• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

K- Dapat Tukar

Hasil analisis pada daftar sidik ragam (Lampiran 23) menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang sapi sapi Aerob dan Anaerob berpengaruh tidak nyata terhadap K-dapat tukar tanah Entisol pada panen, dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 8. Nilai Rataan K-dd Tanah Entisol Akibat Pemberian Pupuk Kandang

Sapi Aerob dan Anaerob. Perlakuan (g/5kg) Panen Kontrol 0.622 A1 0.579 A2 0.548 A3 0.609 I1 0.674 I2 0.555 I3 0.623

Ket: A1: Kotoran sapi pengomposan Aerob (25g/5Kg setara dengan 10ton/ha) A2 : Kotoran sapi pengomposan Aerob (50g/5Kg setara dengan 20 ton/ha) A3 :Kotoran sapi pengomposan Aerob (75g/5Kg setara dengan 30 ton/ha) I1 :Kotoran sapi pengomposan Anaerob (25g/5Kg setara dengan 10 ton/ha) I2 :Kotoran sapi pengomposan Anaerob (50g/5kg setara dengan 20 ton/ha) I3 :Kotoran sapi pengomposan Anaerob (75g/5kg setara dengan 30 ton/ha)

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa nilai K-dd tanah Entisol pada aplikasi kompos pupuk kandang sapi Aerob pada saat inkubasi terjadi penurunan pada saat panen berbeda dengan nilai aplikasi kompos Anaerob yang meningkat pada saat panen meningkat pada saat panen. Kecenderungan nilai K-dd tanah terdapat pada perlakuan I1, I3 , Kontrol, A3 , A1, I2 , dan A2.

12.725 16.757  15.950 14.950 14.970 15.762  11.890

Gambar 10. Hubungan antara Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Sapi Aerob dan Anaerob Terhadap Perubahan K-dd Tanah Entisol pada Sistem Pertanian Organik.

Kapasitas Tukar Kation

Hasil analisis pada daftar sidik ragam (Lampiran 27) menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang sapi Aerob dan Anaerob berpengaruh tidak nyata terhadap KTK Entisol pada panen, dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 9. Nilai Rataan Kapasitas Tukar Kation Tanah Entisol Akibat Pemberian Pupuk Kandang Sapi Aerob dan Anaerob.

Perlakuan (g/5kg) Panen Kontrol 0.622 A1 0.579 A2 0.548 A3 0.609 I1 0.674 I2 0.555 I3 0.623

Ket: A1: Kotoran sapi pengomposan Aerob (25g/5Kg setara dengan 10ton/ha) A2 : Kotoran sapi pengomposan Aerob (50g/5Kg setara dengan 20 ton/ha) A3 :Kotoran sapi pengomposan Aerob (75g/5Kg setara dengan 30 ton/ha) I1 :Kotoran sapi pengomposan Anaerob (25g/5Kg setara dengan 10 ton/ha) I2 :Kotoran sapi pengomposan Anaerob (50g/5kg setara dengan 20 ton/ha) I3 :Kotoran sapi pengomposan Anaerob (75g/5kg setara dengan 30 ton/ha)

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa KTK tanah Entisol dengan Aplikasi Kompos Aerob dan Anaerob pada saat inkubasi nilainya mengalami penurunan pada saat panen. Kecenderungan nilai KTK tanah terdapat pada perlakuan I2, A3, A1, A3, I3 ,I1 dan Kontrol. 0.622 0.579 0.545 0.609 0.674 0.555 0.623

Hubungan antara pengaruh pemberian pupuk kandang sapi Aerob dan Anaerob terhadap perubahan KTK Entisol pada sistem pertanian organik dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Hubungan antara Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Sapi Aerob dan Anaerob Terhadap Perubahan KTK Entisol pada Sistem Pertanian Organik.

Produksi Tanaman (bobot basah)

Hasil analisis pada daftar sidik ragam (Lampiran 29) menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang sapi Aerob dan Anaerob berpengaruh tidak nyata terhadap produksi tanaman Sawi (Brassica juncea L.) pada tanah Entisol dengan sistem pertanian organik, dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 10. Nilai Rataan Produksi (berat basah) Tanah Entisol Akibat Pemberian Pupuk Kandang sapi Aerob dan Anaerob.

Perlakuan Produksi Tanaman

g/5 Kg …………..g…………. Kontrol 40 A1 75 A2 82 A3 85 I1 70 I2 62 I3 89

Ket: A1: Kotoran sapi pengomposan Aerob (25g/5Kg setara dengan 10ton/ha) A2 : Kotoran sapi pengomposan Aerob (50g/5Kg setara dengan 20 ton/ha) A3 :Kotoran sapi pengomposan Aerob (75g/5Kg setara dengan 30 ton/ha) I1 :Kotoran sapi pengomposan Anaerob (25g/5Kg setara dengan 10 ton/ha) I2 :Kotoran sapi pengomposan Anaerob (50g/5kg setara dengan 20 ton/ha) I3 :Kotoran sapi pengomposan Anaerob (75g/5kg setara dengan 30 ton/ha)

13.204 14.326 14.741 14.224 14.394 14.476 14.408

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa Produksi Sawi (Brassica juncea L.) pada tanah Entisol dengan Aplikasi Kompos Aerob dan Anaerob cenderungan meningkat nilainya mulai dari perlakuan I3, A3, A2, A1, I1, I2, dan Kontrol.

Hubungan antara pengaruh pemberian pupuk kandang sapi Aerob dan Anaerob terhadap produksi tanaman Sawi (berat basah) Entisol pada sistem pertanian organik dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Hubungan antara Pengaruh Pemberian Pupuk kandang sapi Sapi Aerob dan Anaerob Terhadap Produksi Tanaman Sawi (berat basah) pada Tanah Entisol pada Sistem Pertanian Organik.

Pembahasan

Dari hasil analisis sidik ragam berdasarkan uji Kontras menunjukan bahwa perlakuan pemberian Pupuk kandang sapi Sapi Aerob dan Anaerob berpengaruh

sangat nyata dengan tanpa pemberian kompos (Kontrol) pada parameter pH dan C-organik dan N- total tanah Entisol. Hal ini disebabkan karena kandungan hara

tanah Entisol yang rendah sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman hal ini sesuai dengan pernyataan Jamilah (2003) yang menyatakan Entisol mempunyai kadar lempung dan bahan organik rendah, sehingga daya menahan airnya rendah, struktur remah sampai berbutir dan sangat sarang, hal ini menyebabkan tanah tersebut mudah melewatkan air dan air mudah hilang karena perkolasi.

40 62 85 70 82 75 89

Pemberian kompos Aerob sangat nyata meningkatkan nilai N-total dibandingkan dengan pemberian kompos Anaerob. Hal ini mungkin disebabkan karena nilai C/N kompos Aerob yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai C/N kompos Anaerob sehingga pelepasan N pada kompos aerob lebih cepat tersedia dan termineralisasi dalam tanah hal ini sesuai dengan pernyataan Handayanto, dkk

(1999) Terhambatnya pelepasan N mungkin disebabkan oleh tingginya rasio C/N bahan organik dengan immobilisasi N mikrobia yang terikat. Pada parameter pH tanah nilai kompos Aerob nyata lebih tinggi dibanding dengan nilai pH tanah pada kompos Anaerob. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sudiarso (2003) yang menyatakan Pupuk kandang yang didekomposisikan secara Aerob mempunyai nilai KTK dan pH yang lebih tinggi dari pada pupuk kandang yang didekomposisikan secara Anaerob. Hal ini disebabkan karena perbedaan proses dalam pengomposannya. Dimana Anaerob dilakukan dengan keadaan tertutup atau tanpa udara sehingga tidak terjadi proses volatilisasi. Sedangkan dalam pengomposan Aerob terjadi dalam keadaan dimana sirkulasi udara dapat bergerak bebas.

Pada perbandingan antara dosis kompos Anaerob, nilai pH tanah pada perlakuan I3 (75g/5Kg setara dengan 30 ton/ha) nyata lebih tinggi dibanding perlakuan I2 (50g/5Kg setara dengan 20 ton/ha). Pada perlakuan I2(50g/5Kg setara dengan 20 ton/ha) sangat nyata meningkatkan nilai C-Organik tanah dibandingkan dengan perlakuan I1(25g/5Kg setara dengan 10 ton/ha). Hal ini disebabkan karena pemberian dosis bahan organik yang berbeda. Pada perlakuan yang diberikan dosis lebih banyak bahan organik, maka bahan organik tersebut akan bereaksi dengan tanah dan sangat nyata menaikan pH tanah hal ini sesuai dengan pernyataan Sanchez (1995) dalam yang menyatakan penggunaan pupuk

organik meningkatkan kandungan tanah akan karbon organik, dan kalsium ditukar sehingga kenaikan pH nyata. Tetapi pada perlakuan Aerob, nilai pH tanah pada dosis A2 (50g/5Kg setara dengan 20 ton/ha), nyata lebih tinggi dibanding dengan A3 (50g/5Kg setara dengan 20 ton/ha). Hal ini disebabkan karena bahan organik yang terdekomposisi sehingga terjadi penurunan nilai C/N, dan terjadi proses nitrifikasi. Pada proses Nitrifikasi, terjadi pelepasan H+ yang dapat memasamkan tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hanafiah (2005) yang menyatakan NH4+ dapat mudah tercuci atau tervolatilisasi menjadi NH3 jika tidak diserap tanaman atau mikrobia yang disebut nitrifikasi yang menghasilkan nitrit yang bersifat toksik bagi tanaman dan menghasilkan H+ yang dapat mengasamkan tanah.

Dari hasil sidik ragam, penggunaan kompos Aerob dan Anaerob tidak berpengaruh nyata terhadap produksi tanaman Sawi (Brassica juncea L.) pada sistem pertanian organik. Hal ini dikarenakan karena bahan organik yang belum terdekomposisi sempurna, sehingga unsur hara belum tersedia, bagi tanaman sawi yang berumur pendek. Tetapi kecenderungan produksi (berat basah) tertinggi terdapat pada perlakuan I3,A3,A2,A1,I1, I2 dan kontrol.

Dari seluruh hasil parameter yang diamati yakni C, N, P, K, dan KTK kecuali pH , aplikasi kompos Anerob lebih disarankan penggunaannya dibanding dengan kompos Aerob pada dosis 20 ton/Ha karena bahan kompos yang digunakan dalam Aerob jumlahnya 3,2 kali lebih banyak dibandingkan Anaerob. Hal ini disebabkan karena pada konversi 100 g kompos, kompos Aerob memiliki kadar air 11% dan bahan baku 89 % sedangkan Anaerob memiliki kadar air 72% dan bahan baku 28%. Ini berarti, dengan pengomposan Anaerob kita dapat meminimalisasi penggunaan pupuk kandang yang jumlahnya sangat terbatas.

KESIMPULAN

Kesimpulan

1. Aplikasi pupuk kandang sapi Sapi Aerob dan Anaerob pada saat panen berbeda sangat nyata meningkatkan nilai pH, C-organik, dan N-total tanah Entisol dibandingkan dengan Kontrol.

2. Aplikasi pupuk kandang sapi Aerob berbeda sangat nyata meningkatkan N-total, dan berpengaruh nyata meningkatkan pH tanah tetapi tidak

berpengaruh nyata dalam meningkatkan C-organik tanah dibandingkan dengan aplikasi pupuk kandang sapi Anaerob.

3. Perbandingan antara dosis pada aplikasi pupuk kandang sapi Anaerob dosis 30 ton/Ha (I3) berpengaruh nyata dalam meningkatkan pH tanah Entisol dibandingkan dengan dosis 20 ton /Ha (I2) dan dosis 20 ton/ Ha (I2) berpengaruh sangat nyata dalam meningkatkan nilai C-Organik tanah Entisol dibandingkan dengan dosis 10 ton/ Ha (I1).

4. Pemberian pupuk kandang sapi Aerob dan Anaerob tidak berpengaruh nyata dalam meningkatkan P-tersedia, K-dd, KTK tanah Entisol dan produksi sawi

(Brassica juncea L.) tetapi pupuk kandang sapi Anaerob cenderung lebih baik dari pada pupuk kandang sapi Aerob.

Saran

Untuk meningkatkan sifat kimia Entisol serta produksi tanaman sawi sebaiknya digunakan pupuk kandang sapi Aerob dengan dosis 20 ton/Ha.

Dokumen terkait