BUKTI TERTULIS PEMOHON
II. ANALISIS YURIDIS
2. Dapil Mamuju Utara 1, Provinsi Sulawesi Barat
Terhadap Pokok Masalah yang disampaikan oleh Pemohon dalarri Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Nomor 64/PHPU.C-VII/2009. Perbaikan Permohonan Pembatalan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan Hasil Keputusan KPU 2009, khusus DPRD Kabupaten/Kota-Dapil II Kabupaten Mamuju Utara. Kesimpulan dan pandangan Turut Termohon akhir sebagai berikut:
1. Bahwa apa yang telah dimohonkan oleh Pemohon dalam perbaikan permohonannya yang tetap mempersoalkan, Daerah Pemilihan 2 Kabupaten Mamuju Utara, maka pandangan kami tentang Daerah Pemilihan itu tidaklah benar, sebab di Daerah Pemilihan II Kabupaten Mamuju Utara tidak terdapat nama Desa Towoni dan Desa Kasano karena Desa Towoni dan Desa Kasano rnasuk dalam wilayah adininistratif Kecamatan Baras dan Kecamatan Baras masuk pada Daerah Pemilihan 1, (Vide Bukti TT III-1; dan Bukti TT III-2;) sehingga yang menjadi objek dalam permohonan Pemohon adalah salah (error in objecto);
2. Bahwa barang bukti Pemohon (P2 - Mamuju Utara dan P3 - Mumuju Utara) tidaklah dapat dipertanggung jawabkan karena bukti kami selaku Turut Termohon III tidak terdapat tanda-tanda telah dihilangkannya perolehan suara dari PDK. (Vide Bukti TT III-3; dan Bukti TT III-4;) dan perlu menjadi pertimbangan yang mulia bahwa menurut Keterangan Ahli yang telah diajukan oleh Pemohon pada sidang terdahulu rnengatakan bahwa apabila Formulir C dan lampirannya (Berita Acara di TPS) mengandung kekeliruan padahal telah diberikan kepada para saksi, maka Formulir C dan lampirannya dapat diperbaiki pada saat rekapitulasi di tingkat Kecamatan untuk mengisi form. DA dan lampirannya. Sehingga apabila Formulir C dan lampirannya telah terkoreksi oleh DA dan lampirannya, maka Formulir C dan lampirannya (termasuk yang ada pada para saksi) tidak lagi mempunyai kekuatan hukum";
3. Bahwa apabila benar di TPS 1 Desa Towoni dan TPS 3 Desa Kasano yang disangkakan Pemohon telah terjadi perubahan pengurangan suara PDK atau terdapat perbedaan jumlah suara pada sertifikat hasil penghitungan suara dari TPS tidaklah dapat diterima saat ini, karena seharusnya hal ini sudah harus disampaikan dan dilaksanakan pada saat rekapitulasi di tingkat PPK Kecamatan Baras sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 225 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD.
Atau pada saat rekapitulasi di tingkat KPU Kabupaten Mamuju Utara saksi PDK harus melakukan protes terhadap hilangnya suara mereka, namun berdasarkan bukti dan fakta hukum saksi yang diberi mandat dari PDK tidaklah pernah melakukan protes baik lisan maupun tertulis, dan mereka (saksi PDK) menerima hasil rekap di tingkat Kabupaten Mamuju Utara dengan turut serta menandatangani Formulir DB dan lampirannya (Berita Acara rekapitulasi pada tingkat KPU Kabupaten/Kota). (Vide Bukti TT 111-6; Bukti TT 111-7; Bukti TT-9; dan Bukti TT 111-10);
4. Bahwa Turut Termohon III tidak melakukan penghitungan ulang sebagaimana yang dimohonkan oleh Pemohon tidaklah beralasan dan terkesan mengada-ada, karena tidak satupun unsur di dalam pasal 223 UU Nomor10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD yang terpenuhi untuk dilakukan penghitungan ulang;
5. Tuduhan terhadap kPU Kabupaten Mamuju yang tidak menindak lanjuti permohonan keberatan yang diajukan oleh Pemohon tidaklah beralasan karena keberatan tersebut diajukan telah lewat waktu sebagaimana yang ditetapkan dalam Pasal 247 ayat (4) UU Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD.
6. Bahwa KPU Kabupaten Mamuju Utara tidak menindak lanjuti surat perintah KPU Provinsi Sulawesi Barat Nomor 284/KPU-SB/2009 tertanggal 7 Mei 2009 itipun tidak beralasan dan terkesan mengada-ada karena surat tersebut tiba di kantor KPU Kabupaten Mamuju Utara pada tangga; 8 Mei 2009, sementara pada saat yang bersamaan Ketua dan anggota KPU Kabupaten Mamuju Utara berada di Mamuju, Ibu kota Provinsi Sulawesi Barat untuk menghadiri pertemuan seluruh Ketua dan anggota KPU Kabupaten se — Sulawesi Barat(Vide Bukti TT 111-8;), dan pada tanggal 9
Mei 2009 sudah harus ditetapkan secara nasional perolehan seluruh suara partai dan calonnya, sehinga tidak memungkinkan KPU Kabupaten Mamuju Utara melakukan pencocokan semua data yang ada pada Model C 1, C2 plano dan Model DA-1. Bahwa jarak antara Kabupaten Mamuju Utara dengan Mamuju selaku Ibu kota Provinsi Sulawesi Barat sekitar ± 300 Km (8 jam ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda empat).
7. Karena semua tuduhan dan tuntutan Pemohon yang dialamatkan kepada kami tidak berdasar dan kabur dari pokok masalah, maka kami memohon pada Majelis Hakim yang mulia untuk menolak seluruh permohonan Pemohon dalam kasus ini.
3. Dapil Ngada 2 Provinsi Nusa Tenggara Timur
Kronologis masalah yang diajukan Pemohon Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK). Bahwa apa yang diajukan Pemohon yakni telah terjadi penggelembungan suara di Kecamatan Jerebuu Daerah Pemilihan II Kabupaten Ngada dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Desa Tiwuriwu
Bahwa menurut Pemohon, pokok pengelembungan ada di tingkat PPK yang selanjutnya rekapitulasi PPK Jerebuu direkap oleh KPU Ngada. Format rekapan yang diisi oleh PPK adalah model DA-B dan lampiran DA-1 yang angkanya ditransfer dari Model C 1.
TPS Model C 1 Per TPS Sesuai
Suara Sah dan Tidak Sah
DA-B Desa Tiwuriwu DA-1 Desa Tiwuriwu 1. 248 739 739 2. 248 3. 243 Jumlah 739 739 739
Bagan rekapitulasi di atas adalah hasil adu data pada tingkat Mahkamah Konstitusi. Bahwa tidak ada indikasi penggelembungan suara di TPS 1, 2 dan 3 Desa Tiwuriwu karena kalau terjadi penggelembungan maka jumlah suara sah dan tidak sah dapat dihitung 739+3= 742 suara sah dan tidak sah. (Bukti T-3 TPS 1,2 dan 3 Desa Tiwuriwu dan Lampiran T-3 Model DA-B Desa Tiwuriwu);
b. Desa Dariwali
Sebagai peneyelenggara di tingkat PPK, tidak akan mau mengambil resiko apabila pemilih hanya berjumlah 169 (seratus enam puluh sembilan) selanjutnya dinaikan menjadi 171 (seratus tujuh puluh satu).
Hasil adu data pada Mahkamah Konstitusi di TPS 1 Desa Dariwali ternyata benar bahwa yang memilih di TPS 1 Desa Dariwali ada 170 (seratus tujuh puluh) suara sah dan satu suara tidak sah, sehingga total jumlah pemilih adalah 171 (seratus tujuh puluh satu) pemilih (Bukti T-3 TPS 1 Desa Dariwali);
c. Desa Watumanu
Bahwa dari hasil adu data pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, Pemohon sama sekali tidak bisa menunjukkan dengan jelas jumlah suara yang digelembungkan sehingga menurut Pemohon menguntungkan Partai Demokrasi Pembaruan.
Bahwa menurut Pemohon telah terjadi penggelembungan dua suara di TPS II Suza Desa Wwatumanu yakni dari 199 (seratus sembilan puluh sembilan) menjadi 201 (dua ratus satu) suara adalah Tidak Benar.
Setelah dilakukan adu data di Mahkamah Konstitusi ternyata jumlah suara dari TPS II Suza tidak terdapat perubahan atau tetap yaitu jumlah suara sah 200 (dua ratus) suara, sehingga jelas bahwa tidak ada penggelembungan suara di TPS II Suza Desa Watumanu. Bahwa selanjutnya Pemohon dalam dalilnya mengatakan ada kehilangan suara Pemilih untuk PPDI dari 84 (delapan puluh empat) suara menjadi 47 (empat puluh tujuh) suara.
Ini adalah hal yang tidak substantif karena dalam hal ini Pemohon tidak memiliki kewenangan untuk partai PPDI dan tidak benar PPDI kehilangan suaranya (Bukti T-3 TPS 2 Suza Desa Watumanu);
d. Desa Nenowea
Bahwa menurut Pemohon ada kenaikan dari 55 suara menjadi 57 suara untuk Partai Golkar pada Caleg nomor urut 2 atas nama Dra.
Veronika Ule Bhoga, M.Si adalah tidak substantif karena Pemohon tidak memiliki kewenangan untuk mempersoalkan hasil perhitungan suara untuk partai lain dalam hal ini Partai Golkar untuk diangkat di dalam persidangan Mahkamah Konstitusi.
Begitu pula menurut Pemohon bahwa terjadi penggelembungan suara pada TPS 1 Desa Nenowea, dari satu suara menjadi 15 suara untuk Partai PDIP pada Caleg nomor urut 1 atas nama Urbanus Nono Dizi, S.E., dan pengurangan suara dari 17 suara menjadi 13 suara untuk Partai PDIP nomor urut 3 dengan nama caleg Lukas Dua Tea adalah juga tidak substantif karena Pemohon tidak memiliki kewenangan untuk mempersoalkan hasil perhitungan suara untuk partai lain dalam hal ini Partai PDIP untuk diangkat di dalam Mahkamah Konstitusi.
Dari fakta hukum, maka dapat kami simpulkan:
1. Bahwa semua proses dari tingkat TPS yang dilakukan oleh KPPS, di tingkat Kecamatan oleh PPK dan dilanjutkan di tingkat KPU Kabupaten Ngada, sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan petunjuk teknis Pelaksnaan Rekapitulasi Perhitungan Hasil Perolehan Suara di Tingkat Kecamatan dan Kabupaten/Kota dalam Pemilu Legislatif.
2. Oleh karena itu kami sebagai Termohon memohon kepada Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi agar kiranya menolak semua tuntutan yang diajukan oleh Pemohon.
4. Dapil Ngada 5 Provinsi Nusa Tenggara Timur