Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural
B3. DASAR DESAIN
B4. Properti Komponen Struktur B5. Fabrikasi dan Ereksi
B6. Pengendalian Kualitas dan Penjaminan Kualitas B7. Evaluasi Struktur yang Sudah Berdiri
B1. KETENTUAN UMUM
Desain dari komponen struktur dan sambungan harus konsisten dengan perilaku
dimaksud dari sistem portal dan asumsi yang dibuat dalam analisis struktur. Kecuali
dibatasi oleh peraturan bangunan gedung yang berlaku, ketahanan terhadap beban
lateral dan stabilitas bisa menggunakan setiap kombinasi komponen struktur dan sambungan.
B2. BEBAN DAN KOMBINASI BEBAN
Beban dan kombinasi beban harus seperti ditetapkan oleh peraturan bangunan gedung yang berlaku. Bila tidak ada pada peraturan bangunan yang berlaku, beban dan
kombinasi beban harus diambil seperti yang ditetapkan dalam Desain Beban minimum
untuk Bangunan Gedung dan Struktur Lainnya (ASCE/SEI 7). Untuk tujuan desain, beban nominal harus diambil seperti beban yang ditetapkan oleh peraturan bangunan gedung yang berlaku.
Catatan: Bila menggunakan ASCE/SEI 7, untuk desain berdasarkan Pasal B3.3 (DFBK), kombinasi beban pada ASCE/SEI 7, dapat diterapkan Pasal 2.3. Untuk desain berdasarkan Pasal B3.4 (DKI), kombinasi beban pada ASCE/SEI 7, dapat diterapkan Pasal 2.4.
B3. DASAR DESAIN
Desain harus dibuat sesuai dengan ketentuan Desain Faktor Beban dan Ketahanan
(DFBK) atau dengan ketentuan untuk Desain Kekuatan Izin (DKI).
1. Kekuatan Perlu
Kekuatan perlu komponen struktur dan sambungan harus ditentukan melalui analisis struktur untuk kombinasi beban yang sesuai Pasal B2.
Desain boleh dilakukan dengan analisis elastis, analisis inelastis atau analisis plastis.
Ketentuan untuk analisis inelastis dan plastis ditetapkan pada Lampiran 1, Desain dengan Analisis Inelastis.
ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s
tan
dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id
dan tidak untuk di komersialkan”
2. Keadaan Batas
Desain harus berdasarkan pada prinsip bahwa kekuatan atau keadaan batas
kemampuan layan tidak dilampaui saat struktur menahan semua kombinasi beban
yang sesuai.
Desain untuk persyaratan integritas struktur dari peraturan bangunan gedung yang
berlaku harus berdasarkan kekuatan nominal daripada kekuatan desain (DFBK) atau kekuatan izin (DKI), kecuali secara khusus dinyatakan lain dalam peraturan bangunan gedung yang berlaku. Keadaan batas untuk sambungan yang berdasarkan
pembatasan deformasi atau pelelehan dari komponen sambungan tidak perlu
memenuhi persyaratan integritas struktur.
Untuk memenuhi persyaratan integritas struktur dari peraturan bangunan gedung yang berlaku, baut tipe tumpu di sambungan diizinkan memiliki lubang-lubang berslot-pendek paralel terhadap arah beban tarik, dan harus diasumsikan terdapat pada ujung slot tersebut.
3. Desain Kekuatan Berdasarkan Desain Faktor Beban dan Ketahanan (DFBK)
Desain yang sesuai dengan ketentuan untuk desain faktor beban dan ketahanan
(DFBK) memenuhi persyaratan spesifikasi ini bila kekuatan desain setiap komponen
struktural sama atau melebihi kekuatan perlu yang ditentukan berdasarkan kombinasi beban DFBK. Semua ketentuan Spesifikasi ini, kecuali untuk Pasal B3.4 ini, harus digunakan.
Desain harus dilakukan sesuai dengan Persamaan B3-1:
R
uR
n
(B3-1) Keterangan: uR
= kekuatan perlu menggunakan kombinasi beban DFBK
n
R
= kekuatan nominal, disyaratkan dalam Bab B sampai K
= faktor ketahanan, disyaratkan dalam Bab B sampai Kn
R
= kekuatan desain4. Desain Kekuatan Berdasarkan Desain Kekuatan Izin (DKI)
Desain yang sesuai dengan ketentuan Desain Kekuatan Izin (DKI) memenuhi
persyaratan Spesifikasi ini bila kekuatan izin dari setiap komponen struktur sama atau
melebihi kekuatan perlu yang ditentukan berdasarkan kombinasi beban DKI. Semua
ketentuan Spesifikasi ini, kecuali Pasal B3.3, harus digunakan.
Desain harus dilakukan menurut Persamaan B3-2:
/ n a
R
R
(B3-2) keterangan aR
= kekuatan perlu yang menggunakan kombinasi beban DKI
n
R
ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s
tan
dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id
dan tidak untuk di komersialkan”
© BSN 2015 13dari242
5. Desain untuk Stabilitas
Stabilitas struktur dan elemen-elemennya harus ditentukan sesuai Bab C.
6. Desain Sambungan
Elemen sambungan harus dirancang sesuai dengan Bab J dan Bab K. Gaya dan
deformasi yang digunakan dalam desain harus konsisten dengan kinerja sambungan
yang direncanakan tersebut dan asumsi yang digunakan pada analisis struktur.
Deformasi inelastis yang dibatasi sendiri dari sambungan adalah diizinkan. Di titik
penyangga, balok, gelagar dan rangka batang harus dikekang melawan rotasi pada
sumbu longitudinalnya kecuali dapat ditunjukkan dengan analisis bahwa pengekang tidak diperlukan.
Catatan: Pasal 3.1.2 dari Code of Standard Practice membahas komunikasi informasi yang diperlukan untuk desain sambungan.
6a. Sambungan Sederhana
Sambungan sederhana mengabaikan adanya momen. Pada analisis struktur, sambungan sederhana dianggap memungkinkan terjadinya rotasi relatif tidak terkekang antara elemen yang tersambung bercabang. Sambungan sederhana harus memiliki kapasitas rotasi yang cukup untuk mengakomodasi rotasi perlu yang ditentukan melalui analisis struktur.
6b. Sambungan Momen
Dua tipe sambungan momen, Tertahan Penuh (TP) dan Tertahan Sebagian (TS), boleh digunakan, seperti disyaratkan di bawah ini.
(a) Sambungan Momen Tertahan Penuh (TP)
Sambungan momen tertahan penuh (TP) menyalurkan momen dengan rotasi yang boleh diabaikan antara komponen struktur yang tersambung. Pada analisis struktur, sambungan ini diasumsikan untuk tidak memungkinkan terjadinya rotasi relatif. Suatu sambungan TP harus memiliki kekuatan dan kekakuan yang cukup untuk mempertahankan sudut antara komponen struktur yang tersambung pada kondisi batas kekuatan.
(b) Sambungan Momen Tertahan Sebagian (TS)
Sambungan momen tertahan sebagian (TS) mampu menyalurkan momen, tetapi rotasi antara komponen struktur yang tersambung tidak boleh diabaikan. Pada analisis struktur harus mencakup karakteristik respons gaya-deformasi sambungan. Karakteristik respons sambungan TS harus terdokumentasi dalam literatur teknis atau ditetapkan dengan analisis atau merupakan hasil rata-rata eksperimental. Elemen komponen sambungan TS harus memiliki kekuatan, kekakuan dan kapasitas deformasi yang cukup pada kondisi batas kekuatan.
7. Redistribusi Momen pada Balok
Kekuatan lentur perlu dari balok yang terdiri dari penampang kompak, seperti
didefinisikan Pasal B4.1, dan memenuhi persyaratan panjang tanpa dibreising Pasal
F13.5 dapat diambil sebagai sembilan-persepuluh dari momen negatif pada titik
tumpuan, dihasilkan dari pembebanan gravitasi dan melalui analisis elastis yang
memenuhi persyaratan Bab C, asalkan momen positif maksimum diperbesar sepersepuluh dari rata-rata momen negatif hasil analisis elastis. Reduksi ini tidak
ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s
tan
dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id
dan tidak untuk di komersialkan”
diizinkan untuk momen-momen di komponen struktur dengan Fy melebihi 65 ksi (450
MPa), untuk struktur kantilever, desain yang menggunakan sambungan momen tertahan
sebagian (TS), atau untuk desain dengan analisis inelastis harus menggunakan ketentuan Lampiran 1. Reduksi ini diizinkan untuk desain sesuai Pasal B3.3 (DFBK) dan untuk desain sesuai Pasal B3.4 (DKI). Kekuatan aksial-perlu tidak boleh melebihi
g y c
F A
0 , 1 5
untuk DFBK atauF
yA
g c
0 , 1 5
untuk DKI di mana
c dan
c ditentukandari Pasal E1, dan Ag = luas bruto komponen struktur, in. (mm), dan Fy = tegangan leleh
minimum yang disyaratkan, ksi (MPa).
8. Diafragma dan Kolektor
Diafragma dan kolektor harus dirancang untuk gaya-gaya yang dihasilkan dari beban-beban seperti ditetapkan Pasal B2. Diafragma dan kolektor harus dirancang menurut ketentuan Bab C sampai K, yang sesuai.
9. Desain Kemampuan Layan
Keseluruhan struktur dan setiap komponen struktur dan sambungan harus diperiksa kemampuan layannya. Persyaratan untuk desain kemampuan layan dijelaskan dalam Bab L.
10. Desain Genangan
Sistem atap harus diselidiki melalui analisis struktur untuk menjamin kekuatan dan
stabilitas yang cukup akibat genangan, kecuali permukaan atap diberi kemiringan sebesar ¼ in. tiap-tiap ft (20 mm tiap-tiap meter) atau lebih besar terhadap titik drainase bebas atau sistem drainase yang cukup disediakan untuk mencegah akumulasi air.
Metode pemeriksaan genangan air hujan dijelaskan dalam Lampiran 2, Desain untuk Genangan.
11. Desain Fatik
Fatik harus diperhitungkan menurut Lampiran 3, Desain untuk Fatik, untuk komponen
struktur dan sambungannya yang menahan pembebanan yang diulang. Fatik tidak
perlu diperhitungkan untuk efek seismik atau untuk efek pembebanan angin tegak lurus sistem penahan beban lateral bangunan gedung dan komponen selubung bangunan gedung.
12. Desain untuk Kondisi Kebakaran
Dua metode desain untuk kondisi kebakaran diberikan dalam Lampiran 4, Desain
Struktur untuk Kondisi Kebakaran: melalui Analisis dan melalui pengujian kualifikasi.
Kesesuaian dengan persyaratan pencegahan kebakaran pada peraturan bangunan
gedung yang berlaku harus dipertimbangkan memenuhi persyaratan Pasal ini dan Lampiran 4.
Pasal ini tidak dimaksudkan untuk menciptakan atau menyiratkan persyaratan
kontraktual untuk Insinyur profesional bersertifikat bertanggung jawab untuk desain
struktur atau untuk anggota lainnya dari tim desain.
ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s
tan
dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id
dan tidak untuk di komersialkan”
© BSN 2015 15dari242
pencegahan kebakaran. Desain dengan analisis merupakan pendekatan rekayasa baru untuk pencegahan kebakaran. Penunjukkan pihak yang bertanggung jawab untuk merancang terhadap kondisi kebakaran tergantung kontrak pada setiap proyek.
13. Desain untuk Efek Korosi
Bila korosi mengganggu kekuatan atau kemampuan layan struktur, maka komponen
struktural harus dirancang mampu menghadapi korosi atau harus dilindungi terhadap korosi.
14. Angkur pada Beton
Angkur antara baja dan beton bekerja secara komposit dan harus dirancang sesuai
Bab I. Desain dari dasar kolom dan batang angkur harus sesuai Bab J.