• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Bioekologi Kupu-kupu 1 Klasifikas

2.2.7 Dasar hukum

Kupu-kupu memiliki banyak manfaat, misalnya spesimen dari kupu-kupu banyak dimanfaatkan untuk souvenir atau kerajinan tangan, bahan industri kain sutra, sebagai objek rekreasi dengan dipelihara dalam kandang, sumber protein, atau bahan penelitian. Dengan potensi pemanfaatan kupu-kupu yang beragam tersebut dan meningkatnya permintaan pasar, kupu-kupu banyak diperdagangkan. Hal ini menyebabkan tingginya aktivitas penangkapan kupu-kupu sehingga mengancam kelestariannya. Oleh karena itu, pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan berupa peraturan perundang-undangan yaitu UU No.5 tahun 1990 mengenai konservasi sumberdaya alam hayati beserta ekosistemnya. Pemerintah menetapkan peraturan perundang-undangan mengenai kupu-kupu yang dikategorikan sebagai satwa dilindungi di Indonesia. Pemerintah menetapkan terdapat 20 jenis kupu-kupu merupakan satwa yang dilindungi berdasarkan PP No.7 tahun 1999. Jenis-jenis kupu-kupu sayap burung dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.576/Kpts/Um/8/1980 dan Peraturan No.716/Kpts/Um/ 8/1980, berdasarkan status keterancamannya dan distribusinya yang terbatas.

Pemerintah juga menetapkan Keputusan Presiden No.43 tahun 1978 mengenai ratifikasi konvensi internasional perdagangan flora dan fauna (CITES). CITES merupakan perjanjian internasional mengenai perdagangan jenis-jenis satwa yang terancam punah dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kepunahan spesies satwa dan tumbuhan di seluruh dunia akibat perdagangan (Dephut 2003). Kupu-kupu yang diperdagangkan dimasukkan ke dalam Appendix II yang artinya satwa-satwa tersebut tidak terancam punah namun harus diatur perdagangannya

karena apabila tidak dapat menjadi punah. Sebanyak 26 spesies masuk ke dalam daftar ini. Daftar kupu-kupu yang dilindungi disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Daftar Kupu-kupu yang dilindungi undang-undang

No. Nama Jenis Suku

(Famili) Sebaran

PP No.7

Thn.1999 CITES

1 Ornithoptera goliath Papilionidae Seram,Papua √ √

2 O. akakeae Papilionidae Papua - √

3 O. aesacus Papilionidae Maluku Utara - √

4 O. croesus Papilionidae Maluku - √

5 O. meridionalis Papilionidae Papua - √

6 O. paradisea Papilionidae Papua √ √

7 O. chimaera Papilionidae Papua √ √

8 O. rotschildi Papilionidae Papua √ √

9 O. thitonus Papilionidae Papua √ √

10 O. priamus Papilionidae Maluku,Papua √ √

11 Troides hypolitus Papilionidae Sulawesi,Papua √ √

12 T. vandepolli Papilionidae Sumatera, Jawa √ √

13 T. aesacus Papilionidae Maluku - √

14 T. cuneifera Papilionidae Sumatera,Jawa - √

15 T. dohertyi Papilionidae P.Sangir,P.Talaud - √

16 T. oblongomaculatus Papilionidae Papua,Maluku - √

17 T. plattorum Papilionidae P.Buru - √

18 T. criton Papilionidae Maluku utara √ √

19 T. riedelii Papilionidae P. Tanimbar √ √

20 T. haliphron Papilionidae Sulawesi selatan √ √

21 T. plato Papilionidae P.Timor √ √

22 T. helena Papilionidae Sulawesi √ √

23 T. meoris Papilionidae Papua √ -

24 T. rhadamanthus Papilionidae Sulawesi √ -

25 T. andromache Papilionidae Papua √ √

26 T. amphrysus Papilionidae Sumatera, Jawa √ √

27 T. miranda Papilionidae Sumatera,

Kalimantan √ √

28 Trogonoptera

brookiana Papilionidae Sumatera,Jawa √ √

29 Chetosia myrina Nympalidae Sulawesi √ -

Sumber: PP No.7 Tahun 1999 dan CITES

2.3 Potensi Ruang Terbuka Hijau sebagai Habitat Kupu-kupu

Ruang Terbuka Hijau (RTH) selain merupakan salah satu ikon pelestarian kota juga memiliki fungsi ekologis dan fungsi estetika. Dari segi ekologis, RTH merupakan sarana perlindungan sumberdaya penyangga kehidupan manusia dan untuk membangun jejaring habitat hidupan liar. Sedangkan dari fungsi estetika, RTH menciptakan lingkungan alami yang berfungsi sebagai habitat satwa liar

seperti burung, mamalia, atau serangga yang memberikan nilai estetika bagi masyarakat.

RTH yang ditumbuhi oleh berbagai macam tumbuhan dapat berfungsi sebagai habitat kupu-kupu. Hal ini dikarenakan potensi berbagai jenis tumbuhan tersebut dapat berfungsi sebagai sumber pakan dan juga tempat berlindung bagi kupu-kupu. Selain itu, dengan fungsinya sebagai habitat dari kupu-kupu, RTH dapat dipandang sebagai area pelestarian keanekaragaman hayati diluar kawasan konservasi karena memungkinkan untuk dijadikan tempat pelestarian flora dan fauna.

BAB III

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

3.1 Sejarah Kebun Raya Bogor

Kebun Raya Bogor didirikan oleh ahli biologi Jerman yaitu Prof. Caspar George Carl Reindwart pada tanggal 18 Mei 1817 dengan nama s’Lands Plantetuin te Buitenzorg dan lebih umum dikenal sebagai Kebun Raya Bogor. Pada masa pimpinan J.E.Teymann (1831) KRB mulai dikembangkan sebagai pusat penelitian botani yang penting di Asia Tenggara. Sejak tahun 1949 pimpinan KRB diserahkan kepada bangsa Indonesia yaitu pada Prof.Ir. Kusnoto Setyodiwejo yang menjabat hingga tahun 1959. Luas KRB saat pertama kali didirikan adalah 47 ha. Dalam perkembangannya KRB mengalami beberapa kali perluasan hingga sekarang luasnya mencapai 87 ha dan memiliki 15.000 jenis koleksi pohon dan tumbuhan. Pada tahun 2001 status KRB dinaikkan menjadi Pusat Konservasi Tumbuhan, berada langsung dibawah Deputi Ilmu Pengetahuan Ilmu Hayati-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) (Napisah 2009).

3.2 Kondisi Fisik 3.2.1 Letak geografis

Kebun Raya Bogor terletak di tengah-tengah Kota Bogor dengan letak lintang 6030’30’’-6041’00’’ LS dan 106043’30’’-106052’0’’ BT. Jarak KRB dan ibukota Kabupaten Bogor adalah ± 20 km, dari ibukota Propinsi Jawa Barat adalah ±120 km, dan jarak dari ibukota Negara Indonesia adalah ±45 km (Napisah 2009). Secara administratif KRB termasuk wilayah Kecamatan Bogor Tengah, Kotamadya Bogor. Batas-batas wilayah KRB yaitu:

 Sebelah utara berbatasan dengan Istana Bogor.

 Sebelah selatan berbatasan dengan Jalan Otto Iskandar Dinata dan Jalan Ir. H. Djuanda.

 Sebelah timur berbatasan dengan Jalan Padjajaran.  Sebelah barat berbatasan dengan Jalan Ir. H. Djuanda.

Kebun Raya Bogor yang terletak di tengah-tengah Kota Bogor menjadikan lokasi tersebut sebagai pusat atau taman induk bagi RTH yang ada di sekitarnya

sehingga KRB juga memiliki fungsi sebagai penunjang ekosistem kawasan di sekitarnya. KRB, sebagai RTH kota berhubungan dengan rangkaian RTH lain di sekitarnya.

Kebun Raya Bogor merupakan taman botani terbesar di kawasan Asia Tenggara dengan luas mencapai 87 ha dan memiliki 15.000 jenis koleksi pohon dan tumbuhan. Di dalam dan di sekitar KRB terdapat pusat-pusat keilmuan seperti Rumah Kaca, Herbarium Bogoriense dan Museum Zoologi. Di dalam kawasan KRB terdapat taman-taman seperti Taman Garuda dan Taman Teijsmann, selain itu juga terdapat berbagai tanaman koleksi seperti koleksi tanaman langka, koleksi palem-paleman, koleksi bambu, koleksi tanaman buah, koleksi pandan-pandanan, koleksi paku-pakuan, koleksi kaktus, koleksi tanaman air, koleksi tanaman kayu, dan koleksi tanaman anggrek.

3.2.2 Iklim

Menurut klasifikasi Schmidth dan Ferguson, Kota Bogor dan KRB termasuk daerah bertipe iklim A dengan curah hujan rata-rata 4.330 mm/tahun. Kelembaban udara tinggi, lama penyinaran tertinggi terjadi pada bulan Agustus dan terendah pada bulan Januari (Lailati 2008).

3.2.3 Jenis tanah dan topografi

Jenis tanah di KRB termasuk jenis tanah latosol coklat kemerahan yang memiliki sifat antara lain tekstur halus, kepekaan terhadap erosi kecil, bahan organik tergolong rendah sampai sedang di lapisan atas dan menurun ke bawah, dan daya absorbi tergolong rendah sampai sedang. Letak ketinggian KRB adalah 235-260 meter dari permukaan laut. Keadaan topografi secara umum datar dengan kemiringan lahan 3-15 % dan sedikit bergelombang.

3.2.4 Hidrologi

Wilayah KRB dilalui oleh Sungai Ciliwung, anak Sungai Ciliwung serta Sungai Cibatok. Sungai yang mengalir masuk ke kolam-kolam di KRB adalah Sungai Cibatok. Sebelum masuk kolam di kawasan KRB, aliran air tersebut ditahan terlebih dahulu pada bak penyaringan sedangkan limbah yang lolos saringan diendapkan pada kolam-kolam melalui saringan air. Selain kolam, terdapat sumber air berupa mata air dan sumur yang berfungsi sebagai air bersih

untuk menyiram tanaman yang tidak tahan terhadap air yang mengandung polutan (Napisah 2009).

3.3 Kondisi Biologi 3.3.1 Flora

Vegetasi yang terdapat di kebun raya ini didominasi oleh kurang lebih 13 famili yaitu Dipterocarpaceae, Apocynaceae, Sapotaceae, Bombaceae, Araceae, Zingiberaceae, Lauraceae, Pandanaceae, Palmae, Moraceae, Euphorbiaceae, Anacardiaceae, dan Poaceae. Jenis-jenis tumbuhan yang berasal dari Indonesia diantaranya bunga bangkai (Amorphopallus titanium), palem (Arecaceae), meranti (Dipterocarpaceae), kantong semar (Nephentaceae). Selain tumbuh-tumbuhan yang berasal dari Indonesia, di KRB juga terdapat koleksi dari mancanegara seperti teratai raksasa (Victoria amazonica).

3.3.2 Fauna

Fauna yang terdapat di KRB antara lain kupu-kupu, kalong (Pteropus vampirus), biawak air asia (Varanus salvator), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), ular, tupai, musang dan katak. Tercatat lebih dari 50 jenis burung antara lain kepodang kuduk hitam (Oriolus chinensis), kutilang (Pignonotus aurigaster), prenjak (Prinia familiaris), kucica kampung (Copsychus saularis), kowak maling (Nycticorax nycticorax), tekukur (Streptopelia chinensis), wiwik lurik (Cacomantis sonneratii), cekakak sungai (Todirhamphus chloris) dan Cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps) (Hariyadi 2008). Kupu-kupu yang terdapat di KRB sebanyak 96 spesies kupu-kupu yang terdiri dari 11 spesies Hesperidae, 11 spesies Papilionidae, 16 spesies Pieridae, 19 Spesies Lycaenidae, dan 39 spesies Nymphalidae (Peggie & Amir 2006).

3.4 Tugas dan Fungsi Kebun Raya Bogor

Sebagai Pusat Konservasi Tumbuhan, KRB mempunyai tugas dan fungsi meliputi:

1. Konservasi ex-situ yaitu melakukan eksplorasi tumbuhan di kawasan hutan, mendata/registrasi, mengkoleksi, dan melestarikannya.

2. Penelitian dalam bidang: (a) Taksonomi yaitu memberikan kepastian nama tanaman, inventarisasi dan evaluasi; (b) Botani terapan yaitu penelitian mengenai manfaat tanaman; (c) Holtikultura meliputi penelitian adaptasi tanaman, cara budidaya, dan pengembangan ilmu pertamanan; (d) Biosistematik yaitu mempelajari kekerabatan antar tumbuhan.

3. Pendidikan terutama di bidang ilmu botani, pertamanan, dan lingkungan hidup.

4. KRB merupakan salah satu tempat kunjungan wisata potensial.

5. Penemuan serta pengumpulan jenis-jenis tanaman langka yang hampir punah di Indonesia.

6. Pengembangan kebun raya baru.

3.5 Visi, Misi, dan Tujuan Kebun Raya Bogor

Visi dari KRB adalah “Menjadi salah satu Kebun raya terbaik di dunia dalam bidang konservasi dan penelitian tumbuhan tropika, pendidikan lingkungan, dan pariwisata”. Misi dari KRB antara lain:

1. Melestarikan tumbuhan tropika.

2. Mengembangkan penelitian bidang konservasi dan pendayagunaan tumbuhan tropika.

3. Mengembangkan pendidikan lingkungan untuk meningkatkan pengetahuan dan apresiasi masyarakat terhadap tumbuhan dan lingkungan.

4. Meningkatkan kualitas pelayanan terhadap masyarakat. Tujuan KRB adalah:

1. Mengkonservasi tumbuhan Indonesia khususnya dan tumbuhan tropika umumnya.

2. Melakukan reintroduksi atau pemulihan tumbuhan langka.

3. Memfasilitasi pembangunan kawasan konservasi ex-situ tumbuhan.

4. Meningkatkan jumlah dan mutu penelitian terhadap konservasi dan pendayagunaan tumbuhan.

5. Meningkatkan pendidikan lingkungan.

3.6 Koleksi Kebun Raya Bogor

Koleksi KRB terdiri atas 222 famili, 1.249 marga, 3.432 jenis, dan 13.563 spesimen tumbuhan berdasarkan data registrasi tahun 2007 (Lailati 2008). Beberapa koleksi merupakan koleksi unik, spesifik, dan langka serta tanaman yang eksotik dan atraktif. Jenis koleksi KRB berdasarkan IUCN Redlist Book 2001 antara lain Acacia crassicarpa, Afzelia africana, Agathis australis, Agathis dammara, Aglaia odorata, Anisoptera costata, Aquilaria microcarpa, Araucaria rulei, Borassodendron machadonis, Brugmansia versicolor, Canarium pseudodecumanum, Chamaecyparis formosensis, Clethra javanica, dan Coccothrinax crinita (Miardini 2006).

Tanaman koleksi ditata berdasarkan kelompok famili atau lebih dikenal dengan vak. Jumlah seluruh famili sebanyak 402 vak di seluruh kawasan KRB. Koleksi tanaman di KRB dibagi menjadi beberapa kelompok koleksi yaitu koleksi tanaman langka, koleksi palem-paleman, koleksi bambu, koleksi tanaman buah, koleksi pandan-pandanan, koleksi paku-pakuan, koleksi kaktus, koleksi tanaman air, koleksi tanaman kayu, dan koleksi tanaman anggrek. Koleksi yang terdapat di KRB sekitar 70% berasal dari hutan Indonesia dan sebagian berasal dari mancanegara. Penambahan koleksi pada KRB dilakukan melalui eksplorasi atau hasil tukar-menukar biji dengan kebun raya lain di dunia.

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Waktu dan Lokasi

Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, dimulai dari bulan November- Desember 2011. Lokasi pengamatan disesuaikan dengan tipe habitat yang terdapat di KRB. Lokasi pengamatan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Lokasi pengamatan kupu-kupu

No Lokasi Pengamatan Deskripsi Lokasi

1. Koleksi Tanaman Buah

Area yang ditumbuhi berbagai jenis tumbuhan buah-buahan dan terletak di sekitar Kolam Gunting

2. Koleksi Tanaman Mediterania

Area terbuka dan kering dengan ditumbuhi berbagai jenis tumbuhan kaktus dan berada di dekat aliran Sungai Ciliwung

3. Koleksi Tanaman Berkayu

Area yang ditumbuhi oleh berbagai jenis pohon yang besar, tinggi, dan bertajuk rapat

6. Koleksi Tanaman Air

Taman dengan terdapat kolam-kolam dengan berbagai koleksi tanaman air

6. Taman Garuda Area terbuka dengan ditumbuhi berbagai jenis bunga dan terdapat di sisi timur Sungai Ciliwung Lokasi pengamatan tersebut dipilih berdasarkan perbedaan karakteristik habitat seperti jenis dan struktur vegetasi, keterbukaan wilayah, suhu dan kelembaban, kerapatan tajuk, dan keberadaan sumber air. Pemilihan lokasi juga memperhatikan tingkat kepadatan dan struktur vegetasi sebagai sumber pakan dan tempat berlindung bagi kupu-kupu dan tingkat kepadatan kupu-kupu.

Pada lokasi-lokasi pengamatan yang ditentukan, terdapat lokasi yang telah dijadikan sampel lokasi pengamatan kupu-kupu yaitu pada Taman Teijsmann, Taman Mediterania, Gedung Sembilan, Makam Embah Jepra, dan Taman Garuda dimana ditemukan sebanyak 96 spesies kupu-kupu yang terdiri dari 11 spesies Hesperidae, 11 spesies Papilionidae, 16 spesies Pieridae, 19 Spesies Lycaenidae, dan 39 spesies Nymphalidae (Peggie & Amir 2006)

Pengamatan dilakukan di waktu aktif kupu-kupu yaitu pada pukul 08.00- 12.00 pada saat cuaca cerah. Pengamatan dilakukan pada masing-masing lokasi sebanyak satu transek. Pengulangan dilakukan sebanyak tiga kali pada tiap lokasi pengamatan.

4.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ditampilkan pada Tabel 3. Tabel 3 Alat dan bahan penelitian

No. Nama

Jenis Peruntukkan Penggunaan Alat

Alat Bahan 1 Termometer bola kering dan

bola basah √ Pengukuran iklim mikro

2 Termometer suhu udara

3 Hemispherical lens Pengukuran intersepsi cahaya

4 Jaring serangga Menangkap kupu-kupu

5 Alkohol 70%

Pembuatan spesimen kupu- kupu 6 Jarum suntik 7 Kertas papilot √ 8 Kotak spesimen 9 Styrofoam √ 10 Kertas karton √

11 Fieldguide kupu-kupu Identifikasi kupu-kupu

12 Data registrasi koleksi Identifikasi tumbuhan 13 Program Hemiview 2.1

Canopy Analysis √ Analisis intersepsi cahaya

14 Kamera digital Dokumentasi

15 Kupu-kupu

√ Sumber data populasi kupu-kupu

16 Tanaman pakan dan shelter Sumber data analisis vegetasi

4.3 Jenis Data yang Dikumpulkan

Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder yang disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Jenis data yang dikumpulkan.

No. Data Jenis Sumber

1 Karakteristik habitat (keberadaan daerah terbuka, ketersediaan air,penutupan tajuk)

Data Primer Pengamatan lapangan 2 Analisis vegetasi (tanaman pakan dan

shelter kupu-kupu)

Data Primer Pengamatan lapangan 3 Iklim mikro

(suhu dan kelembaban udara)

Data Primer Pengamatan lapangan 4 Distribusi cahaya di bawah tajuk Data Primer Pengamatan

lapangan 5 Populasi kupu-kupu

(jenis dan jumlah individu)

Data Primer Pengamatan lapangan

6 Peta KRB Data Sekunder Balai

Pengembangan KRB

7 Data kondisi fisik lokasi (letak dan luas) Data Sekunder Balai

Pengembangan KRB

8 Data kondisi biologi lokasi (flora dan fauna)

Data Sekunder Balai

Pengembangan KRB

9 Data keanekaragaman kupu-kupu pada penelitian sebelumnya

Data Sekunder Balai

Pengembangan KRB

4.4 Metode Pengambilan Data 4.4.1 Karakteristik habitat

Data karakteristik habitat dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap area terbuka di setiap lokasi pengamatan serta mengamati keberadaan sumber air dan kondisi dari sumber air tersebut. Setelah itu, dilakukan pengamatan mengenai kerapatan tajuk pada tiap-tiap lokasi. Pengamatan terhadap keberadaan hewan lain dan juga manusia juga dilakukan untuk mengetahui pengaruhnya pada kehidupan kupu-kupu.

4.4.2 Analisis vegetasi

Analisis vegetasi dilakukan untuk mengetahui jenis-jenis tumbukan pakan dan shelter bagi kupu-kupu pada tiap-tiap tipe habitat di KRB. Pengamatan dilakukan dengan mengidentifikasi jenis-jenis tumbuhan yang ada pada tiap tipe habitat kemudian diklasifikasikan jenis-jenis tumbuhan yang termasuk tumbuhan pakan dan shelter kupu-kupu. Pengklasifikasian dilakukan dengan melakukan

pengamatan terhadap jenis-jenis tumbuhan dimana ditemukan ulat atau telur pada daunnya dan juga pada jenis-jenis tumbuhan tempat kupu-kupu ditangkap atau yang banyak didatangi oleh kupu-kupu.

4.4.3 Iklim mikro

Pengukuran iklim mikro (suhu dan kelembaban udara) dilakukan di setiap lokasi pengamatan secara serentak. Pengukuran dimulai pada pukul 08.00, 10.00, dan 12.00 dengan interval 15 menit sekali agar terlihat fluktuasi suhu yang signifikan sebanyak 3 kali ulangan. Suhu udara diukur pada ketinggian 120 cm dari permukaan tanah.

4.4.4 Distribusi cahaya di bawah tajuk

Pengukuran distribusi cahaya di bawah tajuk hutan dilakukan dengan menggunakan Hemispherical Photograps (Hemiphot). Pengukuran dilakukan dengan mengambil foto dengan lensa fisheye yang dapat mengambil gambar hinga 1800. Sampel foto diambil pada masing-masing tipe habitat. Area yang dilakukan pengambilan sampel foto adalah area yang dapat mewakili tipe habitat tersebut dan area-area tempat ditemukannya banyak kupu-kupu. Foto diambil pada kondisi langit cerah dan pada waktu aktif kupu-kupu.

4.4.5 Populasi jenis kupu-kupu

Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengetahui keadaan populasi kupu-kupu adalah dengan menentukan lokasi pengamatan, melakukan pengambilan data kupu-kupu, identifikasi dan perhitungan populasi kupu-kupu. Penangkapan kupu-kupu dilakukan pada pagi hari mulai pukul 08.00-12.00. Metode inventarisasi kupu-kupu yang dilakukan dalam pengamatan yaitu metode transek. Jumlah transek garis yang dibuat untuk setiap tipe habitat yang menjadi lokasi penelitian yaitu masing-masing sebanyak satu jalur transek. Pengamatan dilakukan dengan rincian tiga kali ulangan pada setiap tipe habitat yang telah ditetapkan. Metode ini dilakukan dengan menginventarisasi jenis kupu-kupu di setiap tipe habitat dengan membuat satu jalur transek sepanjang 500 m dan lebar 20 m pada tiap-tiap tipe habitat (Gambar 4).

Gambar 4 Bentuk jalur inventarisasi kupu-kupu dengan metode transek. Data yang dicatat meliputi lokasi penangkapan, keadaan cuaca, tanaman yang dikunjungi, nama ilmiah, famili, aktivitas dan waktu ditemukannya kupu- kupu tersebut. Kupu-kupu yang ditemukan kemudian dimasukkan ke dalam kertas papilot (Gambar 5) dengan terlebih dahulu menekan bagian thoraks kupu-kupu tersebut. Kertas-kertas papilot yang berisi spesimen kupu-kupu kemudian disimpan dalam wadah tertutup dan diberi kamper untuk menghindari semut.

Sumber: Amrin 2000

Gambar 5 Cara melipat kertas papilot.

Identifikasi jenis kupu-kupu dilakukan setelah kegiatan penangkapan selesai dengan dicocokkan dengan gambar yang ada di buku yang dipakai sebagai acuan dalam identifikasi. Buku identifikasi yang digunakan adalah, Identification guide

for butterflies of West Java (Schulze 2001), Practical Guide to The Butterflies of Bogor Botanic Garden (Peggie & Amir 2006), dan The Ilustrated Encyclopedia of the Butterfly Word (Smart 1975).

4.5 Analisis Data

4.5.1 Karakteristik habitat

Hasil pengamatan terhadap karakteristik habitat meliputi keberadaan daerah terbuka, sumber air, hewan lain, dan manusia yang kemudian dianalisis untuk mengetahui hubungan antara karakteristik habitat tersebut terhadap preferensi habitat kupu-kupu. Data keberadaan hewan lain dianalisis untuk mengetahui simbiosis antara hewan-hewan tersebut dengan kupu-kupu. Data pengaruh kegiatan manusia digunakan untuk menganalisis pengaruh pengunjung terhadap populasi kupu-kupu dan kebijakan pengelolaan dalam melakukan pengelolaan KRB yang mempengaruhi populasi kupu-kupu.

4.5.2 Analisis vegetasi

Data hasil pengamatan, diklasifikasikan jenis-jenis tumbuhan yang menjadi sumber pakan dan menjadi shelter bagi kupu-kupu. Data-data hasil pengamatan kemudian dianalisis hubungan antara ketersediaan tanaman pakan dan shelter dengan keberadaan populasi kupu-kupu pada daerah tersebut.

4.5.3 Iklim mikro

Hasil pengukuran suhu dan kelembaban yang dilakukan di masing-masing habitat digunakan sebagai data acuan analisis kesesuaian iklim mikro pada suatu habitat dengan iklim mikro yang dibutuhkan oleh kupu-kupu. Data iklim mikro dihubungkan dengan populasi kupu-kupu pada daerah tersebut sehingga diketahui preferensi dan ambang batas toleransi jenis-jenis kupu-kupu terhadap suhu dan kelembaban lingkungannya.

4.5.4 Distribusi cahaya di bawah tajuk

Hasil foto yang didapat dari pengambilan foto dengan menggunakan lensa fisheye kemudian dianalisis dengan menggunakan program Hemiview 2.1 Canopy Analysis yang menghasilkan hasil keluaran berupa LAI, GSF, bukaan tajuk dan lain-lain. LAI adalah angka perbandingan antara total luas permukaan seluruh daun yang ada pada tajuk dengan luas bidang tanah yang dinaungi oleh tajuk

tersebut. Luas daun mencerminkan luas bagian yang melakukukan fotosintesis, sedangkan LAI mencerminkan besarnya intersepsi cahaya oleh tanaman. Nilai LAI yang diperoleh digunakan untuk mengklasifikasikan tipe kerindangan pada tipe habitat tersebut. LAI adalah luas daun (A) pada tiap satuan luas lahan (P) yang dinayatakan secara matematik :

LAI = A/P

GSF adalah proporsi dari radiasi global (langsung atau difus) yang diterima di bawah tajuk (TotBe) dengan radiasi di atas tajuk (TotAb) dengan perhitungan sebagai berikut:

GFS = TotBe/TotAb

4.5.5 Populasi jenis kupu-kupu

1. Indeks Kekayaan Jenis/Indeks Kekayaan Margalef (Dmg)

Indeks kekayaan jenis (Dmg) adalah jumlah total spesies dalam satu komunitas (Ludwig dan Reynold 1998). Indeks kekayaan jenis dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Dmg = S-1/ln N Keterangan :

S = Jumlah jenis

N = Jumlah total individu

2.Indeks Keanekaragaman Jenis/Indeks Shannon-Wiener (H’)

Data hasil penangkapan dan identifikasi spesimen kupu-kupu dari tiap plot pengamatan dapat ditentukan tingkat keanekaragamannya dengan menggunakan Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener dengan mempertimbangkan jumlah jenis dan jumlah masing-masing individu per jenis dengan perhitungan sebagai berikut :

(H’) = - ∑ pi ln pi ; pi = ni / Ni Keterangan :

Pi = Proporsi jenis ke-i ni = Jumlah individu ke-i Ni= Jumlah individu seluruh jenis

Untuk menentukan keanekaragaman jenis kupu-kupu, maka digunakan klasifikasi nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wieners yaitu : (1) Nilai indeks > 3 menandakan keanekaragaman tinggi, penyebaran jumlah individu tiap spesies tinggi dan kestabilan komunitas tinggi; (2) Nilai indeks 1-3 menandakan keanekaragaman sedang, penyebaran jumlah individu tiap spesies sedang dan kestabilan komunitas sedang; (3) Nilai indeks < 1 menandakan keanekaragaman rendah, penyebaran jumlah individu tiap spesies rendah dan kestabilan komunitas rendah (Ludwig dan Reynold 1998).

3. Indeks Kemerataan/Eveness (e)

Untuk menentukan proporsi kelimpahan jenis kupu-kupu yang ada pada masing-masing plot pengamatan digunakan indeks kemerataan dengan rumus :

e= H’/ln S Keterangan:

E = Indeks kemerataan (antara 0-1)

H’= Indeks keanekaragaman Shanon-Wiener S = Jumlah jenis

Apabila setiap jenis memiliki jumlah individu yang sama, maka komunitas tersebut mempunyai nilai eveness maksimum. Sebaliknya, bila nilai eveness tersebut kecil, maka dalam komunitas tersebut terdapat jenis dominan, sub- dominan, dan jenis tidak dominan.

4. Kesamaan Jenis Kupu-Kupu

Indeks kesamaan jenis digunakan untuk mengetahui nilai kesamaan jenis antar habitat yang dihitung dengan rumus :

Indeks similaritas (Sj) = Jumlah jenis total

Dokumen terkait