• Tidak ada hasil yang ditemukan

dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan

dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan. (Asy-Syuaraa ayat 183)

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/16/DPbS merupakan aturan khusus yang harus dijalankan oleh pihak bank dengan adanya pengawasan dan pembinaan Bank Indonesia terkait produk kepemilikan emas di Bank syariah dengan akad

murabahah.Adanya aturan mengenai produk pembiayaan

murabahah emas ini mengakibatkan Bank syariah termasuk Bank

57

Danamon Syariah Sidoarjo harus menjalankan produk pembiayaan ini sesuai dengan ketentuan yang telah diatur oleh Bank Indonesia. b. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah Emas Harus Mendapat Izin

Bank Indonesia Terlebih Dahulu

Dalam hal perbankan syariah produk yang dikeluarkan oleh Bank Syariah terdiri dari dua macam produk yaitu produk yang diauthorized atau yang didelegasikan oleh Bank Indonesia dan yang kedua produk yang dicreate atau hasil inovasi oleh masing-masing Bank Syariah. Berdasarkan ketentuan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 10/17/PBI/2008 bahwa inovasi produk Bank Syariah harus tetap mengacu pada prinsip syariah dan prinsip kehati-hatian sehingga pelaksanaan produk haruslah sudah diatur dan mendapat izin dari Bank Indonesia.

Berdasar Surat Edaran Bank Indonesia nomor 14/16/DPbS ini,maka Bank Danamon Syariah Sidoarjo dalam melakukan penyaluran dana melalui pembiayaan murabahah emas ini harus memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia. Persetujuan dari Bank Indonesia ini berkenaan dengan pengawasan dan pembinaan yang dilakukan oleh Bank Indonesia kepada Bank Danamon Syariah Sidoarjo terhadap produk ini untuk menghindarkan kerugian nasabah atas kemungkinan terjadinya risiko-risiko yang terjadi pada Bank Danamon Syariah Sidoarjo.

c. Adanya Sanksi Terhadap Pembiayaan Murabahah Emas yang Tidak Sesuai dengan Ketentuan Bank Indonesia

Dalam rangkauntuk memberikan rasa aman kepada nasabah dalam menjalankan pembiayaan murabahah emas, Bank Syariah harus memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Ketidakpatuhan Bank Syariah termasuk Bank Danamon Syariah Sidoarjo atas aturan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia akan berdampak pada sanksi yang akan diterima oleh pihak Bank Syariah. Berdasar Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/16/DPbS disebutkan bahwa terdapat beberapa hal untuk pengenaan sanksi kepada Bank Syariah yaitu:

1) Bank Syariah atau UUS yang menjalankan kegiatan produk pembiayaan kepemilikan emas sebelum memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia dikenakan sanksi berupa teguran tertulis dan denda uang sebagaimana diatur dalam Pasal 10 ayat (3) dan (4) Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/17/PBI/2008 tentang Produk Bank Syariah dan UUS.

2) Bank Syariah atau UUS yang terlambat melaporkan realisasi pengeluaran produk pembiayaan kepemilikan emas sesuai batas waktu yang telah ditentukan akan dikenakan sanksi berupa teguran tertulis dan denda uangsebagaimana diatur dalam Pasal

10 ayat (7) dan (8) Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/17/PBI/2008 tentang Produk Bank Syariah dan UUS.

3) Bank Syariah dan UUS yang tidak menghentikan kegiatan produk pembiayaan kepemilikan emas sesuai perintah Bank Indonesia akan mendapat sanksi adminstratifsebagaimana diatur dalam Pasal 11 Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/17/PBI/2008 tentang Produk Bank Syariah dan UUS

Berdasar Pasal 58 ayat (1) UU Perbankan Syariah disebutkan bahwa sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini adalah:

a. Denda uang; b. Teguran tertulis;

c. Penurunan tingkat kesehatan Bank Syariah dan UUS; d. Pelarangan untuk turut serta dalam kegiatan kliring;

e. Pembekuan kegiatan usaha tertentu, baik untuk kantor cabang tertentu maupun untuk bank syariah dan UUS secara keseluruhan; f.Pemberhentian pengurus bank syariah dan bank umum

konvensional yang memiliki UUS, dan selanjutnya menunjuk dan mengangkat pengganti sementara sampai rapat umum pemegang saham mengangkat pengganti yang tetap dengan persetujuan Bank Indonesia;

g. Pencantuman anggota pengurus, pegawai, dan pemegang saham bank syariah dan bank umum konvensional yang memiliki UUS dalam daftar orang tercela di bidang perbankan; dan /atau

h. Pencabutan izin usaha.

Sanksi yang diberlakukan ini memiliki tujuan untuk memberikan arahan secara tepat dan memberikan rambu-rambu secara tegas terhadap pembiayaan murabahah emas yang dijalankan oleh Bank Syariah.58

Pengenaan sanksi ini diberikan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan terhadap bank apabila suatu bank kurang atau tidak memenuhi ketentuan. Tindakan ini mengandung unsur pembinaan agar bank beroperasi sesuai dengan asas perbankan yang sehat. Kerugian atas tindakan Bank Syariah yang menjalankan pembiayaan murabahah emas tidak sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia tidak hanya akan berdampak kepada kesehatan Bank Syariah namun juga kepada nasabah yang melakukan pembiayaan

murabahah emas dan nasabah yang menyimpan dananya di Bank

Syariah tersebut.

3.2.2 Dampak Surat Edaran Bank Indonesia No. 14/16/DPbS Ter hadap Nasabah Bank Danamon Syar iah Sidoar jo

Keberadaan Surat Edaran Bank Indonesia adalah untuk memberikan aturan, hanya kepada Bank ataupun lembaga keuangan bank yang berada di bawah pembinaan dan pengawasan Bank

58

Wawancara dengan Annisaa’ Prima Astuti Analis Bank Group Penelitian, Pengaturan Perbankan Syariah Departemen Perbankan Syariah Bank Indonesia pada tanggal 15 Februari 2013.

Indonesia. Dengan diterbitkannya Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/16/DPbS selain menimbulkan akibat hukum kepada Bank Syariah termasuk Bank Danamon Syariah Sidoarjo selaku pihak yang menjalankan Pembiayaan Murabahah Emas Solusi Emas Murni Danamon Syariah namun juga mempunyai dampak tidak langsung kepada nasabah, karena dengan adanya aturan tentang pembiayaan

murabahah emas di Bank Syariah ini nasabah harus mengikuti

ketentuan yang telah ditetapkan atas produk pembiayaan yang dilaksanakan oleh Bank Syariah.

Berikut merupakan dampak yang timbul kepada nasabah pembiayaan murabahah emas di Bank Danamon Syariah Sidoarjo atas terbitnya SE BI nomor 14/16/DPbS yang mengatur tentang pembiayaan

murabahah emas di Bank Syariah dan UUS yaitu :

a. Penentuan Akad Murabahah Sebagai Akad yang Digunakan Dalam Pembiayaan Kepemilikan Emas

Terbitnya Fatwa DSN MUI Nomor 77/DSN/MUI/V/2010 tentang jual beli emas secara tidak tunai menegaskan bahwa pembelian emas secara tidak tunai hukumnya diperbolehkan baik secara angsuran (taqsith) maupun tangguh (ta’jil). Setelah fatwa ini keluar pada awalnya Bank-Bank Syariah memulai produk

kepemilikan emas atau logam mulia dengan menggunakan akad Akad Qardh dan Akad Ijarah.59

Akad Qardh adalah pinjaman murni tanpa ada tambahan atau margin hanya dikenakan biaya administrasi. Dalam hal ini yaitu pinjaman khusus untuk pembelian Emas. Akad Ijarah adalah akad penjualan manfaat/ jasa yaitu jasa pemeliharaan emas termasuk asuransinya, sehingga nasabah dikenakan biaya pemeliharaan.

Sejak dikeluarkannya SE BI 14/16/DPbS tentang produk pembiayaan kepemilikan emas, pembiayaan kepemilikan emas di Bank Syariah diatur dengan menggunakan akad murabahah. Bank Indonesia (BI) dengan ketentuan yang telah dikeluarkan yaitu SE BI 14/7/DPbS tentang produk qardh beragun emas mengatur bahwa akad qardh haruslah digunakan pada produk gadai emas atau produk

qardh beragun emas.60

Hal ini dilakukan untuk menghilangkan salah penafsiran masyarakat dengan produk gadai emas berakad qardh karena akad qard digunakan untuk gadai emas bukan kepemilikan emas.

Pembiayaan kepemilikan emas tidak dapat menggunakan akad qardh karena akadnya tidak cocok dan harus menggunakan akad murabahah.61

Tujuan penggunaan akad qardh sebenarnya

59

http://www.brisyariah.co.id/faq-gadai-klm diakses pada hari Rabu, 30 Januari 2013 pukul 16.00.

60

Agung Bayu Purwoko, Op Cit.

61

Astri Kharina Bangun, BI Larang KLM di Bank Syariah Menggunakan Akad Gadai, http://keuangan.kontan.co.id/news/bi-larang-klm-di-bank-syariah-gunakan-akad-gadai diakses pada hari Rabu, 30 Januari 2013 pukul 16.00.

adalah untuk tujuan sosial yaitu guna membiayai keperluan dana jangka pendek atau tambahan modal kerja bagi para nasabah. Adapun emas yang akan diserahkan sebagai agunan qardh beragun emas harus sudah dimiliki nasabah pada saat permohonan pembiayaan diajukan.

Dengan adanya aturan dari Bank Indonesia berupa Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/16/DPbS, Bank Syariah yang memberikan pembiayaan kepemilikan emas harus menggunakan akad murabahah yang kemudian wujudkan dalam produk pembiayaan murabahah. Dampaknya bahwa dengan ketentuan ini nasabah yang mengambil pembiayaan kepemilikan emas di Bank Danamon Syariah Sidoarjo harus dengan pembiayaan murabahah emas. Dengan akad murabahah nasabah akan lebih aman (secure) dalam hal ketepatan penggunaaan akad dalam penerapan prinsip-prinsip syariah.62

b. Pembiayaan yang diberikan memiliki batasan.

Pembiayaan kepemilikan emas awalnya menggunakan akad

qardh, dalam pembiayaan ini tidak ada batasan plafon berapa jumlah

maksimal pembiayaan yang boleh diberikan kepada nasabah sehingga nasabah dapat mengambil pembiayaan dalam jumlah yang sangat besar. Plafon batasan maksimal pembiayaan yang tidak terbatas akan menyebabkan dana yang disalurkan oleh Bank Syariah

62

diberikan dalam jumlah besar. Dana yang disalurkan tersebut akan tertahan pada satu nasabah saja yang menyebabkan alur lalu lintas dana terhenti. Ini juga berpengaruh pada ekonomi sektor riil yang terhenti karena masyarakat dalam aktivitas ekonominya beralih kepada konsumsi emas ini bertolak belakang dengan peran bank syariah merupakan lembaga keuangan yang berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi sektor riil melalui aktivitas kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.

Dengan adanya Surat Edaran Bank Indonesia SE BI Nomor 14/16/DPbS tentang pembiayaan murabahah emas, Bank Indonesia menentukan bahwa nasabah Bank Danamon Syariah hanya dapat mengambil pembiayaan yaitu paling banyak ( seratus lima puluh juta rupiah ) Rp.150.000.000,00. Dengan adanya pembatasan ini nasabah Bank Danamon Syariah tidak diperbolehkan untuk mengambil pembiayaan lebih dari batas yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia.

c. Nasabah pembiayaan murabahah emas di Bank Danamon Syariah Sidoarjo tidak dapat melakukan tindakan spekulasi.

Suatu transaksi bank syariah dikatakan sesuai dengan prinsip syariah apabila telah memenuhi seluruh syarat sebagai berikut :

1) Transaksi tidak mengandung kezaliman. 2) Bukan riba.

3) Tidak membahayakan pihak sediri atau pihak lain. 4) Tidak ada penipu (gharar).

5) Tidak mengandung materi-materi yang diharamkan. 6) Tidak mengandung unsur judi (maisyir).63

Dalam Islam transaksi ekonomi yang dilarang selain riba dan maysir adalah transaksi yang memiliki unsur spekulasi, gharar (resiko).Menurut Istilah bisnis, gharar artinya menjalankan suatu usaha secara buta tanpa memiliki pengetahuan yang cukup, atau menjalankan suatu transakasi dengan resiko yang berlebihan, meskipun unsur ketidakpastian yang tidak seberapa boleh saja ada

dan tidak bisa dihindarkan.64

Pengertian spekulasi berdasar kamus bahasa yaitu pendapat atau dugaan yg tidak berdasarkan kenyataan, tindakan yg bersifat untung-untungan.

Berdasar SEBI Nomor 14/16/DPbS diatur bahwa dalam pembiayaan murabahah emas nasabah tetap dimungkinkan untuk mendapatkan pembiayaan qardh beragun emas dan pembiayaan

kepemilikan emas bersamaan. Kebijakan untuk

memperbolehkanpembiayaan qardh beragun emas dan pembiayaan kepemilikan emas bersamaan tetap dilakukan mengingat bahwa dalam hal-hal terdesak kebijakan ini sangatlah membantu bagi nasabah. Peluang untuk adanya praktik yang melanggar syariah seperti tindakan spekulatif oleh nasabah dalam pembiayaanmurabahahemas yang digabung dengan pembiayaan

qard beragun emas masih terbuka. Hal ini disebabkan karena kedua

63

Wiroso, Jual Beli Murabahah, UII Press, Yogyakarta, 2005,hlm.64.

64

Latifa M Gauld & Mervyn K. Lewis, Perbankan Syariah Prinsip, Praktik, Prospek, Jakarta : Serambi, 2004, hal 51.

produk pembiayaan tersebut memiliki fungsi yang berbeda, sehingga terdapat celah spekulasi apabila dilaksanakan secara bersamaan.65

Aturan yang dikeluarkan dalam Surat Edaran Bank Indonesia ini cukup ketat dengan adanya pembatasan plafon maksimal pembiayaan. Sebenarnya pembatasan ini tujuannya adalah untuk membatasi jumlah pembiayaan yang diambil nasabah karena memang tujuan awal pembiayaan murabahahemas ini adalah sebagai tabungan jangka panjang dan menengah. Plafon yang tak terbatas dan pembolehan gadai bersamaan dengan murabahah emas dapat menimbulkan spekulasi. Dengan adanya pembatasan plafon pembiayaan murabahah emas ini berarti bahwa Bank Indonesia berupaya untuk memperketat rambu-rambu keleluasaan nasabah Bank Syariah termasuk nasabah Bank Danamon Syariah dalam praktik spekulasi.

d. Perlindungan Atas Dana Nasabah yang Tersimpandi Bank Danamon Syariah Sidoarjo

Tunduknya Bank Syariah terhadap ketentuan Bank Indonesia berkenaan dengan penerapan prinsip kehati-hatian.Pengertian prinsip kehati-hatian adalah pengendalian risiko melalui penerapan peraturan perundang-undangan dan ketentuan

65

Donald Banjarnahor, Investasi Emas Tetap Saja Ada Peluang

Spekulasi,http://archive.bisnis.com/articles/investasi-emas-tetap-saja-ada-peluang-spekulasi , diakses pada hari Rabu, 30 Januari 2013 pukul 16.00.

yang berlaku secara konsisten.66

Konsekuensi yuridis sebagai lembaga yang menarik dana dari masyarakat maka sebuah lembaga keuangan harus mampu mengelola kegiatan usahanya berdasarkan prinsip kehati-hatian (prudential Principle).

Sebagaimana diketahui dalam penyaluran dana berdasarkan prinsip-prinsip syariah oleh Bank Syariah dan UUS mengandung resiko kegagalan atau kemacetan dalam pelunasannya, yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan bank yang bersangkutan.67

Selain itu, mengingat penyaluran dana bersumber dari dana masyarakat yang disimpan pada bank syariah dan UUS, risiko yang dihadapi yang dihadapi Bank Syariah dan UUS dapat berpengaruh pula pada keamanan dana masyarakat tersebut.

Untuk menjalankan produk murabahah emas ini dalam hal perlindungan bagi nasabah berdasar Surat Edaran Bank Indonesia, Bank Danamon Syariah harus memiliki prosedur tertulis termasuk prosedur analisisyang mendasarkan antara lain pada tingkat kemampuanmembayar dari nasabah. Hal ini mewajibkan Bank Danamon Syariah Sidoarjo untuk hati-hati dalam memutuskan untuk memberikan pembiayaan kepada masyarakat karena dana yang disalurkan melalui pembiayaan tersebut adalah dana masyarakat yang dipercayakan kepadanya. Hal ini secara tidak langsung berarti

66

Dewi Nurul Musjtari, Penyelesaian Sengketa Dalam Praktik Perbankan Syariah, yogyakarta : Parama Publishing, 2012 hal 35.

67

memelihara kepercayaan yang diberikan oleh nasabah kepada Bank Danamon Syariah Sidoarjo.Hal ini sesuai dengan fungsi Bank Syariah yaitu menjaga amanah yang dipercayakan kepadanya sebagai lembaga keuangan yang berdasarkan prinsip syariah.

e. Nasabah dengan pembiayaan bermasalah tidak dapat melakukan restrukturisasi pembiayaan

Dalam pembiayaan murabahah emas ini pemenuhan kewajiban pembayaran angsuran oleh nasabah melalui jangka waktu yang lama yaitu 2 hingga 5 tahun. Dalam jangka waktu yang cukup lama tersebut, sangat memungkinkan bagi nasabah tidak dapat melakukan kewajibannya dengan baik. Pembiayaan yang dilakukan menjadi bermasalah hal ini dapat disebabkan karena menurunnya kondisi keuangan nasabah.

Berdasar Pasal 9 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/16/DPbS mengenai aturan pembiayaan murabahah disebutkan bahwa : Apabila nasabah tidak dapat melunasi PKE pada saat jatuh tempo dan/atau PKE digolongkan macet maka agunan dapat dieksekusi oleh Bank Syariah atau UUS setelah melampaui satu tahun sejak tanggal akad PKE. Hasil eksekusi agunan diperhitungkan dengan sisa kewajiban nasabah dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Apabila hasil eksekusi agunan lebih besar dari sisa kewajiban nasabah maka selilih lebih tersebut dikembalikan kepada nasabah, atau;

2) Apabila hasil eksekusi agunan lebih kecil dari sisa kewajiban nasabah maka selisih kurang tersebut tetap menjadi kewajiban nasabah.

Bank Indonesia dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/18/PBI/2008 pada prinsipnya memberikan aturan mengenai restrukturisasi pembiayaan bagi bank syariah dan UUS. Restrukturisasi pembiayaan adalah upaya yang dilakukan bank dalam rangka membantu nasabah agar dapat menyelesaikan kewajibannya. Restrukturisasi pembiayaan dilakukan melalui penjadwalan kembali (rescheduling), persyaratan kembali (reconditioning), dan penataan kembali (restructuring).

Dalam aturan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dalam ketentuan ini tidak disebutkan mengenai restrukturisasi pembiayaan, sehingga pihak bank dapat menerapkan aturan yaitu tidak adanya restrukturisasi pembiayaan seperti yang dilakukan oleh Bank Danamon Syariah. Nasabah yang tidak dapat memenuhi kewajibannya tidak memperoleh keringanan dari Bank sehingga dalam masa satu tahun jika pembiayaan murabahah emas bermasalah agunan akan dieksekusi oleh Pihak Bank. Emas yang

dimiliki oleh nasabah akan dilelang dan perolehan lelang digunakan untuk menutupi kekurangan angsuran nasabah.

BAB IV PENUTUP

4.1Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan dalam penelitian skripsi ini penulis mendapatkan berbagai kesimpulan bahwa :

a. Pelaksanaan pembiayaan murabahah emas Solusi Emas Murni di Bank Danamon Syariah Sidoarjo dilakukan dengan melalui prosedur yaitu setelah pihak bank memberi penjelasan mengenai produk pembiayaan murabahah emas dan nasabah menyatakan sepakat mengambil pembiayaan maka berdasar persyaratan administrasi dan uang muka yang dipenuhi nasabah sudah dapat memiliki emas yang diinginkan. Sertifikat kepemilikan emas yang akan menjadi bukti pengambilan emas ketika selesai masa pembiayaan akan diberikan dalam jangka waktu dua hari hingga satu minggu. Setelah itu setiap bulannya nasabah harus memenuhi kewajibannya membayar angsuran emas tepat waktu melalui pendebetan melalui tabungan Bank Danamon Syariah yang dimiliki nasabah. Bila

masa pembiayaan sudah berakhir maka nasabah dapa mengambil emas yang dimiliki dengan menunjukkan bukti sertifikat kepemilikan emas. b. Akibat hukum adanya Surat Edaran Bank Indonesia Nomor : 14/16/DPbS

sebagai aturan bagi pembiayaan murabahah emas bagi Bank Danamon Syariah Sidoarjo adalah bahwa Bank Danamon Syariah Sidoarjo harus melaksanakan pembiayaan murabahah emas berdasar ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Sanksi akan dikenakan kepada Bank Danamon Syariah jika melanggar ketentuan yang ada dalam Surat Edaran Bank Indonesia. Bagi nasabah akibat hukumnya, nasabah dapat melakukan investasi emas secara aman dengan tujuan yang benar, akad yang benar dan bukan berspekulasi.

4.2Sar an

a. Bagi Pemerintah

Bagi Perintah terutama kepada Bank Indonesia untuk meningkatkanperannya dalam hal pengawasan dan pembinaan terhadap kinerja Bank Syariah dalam rangka menciptakan sistem perbankan yang sehat dan kompetitif sehingga dapat berfungsi sebagai sarana pelaksanaan kebijaksanaan ekonomi dan moneter yang efektif. Bank Indonesia juga hendaknya lebih aktif melakukan sosialisasi atas aturan mengenai produk- produk bank-bank syaria agar bank syariah dapat menjalankan produknya sesuai dengan ketentuan dari Bank Indonesia. Semakin profesional bank syariah dalam menjalankan produk usahanya maka akan semakin banyak minat nasabah dalam berinvestasi sehingga dana yang dihimpun dan

disalurkan oleh Bank Syariah akan semakin banyak dan dapat menunjang kestabilan perekonomian Negara.

b. Bagi Pihak Bank Danamon Syariah Sidoarjo

Bagi Pihak Bank Danamon Syariah Sidoarjo harus tunduk pada ketentuan dari Bank Indonesia dalam rangka pelaksanaan fungsi pengawasan dan pembinaan untuk meningkatkan prinsip kehati-hatian. Bank Danamon Syariah Sidoarjo juga hendaknya memberikan kelonggaran persyaratan untuk nasabah yang mengajukan pembiayaan murabahah emas karena begitu banyaknya minat masyarakat akan produk ini. Kemudian apabila nasabah mengalami permasalahan dalam pemenuhan kewajibannya dalam pembayaran angsuran pembiayaan murabahah emas hendaknya Bank Danamon Syariah dapat memberi kelonggaran dan menerapkan sistem restrukturisasi pembiayaan sehingga dapat lebih meringankan nasabah.

c. Bagi masyarakat

Bagi masyarakat terutama para nasabah untuk menghindarkan diri dari cara-cara yang tidak dibenarkan dalam Islam. Masyarakat hendaknya menyadari betul fungsi dari Bank Syariah. Nasabah Bank Danamon Syariah Sidoajo harus lebih jeli memanfaatkan peluang investasi yang ditawarkan oleh Bank Danamon Syariah Sidoarjo dalam produk pembiayaan murabahah emas ini sehingga nasabah dapat memperoleh keuntungan dan keamanan dalam berinvestasi dengan emas namun tetap memperhatikan nilai-nilai syariah.

DAFTAR PUSTAKA

Al Qur an Al Hadits Buku-buku

Ali, Muhammad Daud, Hukum Islam, Jakarta : Rajawali Pres, 2007.

Antonio, M. Syafi’i, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Jakarta : Gema Insani, 2011.

Anwar, Syamsul, Hukum Perjanjian Syariah, Jakarta : Rajawali Pers, 2007. Arifin Zainul, Dasar-Dasar Managemen Bank Syariah, Jakarta: AlvaBet, 2002.

Ascarya. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta : Rajawali Pres. 2007.

Burhanuddin, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2010.

Dewi,Gemala, Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian

Syariah di Indonesia, Jakarta : Kencana, 2004.

Djamil, Faturrahman, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2012.

Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Jakarta : Prenada Media, 2005.

Karim, Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: Prenada Media , 2003.

Lewis, Mervin K. Perbankan Syariah, Prinsip, Praktek dan Prospek, Jakarta : Serambi, 2001.

Prabowo, Bagya Agung, Aspek Hukum Pembiayaan Murabahah Pada

Perbankan Syariah, Jakarta : UII Pres, 2012.

Sumitro, Warkum. Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga Terkait, Jakarta : Rajawali Pers, 2004.

Sunggono, Bambang, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta : Rajawali Pers, 2011.

Soekanto, Soerjono, Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif-Suatu Tinjauan

Singkat, Jakarta: Rajawali Press, 1985.

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta :UI- Pres, 1986. Usman, Rachmadi, Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia.Jakarta :

Sinar Grafika, 2012.

, Produk dan Akad Perbankan Syariah di Indonesia, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2009.

Wiroso, Jual Beli Murabahah,Yogyakarta: UII Press, 2005. Perundang-undangan

Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan dari Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan.

Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah bab II

Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/19/PBI/2007 tentang pelaksanaan prinsip syariah.

Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah.

Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 77/DSN-MUI/V/2000 tentang Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai.

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/16/DPbS perihal produk pembiayaan kepemilikan emas bagi bank syariah dan unit umum syariah.

Ahyar A. Gayo, Kedudukan Fatwa MUI dalam Upaya Mendorong

Pelaksanaan Ekonomi Syariah, Jakarta : Badan Pembinaan Hukum

Nasional Kementrian Hukum dan HAM RI, 2011.

Dhani Gunawan dkk, Outlook Perbankan Syariah 2011, Jakarta : Bank Indonesia, 2011.

Mieke Rini Sutikno , Emas Lindungi Harta dari Inflasi, Majalah Nova

Dokumen terkait