan kesajahteraan.

d) Moral, rusaknya sense of ownership, sense of belonging, sense of rensposibilty para bankir dan karyawan.

e) Waktu dan tenaga, dimana bertabahnya pekerjaan bagi bankir dan karyawan, karena harus menyisihkan tenaga dan pikiran guna menghadapi kredit bermasalah.

3. Terhadap pemilik saham

Adanya kredit bermasalah menyebabkan bank yang bersangkutan terganggu dalam perolehan keuntungannya. Keuntungan yang besar adalah idaman para pemilik saham dapat kehilangan kesempatan dalam memperoleh devidendnya.

a) Devidend, yakni keuntungan yang kecil, akan mengecilkan peroleh devidend. Bahkan jika bank rugi, pemilik saham dapat kehilangan kesempatan dalam memperoleh devidend nya.

b) Nilai saham, dapat penjatuhkan nilai saham dari bank yang bersangkutan.

c) Moral, jika terus-menurus bank rugi, maka pemilik saham akan kehilangan gairah memiliki saham bank tersebut.

4. Terhadap nasabah sendiri

Dampak kredit bermasalah terhadap nasabah peminjam adalah a) citra dan nama baik dikalangan perbankan dan dunia bisnisnya.

b) Nasabah yang bersangkutan harus mengeluarkan biaya khusus, meliputi; biaya bunga dan denda bunga, biaya pengacara untuk menghadapi bank dalam bebagai sidang perdata, biaya pengikatan, biaya waktu dan tenaga yang sulit diukur, biaya tertundanya proyek, bahkan bisa batal demi kosentrasi masalah ini.

c) hilangnya kepercayaan pihak luar negeri dan relasi bisnis. Kita ketahui bahwa kepercayaan adalah modal utama dalam bebisnis, jika kepercayaan hilang, maka akan membuat pengusaha yang bersangkutan bisa mati langkah.

d) hilangnya berbagai peluang, kesempatan yang seharusnya diperoleh. 5. Terhadap nasabah lain

Bank seharusnya memberikan peluang yang sama terhadap siapapun yang mampu menjadi debiturnya. Adanya kredit bermasalah membuat peluang tersebut menjadi berkurang. Jadi kredit bermasalah memberikan dampak bagi peminjam lainnya, adalah;

a) Penyediaan dana (loanable fund)

Dana yang tersedia menjadi menurun dengan kata lain peluang nasabah lain untuk memperoleh pinjaman juga jadi menurun pula.

b) Perolehan pelayanan baik

Bankir dan karyawan bank menjadi trauma, sehingga sering melakukan pengetatan terhadap permohonan kredit yang mungkin ditafsirkan sebagai tindakan mempersulit.

c) Pengembangan bisnis tertentu

Mungkin usaha sejenis bisa berkembang, oleh nasabah lain yang berpengalaman, namun kegagalan nasabah terdahulu sering menjadi acuan para petugas bank.

6. Terhadap pemilik dana

Dampak kredit bermasalah terhadap pemilik dana jika jumlah kredit bermasalah cukup besar, dapat berakibat tidak mampunya bank memenuhi janjinya untuk mengembalikan dana masyarakat sesuai dengan janji bank. Jika hal ini terjadi, maka dampak selanjutnya adalah;

a) Para pemilik dana yang belum jatuh tempo ikut gelisah dan ingin menarik dananya kembali.

b) Masyarakat pemilik dana hilang kepercayaannya kepada bank yang bersangkutan.

c) Jika masyarakat trauma dengan beberapa bank, buka tidak mungkin jadi trauma kepada dunia perbankan. Mereka akan mencari peluang non bank dalam menyimpan dananya. Lalu mereka menarik dana mereka dari bank manapun juga.

Dampak kredit bermasalah terhadap pemerintah selaku otoritas moneter adalah;

a) Dapat menghambatpembangunan dan pertumbuhanekonomi negara secara keseluruhan, yang pada gilirannya menghambat pembangunan di bidang moneter

b) Dapat menimbulka rush dan menghambat perekoomian bangsa

c) Terjadinya hambatan dalam pembangunan dapat merusak tatanan sosial ekonomi. Bukan tidak mungkin dapat berakibat negatif terhadap situasi sosial umumnya.

d) Keuangan pemasukan pajak sebagai salah satu sumber penghasilan negara.

e) Dapat menganggu perluasan kesempatan kerja karena kredit bermasalah akan menurunkan peluang di berbagai sektor perekonomian.

E.Tekhnik Menyelesaikan Kredit Bermasalah

Untuk menyelesaikan kredit bermasalah (non performing loan) ada dua strategi yang dapat ditempuh. 48

A.Upaya Penyelamatan kredit

Penyelamatan adalah suatu langkah penyelesaian kredit bermasalah melalui perundingan atau negosiasi kembali antara kreditur dan debitur dengan memperingan syarat-syarat pengembalian kredit sehingga kredit tersebut

48

diharapkan debitur memiliki kemampuan untuk menyelesaikan kredit itu. Jadi tahap penyelamatan kredit ini belum memanfaatkan lembaga hukum karena debitur masih kooperatif dan dari prospek usaha masih layak (feasible).

Penyelesaian kredit melalui tahap penyelamatan kredit ini dinamakan penyelesaian restrukturisasi kredit dimana diperlukan syarat paling utama yaitu adanya kemauan dan etikad baik dan koperatif dari debitur serta bersedia mengikuti syarat-syarat yang ditentukan bank karena dalam penyelesaian kredit melalui restrukturisasi lebih banyak negosiasi dan solusi yang ditawarkan bank untuk menentukan syarat dan ketentuan restrukturisasi.

Dalam penyelamatan restrukturisasi ini hubungan debitur dan kreditur masih dipertahankan. jika terjadi pemutusan hubungan kreditur dan debitur, itu terjadi berdasarkan pemutusan kesepakatan. Kredit langkah ini disebut merupakan jalan keluar pertama first way out.

1. Penjadwalan kembali rescheduling, yaitu melakukan perubahan jadwal atau jangka waktu pembayaran kewajiban nasabah.49

Penjadwalan kembali dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu;

Rescheduling dapat diberikan kepada debitur yang masih menunjukan itikad baik untuk melunasi kewajibannya.

a. Perpanjangan jangka waktu pelunasan utang. b. Perpanjangan jangka waktu penunggakan bunga.

c. Perpanjangan jangka waktu utang pokok dan tunggakan angsuran kredit sesuai dengan dana yang mengalir.

49

d. Perpanjangan jangka waktu pelunasan utang pokok dan atau tunggakan angsuran, tunggakan bunga, serta perubahan jumlah angsuran.

e. Perpanjangan jangka waktu pelunasan bunga kredit sesuai dengan dana yang mengalir.

f. Perpanjangan jangka waktu pelunasan utang pokok dan tunggakan bunga kredit sesuai dengan aliran dana yang mengalir.

g. Pergeseran/perpanjangan grace period dan pergeseran rencana pelunasan.

h. Pergeseran grace period dan perpanjangan jangka waktu kredit i. Kombinasi bentuk-bentuk rescheduling diatas

2. Persyaratan kembali (reconditioning) yaitu perubahan sebagian/seluruh jadwal pembayaran, jangka waktu atau melakukan pensyaratan lainnya sepanjang tidak menyangkut perubahan maksimum saldo kredit. Tindakan reconditioning dilakukan karena debitur mengalami kekurangan modal kerja Persyaratan kembali dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu;

a. Perubahan tingkat suku bunga

b. Perubahan tata cara perhitungan bunga c. Pemberian keringanan tunggakan bunga d. Pemberian keringanan denda

e. Pemberian keringanan ongkos lainnya

g. Bank ikut dalam penyertaan modal sebagaimana diatur dalam Pasal 10 (2) SK.DIR.BI No.31/147/KEP/DIR tanggal 11 November 1998 h. Perubahan kepengurusan perusahaan debitur, biasanya bank ikut

memberikan pendapat dalam pembentukan susunan pengurus baru tersebut.

i. Perubahan syarat kredit, syarat lain j. Penambahan agunan

k. Kombinasi antara bentuk reconditioning diatas B.Penyelesaian kredit

Penyelesaian kredit adalah langkah penyelesaian kredit bermasalah melalui dua jalur yakni,

a. melalui lembaga hukum (litigasi) dikarenakan langkah penyelamatan sudah tidak dimungkinkan kembali, seperti gugatan ke Pengadilan negeri, eksekusi grosse akta pengakuan utang, eksekusi sertifikat hak, Permohonan pailit via Pengadilan Niaga, Pelelangan agunan via lelang eksekusi. Penyelamatan kredit melalui lembaga-lembaga hukum akan terjadi pemutusan hubungan kreditur dan debitur. penyelamatan kredit melalui litigasi ini terpaksa dilakukan karena syarat-syarat restrukturisasi tidak bisa dipenuhi debitur. Langkah seperti ini dalam bahasa penyelamatan disebut Second Way Out. b. non litigasi, meliputi penjualan portofolio kredit bermasalah,

pengambilalihan agunan debitur, penyelesaian sengketa alternatif (PSA), Penjualan agunan via parate eksekusi, Penjualan agunan

dibawah tangan, penjualan agunan secara sukarela, pelelangan agunan via lelang sukarela.

Kesimpulannya adalah penyelesaian non litigasi sebaiknya lebih diutamakan dibandingkan cara-cara litigasi. 50

A.Gambaran Umum Mengenai PT. Bank BNI Pesero Tbk BAB IV

PENERAPAN THE FIVE C’S OF CREDIT (5C) MENGURANGI KEMUNGKINAN TERJADINYA

KREDIT BERMASALAH

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) tbk, lebih dikenal dengan sebutan Bank BNI, merupakan salah satu bank terkemuka di Indonesia. Bank BNI juga bank pemerintah pertama yang dibentuk pada tanggal 15 Juni 1946 yang dilaksanakan di Yogjakarta. Berikut adalah fungsi bank dari PT. Bank Negara Indonesia (Persero) tbk:

1. Bank sirkulasi atau bank sentral yang memiliki hak tunggal untuk mengatur pengeluaran dan peredaran uang dalam batas-batas wilayah kekuasaan Republik Indonesia.

2. Bank umum yang melanjutkan pekerjaan pusat Bank Indonesia sebelumnya. Penegasan status Bank Negara Indonesia sebagai bank Bank Umum secara yuridis baru ditetapkan tanggal 4 Februari 1955, yaitu dengan dikeluarkannya Undang-Undang Darurat No.2 tahun 1955 tentang Bank Negara Indonesia. Pada

50

tahun 1961 Undang-Undang Darurat tersebut dijadikan undang-undang. Dengan dikeluarkannya undang-undang ini, tugas dan lapangan usaha Bank Negara Indonesia adalah membantu memajukan kemakmuran dan pembangunan perekonomian nasional dalam lapangan perdagangan pada umumnya, dari perdagangan impor dan ekspor pada khususnya.

Pada tahun 1965, perbankan milik negara digabung menjadi satu bank yang dinamakan Bank Tunggal. Bank Negara Indonesia pun termasuk dalam bank tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk meninggalkan sistem perbankan kolonial dan membantu sistem perekonomian nasional yang baru. Melalui Penetapan Presiden No.17 Tahun 1965 tentang pengintegrasian Bank Umum Negara dan Bank Tabungan Pos kedalam Bank Tunggal, sejumlah bank-bank pemerintah diintegrasikan kedalam Bank Tunggal yang menggunakan nama Bank Negara Indonesia. Sementara itu, Bank Indonesia bertindak sebagai Bank Sentral berubah nama menjadi Bank Negara Indonesia unit I, Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) menjadi Bank Negara Indonesia unit II, Bank Negara Indonesia menjadi unit III, Bank Umum Negara menjadi unit IV. Bank Tabungan Pos menjadi unit V.

Pada masa orde baru, struktur Bank Tunggal ini dihapus. Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 14 Tahun 1967 tentang pokok-pokok perbankan untuk mengubah struktur perbankan Bank Tunggal ditiadakan dan fungsi Bank Sentral dikembalikan kepada Bank Indonesia. Kebijakan-kebijakan pemerintah di bidang perbankan disempurnakan Tanggal 29 Maret 1992 ketika

pemerintah merencanakan Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang perbankan menggantikan Undang-Undang Perbankan yang lama, status bank-bank milik negara diubah menjadi persero melalui Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1992 tentang Penyesuaian Bentuk Hukum Bank Negara Indonesia 1946 berubah menajdi PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.

Struktur organisasi PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk mempunyai struktur organisasi dengan pimpinan tertingginya yaitu Direktur Utama yang dibawahi oleh beberapa bagian antara lain Direktur Korporasi yang terdiri dari Divisi Koperasi dan Divisi Tekhnologi Informasi, Direktur Ritel yang terdiri dari Divisi Pemasaran Ritel dan Divisi Pengelolaan Bisnis Kartu, Direktur Internasional yang terdiri dari Divisi Hubungan Investor dan Kesektariatan, Divisi Internasional, Direktur Treasuri yang terdiri dari Divisi Treasuri dan Divisi Investasi dan Jasa Keuangan, Direktur Pengendalian Risiko yang terdiri dari Divisi Pengendalian Keuangan dan Divisi Pengendalian Risiko, Satuan Pengawasan Risiko, dan Direktur Kepatuhan yang terdiri dari Divisi perencanaan Strategis dan Divisi Hukum dan Divisi Umum.

Kegiatan usaha yang dilakukan PT. Bank Negara Indonesia dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari adalah:

1. Pinjaman yaitu kredit investasi, kredit multi guna kredit, kredit modal kerja, kredit ekspor-impor, kredit umum konsumtif plus, kredit kelayakan usaha, cash collateral credit, kredit kepemilikan rumah (KKR), kredit umum konsumtif (KUK), kredit tenaga kerja Indonesia, kredit modal kerja usaha kecil menengah (KMK-UKM), dll.

2. Tabungan, yaitu giro, deposit on call (DOC), deposit berjangka, sertiplus, tabungan plus (taplus), tabungan utama, tagungan haji Indonesia, dollar plus.

3. Layanan investasi, yaitu jasa kustodi, commercial paper, repo atau reserve repo, agen pembayaran, sinking fund, jasa penanggung wali amanat, settlement bank, security agent, escrow agent, facility agent dan arranger sindikasi.

4. Layanan umum, yaitu dollar plus, jasa pengiriman uang, delegasi kredit, transplus, inkaso, collection, safe deposit box, surat keterangan bank (SKB), oarasi bank, surat kredit berdasarkan dalam negeri (SKBDN), uang kertas asing, dana pensiun lembaga keuangan (DPLK), cek multi guna, simpanan terbuka dan tertutup, ekspor-impor, ongkos naik haji (ONH), foreign exchange (forex), dan traveller’s-cheque.

Visi PT. Bank Negara Indonesia memaksimalkan keinginan-keinginan seluruh pihak yang berkepentingan terhadap PT. Bank Negara Indonesia yang meliputi:

1. kepuasan pemegang saham 2. kepuasan nasabah

3. kepuasaan nasabah, manejemen, dan karyawan. 4. kepuasan masyarakat

5. kepuasan pemerintah

Misi PT. Bank Negara Indonesia menjadi bank yang kokoh dan terkemuka di Indonesia, dengan menawarkan produk dan jasa perbankan yang lengkap,

terpadu, dan berkualitas baik untuk nasabah individu maupun lembaga didalam dan luar negeri. Lima pilar budaya kerja PT. Bank Negara Indonesia, meliputi:

1. PT. Bank Negara Indonesia adalah Bank Umum Milik Negara, berstatus perusahaan perseroan.

2. PT. Bank Negara Indonesia berorientasikan kepada pasar dan pembangunan nasional.

3. PT. Bank Negara Indonesia secara terus menerus membina hubungan yang saling menguntungkan dengan nasabah dan mitra usaha lainnya.

4. PT. Bank Negara Indonesia mengakui peranan dan menghargai kepentingan setiap pegawai.

5. PT. Bank Negara Indonesia mengupayakan terciptanya semangat kebersamaan agar pegawai melaksanakan tugas dan kewajiban profesional.

B.Penerapan The Five C’s of Credit (5C) dalam Analisis Pemberian Kredit Untuk Mengurangi Risiko Kredit Bermasalah di PT. Bank BNI (Persero) Tbk Cabang Medan

Sebelum debitur memperoleh kredit terlebih dahulu harus melalui tahapan- tahapan penilaian mulai dari pengajuan proposal kredit dan dokumen-dokumen yang diperlukan, pemeriksaan keaslian dokumen, analisis kredit sampai dengan kredit dikucurkan. Tahap-tahapan dalam memberikan kredit ini kita kenal nama prosedur pemberian kredit. Tujuan prosedur pemberian kredit adalah untuk memastikan kelayakan suatu kredit, diterima atau ditolak. Dalam menentukan kelayakan suatu kredit maka dalam setiap tahap selalu dilakukan penilaian yang

mendalam. Apabila dalam penilaian mungkin ada kekurangan maka pihak bank dapat meminta kembali ke nasabah atau bahkan langsung ditolak.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bagian Kredit dan Pihak Appraisal(penilai barang jaminan) pada tanggal 22 November 2011 di PT. Bank BNI (Persero) Tbk Cabang Medan, prosedur pemberian kredit adalah sebagai berikut:

1. Pengajuan Proposal

Untuk memperoleh fasilitas kredit dari bank maka tahap yang pertama pemohon kredit mengajukan permohonan kredit secara tertulis dalam suatu proposal. Proses penyaluran kredit dimulai dari masuknya permohonan kredit ke bank, yang biasa berawal dari hasil perbincangan calon debitur dengan pihak bank melalui pengajuan tertulis. Pengajuan tertulis berisikan informasi perusahaan yang diberikan kepada bank.

Proposal kredit harus dilampiri dengan dokumen-dokumen lainnya yang dipersyaratkan. Yang perlu diperhatikan dalam setiap pengajuan proposal suatu kredit hendaknya yang berisi keterangan tentang:

a. Untuk Debitur Badan Hukum Proposal memuat :

a) Latar Belakang atau riwayat perusahaan seperti riwayat hidup singkat perusahaan, jenis bidang usaha, identitas perusahaan, nama pengurus berikut pengetahuan dan latar belakang pendidikannya, perkembangan perusahaan serta wilayah pemasaran produknya.

b) Maksud dan tujuan pengambilan kredit, dalam hal ini harus jelas tujuan pengambilan kredit. Apakah untuk memperbesar omset penjualan atau meningkatkan kapasitas produksi atau untuk mendirikan pabrik baru (perluasan) serta tujuan lainnya. Kemudian juga yang perlu mendapat perhatian adalah kegunaan kredit apakah untuk modal kerja atau investasi.

c) Besarnya kredit dan jangka waktu.

d) Cara pemohon mengembalikan kredit maksudnya perlu dijelaskan secara rinci cara-cara nasabah dalam mengembalikan kreditnya apakah dari hasil penjualan atau dengan cara lainnya.

e) Jaminan Kredit, yang diberikan dalam bentuk surat atau sertifikat penilaian jaminan kredit haruslah teliti jangan sampai terjadi sengketa palsu dan sebagainya, biasanya setiap jaminan diikat dengan asuransi tertentu.

Selanjutnya proposal ini dilampiri dengan berkas-berkas yang telah dipesyaratkan seperti :

1. Akta Pendirian Perusahaan dan Akta-akta perubahannya. 2. Bukti Kartu Tanda Penduduk pengurus.

3. Tanda Daftar Perusahaan. 4. Nomor Pokok Wajib Pajak.

5. Neraca dan Laporan rugi laba 3 tahun terakhir.

6. Foto copy sertipikat yang dijadikan jaminan (apabila jaminan berupa tanah), Foto copy Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor (apabila

jaminan berupa kendaraan bermotor), Faktur/kuitansi pembelian mesin (apabila jaminan berupa mesin atau alat-alat berat).

b. Untuk Debitur perorangan proposal memuat : a) Riwayat hidup dari calon Debitur.

b) Tujuan pengambilan kredit, dalam hal ini harus jelas tujuan pengambilan kredit.

c) Besarnya kredit dan jangka waktu.

d) Cara pemohon mengembalikan kredit maksudnya perlu dijelaskan secara rinci cara-cara nasabah dalam mengembalikan kreditnya apakah dari penghasilannya atau dengan cara lainnya.

e) Jaminan Kredit, yang diberikan dalam bentuk surat atau sertifikat penilaian jaminan kredit haruslah teliti jangan sampai terjadi sengketa palsu dan sebagainya, biasanya setiap jaminan diikat dengan asuransi tertentu.

Selanjutnya proposal ini dilampiri dengan berkas-berkas yang telah dipesyaratkan seperti :

1. Kartu Tanda Penduduk, Surat Nikah dan Kartu Keluarga Calon Debitur, Kartu Tanda Penduduk Suami/Istri calon debitur,

2. Nomor Pokok Wajib Pajak,

3. Keterangan penghasilan calon debitur.

4. Foto copy sertipikat yang dijadikan jaminan (apabila jaminan berupa tanah), Foto copy Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor (apabila

jaminan berupa kendaraan bermotor), Faktur/kuitansi pembelian mesin (apabila jaminan berupa mesin atau alat-alat berat).

2. Penyelidikan Berkas Pinjaman

Setelah pengajuan proposal dan berkas-berkas, tahap selanjutnya adalah penyelidikan dokumen-dokumen yang diajukan pemohon kredit. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah lengkap sesuai persyaratan yang telah ditetapkan. Jika menurut pihak perbankan belum lengkap atau belum cukup maka nasabah diminta untuk segera melengkapinya dan apabila sampai batas tertentu nasabah tidak sanggup melengkapi kekurangan tersebut, maka sebaiknya permohonan kredit dibatalkan saja. Dalam penyelidikan berkas, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah membuktikan kebenaran dan keaslian dari berkas-berkas yang ada, seperti kebenaran dan keaslian akta Notaris, tanda daftar perusahaan, kartu tanda penduduk dan surat-surat jaminan seperti sertifikat tanah, bukti pemilikan kendaraan bermotor ke instansi yang berwenang mengeluarkannya. Kemudian jika asli dan benar maka pihak Bank mencoba mengkalkulasi apakah jumlah kredit yang diminta memang relevan dengan kemampuan nasabah untuk membayar. Semua ini dengan menggunakan perhitungan terhadap angka-angka yang dilaporkan keuangan dengan berbagai risiko keuangan yang ada.

3. Penilaian Kelayakan Kredit.

Dalam penilaian layak atau tidak suatu kredit disalurkan maka perlu dilakukan suatu penilaian kredit. Penilaian kelayakan suatu kredit dapat

dilakukan dengan penerapan the five c’s of credit (5C) namun untuk kredit yang lebih besar jumlahnya perlu dilakukan metode penilaian dengan studi kelayakan. Dalam studi kelayakan ini setiap aspek dinilai apakah memenuhi syarat atau tidak.

Adapun aspek-aspek yang dinilai dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah :

a) Dari segi Character (watak), maka penilaiannya meliputi watak/sifat dan riwayat hidup calon debitur, mencakup reputasi calon debitur di lingkungan bisnis/usahanya dan riwayat hubungan calon debitur dengan bank, dimana disini hubungan dengan PT. Bank BNI atau hubungan dengan bank lain. Karakter ini merupakan faktor kunci walaupun calon debitur tersebut mampu menyelesaikan utangnya, namun kalau tidak mempunyai itikad baik, tentu akan timbul berbagai kesulitan bagi bank (PT. Bank BNI) dikemudian hari.

Sebagai alat untuk memperoleh gambaran tentang karakter dari calon nasabah dapat diperoleh melalui upaya:

1. Meneliti riwayat hidup calon debitur

2. Meneliti reputasi calon nasabah tersebutdi lingkungan usahanya 3. Melakukan bank to bank information

4. Mencari informasi kepada asosiasi-asosiasi usaha di mana calon debitur berada

6. Mencari informasi apakah calon debitur memiliki hobi berfoya-

Dokumen terkait