• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Psikologis dari Pernikahan Poligami

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

2. Dampak Psikologis dari Pernikahan Poligami

Poligami pada dasarnya memberikan dampak psikologis bagi istri, terutama disini adalah istri pertama. Istri pertama harus menerima perempuan lain untuk menjadi istri kedua suaminya. Suatu hal yang tidak mudah untuk dilakukan bagi sebagian besar perempuan. Akan tetapi, ada beberapa yang mampu menerima perempuan lain masuk dalam kehidupan rumah tangganya, meskipun banyak masalah yang muncul setelah poligami dilaksanakan.

Masalah-masalah yang terjadi dalam pernikahan poligami dapat memberikan dampak psikologis pada istri pertama. Dalam penelitian ini ditemukan dampak psikologis yang bersifat negatif dari perlaksanaan pernikahan poligami . Dampak negatif tersebut adalah tidak bisa “melayani” ( berhubungan suami istri) suami, kehilangan kontak batin, dan perasaan tidak bahagia yang meliputi cemburu, iri, sakit hati, kecewa, gelisah, hubungan yang tidak harmonis dengan suami, perubahan sikap suami dari yang hangat menjadi kasar, perhatian dan kasih

113

sayang yang berkurang, tidak adanya pandangan hidup, hilangnya kepercayaan kepada suami, dan hubungan yang kurang harmonis dengan istri muda.

Ketidakbahagiaan yang terjadi akibat pernikahan poligami dirasakan oleh semua subyek. Perasaan cemburu, sakit hati, iri, gelisah menjadi suatu hal yang wajar terjadi ketika melihat suami yang dicintai berbagi kasih dengan perempuan lain. Seperti yang dijelaskan oleh Fitri (2008:152) bahwa keberadaan ‘madu’ dalam rumah tangga dapat memicu munculmya rasa cemburu dan menjadi sebab awal timbulnya sebuah permasalahan dalam rumah tangga. Perasaan-perasaan yang muncul dapat dilihat sebagai dampak psikologis dari pernikahan poligami.

Menurut Isham dan Musfir (2008:157), perasaan cemburu ada di setiap tempat dan dimiliki setiap manusia, demikianlah perasaan cemburu ini terlihat jelas antara wanita dalam masalah poligami. Perasaan cemburu dirasakan oleh semua subyek, yaitu RM, SN, SS, SY, dan TG. Semua subyek merasa cemburu ketika melihat suaminya bersama dengan wanita lain. RM menutupi rasa cemburu yang dirasakannya, ia selalu menghibur dirinya sendiri dan menutupi perasaan cemburu yang dirasakan dengan alasan bahwa pernikahan yang dilakukan oleh suaminya merupakan suatu ibadah dan jalan dakwah. Sikap yang ditunjukkan oleh RM sebenarnya tidak sesuai dengan apa yang dirasakan. RM tidak bisa konsisten dengan perasaannya sendiri. RM merasa sakit hati dengan keputusan suaminya untuk menikah, akan tetapi di satu sisi RM juga menerima itu sebagai bentuk pengabdian kepada suami. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi sebuah pengingkaran perasaan yang dilakukan oleh RM. RM menutupi perasaan sakit

114

hatinya dengan keyakinan yang justru membuat keadaan batinnya tertekan dengan perasaan-perasaanya.

Perubahan sikap suami yang semula menjadi suami yang lembut dan penuh kasih sayang berubah menjadi suami yang kasar dialami oleh SN, SY dan SS. Pada dasarnya hal ini terjadi karena suami lebih cenderung kepada istri muda. Ketertarikan terhadap individu baru yang masuk dalam kehidupannya membuat seseorang meninggalkan individu yang sudah lama ia kenal. Hal ini sering kali menimbulkan perasaan dengki diantara para istri. Seperti yang dijelaskan oleh Jamruhi (dalam Verdi, 2008:1) bahwa timbulnya rasa dengki dan permusuhan diantara istri diakibatkan suami lebih mencintai satu istri dibandingkan dengan istri lain atau kurang adanya keadilan.

Dampak lain yang terjadi adalah suami yang tidak adil dalam pemberian nafkah, baik nafkah lahir maupun batin. TG tidak pernah mendapatkan nafkah batin dari suami setelah suaminya menikah lagi dengan perempuan lain. Sikap kurang adil yang ditunjukkkan oleh suami kepada para istri mengakibatkan hubungan kurang harmonis antara suami dengan istri-istrinya. Kondisi ini terjadi pada subyek SN, SY, dan SS yang merasakan tidak adanya kontak batin dan hubungan yang tidak harmonis dengan suami. Seperti yang dikemukakan oleh Spring (dalam Nurhayyu, 2009:16) bahwa dampak psikologis yang terjadi pada istri pertama yang komitmen perkawinannya dikhianati adalah kehilangan hubungan baik dengan suaminya dan akan bertanya siapakah ia sekarang.

Poligami membuat istri pertama cenderung verigis, yaitu tidak memiliki keinginan berhubungan intim dengan suami. Hal ini terjadi pada SY yang tidak

115

mau berhubungan intim dengan suami setelah suaminya menikah. SY tidak dapat berhubungan intim dengan suami dikarenakan perasaan sakit hati SY yang dalam kepada suaminya sehingga SY tidak mampu lagi melayani suaminya. SY merasa menjadi seorang istri yang tidak berharga bagi suaminya karena suaminya tega menikah dengan perempuan lain. Sesuai dengan penjelasan Spring (dalam Nurhayyu, 2009:16) bahwa dampak psikologis bagi istri pertama adalah bukan lagi menjadi seorang yang berharga untuk suami yang menyadari bahwa ia bukan lagi menjadi satu-satunya orang yang berada di sisi suami yang mengakibatkan harga dirinya terluka dan merasa kehilangan penghargaan dirinya. Dapat dilihat bahwa dampak poligami disini adalah merendahkan harga diri istri pertama. Istri pertama seolah tidak dihargai keberadaannya sehingga kondisi ini semakin menyudutkan dan menjadikan suatu tekanan tersendiri bagi istri pertama.

Meskipun banyak terjadi dampak psikologis yang tidak baik bagi kehidupan istri pertama, status dalam ikatan pernikahan masih dibutuhkan pada istri pertama dalam pernikahan poligami. Masih diakuinya sebagai seorang istri menjadi satu hal positif yang dapat diperoleh dari pada tidak mempunyai suami dan menyandang status janda. Hal ini dirasakan oleh SY yang merasa terganggu dengan status janda yang dianggap tidak baik di masyrakat.

Berdasarkan pemaparan di atas, poligami yang dijalani oleh subyek lebih banyak menimbulkan dampak negatif dari pada dampak negatifnya. Banyak ketidakbahagiaan yang dirasakan akibat poligami yang dilakukan. Perasaan-perasaan yang muncul akibat dilaksanakannya pernikahan poligami menjadikan

116

beban tersendiri bagi para istri pertama. Meskipun demikian, subyek tetap bertahan dalam pernikahan yang dijalankannya.

Dokumen terkait