• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelanggaran Pelajar SMA/SMK dalam berlalu lintas di Kota Salatiga

Dari hasil penelitian mengenai latar belakang sekolah yang telah diteliti, maka terlihat bahwa hanya beberapa sekolah saja yang benar-benar memperhatikan keselamatan para warga sekolahnya terutama ketertiban siswa dalam berlalu lintas, demi mengupayakan terwujudnya keselematan dalam berlalu lintas. Masih banyak sekolah-sekolah yang membebaskan muridnya menggunakan kendaraan bermotor meskipun mereka belum cukup umur dan memiliki SIM. Akan tetapi

masih ada beberapa sekolah yang memperhatikan keselamatan siswanya dalam berlalu lintas dengan membuat beberapa peraturan mengenai kedisiplinan dalam berlalu lintas, hal ini patut dijadikan contoh bagi sekolah yang belum melaksankan dan bagi yang sudah melaksanakannya perlu adanya peningkatan agar mendapat hasil yang lebih maksimal.

Selain itu sekolah yang telah mengikuti program Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ tetapi masih belum memiliki kesadaran untuk menerapkan budaya keselamatan dalam berlalu lintas di sekolah. Penyebab dari permasalahan ini adalah, pihak sekolah tidak melakukan tindak lanjut dalam bentuk program ataupun peraturan mengenai ketertiban lalu lintas. Sehingga masih banyak sekolah yang siswanya belum memiliki kesadaran pentingnya mematuhi peraturan lalu lintas.

Dari beberapa permasalahan yang muncul, faktor utama yang menyebabkan ketidaktercapaian program Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ di Kota Salatiga adalah dikarenakan belum adanya kegiatan lanjutan yang dilakukan oleh pihak Dinhubkombudpar bekerjasama dengan pihak sekolah untuk memberikan fasilitas pada Pelajar Pelopor dalam mensosialisasikan budaya keselamatan lalu lintas di kalangan pelajar. Pelajar Pelopor merupakan sarana langsung proses sosialiasi keselamatan LLAJ yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran para pelajar akan pentingnya keselamatan dalam berlalu lintas dengan meningkatkan ketertiban dalam berlalu lintas. Akan tetapi kegiatan tersebut belum terlaksana khususnya di Kota Salatiga. Mengakibatkan masih tingginya tingkat pelanggaran

lalu lintas dikalangan pelajar, hal ini terlihat dari data tentang jumlah pelanggaran pada usia pelajar yang terus mengalami peningkatan, berikut data jumlah pelanggaran lalu lintas pada usia pelajar di Kota Salatiga:

Diagram 4.1. Data Jumlah Pelanggaran Lalu Lintas Usia 16-21 di Kota Salatiga Tahun 2014-2016.

Sumber: Satlantas Polres Salatiga, 2016

Data tersebut menunjukkan adanya peningkatan pelanggaran lalu lintas dikalangan pelajar dari tahun ke tahun. Terlihat pada tahun 2014 terdapat 2179 kasus pelanggaran, kemudian meningkat menjadi 3875 kasus di tahun 2015, dan di tahun 2016 sampai dengan bulan Oktober terdapat 3563 kasus pelanggaran lalu lintas di Kota Salatiga namun jumlah itu masih dapat bertambah.

Dalam data tersebut nampak pada bulan Januari tahun 2014 terjadi 84 kasus, mengalami peningkatan pada tahun 2015 menjadi sebanyak 251 kasus, dan pada tahun 2016 mengalami peningkatan sebanyak 72 kasus, hal ini

menunjukkan jumlah pelanggaran yang naik turun. Jumlah pelanggaran tertinggi yaitu pada bulan Oktober 2015 yaitu 692 kasus pelanggaran, sedangkan jumlah terendah terjadi pada bulan Juli 2016 yaitu 26 kasus. Ada kalanya pada beberapa waktu mengalami penurunan ada pula mengalami kenaikan akan tetapi apabila dilihat secara keseluruhan jumlah pelanggaran setiap tahun mulai Januari 2014 sampai dengan Oktober 2016 mengalami kenaikan jumlah pelanggaran.

Menurut sumber rata-rata kasus tersebut didominasi oleh ketidaklengkapan surat-surat berkendaraan kemudian kelengkapan berkendaraan, dan pelanggaran rambu lalu lintas. Namun lebih didominasi oleh ketidaklengkapan berkendara dan surat-surat berkendaraan. Dan rata-rata yang melakukan pelanggaran adalah pelajar. Kebanyakan para pelajar ini belum memiliki SIM atau tidak memakai kelengkapan berkendara seperti helm. Selain dari data tersebut, hasil pengamatan yang telah dilakukan di beberapa lokasi sekolah yang menjadi subyek penelitian menunjukkan beberapa contoh pelanggaran yang sering dilakukan dikalangan pelajar.

Salah satu contoh pelanggaran yang sering terjadi siswa tidak mengenakan kelengkapan berkendara dengan tidak menggunakan helm sebagai pengaman. Hal ini tentu bukan merupakan contoh yang baik, dan masih banyak sekali pelajar yang belum mematuhi dan mengerti pentingnya mematuhi peraturan lalu lintas demi keselamatan dirinya sendiri dan pengguna jalan yang lain. Hasil temuan lainnya yaitu pelajar yang menggunakan sepeda motor akan

tetapi muatan penumpang melebihi kapasitas yang seharusnya, hal ini tentunya sangat berbahaya bagi keselamatan mereka sendiri, akan tetapi hal itu sepertinya tidak diperhatikan oleh para pelajar kebanyakan, yang mereka tahu adalah ketika mereka biasa mengendarai kendaraan bermotor maka mereka bebas menggunakan sesuuai keinginan mereka tanpa mempedulikan akibat apa yang akan ditimbulkan. Mereka tidak mementigkan keselematan diri sendiri akan tetapi mereka agar mereka bisa sampai tujuan dengan cepat maka mereka memilih utnuk menumpang dengan tidak mengenakan helm sesuai yang telah diatur untuk kesealamatan diri dalam berkendara. Tentu ini bukan merupakan cerminan cara berlalu lintas yang baik dan benar.

Adapun kasus lain yaitu orang tua murid mengantarkan anaknya ke sekolah menggunakan sepeda motor dimana orang tua yang mengantarkan sebagai pengemudi menggunakan helm sedangkan anak yang menjadi penumpang tidak mengenakan helm. Tentunya hal ini sangat disayangkan dimana keselamatan penumpang sangat tidak diperhatikan. Masih banyak yang beranggapan jarak yang dekat tidak perlu menggunkan kelengkapan berkendara, padalah jarak bukan faktor utama yang menentukan keselamatan dalam berlalu lintas, akan tetapi apabila seseorang telah mematuhi peratutan lalu linas. maka akan selamat saat berlalu lintas.

Peran orang tua sangat diperlukan sebagai contoh para pelajar terutama dalam berlalu lintas, akan tetapi dapat dilihat pada kasus ini justru orang tua yang tidak peduli dengan keselamatan anaknya dengan membiarkan anakanya

menuju ke sekolah tanpa mengenakan kelengkapan berkendara salah yaitu menggunakan helm. Hal ini sangat disayangkan mengingat salah satu faktor berjalannya kepatuhan pelajar dalam berlalu lintas adalah melalui orang tua tetapi orang tua mereka sendiri yang justru tidak peduli dengan hal tersebut.

Contoh lainnya yaitu pelajar menggunakan kendaraan bermotor tidak menggunakan helm, meskipun ada petugas yang mengawasi dan sekolah tersebut juga terletak di jalan raya akan tetapi pelajar tidak menghiraukan hal tersebut sama halnya dengan petugas yang berjaga juga tidak menindak pelanggaran yang dilakukan pelajar tersebut. Hal ini yang nampak bahwa pengawasan tidak mempengaruhi perilaku pelajar dalam mematuhi peraturan lalu lintas. Seharusnya pihak berwenang lebih menegakkan peraturan agar memberikan pembelajaran yang baik bagi pelajar khususnya tentang pentingnya mematuhi peraturan lalu lintas demi kepentingan bersama.

Dari hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan masih nampak beberapa siswa menggunakan sepeda motor yang tidak sesuai standar seperti tidak memiliki kaca spion, roda ban yang tidak sesuai standar. Tentu hal ini sangat membahayakan penggunasepeda motor tersebut dan pemakai jalan lainnya. Akan tetapi nampaknya pihak sekolah tidak memperhatikan hal-hal tersebut. Pihak sekolah cenderung bersifat pasif dan melakukan pembiaran dengan apa yang dilakukan siswanya di sekolah.

Melihat beberapa permasalahan di atas kurangnya pengawasan baik dari pihak berwenang, pihak sekolah dan yang paling utama adalah pihak orang

tua. Pihak berwenang dalam hal ini pihak Satlantas Polres Salatiga, belum sepenuhnya menegakkan peraturan dalam berlalu lintas, terlihat dengan adanya pembiaran saat pelajar melakukan tindakan pelanggaran. Hal ini menyebabkan masih banyaknya siswa yang melakukan pelanggaran meskipun di tempat tersebut terdapat petugas yang berjaga.

Selain itu pihak sekolah juga berperan penting, beberapa sekolah memang melakukan pengawasan pada siswanya dalam hal kedisiplinan dalam berlalu lintas, namun masih banyak sekolah yang tidak memperhatikan dan tidak memiliki peraturan khusus tentang ketertiban dalam berlalu lintas di sekolah. Banyak kasus dimana siswa yang seharusnya belum diperbolehkan menggunakan dan mengendarai kendaraan bermotor justru sudah menggunkannya sebagai alat transportasi utama menuju ke sekolah dengan berbagai alasan seperti jarak rumah dengan sekolah yang jauh kemudian, karena tidak ada yang mengantarkan mereka sampai ke sekolah, dan adapula yang menyatakan tidak ada angkutan umum dari rumah langsung menuju kesekolah mereka, ataupun susahnya menemukan angkutan umum yang menuju kesekolah mereka.

Peran pemerintah sangat penting untuk menyediakan akses transportasi umum untuk menuju ke sekolah. Masih ada beberapa sekolah yang tidak dilewati oleh angkutan umum baik pada pagi maupun siang hari, atau ada beberapa lokasi sekolah yang mana angkutan umum hanya berhenti sampai pada titik tertentu begitu dengan siswa harus berjalan kaki terlebih dahulu

untuk sampai ke sekolah. Ketersediaan angkutan umum yang memadai menuju sekolah diharapkan mampu mengurangi penggunaan kendaraan bermotor dikalangan pelajar. Hal ini juga dapat mengurangi resiko kecelakaan yang melibatkan pelajar dan juga menurunkan tingkat pelanggaran lalu lintas dikalangan pelajar.

Peran orang tua adalah melakukan pengawasan dan bimbingan kepada para pelajar. Orang tua seharusnya mampu memberikan pemahaman kepada anak di usia pelajar dibawah 17 tahun untuk tidak mengendarai kendaraan bermotor. Akan tetapi yang terjadi adalah banyak orang tua yang mebiarkan putra putrinya yang belum berusia 17 tahun untuk menggunakan kendaraan bermotor menuju sekolah dengan alasan karena tidak bisa mengantarkan atau agar mudah dan cepat sampai kesekolah. Hal ini dilematis di mana siswa dituntut untuk sampai kesekolah tepat waktu akan tetapi tidak ada transportasi yang memadahi ataupun karena kurangnya kesadaran dari pihak orang tua untuk menjaga putra putri mereka. Hal ini sangar disayangkan mengingat tujuan program Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ adalah untuk meningkatkan kesadaran pentingnya keselamatan lalu lintas akan tetapi disisi lain tidak mendapat dukungan agar tujuan yang ingin dicapai tersebut dapat terwujud terutama di Kota Salatiga.

B. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai dampak porgram Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ dengan tingkat pelanggaran hukum pelajar

SMA/SMK di Kota Salatiga diketahui beberapa hasil yang pertama yaitu mengenai bagaimana keadaan sekolah yang ada di Kota Salatiga yang telah diteliti dalam penelitian ini. Di Kota Salatiga ada beberapa tipe sekolah yaitu ada beberapa sekolah yang memiliki peraturan khusus mengenai ketertiban dalam berlalu lintas yaitu di SMA N 1, di sekolah ini memiliki peraturan bagi siswa yang menggunakan kendaraan bermotor akan tetapi belum memiliki SIM tidak diperbolehkan memasuki lingkungan sekolah. Siswa yang dapat memasuki lingkungan sekolah adalah siswa yang telah memiliki SIM dan telah memiliki tanda khusus pada bagian kendaraan sebagai tanda bahwa siswa tersebut boleh memasuki lingkungan sekolah. Tanda khusus tersebut berupa stiker yang dibuat sekolah dan diberikan kepada siswa yang telah menunjukan bahwa siswa tersebut telah memiliki SIM kepada pihak sekolah.

Peraturan yang ada di SMA N 1 ini tentu merupakan salah satu cara mengurangi tingkat pelanggaran dalam berlalu lintas dan juga meningkatkan kesadaran pentingnya mematuhi peraturan lalu lintas. SMK N 2 Salatiga juga memiliki peraturan khusus dalam hal berlalu lintas, namun yang berbeda dengan SMA N 1 adalah di SMK N 2 memiliki peraturan siswa tidak diperbolehkan menggunakan kendaraan bermotor yang tidak standar ke sekolah. Setiap dua kali dalam seminggu dilakukan pengontrolan oleh pihak sekolah dengan bantuan dari beberapa anggota ekstrakulikuler.

Bagi motor yang tidak standar atau dimodifikasi akan tetapi membahayakan seperti ukuran ban yang tidak standar, tidak memiliki spion, penggunaan knalpot yang tidak standar dan lainnya. Motor tersebut akan dibawa menuju lapangan untuk

dikumpulkan, kemudian dilakukan pendataan setelah selesai pihak sekolah mengumumkan kepada seluruh siswa, bagi siswa yang merasa memiliki kendaraan tersebut diminta untuk menghadap pihak sekolah dan pihak sekolah akan memberikan peringatan kepada siswa tersebut apabila siswa tersebut terus mengulang perbuatannya maka motor yang digunakan akan disita dan dpat diambil kembali apabila ada jaminan dari pihak orang tua. Peraturan ini baik untuk dilakukan dan dapat dijadikan contoh oleh sekolah lain untuk meningkatkan kedisiplinan siswa dalam berlalu lintas dan dapat meningkatkan keselamatan dalam berlalu lintas.

Sedikit berbeda dengan dua sekolah sebelumnya yaitu di MA Negeri, di sekolah ini rata-rata memiliki siswa yang tinggal di daerah pelosok desa dan adapula siswa yang bertempat tinggal di luar Kota Salatiga. Pihak sekolah menyadari karena siswanya mengalami kesulitan apabila menggunakan transportasi umum, maka pihak sekolah memperbolehkan siswanya untuk menggunakan kendaraan bermotor. Pihak sekolah selalu memberi himbauan kepada siswanya untuk menggunakan kendaraan bermotor yang memiliki standar keamanan yang baik, sejauh ini memang rata-rata siswa sudah menggunakan kendaraan bermotor sesuai standar keamamanan dan menggunakan kelengkapan berkendara seperti helm.

Banyak sekolah-sekolah yang ada di Kota Salatiga yang tidak memiliki peraturan dalam berlalu lintas. Hal ini sangat disayangkan melihat masih tinginya tingkat pelanggaran lalu lintas terutama dikalangan pelajar. Banyak sekolah yang bersikap apatis dengan siswanya yang tidak mematuhi peraturan lalu lintas, seperti contoh

sekolah membiarkan siswanya yang masih dibawah umur untuk mengendarai kendaraan bermotor menuju sekolah.

Adapula sekolah yang membiarkan siswa yang memodifikasi sepeda motornya seperti dengan menggunakan ban yang ridak memenuhi standar keamanan untuk digunakan menuju sekolah. Hal ini merupakan salah satu contoh yang tidak baik dimana keselamatan dalam berlalu lintas tidak diperhatikan. Untuk meningkatkan kesadaran pentingnya mematuhi peraturan lalu lintas tentu bukan hal yang mudah terutama dikalangan pelajar. Dalam penelitian ini salah satu program yang dilakukan untuk meningkatkan kesadaran untuk mematuhi peraturan lalu lintas untuk keselamatan lalu lintas yaitu Program Pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ. Program ini diikuti oleh perwakilan siswa dari SMA/SMK yang ada di Kota Salatiga. Program Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ dilaksanakan sejak tahun 2012, kegiatan ini rutin dilaksanakan setiap tahunnya. Kegiatan ini diselenggarakan oleh pihak Dinhubkombudpar dan bekerja sama dengan Disdikpora Kota Salatiga, Satlantas Polres Salatiga, PT Asuransi Jasa Raharja cabang Semarang, Dinas Kesehatan Kota Salatiga, dan ahli di bidang psikologi remaja. Program Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ bekerja sama dengan pihak-pihak yang telah disebutkan di atas.

Dalam kegiatan ini yang menjadi peserta dalam kegiatan ini adalah pelajar SMA/SMK di Kota Salatiga. Kegiatan ini terbagi menjadi beberapa tahapan yaitu: a. rapat persiapan dengan guru SMA/SMK di Kota Salatiga, b. sosialisasi kebijakan di bidang Perhubungan dan kemudian c. pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ.

Pada tahun 2016 ada 200 peserta dari 16 sekolah yang mengikuti kegiatan Pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ, sekolah tersebut mengirimkan siswanya sebagai peserta sosialiasi kebijakan di bidang Perhubungan dan kemudian 28 dari 200 peserta tersebut dipilih menjadi peserta dalam pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ. 28 peserta yang telah dipilih telah ditentukan oleh pihak sekolah sebelumnya dan direkomendasikan untuk mengikuti pemilihan Pelajar Pelopor.

Kegiatan ini rutin dilakukan dengan tujuan memberikan pengetahuan kepada para peserta tentang a. kebijakan-kebijakan yang ada di bidang perhubungan, b.melakukan pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ. Peserta yang mendapat nilai tertinggi dan mendapat juara 1 dan 2 maka akan terpilih untuk mewakili pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ tingkat Provinsi Jawa Tengah. Dalam pemilihan tersebut tentunya memiliki beberapa kriteria yang harus dipenuhi yaitu harus memiliki nilai tertinggi dan memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Hal tersebut merupakan salah satu kriteria penting yang harus dimiliki. Menurut sumber Kota Salatiga belum dapat terpilih menjadi juara untuk menjadi perwakilan tingkat Provinsi sejak tahun 2012.

Pelaksanaan program pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ ini secara keseluruhan berjalan dengan lancar dan dapat mencapai tujuan dari program ini yaitu memilih perwakilan Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ tingkat Provinsi Jawa Tengah. Kegiatan ini juga dijalankan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan yaitu SK.825/AJ705/ DRJD/2010 tentang petunjuk pelaksanaan pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ. Meskipun ada beberapa hal yang menjadi permasalahan yaitu

kurangnya partisipasi yang aktif dari sekolah, karena terlihat dari 28 sekolah hanya 16 sekolah saja yang mengikuti kegiatan tersebut. Hal ini tentu sangat disayangkan mengingat tujuan dari program ini ada untuk memberikan kesadaran dan pengetahuan kepada para pelajar mengenai pentingnya keselamatan dalam lalu lintas. Permasalahan tersebut terjadi karena memang tidak semua sekolah memiliki klasifikasi siswa yang dapat dijadikan peserta, selain itu adapula sekolah yang hanya memiliki sedikit murid maka dari itu tidak mungkin mengirim siswanya sebagai perwakilan

Pelaksanaan program ini ada beberapa tahapan yaitu tahap sosialisasi kebijakan di bidang Perhubungan yang diikuti oleh 200 peserta selama 1 hari pada akhir kegiatan dipilihlah 28 orang perwakilan siswa yang akan mengikuti pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ, kemudian pada hari kedua dan ketiga dilangsungkan kegiatan pemilihan, dan pada hari terakhir terpilihlah juara 1,2, dan 3, kemudian setelah terpilih juara 1 dan 2 dikirim untuk mengikuti pemilihan tingkat Provinsi, karena juara 1 pada saat pemilihan tingkat Provinsi tahun 2016 berhalangan hadir dan diawakilkan oleh juara 2 dan 3, namun pada tahun ini Kota Salatiga belum mendapat juara di tingkat Provinsi dan belum berkesempatan lanjut ke tingkat Nasional. Sejauh ini program tersebut berjalan dengan baik dan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan yang ada.

Meskipun ada beberapa kendala yang dialami selama kegiatan tersebut berlangsung diantaranya yaitu kurangnya partisipasi aktif dari pihak sekolah, dimana hal ini ditunjukkan dengan hanya sebagian kecil sekolah yang mengirimkan siswanya

untuk mengikuti program ini. Selain itu kurangnya persiapan dari sisi peserta dalam mengikuti kegitan ini sehingga beberapa peserta merasakan bahwa mereka belum maksimal mempersiapkan diri untuk mengikuti Pemilihan Pelajar Pelopor ini, mereka tidak mendapatkan komunikasi yang baik dengan pihak sekolah tentang program ini dan tidak mendapatkan bimbingan khusus dari pihak sekolah, hal ini menyebabkan banyak peserta yang tidak mengerti bagaimana konsep kegiatan yang akan mereka ikuti, dan banyak peserta yang merasa kecewa dengan hasil yang mereka dapatkan dikarenakan kurang persiapan dibandingkan sekolah lain yang memang sudah mempersiapkan diri. Seperti halnya program-program pemerintah lainnya program Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ ini juga diharapkan mampu untuk mewujudkan keselamatan dalam berlalu lintas terutama dikalangan pelajar.

Berdasarkan hasil penelitian dampak Program Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ terhadap tingkat pelanggaran hukum pelajar SMA/SMK dalam berlalu lintas di Kota Salatiga memberikan hasil tingkat pelanggaran dalam berlalu lintas pelajar di Salatiga belum sepenuhnya terlihat, dikarenakan masih tingginya tingkat pelanggaran lalu lintas di kalangan pelajar, dan hal ini nampak pada data lain yang diambil dari Satlantas Polres Salatiga sejak 3 tahun terakhir ini masih nampak peningkatan jumlah pelanggaran oleh pelajar. Hal ini juga diperkuat dengan temuan pelanggaran lalu lintas di beberapa sekolah di Kota Salatiga yang masih sering terjadi dan dilakukan oleh pelajar.

Alasan lainnya adalah dimana masih banyak sekolah yang tidak memiliki peraturan atau tata tertib keselamatan lalu lintas, salah satu contoh adalah banyak

siswanya yang belum cukup umur untuk mengendarai kendaraan bermotor diperbolehkan menggunkannya ke sekolah dengan alasan sekolah hanya ingin siswanya sampai ke sekolah tepat waktu tanpa mempedulikan bagaimana cara dan keselamatan siswanya.

Selain itu dari pihak orang tua juga malah memberikan fasilitas kendaraan bermotor kepada putra putrinya yang belum cukup umur untuk memiliki kendaraan dengan alasan tidak dapat mengantarkan ke sekolah atau dikarenakan akses transportasi umum yang kurang memadahi menuju kesekolah, hal-hal inilah yang membuat program tersebut belum dapat memberikan dampak penurunan tingkat pelanggaran di kalangan pelajar, dikarenakan perlunya kesadaran dan kerjasama dari berbagai pihak guna mewujudkan tujuan utama pelaksanaan program ini adalah menjadi pelopor keselamatan dalam berlalu lintas terutama dikalangan pelajar.

Selain beberapa alasan di atas faktor penyebab masih rendahnya kesadaran pelajar untuk mematuhi peraturan lalu lintas adalah dikarenakan para pelajar pelopor keselamatan LLAJ tidak melakukan sosialisasi kepada lingkungan keluarga dan sekolahnya sebagaimana mestinya, beberapa alasan dikemukakan karena meresa takut untuk mensosialisasikan, selain itu kurangnya dukungan dari sekolah dikarenakan setelah mengikuti kegiatan tersebut sekolah tidak melakukan umpan balik atas apa yang telah diperoleh oleh siswanya yang telah diwakilkan. Hal ini tentunya menjadi salah satu faktor utama kurang efektifnya program Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ terhadap kesadaran dalam mematuhi peraturan lalu lintas di lihat dari tingginya tingkat pelanggaran di kalangan pelajar di Kota Salatiga.

Peran pelajar pelopor sangatlah penting , para pelajar pelopor seharusnya dapat membagikan pengalaman dan pengetahuannya setelah mengikuti progam tersebut. Alasan lain yang terjadi adalah siswa yang menjadi pelajar pelopor belum dapat memberikan contoh yang sebagaimana mestinya dalam mematuhi peraturan lalu lintas, beberapa pelajar pelopor mengakui bahwa mereka sendiri masih sering melanggar peraturan lalu lintas. Tentu hal ini merupakan salah satu fakta yang terjadi di Kota Salatiga.

Seharusnya perlu adanya kerjasama yang baik antar pihak sekolah dan siswanya agar siswa yang dipilih untuk mewakili sekolah dan menjadi pelajar pelopor sudah memiliki kemampuan untuk turut mensosialisasikan pentingnya keselamatan lalu lintas dan yang paling utama adalah siswa yang dipilih dapat dijadikan contoh yang

Dokumen terkait