• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dari yang Terbuang

Dalam dokumen MeRasul Edisi 28 (Okt – Des 2018) (Halaman 71-80)

Kandang Natal terbuat dari kombinasi driftwood dan akar pohon kering, pohon natal buah pinus, palungan Yesus terbuat dari akar pohon kering , hiasan kandang Natal yang terbuat dari daun sukun kering dan biji bintaro- [Foto : Panitia Natal 2018]

Api unggun terbuat dari driftwood- [Foto : Panitia Natal 2018]

Pohon Natal empat meter dengan bahan utama

- -72 M E

R

ASUL EDISI 28 # Oktober - Desember 2018

LIPUTAN NATAL

- -72 M E

R

ASULEDISI 28 # Oktober - Desember 2018 tidak termanfaatkan.

Nilai Tambah

Tim Dekorasi Panitia Natal

dikomando oleh dua arsitek kawakan, Ir. B. Irwan Wipranata MT dan Ir. S. Hendranoko Widiatmo. Mereka membuat konsep yang diterapkan dengan baik oleh Tim Dekorasi Wilayah Klara, pimpinan Yohana Kurniawati.

Dimulai dengan mengumpulkan bahan-bahan, membersihkan, mengeringkan, dan merangkainya menjadi hiasan-hiasan Natal yang sangat kreatif hingga menghasilkan produk yang sangat bagus dan memiliki nilai tambah yang cukup tinggi.

Diharapkan, hal ini akan

memberikan inspirasi kepada banyak orang untuk berkreasi dengan memanfaatkan material yang selama ini dibiarkan terbuang dan dianggap sebagai sampah.

Karya Menakjubkan Berbagai bahan antara lain:

1. Bunga pinus sebagai bahan untuk pembuatan antara lain topiary, Christmas tree, Christmas wreath, dan Christmas decoration lainnya 2. Driftwood sebagai bahan untuk pembuatan pohon Natal setinggi empat meter, angel figure dengan latar belakang yang belum dihias daun sukun yang sudah kering, juga candle holder dan Christmas wreath. Komponen utama pohon Natal dan hiasannya dibuat dan dikreasi dari driftwood dan dikombinasikan dengan bunga pinus,

LIPUTAN NATAL

buah palem raja, buah kirai kering, dan daun sukun kering. Hiasan Natal ini dipasang pada kolom-kolom gereja dan di depan altar. Reindeers figure dan gapura dibuat dari kombinasi driftwood dan bunga hidup.

3. Bahan driftwood 4. Biji bintaro

5. Kulit kerang. Kreasi topiary dari bunga pinus, buah palem raja, dan kerang.

Christmas Wreath, Figur Malaikat terbuat dari driftwood - [Foto : Patricia N]

Christmas decoration, Christmas garland, Topiary - [Foto : Panitia Natal 2018]

Bintang, Christmas Wreath, Tempat Lilin terbuat dari driftwood - [Foto : Panitia Natal 2018]

- -73 M E

R

ASUL EDISI 28 # Oktober - Desember 2018

LIPUTAN NATAL

- -73 M E

R

ASUL EDISI 28 # Oktober - Desember 2018

Tim Dorotea setelah selesai mendekor - [Foto : Panitia Natal 2018] Merangkai hiasan Natal - [Foto : Panitia Natal 2018]

Mencari, mengumpulkan, dan mebersihkan bahan-bahan- [Foto : Panitia Natal 2018] Hiasan biji bintaro - [Foto : Panitia Natal 2018]

Hiasan dari kulit kerang - [Foto : Panitia Natal 2018]

Memberikan Edukasi

Pembuatan dekorasi Natal ini, selain dilaksanakan oleh Panitia Natal Wilayah Santa Klara, juga melibatkan pihak luar, seperti dari Bali dan Jepara. Merakit pohon Natal dan membuat berbagai hiasannya ini juga memberikan edukasi kepada masyarakat/ pihak yang terkait tentang manfaat bahan-bahan yang selama ini hanya dianggap sebagai sampah.

Sangat diharapkan, ide-ide yang muncul dengan membuat aneka kreasi barang-barang yang terbuang (sampah) ini dapat memberikan inspirasi kepada banyak orang

Hiasan pita dari karung goni - [Foto : Panitia Natal 2018]

untuk memanfaatkan sampah tersebut menjadi barang-barang yang bernilai ekonomi cukup tinggi serta membuka kesempatan berwirausaha.

Panitia Natal 2018

ARTIKEL NATAL

- -80 M E

R

ASUL EDISI 28 # Oktober - Desember 2018

LIPUTAN KHUSUS

- -80 M E

R

ASUL EDISI 28 # Oktober - Desember 2018 RABU, 10 Oktober 2018, merupakan

hari yang istimewa bagi SLB-B Pangudi Luhur. Pada tanggal itu, sekolah ini genap berusia 35 tahun. Para pengurus sekolah, para bruder dan suster, guru-guru dan murid, serta tak ketinggalan para orang tua murid bersemangat untuk terlibat mempersiapkan hari yang penting ini.

Uskup Agung Jakarta, Mgr. Ignatius Suharyo, berkenan

memimpin Misa Syukur Lustrum VII didampingi oleh RD Yosef Purboyo Diaz dan RP E. Azismardopo SJ.

“Semakin Melayani, Memandirikan, dan Menyejahterakan dalam

Kebhinnekaan” menjadi tema dalam Misa tersebut.

Beberapa menit sebelum Misa dimulai, para murid Pangudi Luhur tampak sumringah gembira berjalan menuju tempat yang khusus disediakan bagi mereka. Tepat pukul 10.00, Paduan Suara Guru-guru SLB-C Tri Asih melantunkan lagu pembukaan. Misa berlangsung khidmat.

Empat anak perempuan berusia sekitar sepuluh tahun berjalan perlahan sambil menari diiringi lagu persembahan. Mereka menari dengan luwes sekali mengikuti misdinar menuju altar. Tidak ada yang tahu bahwa sesungguhnya mereka tidak mendengar ritme lagu yang mengiringinya.

Tarian itu hanyalah salah satu dari yang diajarkan guru-guru para pengabdi di SLB-B Pangudi Luhur. Mereka telah mengajarkan anak-anak didiknya dengan penuh kasih dan kesabaran.

Dalam khotbahnya, Uskup Suharyo menyampaikan rasa terima kasih dengan setulus hati kepada para

guru, bruder, dan semua yang terlibat di sekolah Pangudi Luhur

ini karena sudah mengupayakan anak-anak Tuhan yang berkebutuhan khusus menjadi manusia

bermartabat. Keberadaan anak berkebutuhan khusus tidak boleh diabaikan. Mereka justru harus dilindungi, dan dididik agar kelak mereka mampu mandiri hidup di tengah masyarakat.

Bruder Gregorius Bambang

Nugroho FIC, Kepala Kantor Yayasan Pangudi Luhur, berpesan kepada para pengajar agar tidak usah tergiur pada metode lain. Tetaplah berpegang pada Metode Maternal Reflektif. “Sudah terbukti, anak-anak Pangudi Luhur bisa berkiprah di tengah masyarakat dengan metode itu,” katanya.

Pangudi Luhur tidak pernah menolak murid yang tidak mampu secara finansial. “Jadi, apabila ada yang mempunyai anak berkebutuhan khusus namun tidak memiliki

kesanggupan finansial, maka Sekolah Pangudi Luhur adalah tempatnya,” tegas Br. Bambang. “Sekolah ini akan terus eksis selama Tuhan menghendaki. Apa yang menjadi keprihatinan Tuhan, itulah yang menjadi keprihatinan kita,” lanjutnya.

Sesungguhnya, sejak awal Sekolah Pangudi Luhur sudah berkarya dalam semangat persatuan. Hal ini terlihat dari beragamnya agama yang dianut oleh para murid, dan terlihat pula

35 Tahun SLB-B Pangudi Luhur

Mereka Menari

Dalam dokumen MeRasul Edisi 28 (Okt – Des 2018) (Halaman 71-80)

Dokumen terkait