• Tidak ada hasil yang ditemukan

KRITERIA PEMILIH DALAM PEMILIHAN KEPALA NEGARA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017

A. Dasar-Dasar Pelaksanaan Pemilihan Kepala Negara

Pemilihan Umum adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sedangkan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, selanjutnya disebut Pemilu Presiden dan Wakil Presiden , adalah pemilihan umum untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Adapun dasar-dasar pelaksanaan pemilihan presiden dan wakil presiden yaitu:

1. UUD 1945 dalam pasal 6A yang berbunyi:

a. Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat.

b.Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan umum.

c. Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang mendapatkan suara lebih dari lima puluh persen dari jumlah suara dalam pemilihan umum dengan sedikitnya dua puluh persen suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia, dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden

d.Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih, dua pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua pemilihan umum dipilih oleh rakyat secara langsung dan pasangan yang memperoleh suara terbanyak dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden.

e. Tata cara pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden lebih lanjut diatur dalam undang-undang.60

2. UUD 1945 dalam Pasal 22E ayat (1) dan (2) yang berbunyi:

(1) Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali.

(2) Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.61

Pasal ini sudah menjelaskan bahwa pemilihan presiden dan wakil presiden dipilih secara langsung setiap lima tahun sekali.

3.Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 dalam pasal 168 yang berbunyi: (1) Pemilu Presiden dan Wakil Presiden di laksanakan di seluruh

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai satu kesatuan daerah pemilihan.

(2) Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota dilaksanakan dengan sistem proposional terbuka.

60Undang-Undang Dasar 1945. Pasal 6A ayat 1.

(3) Pemilu untuk memilih anggota DPD dilaksanakan dengan sistem distrik berwakil banyak.62

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 ini merupakan gabungan dari 3 kegiatan pemilihan yaitu Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

B.Sejarah Pemilihan Kepala Negara

Pada Tahap Awal Pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia, BPUPKI bersepakat untuk mengangkat Soekarno-Hatta menjadi kepala negara dan wakil kepala negara. Ditinjau dari teori politik kenegaraan, pengangkatan kepala negara dan wakil kepala negara identik dengan teori aklamasi. Hal ini terjadi karena secara yuridis, pada waktu itu belum ada konstitusi yang menjadi payung hukum sebagai instrumen-regulatif. Perkembangan selanjutnya konsep pemilihan kepala negara diatur sedemikian rupa melalui UUD 1945 yang menjadi dasar konstitusional ketatanegaraan di Republik Indonesia.

Adapun sejarah pemilihan kepala negara sebagai berikut: 1. Pemilihan Kepala Negara Era Demokrasi Liberal 1945-1949

Pasca ditetapkannya konstitusi pertama negara Republik Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945, yakni sehari setelah dinyatakan proklamasi kemerdekaan Indonesia, secara yuridis-konstitusional Undang-Undang Dasar tersebut dikenal dengan nama Undang-Undang Dasar 1945.

Pemilihan kepala negara Republik Indonesia pada awal kemerdekaan secara konstitusional diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945, Pada Pasal 6 dengan ketentuan sebagai berikut:

(1) Presiden ialah orang Indonesia asli.

(2) Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan suara terbanyak.63

Ketentuan peraturan perundang-undangan di atas menunjukan bahwa untuk pertama kali secara konstitusional mekanisme pemilihan kepala negara dilakukan secara demokrasi (representative), yakni melalui perwakilan. Dalam hal ini secara yuridis ataupun secara politis telah mendelegasikan hak konstitusionalnya kepada wakil rakyat yang ada di lembaga permusyawaratan rakyat. Sehubungan lembaga tersebut secara organik belum eksis dikarenakan berbagai kondisi, maka kepala negara dan wakil kepala negara dipilih dan ditetapkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).64

2. Pemilihan Kepala Negara dalam Konstitusi RIS 1949-1950

63 Moh. Mahfud MD. Demokrasi dan Konstitusi Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h.195

Setelah Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 Belanda masih merasa mempunyai kekuasaan atas Hindia Belanda yaitu Negara bekas jajahan di bawah kekuasaan Kerajaan Belanda. Bangsa Indonesia mengalami perjuangan yang pahit karena Belanda terus berusaha merongrong NKRI, walaupun secara de facto di dalam perjanjian Linggarjati, Belanda telah mengakui negara Republik Indonesia. Setelah persetujuan Konferensi Meja Bundar, maka pada tanggal 27 Desember 1949 dilakukan penandatanganan naskah kedaulatan dari pemerintah Belanda. Akibatnya lahirlah konstitusi RIS yang dinyatakan berlaku sejak tanggal 27 Desember 1949.

Pemilihan kepala negara dan wakil kepala negara yang didasarkan pada Konstitusi RIS 1949, berbeda dengan ketentuan konstitusi yang tertuang dalam dalam Pasal 6, ayat 2 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa presiden dan wakil pesiden dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, Pada Konstitusi RIS didasarkan pada norma konstitusi yang sesuai dengan Pasal 69, ayat 6 yang berbunyi sebagai berikut:

(1) Presiden ialah kepala negara.

(2) Beliau dipilih oleh orang yang dikuasakan oleh pemerintah daerah-daerah bagian tersebut dalam pasal 2.

(3) Presiden harus orang Indonesia yang telah berumur 30 Tahun. Beliau tidak boleh orang yang tidak diperkenankan serta dalam atau mejalankan hak pilih ataupun orang yang telah dicabut haknya untuk dipilih.65

Perubahan yang signifikan tampak jelas sebagaimana ketentuan yang tertuang dalam UUD RIS, baik dilihat dari jumlah ketentuannya atau dari segi subtansi peraturan tersebut. Dalam UUD 1945 Pasal 6, Ayat (1) dan (2) dikatakan bahwa kandidat presiden harus orang Indonesia asli, dan dipilih melalui Majelis Permusyawaratan Rakyat, sedangkan dalam UUD RIS Pasal 69, Ayat (1) sampai dengan ayat (3), ditentukan serta dinyatakan bahwa presiden sebagai kepala negara dipilih oleh lembaga perwakilan dari beberapa daerah, selanjutnya baru dinyatakan bahwa ia harus telah berusia 30 tahun.

Pada tanggal 16 Oktober 1949 di Bangsal Kepatihan Yogyakarta telah dilakukan pemilihan kepala negara RIS yang pertama oleh wakil-wakil negara bagian. Mereka sepakat dan memutuskan Ir. Soekarno sebagai kepala negara. Namun, tidak disebutkan berapa lama jabatan presiden, dan di dalam konstitusi RIS tidak ada lembaga wakil presiden.66

3. Pemilihan Kepala Negara dalam UUDS 1950-1959

Bentuk negara Indonesia pada periode ini adalah kesatuan dengan bentuk pemerintahan republik di bawah sistem pemerintahan parlementer yang berlandaskan pada konstitusi UUDS 1950.

UUDS 1950 adalah konstitusi yang berlaku di negara Republik Indonesia sejak 17 Agustus 1950 hingga dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959.67

66Ibid, h. 241

67 Herianti, “Pemerintahan Islam dalam Perspektif Siyasah Syar’iyyah”, Jurnal Aqidah-Ta Vol. III No. 2 (Aqidah-Tahun 2017), h. 161

Pemilihan kepala negara dan wakil kepala negara telah ditentukan sesuai aturan yang berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1950 Pasal 45 yang berbunyi:

(1) Presiden ialah kepala negara.

(2) Dalam melakukan kewadjibannya Presiden dipilih menurut aturan jang ditetapkan oleh dengan Undang-Undang

(3) Untuk pertama kali wakil-Presiden diangkat dari andjuran jang yang madjukan oleh Dewan Perwakilan Rakjat.

(4) Presdien dan Wakil-Presiden harus warga-negara Indonesia jang telah berusia 30 tahun dan tidak boleh orang jang tidak diperkenankan serta dalam atau mendjalankan hak-pilih ataupun orang jang telah didjabut haknya untuk dipilih.68

Namun dalam kenyataannya, Undang-Undang tentang pemilihan Kepala Negara dan Wakil Kepala belum pernah ada. Pada saat itu Soekarno tidak dipilih sebagai kepala negara, tetapi ditetapkan sebagai kepala negara sebagaimana yang tercantum dalam piagam persetujuan antar Pemerintah Republik Serikat dengan Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 19 April 1950. Kemudian, Mohammad Hatta diangkat menjadi wakil kepala negara atas anjuran dari Dewan Perwakilan Rakyat. 4. Pemilihan Kepala Negara dalam UUD 1945 Pasca Dekrit Presiden 5 Juli

1959.

Pasca dikeluarkannya Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959, maka berakhirlah Demokrasi Liberal dan digantikan dengan Demokrasi 68 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1950, Pasal 45

Terpimpin. Sistem Kabinet Parlementer diganti menjadi Kabinet Presidensial. Sistem pemerintahan diselenggarakan menurut UUD 1945. Ketentuan tentang kepala negara mulai dari kedudukannya hingga mekanisme pemilihannya secara jelas dituangkan dalam bab III. Mulai dari pasal 4 sampai pasal 15.69

5. Pemilihan Kepala Negara pada Era Orde Baru 1966-1997 Orde baru Peralihan kepemimpinan dari masa orde lama ke orde baru dimulai pada tanggal 11 Maret 1966 dimana saat itu Indonesia masih dalam keadaan terguncang dan terjebak dalam kekacauan. Pada hari itu, Presiden Soekarno dipaksa menandatangani sebuah dekrit yang memberikan kekuasaannya kepada Jendral Soeharto untuk menjaga keamanan, kedamaian dan stabilitas negara. Dekrit ini dikenal sebagai dokumen Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret) dan menjadi alat pemindahan eksekutif dari Soekarno ke Soeharto. Walaupun masih tetap presiden, kekuatan Soekarno semakin berkurang sehingga Soeharto secara formal dinyatakan sebagai pejabat sementara presiden. 70 Dan pada tanggal 27 Maret 1968, MPR secara resmi melantik Soeharto untuk masa jabatan 5 tahun sebagai kepala negara.

Pada masa Orde Baru Pemilihan Kepala Negara dan Wakil Kepala Negara dilaksanakan oleh MPR selaku pemegang kedaulatan rakyat sesuai dengan Pasal 1 Ayat (2) sebelum amandemen. Kemudian berdasarkan

69 Moh. Mahfud Md, Op.Cit, h. 197

70Agung Budiono,”Orde Baru Suharto:Pembangunan Indonesia di Bawah Pemerintah Otoriter” artikel di akses pada tanggal 11 Oktober 2018 dari https://www.indonesia-investments.com/id/budaya/politik/orde-baru-suharto/item180?

UUD 1945, MPR menggelar sidang umum untuk memilih kepala negara dan wakil kepala negara setiap lima tahun sekali dan dalam sidang umum tersebut Soeharto selalu terpilih menjadi kepala negara. Pada 21 mei 1998 akhirnya Soeharto berhenti menjadi kepala negara dan menyerahkan kekuasaannya kepada B.J. Habibie. Pada saat itu B.J. Habibie diambil sumpahnya oleh Mahkamah Agung sebagai kepala negara di Istana Negara.

6. Pemilihan Kepala Negara pada Tahun 1999

UUD 1945 sebelum perubahan menganut sistem MPR dalam pemilihan kepala negara dan wakil kepala negara sebagaimana tercantum dalam Pasal 6 ayat (2). Ketika era reformasi dimulai, UUD 1945 belum diubah, sehingga ketika hendak menyelenggarakan sidang umum MPR-RI tahun 1999 dengan agenda memilih kepala negara dan wakil kepala negara, maka rujukan utamanya tetap Pasal 6 ayat (2). Dalam persiapan dan pelaksanaannya, MPR-RI berpedoman kepada Ketetapan MPR-RI No VI/MPR/1999. Pada sidang tersebut, terdapat dua calon yang muncul untuk bersaing yaitu Aburrahman Wahid dan Megawati Soekarnoputri.

Setelah pemungutan suara, akhirnya Abdurrahman Wahid memenangkan pemilihan dengan perolehan suara sebanyak 373, sedangkan Megawati Soekarnoputri memperoleh suara sebanyak 313 suara. 71

7. Pemilihan Kepala Negara pada Tahun 2004

71 Abdul Bari Azed, “Pilpres di Era Transisi Tahun 1999”, artikel di akses pada tanggal 17 oktober 2018 dari http://www.jambiekspres.co.id/read/2017/02/12/18609/pilpres-di-era-transisi-tahun-1999

Pemilihan Kepala Negara secara langsung pada tahun 2004 adalah yang pertama kali terjadi di dalam sejarah Indonesia. Sebelumnya, pemilihan kepala negara dilaksanakan oleh MPR.

Setelah pemilu legislatif pada tanggal 5 April 2004, KPU menyelenggarakan pemilu presiden dan wakil presiden dalam dua putaran. Pemilu presiden dan wakil presiden putaran pertama berlangsung 5 Juli 2004. Sedangkan pemilu presiden dan wakil presiden putaran kedua berlangsung pada tanggal 20 September 2004. Pada pemilu presiden dan wakil presiden 5 (lima) calon pasangan presiden dan wakil presiden yaitu pasangan calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Muhammad Jusuf Kalla, pasangan Amien Rais-Siswono Yudo Husodo, pasangan Megawati Soekarnoputri-Hasyim Wizadi, pasangan Wiranto-Solahuddin Wahid, dan pasangan Hamzah Haz-Agum Gumelar.

Dari hasil putaran pertama tersebut, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Muhammad Jusuf Kalla dan pasangan Megawati Soekarnoputri-Hasyim Wizadi memperoleh perolehan suara terbanyak. Kemudian pada pemilihan putaran kedua pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Muhammad Jusuf Kalla berkoalasi dengan beberapa partai politik diantaranya adalah Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Bulan Bintang(PBB), dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI). Sedangkan pasangan Megawati Soekarnoputri-Hasyim Wizadi berkoalisi dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP),

Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Bintang Reformasi (PBR), dan Partai Damai Sejahtera (PDS).

Akhirnya, yang terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden adalah Susilo Bambang Yudhoyono dan Muhammad Jusuf Kalla. Pasangan tersebut memperoleh 69.266.350 suara, sedangkan pasangan calon Megawati Soekarnoputri-Hasyim Wizadi memperoleh 44.900.704 suara.72 Pasangan Susilo Bambang Yudoyono-Muhammad Jusuf Kalla kemudian ditetapkan sebagai Presiden dan Wakil Presiden kemudian dilantik pada tanggal 20 Oktober 2004.

8. Pemilihan Kepala Negara pada Tahun 2009

Pelaksanaan pemilihan kepala negara pada tahun 2009, tidak semua partai politik peserta pemilu legislatif tidak dapat mengajukan calon Presiden dan Wakil Presiden. Hanya partai politik yang memperoleh suara 2,5% tingkat nasional yang dapat mengajukan calon Presiden dan Wakil Presiden.

Pemilihan Kepala Negara diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Komisi Pemilihan Umum merupakan lembaga negara yang bersifat nasional karena wilayahnya meliputi seluruh Indonesia. Pemilihan Presiden pada tahun 2009 diikuti oleh 3 pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yaitu Pasangan Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto yang didukung oleh beberapa gabungan partai politik diantaranya yaitu: Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), PNI Marhaenisme, Partai Buruh, Partai 72 Sutisna, Op.Cit, h. 297

Merdeka, Partai Kedaulatan, PSI. Pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono yang didukung oleh beberapa gabungan partai politik diantaranya yaitu: Partai Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Damai Sejahtera (PDS), Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) dan lain-lain.dan Pasangan Muhammad Jusuf Kalla-Wiranto yang didukung oleh Partai Golongan Karya (Golkar) dan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura).

Pemilihan Presiden dilaksanakan pada tanggal 8 Juli 2009 dan hanya berlangsung satu kali putaran. Dari proses rekapitulasi perhitungan suara akhirnya dimenangkan oleh pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono dengan 73.874.562 atau 60,80% perolehan suara. Adapun posisi kedua diduduki oleh pasangan Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto dengan 32.548.105 atau 26,79% perolehan suara. Dan posisi ketiga didudui oleh pasangan Muhammad Jusuf Kalla-Wiranto dengan 15.081.814 atau 12,41% perolehan suara.

Pasangan Susilo Bambang Yudhoyono kemudian ditetapkan sebagai Presiden dan Wakil Presiden Terpilih dan dilantik pada tanggal 20 Okober 2009.73

9. Pemilihan Kepala Negara pada Tahun 2014

73 Indarja, Perkembangan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden di Indonesia, Jurnal Masalah-Masalah Hukum Jilid 47 No. 1 (Januari 2018) h. 68

Pemilihan Kepala Negara pada tahun 2014 dilaksanakan pada tanggal 9 Juli 2014. Pelaksanaan pemilihan ini menjadi pemilihan kepala negara ketiga secara langsung di Indonesia. Adapun Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak dapat maju kembali dalam pemilihan ini karena dicegah oleh Undang-Undang yang melarang periode ketiga untuk seorang presiden.

Menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008, hanya partai politik yang menguasai lebih dari 20% kursi di Dewan Perwakilan Rakyat atau memenangi 25% suara dapat mengajukan kandidatnya. Undang-Undang ini sempat digugat di Mahkamah Konstitusi, namun pada Januari Tahun 2014, Mahkamah memutuskan Undang-Undang tersebut tetap berlaku.

Pemilihan ini diikuti oleh dua pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yaitu Prabowo Subianto yang berpasangan dengan Hatta Rajasa, serta Joko Widodo yang berpasangan dengan mantan Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2004-2009 yaitu Muhammad Jusuf Kalla. Pada tanggal 31 Mei, Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan 2 Pasang calon Presiden dan Wakil Presiden , serta melakukan pengundian nomor urut pada 1 Juni 2014.

Pasangang Prabowo Subianto-Hatta Rajasa didukung oleh Koalisi Merah Putih yang terdiri dari beberapa gabungan partai politik, diantaranya yaitu: Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai

Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Bulan Bintang (PBB), dan Partai Demokrat. Akumulasi kursi dari Koalisi Merah Putih di DPR RI adalah 63, 54%. Pasangan Joko Widodo-Muhammad Jusuf Kalla didukung oleh Koalisi Indonesia Hebat (KIH) yang tergabung dari beberapa partai politik, diantaranya yaitu: Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Nasional Demokrat (Nasdem), Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI). Akumulasi suara Koalisi Indonesia Hebat di DPR RI adalah 36,46%.

Hasil perhitungan suara resmi memunjukan kemenangan bagi pasangan calon Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla. KPU Menetapkan Pasangan Joko Widodo-Muhammad Jusuf Kalla sebagai peraih suara terbanyak dalam Pemilihan Presiden 2014. Keduanya meraih 70.997.085 perolehan suara dari Pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yang hanya meraih 62.576.444 perolehan suara. Sesuai dengan keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada tanggal 22 Juli 2014. Pasangan Joko Widodo dan Muhammad Jusuf Kalla dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden pada tanggal 20 Oktober 2014.74