• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Musik dalam Berbagai Konteks Kehidupan Masyarakat .1 Media Komunikasi

DAMPAK MUSIK DALAM BERBAGAI KONTEKS KEHIDUPAN MASYARAKAT

3.2 Dampak Musik dalam Berbagai Konteks Kehidupan Masyarakat .1 Media Komunikasi

Musik disamping sebgai media ekspresi juga berfungsi sebagai media komunikasi. Komunikasi adalah suatu cara untuk berhubungan dengan orang lain.

Berbeda dengan ekspresi yang merupakan ungkapan yang belum tentu dimengerti orang lain, maka komunikasi merupakan aktifitas yang mengandung unsur penyampaian pesan. Pesan tersebut disampaikan dengan simbol-simbol. Melalui musik dapat diungkapkan sesuatu yang kadang-kadang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Musik adalah bahasa universal, karena pada umumnya dapat dipahami manusia walaupun tidak dapat dijelaskan secara verbal. Bunyi kentongan yang memiliki pola ritme di pedasaan, merupakan tanda untuk menyampaikan pesan atau pemberitahuan kepada penduduk desa bahwa ada kebakaran, banjir, gempa bumi, pencurian, perampokan dan bahaya lain. Demikian juga halnya dengan pukulan bedug di masjid yang bermakna panggilan untuk menjalankan ibadah.

3.2.2 Musik dalam Ritual Keagamaan

Musik disini diciptakan untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat religius atau keagamaan. Contohnya musik untuk upacara adat, upacara pernikahan, upacara kematian. Dalam masyarakat tradisional, musik mengiringi upacara untuk menyembah kekuatan magic. Masyarakat tradisional yang belum mengenal agama kepercayaan meyakini bahwa ada kekuatan besar yang meliputi dan mengatur kehidupan mereka sehingga diperlukan adanya upacara-upcara penyembahan sebagai wujud rasa hormat mereka. Didalam upacara-upacara penyembahan itulah musik jenis ini dipakai. Dibeberapa kebudayaan masyarakat, musik lebih dari sekedar ungkapan ekspresi pribadi dan spritual, tetapi juga dipakai dalam ritual untuk penyembuhan penyakit. Masyarakat Indian Navajo di Amerika memiliki banyak

kegiatan yang berisikan tarian serta nyanyian yang dimaksudkan sebagai media ritual keagamaan untuk menjaga keharmonisan serta kesehatan setiap orang didalam suku tersebut.

Fungsi musik dalam ritual keagamaan ini menjadi sangat penting bilamana musik tersebut dipakai sebagai perantara untuk berhubungan dengan kekuatan magic seperti yang terjadi pada kelompok suku 'Kung' atau yang lebih dikenal sebagai orang semak di Namibia Afrika Selatan. Suku 'Kung' biasanya mengobati orang sakit dengan nyanyian dan tarian yang dipimpin oleh seorang yang memiliki kekuatan supranatural. Kekuatannya ini didapat melaui proses trance dimana musik yang berperan untuk mencapai keadaan trance tersebut. Selama dalam masa pengobatan ini musik dan nyanyian dimainkan secara terus-menerus sebagai bagian dari keseluruhan upacara. Musik menjadi bagian penting dalam pengobatan. Bagi suku Kung, ritual ini adalah sebagian dari cara mereka untuk berhubungan dengan alam dan kekuatan supranatural.

3.2.3 Musik sebagai Media Pendidikan

Seni sebagai media pendidikan berfungsi sebagai pengembangan dasar fisik, sosial, emosi, cipta dan estetika atau dengan kata lain musik berfungsi sebagai media pembelajaran. Contohnya, pada anak-anak usia sekolah Taman Kanak-kanak, musik dapat dipakai untuk mempermudah pemahaman si anak pada materi pengajaran, misalnya untuk memperkenalkan perkalian sederhana dan penjumlahan sederhana, dapat diperkenalkan dalam nyanyian, juga pembelajaran bahasa Inggris dapat juga

dibawakan dengan nyanyian. Melalui musik diharapkan tujuan pembelajaran atau penguasaan materi belajar akan lebih cepat tercapai.

3.2.4 Musik dalam Politik

Musik disini berfungsi sebagai media untuk menarik simpati masyarakat. Dalam hal ini, penulis menghubungkannya dengan musik dangdut. Pada setiap kampanye politik, ada banyak partai yang menggunakan musik dangdut sebagai media untuk menggerakkan massa, maka tak heran bila kampanye partai politik kemudian menjadi seperti konser dangdut daripada kampanye itu sendiri. Ini merupakan satu bukti bahwa musik itu dapat juga masuk kedalam kawasan politik itu sendiri. Memang, bila kita coba bayangkan bagaimana jalannya sebuah acara kampanye tersebut menjadi sangat membosankan karena keseluruhan acara pastinya hanya berisi pidato-pidato mengenai visi dan misi yang ingin dicapai partai politik tersebut. Pemerintah juga menaruh perhatian bear terhadap musik yang membangun semangat bangsa oleh karena itu diciptakanlah lagu-lagu yang bersifat kepahlawanan dan lagu-lagu untuk keperluan politik itu sendiri seperti lagu pemilu yang selalu diperdengarkan pada masa pemerintahan Orde Baru.

3.2.5 Musik yang Menciptakan Suatu Komunitas

Maksudnya adalah melalui musik itu sendiri telah terjadi pemetaan atau pembagian didalam masyarakat yang kemudian menjadi identitas dari golongan atau komunitas tersebut, misalnya musik untuk anak-anak, musik untuk remaja dan

dewasa, musik untuk orang tua, musik untuk bangsa. Musik untuk anak-anak biasanya bersifat hiburan, bermain, mencerdaskan anak, pembelajarann bahasa dan lainnya. Contoh musik anak yaitu "Diobok-obok" yang dinyanyikan oleh Yoshua, "Abang tukang bakso" yang dinyanyikan oleh Melissa, lagu "Mari berhitung" dan sebagainya. Kemudian ada lagu untuk remaja dan dewasa. Pada bagian ini cakupan itu sendiri sangat luas diantaranya rock, hip-hop, dangdut. Yang kemudian kebanyak menciptakan komunitas pecinta salah satu jenis musik itu sendiri.

Istilah rock menurut Paul Hanson (Hard Rock Prolick, 1989) pertama kali dicetuskan oleh Wild More, pada tahun 1947 dengan menciptakan lagu berjudul “We’re Gonna Rock We’re Gonna Roll.” Kemudian pada tahun 1952, Allan ‘moodog’ Freed, seorang disk-jockey sebuah radio di Cleveland (Amerika) memandu paket acara yang khusus menampilkan lagu-lagunya Gene Vincent, Chuck Berry, dan Elvis Presley dengan memakai nama “Rock and Roll” untuk paket acara tersebut. Dari sinilah kemudian istilah rock banyak dikenal oleh masyarakat umum.

Kekuatan musik rock itu memang terletak pada tema liriknya yang memberontak nilai-nilai kemapaman, disamping bunyi musiknya yang keras. Kesan ini tidak hanya terlihat dari corak musik yang agresif, keras, bising, dan brutal, akan tetapi juga terlihat dari nama-nama grup yang dipakainya. Misalnya, beberapa na group rock dunia: Rolling Stones, Black Sabbath, Wasp, Scorpions, Morbid Angel, Slayer, Napalm Death, Abituary, Megadeth, dan sebagainya. Sementara di Indonesia, misalnya: Rawe Rontek (Banten), Rudal (Bandung), Rotor (Jakarta), Big Panzer (Surabaya), Jet Liar (Jakarta) dan lain-lain.

Fenomena, di atas masih ditambah lagi dengan penampilan musisinya yang berambut gondrong, acak-acakan, berbusana seenaknya, seperti preman jalanan. Tentu saja, hal ini juga mempengaruhi image masyarakat.

Keberadaan musik rock memang mendapat tempat khusus pada sebagian besar anak muda. Mereka ternyata tidak hanya gandrung dengan musiknya saja tetapi juga akrab dengan atribut lainnya seperti meniru gaya hidup musisi idolanya baik dari segi busana yang dipakainya atau kebiasaan yang sering dilakukannya. Bahkan kegandrungan ini sampai memasuki tahap fanatisme yang sempit. Misalnya dengan mengubah namanya dengan nama tambahan dari sang idola, contohnya agus "Cavalera" Maryanto, Rini "Kill sister" Haryati, atau Bejo "Snake sabo".

Musik Hip Hop

Dari banyak sumber mengenai asal mula musik hip hop, sebagian besar menyatakan bahwa aliran musik ini berkembang pada awal tahun 1970-an, dengan tokoh kunci salah satunya berasal dari geng yang dinamakan African Bambataa. Jenis musik ini dalam perkembangannya melibatrkan bentuk kreativitas seni lainnya seperti

rap, breakdance, graffiti, dan DJ (Disc Jockey). Serupa dengan perkembangan musik manapun, hip hop banyak mendapat pengaruh dari beragam budaya sehingga hip hop tidak lagi bisa dianggap sebagai black culture semata. Di sisi lain, hip hop dapat dipandang sebagai sebuah sub culture, bentuk keberkebudayaan yang dapat digunakan sebagai tanda perlawanan terhadap silentmajority (masyarakat yang diam) kebudayaan dalam masyarakat. Mengingat batasan geografis masyarakat dunia yang

semakin memudar, maka bisa dikatakan bahwa hip hop adalah sub kultur yang mengglobal.

Demikian pula halnya di Indonesia, pengaruh hip hop masih terasa mulai dari dikeluarkannya album Iwa K dan Denada hingga saat ini. Beberapa iklan media elektronik menggunakan beberapa bentuk budaya hip hop seperti iklan sepatu Loggo, Coffemix dan Gatsby.

Seringkali lirik lagu dalam hip hop dan rap bersifat misoginis (membenci perempuan). Hal ini sulit dibantah bila kita mendengarkan dengan seksama lagu-lagu hip hop yang dilantunkan baik oleh penyanyi luar negeri maupun dalam negeri.

Komunitas penggemar musik hip hop biasanya menyukai hal-hal yang berhubungan dengan tarian Breakdance, DJ (Disk Jockey) Grafiti. Remaja putrinya cenderung mengenakan dandanan ala hip-hop seperti sepatu boot, topi pet dan nating berbentuk lingkaran atau yang lebih dikenal dengan "Hoop earing", sementara remaja prianya mengenakan celana gombrong, sepatu bermerek nike, kalung besar dan potongan rambut plontos.

Pada musik dangdut, komunitas pecinta musik dangdut ini dapat kita amati seperti pada kasus Inul Daratista. Dimana kemunculannya langsung membagi masyarakat menjadi 2 bagian. Pada pihak yang menyukai Inul, mereka membentuk fans club Inul seperti Inulitas, FBI (fans berat Inul), open (organisasi pendukung Inul). Dimana kegiatan mereka kebanyakan adalah mengikuti perjalanan karir Inul. Sedangkan bagi pihak yang tidak menyukai Inul, mereka juga mengikuti perjalanan karir Inul yang selalu menunggu manakala Inul dinilai melakukan kesalahan.

Tidak seperti halnya musik untuk kalangan remaja dan dewasa, orang tua biasanya menyukai musik yang tenang. Bukan seperti musik rock yang hingar bingar, walaupun tidak menutup kemungkinan bahwa ada juga orang tua pada masa kini yang menyukai jenis musik rock. Untuk musik rang tua, penulis mengambil contoh musik keroncong. Musik keroncong berirama lembut, sesuai dengan kondisi ketenangan yang ingin didapat oleh pendengarnya.

Membahas sejarah musik keroncong akan membawa kita melihat bagaimana perpaduan dan budaya yang berbeda yaitu musik Portugis dan Indonesia khususnya etnis Jawa. Perpaduan itu telah menghasilkan suatu bentuk permainan musik yang khas. Ini hanya terjadi pada sejarah perjalanan kesenian (musik) Indonesia sehingga dapat dikategorikan bahwa keroncong adalah musik yang lahir dari kebudayaan Indonesia. Diawali dari kedatangan bangsa Portugis ke Indonesia sebagai pedagang. Bangsa Portugis disebut juga kaum Mardika (dari kata Sanskrit Mahardika ‘bebas’, ejaan Portugis Merdaqus ‘merdeka’). Mereka sebagian besar tinggal dan menetap di pelabuhan-pelabuhan yang disanggahi seperti di Batavia, Selat Malaka, dan di sana mereka mendirikan kampong sendiri seperti di Kampung Tugu dan hidup menurut kebiasaan yang dibawah dari tanah asalnya, misalnya seperti alat musik yang dibawa dari Portugis yang menjadi cikal bakal lahirnya musik keroncong.

Musik untuk bangsa adalah musik yang berfungsi sebagai identitas suatu negara. Misalnya lagu kebangsaan Indonesia Raya serta lagu-lagu yang bertema patriotik lainnya tentu membuat suatu perbedaan nyata antara satu negara dengan yang lain.

BAB IV

INUL DARATISTA, SEBUAH FENOMENA DALAM

Dokumen terkait