• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.4. Dampak Pencemaran Merkuri

senyawa merkuri. Pentingnya pengaruh toksikologi metal merkuri ini disebabkan karena lebih signifikan di transformasi pada lingkungan dari bentuk lain merkuri menjadi metil merkuri. Memang garam monoalkil dan dialkil merkuri lebih tinggi lebih dan mudah detoksifikasinya daripada metil merkuri (Louis J. Casarett dan John Doull, 1975).

2.4. Dampak Pencemaran Merkuri

2.4.1. Dampak Pencemaran Merkuri terhadap Manusia

Manusia dapat terpapar oleh merkuri yang berasal dari industri dan lingkungan pertanian atau zat kimia yang terbentuk secara alami yang dapat menimbulkan keracunan atau efek merugikan. Menurut Zul Alfian (2002), bentuk senyawa merkuri, darimana masuknya dan berapa lama tertumpuk di organ tubuh akan mempengaruhi efek toksisitas yang ditimbulkan oleh merkuri.

Ion merkuri dapat menyebabkan toksik terhadap manusia karena dapat berikatan dengan protein, menghambat kerja enzim dan bersifat korosif. Dan juga dalam darah dapat berikatan dengan gugus sulfuhidril, fosforil, amida dan amina, dimana dalam gugus tersebut reaksi fungsi enzim akan terganggu. Pengaruh toksisitas merkuri pada manusia, seperti bentuk merkuri (HgCl2) lebih toksik dari pada merkuri HgCl karena bentuk divalent lebih mudah larut dibandingkan dengan bentuk monovalen, juga lebih cepat dan mudah diabsorbsi sehingga daya toksisitasnya lebih tinggi (Darmono, 2001).

Menurut Volkovic, (1977) yang dikutip oleh Zul Alfian, (2001), senyawa organik dapat larut dalam lapisan lemak dibawah kulit yang menyelimuti korda syaraf, Uap metal merkuri dapat diserap melalui pernafasan dan menembus membrane paru-paru, apabila masuk ke dalam tubuh akan berikatan dengan protein sulfuhidril yang terdapat dalam darah selanjutnya diserap ke dalam sel darah merah sehingga metal merkuri dapat ditemukan pada rambut. Uap merkuri (Hg) menimbulkan toksisitas yang sangat berbahaya bagi manusia karena elemen Hg sifatnya dapat menembus membrane sel dan mudah larut dalam lipida sehingga mudah sekali menembus barier darah otak dan akhirnya terakumulasi di otak, Dan juga elemen merkuri sangat mudah teroksidasi membentuk merkuri oksida (HgO) atau ion merkuri (Hg2+) dimana kedua bentuk merkuri tersebut dapat menimbulkan keracunan kronis pada jenis organ yang berbeda yaitu syaraf pusat (otak) dan ginjal. a. Keracunan Akut

Keracunan akut didefenisikan sebagai suatu bentuk keracunan yang terjadi dalam waktu singkat atau sangat singkat (Palar, 2008). Keracunan akut dapat terjadi bila manusia atau biota lain menghirup atau menelan bahan beracun secara tidak sengaja dalam jumlah yang besar. Keracunan akut yang disebabkan oleh logam merkuri biasanya di tandai dengan gejala-gejala, seperti: peradangan pada tekak (pharyngitis), dyspagia, rasa sakit pada bagian perut, mual-mual dan muntah, murus disertai darah dan shock. Bila gejala tersebut tidak di atasi maka penderita dapat mengalami pembengkakan pada kelenjar ludah, radang pada ginjal dan radang hati.

25

Menurut (Palar, 2008), konsentrasi paparan merkuri sebesar 0,5 mg/m3 sampai dengan 1,2 mg/m3 akan dapat menyebabkan keracunan akut. Untuk senyawa HgCl2 dengan konsentrasi 29 mg/kg, merkuri organik seperti Hg(CN)2 dengan konsentrasi 10 mg/kg akan dapat menyebabkan kematian.

b. Keracunan kronis

Keracunan kronis didefenisikan dengan terhirup atau tertelannya bahan beracun dalam dosis rendah tetapi dalam jangka waktu yang panjang (Palar, 2008). Penderita biasanya tidak menyadari dalam tubuh sudah menumpuk sejumlah racun, dan bekerja sampai pada daya tahan tubuh tidak mampu mentolerir efek dari racun tersebut.

Peristiwa keracunan kronis dapat menyerang orang-orang yang tidak hanya kontak langsung dengan merkuri tetapi manusia yang berada disekitar lokasi yang menggunakan merkuri sebagai alat produksinya. Keracunan kronis oleh merkuri akan menimbulkan gangguan pada sistem pencernaan dan system syaraf.

Gejala-gejala keracunan kronis oleh merkuri dapat berupa: radang gusi (gingivitis), gigi mudah lepas, tremor pada ujung jari tangan atau kaki akan terus menjalar sampai ke wajah, lidah, pangkal tenggorokan (larynx) dan Parkinson.

Tidak seperti toksisitas Pb, diagnosis toksisita Hg tidak dapat dilakukan dengan tes biokimia. Indikator toksisitas Hg hanya dapat didiagnosis dengan analisis kadar Hg dalam darah atau urin dan rambut, (Darmono, 2001).

2.4.2. Dampak Pencemaran Merkuri terhadap Lingkungan a. Lingkungan Perairan dan Biota Air

Pembuangan limbah sisa pengolahan lumpur atau tailing ke lingkungan perairan dapat mengakibatkan kerugian pada manusia karena sifatnya yang mudah larut dan terikat dalam jaringan tubuh organisme air. Selain itu pencemaran merkuri mempunyai pengaruh terhadap ekosistem setempat yang disebabkan oleh sifatnya yang stabil dalam sedimen, kelarutannya yang rendah dalam air dan kemudahannya diserap dan terakumulasi dalam jaringan tubuh organisme air, baik melalui proses bioakumulasi maupun biomagnifikasi yaitu melalui rantai makanan.

Pada sedimen dasar perairan terjadi persenyawaan merkuri diakibatkan oleh adanya aktivitas kehidupan bakteri yang mengubah persenyawaan merkuri menjadi Hg2+ dan HgO. Selanjutnya Ion Hg2+ yang dihasilkan dari perombakan persenyawaan merkuri pada endapan lumpur (sedimen), dengan bantuan bakteri akan berubah menjadi dimetil merkuri (CH3)2Hg, dan ion metil merkuri (CH3Hg2+ ). Sementara itu ion metil merkuri mudah larut dalam air dan dimakan oleh biota perairan seiring dengan sistem rantai makanan ini adalah manusia yang akan mengkontaminasi baik ikan maupun burung-burung air yang telah terkontaminasi oleh senyawa merkuri (Palar, 2008).

Lingkungan yang terkontaminasi oleh merkuri dapat membahayakan kehidupan manusia karena adanya rantai makanan. Merkuri terakumulasi dalam mikro-organisme yang hidup di air (sungai, danau, laut) melalui proses metabolisme.

27

b. Lingkungan Udara

Pencemaran merkuri di udara dapat berasal dari industri dalam bentuk uap merkuri dan metal merkuri (CH3Hg), di udara akan mengalami dekradasi dan oksidasi menjadi bentuk logam merkuri (HgO) ( Darmono, 2001).

Disamping iti, penggunaan merkuri pada tambang-tambang emas tradisional, tumpahan merkuri dari peralatan laboratorium akan menyebabkan terjadinya penguapan merkuri ke udara dalam bentuk logam(HgO). Uap logam merkuri bila terhirup akan menyebabkan keracunan pada organisme yang menghirupnya. Penguapan juga dapat terjadi darisenyawa metil merkuri (CH3)2Hg) dan ion metal merkuri(CH3Hg+) yang terbentuk dari hasil aktivitas bakteri dalam lumpur di dasar perairan ( Palar, 2008).

c. Dampak Pencemaran Merkuri Pada Tanah

Penggunaan senyawa organo merkuri dalam bidang pertanian seperti metal merkuri asetat dan etil merkuri klorida sebagai anti jamur pada bibit turut memberikan pengaruh pencemaran merkuri di tatanan lingkungan. Walaupun pemakaian merkuri dalam jumlah yang sedikit tetapi bila digunakan untuk areal pertanian dalam skala yang luas berarti pemakaian merkuri akan bertambah banyak. Sebagian dari merkuri akan meresap ke dalam tanah dan sebagian akan terbawa aliran air permukaan (run off) seterusnya akan masuk ke sungai. Sisa merkuri yang ada pada air sungai akan terserap oleh tanaman melalui sistim metabolism tanaman dan kemudian terakumulasi pada jaringan tanaman tersebut (Palar, 2008).

Berdasarkan penelitian yang pernah di lakukan pada beras yang dipanen dari sawah yang menggunakan irigasi dari sungai yang mengandung limbah penambangan emas tradisional di Nungkul, Pongkor, Jawa Barat ditemukan kandungan Hg sebesar 0,45 ppm (Surono, dalam Widowati, 2008).

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa merkuri yang digunakan sebagai anti jamur pada bibit telah mengalami perpindahan ke dalam biji padi.

Dokumen terkait