• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dasar Hukum dan Etika Profesi Akuntan Publik

BAB II INDEPENDENSI AKUNTAN PUBLIK DI PASAR MODAL

D. Independensi Akuntan Publik di Pasar Modal

2. Dasar Hukum dan Etika Profesi Akuntan Publik

Pentingnya independensi akuntan publik mendorong profesi akuntan publik untuk memasukkannya ke dalam Standar Profesional Akuntan Publik sebagai bagian dari norma umum pemeriksaan (sekarang bagian standar umum kedua dari standar

auditing). 177

Masalah independensi di dalam Standar Profesional Akuntan Publik diatur di dalam Standar Umum Kedua bagian Pernyataan Standar Auditing:

Standar ini mengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Dengan demikian, ia tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapa pun, sebab bagaimana pun sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak, yang justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya. Namun, independensi dalam hal ini tidak berarti sikap seorang penuntut dalam perkara pengadilan, namun lebih dapat disamakan dengan sikap memihaknya seorang hakim. Auditor mengakui kewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan (paling tidak sebagian) atas laporan keuangan auditor independen, seperti calon-calon pemilik dan kreditur. 178

Kepercayaan masyarakat umum atas independensi sikap auditor independen sangat penting bagi perkembangan profesi akuntan publik. Kepercayaan masyarakat akan menurun jika terdapat bukti bahwa independensi sikap auditor

ternyata berkurang, bahkan kepercayaan masyarakat dapat juga menurun disebabkan oleh keadaan yang oleh mereka yang berpikiran sehat (reasonable)

177 Ibid.

178

PSA Nomor 04 SA Seksi 220 Paragraf 02 Standar Profesional Akuntan Publik Periode 31 Maret 2011.

dianggap dapat mempengaruhi sikap independen tersebut. Untuk menjadi independen, auditor harus secara intelektual jujur. Untuk diakui pihak lain sebagai orang yang independen, ia harus bebas dari setiap kewajiban terhadap kliennya dan tidak mempunyai suatu kepentingan dengan kliennya, apakah itu manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan. Sebagai contoh, seorang

auditor yang mengaudit suatu perusahaan dan ia juga menjabat sebagai direktur perusahaan tersebut, meskipun ia telah menggunakan keahliannya dengan jujur, namun sulit untuk mengharapkan masyarakat mempercayainya sebagai seorang yang independen. Masyarakat akan menduga bahwa kesimpulan dan langkah yang diambil oleh auditor independen selama auditnya dipengaruhi oleh kedudukannya sebagai direksi. Demikian juga halnya, seorang auditor yang mempunyai kepentingan keuangan yang cukup besar dalam perusahaan yang

diauditnya, mungkin ia benar-benar tidak memihak dalam menyatakan

pendapatnya atas laporan keuangan tersebut, namun bagaimana pun juga masyarakat tidak akan percaya, bahwa ia bersikap jujur dan tidak memihak.

Auditor independen tidak hanya berkewajiban mempertahankan fakta bahwa ia

independen, namun harus pula menghindari keadaan yang dapat menyebabkan pihak luar meragukan independensinya. 179

Profesi akuntan publik telah menetapkan dalam Kode Etik Akuntan Indonesia, agar anggota profesi menjaga dirinya dari kehilangan persepsi independensi masyarakat. Anggapan masyarakat terhadap independensi auditor ditekankan di sini karena independensi secara intrinsik merupakan masalah mutu pribadi, bukan merupakan suatu aturan yang dirumuskan untuk dapat diuji secara objektif. Sepanjang persepsi independensi ini dimasukkan ke dalam Aturan Etika, hal ini akan mengikat auditor independen menurut ketentuan profesi. 180

Berdasarkan Kode Etik Profesi Akuntan Publik yang mengatur tentang Independensi dalam Perikatan Assurance menyebutkan:

Independensi yang diatur dalam Kode Etik ini mewajibkan setiap praktisi untuk bersikap sebagai berikut: 181

a. Independensi dalam pemikiran. Independensi dalam pemikiran merupakan sikap mental yang memungkinkan pernyataan pemikiran yang tidak dipengaruhi oleh hal-hal yang dapat mengganggu pertimbangan profesional, yang memungkinkan seorang individu untuk memiliki

179

PSA Nomor 04 SA Seksi 220 Paragraf 03 Standar Profesional Akuntan Publik Periode 31 Maret 2011.

180

PSA Nomor 04 SA Seksi 220 Paragraf 04 Standar Profesional Akuntan Publik Periode 31 Maret 2011.

181

Bagian B Aturan Etika Profesi Seksi 290.8 Kode Etik Profesi Akuntan Publik Periode 31 Januari 2010.

integritas dan bertindak secara objektif, serta menerapkan skeptisisme profesional.

b. Independensi dalam penampilan. Independensi dalam penampilan merupakan sikap yang menghindari tindakan atau situasi yang dapat menyebabkan pihak ketiga (pihak yang rasional dan memiliki pengetahuan mengenai semua informasi yang relevan, termasuk pencegahan yang diterapkan) meragukan integritas, objektivitas, atau skeptisisme profesional dari anggota tim assurance, KAP, atau Jaringan KAP.

Penggunaan kata “independensi” yang berdiri sendiri dapat menimbulkan kesalahpahaman yang dapat menyebabkan pengamat beranggapan bahwa seseorang yang menggunakan pertimbangan profesional harus bebas dari semua pengaruh hubungan ekonomi, hubungan keuangan, maupun hubungan lainnya. Namun demikian, kondisi seperti itu mustahil terjadi, karena setiap anggota masyarakat memiliki hubungan satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, signifikansi setiap hubungan ekonomi, hubungan keuangan, maupun hubungan lainnya harus dievaluasi, terutama yang berkaitan dengan hal-hal yang dapat menyebabkan pihak ketiga yang rasional dan memiliki pengetahuan mengenai semua informasi yang relevan menyimpulkan tidak diterimanya hubungan tersebut. 182

Masyarakat menilai independensi akuntan publik biasanya tidak hanya secara perseorangan tetapi dari segi profesi akuntan publik secara keseluruhan. Jika masyarakat menilai seorang akuntan publik atau suatu kantor akuntan telah gagal mempertahankan independensinya, maka kemungkinan besar, masyarakat menaruh kecurigaan terhadap independensi keseluruhan akuntan publik. Kecurigaan tersebut dapat berakibat hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan publik, khususnya dalam pemberian jasa pemeriksaan akuntan.

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Pasal 67 mengatur tentang independen yang menyatakan “Dalam melakukan kegiatan usaha di bidang

182

Bagian B Aturan Etika Profesi Seksi 290.9 Kode Etik Profesi Akuntan Publik Periode 1 Januari 2010.

Pasar Modal, Profesi Penunjang Pasar Modal wajib memberikan pendapat atau penilaian yang independen.” 183

Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik:184

(1) Dalam memberikan jasa asurans sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1)185

(2) Benturan kepentingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi antara lain, apabila:

, Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik wajib menjaga independensi serta bebas dari benturan kepentingan.

a. Akuntan Publik atau Pihak Terasosiasi mempunyai benturan kepentingan keuangan atau memiliki kendali yang signifikan pada klien atau memperoleh manfaat ekonomis dari klien.

b. Akuntan Publik atau Pihak Terasosiasi memiliki hubungan kekeluargaan dengan pimpinan, direksi, pengurus, atau orang yang menduduki posisi kunci di bidang keuangan dan/atau akuntansi pada klien; dan/atau

c. Akuntan Publik memberikan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dan jasa lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3)186

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai benturan kepentingan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri setelah konsultasi dengan Komite Profesi Akuntan Publik.

dalam periode yang sama atau untuk tahun buku yang sama.

Selain itu, Bapepam dan LK juga mengeluarkan peraturan yang mengatur tentang independensi yakni Peraturan Nomor VIII.A.2 Lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor Kep-86/BL/2011 tanggal 28 Februari 2011 tentang

183

Pasal 67 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

184

Pasal 28 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik.

185

Pasal 3 ayat (1) Undang-undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publlik menyatakan bahwa Akuntan Publik memberikan jasa asurans, yang meliputi:

a. Jasa audit atas informasi keuangan historis;

b. Jasa reviu atas informasi keuangan historis; dan

c. Jasa asurans lainnya.

186

Pasal 3 ayat (3) Undang-undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik menyatakan bahwa “selain jasa asurans sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Akuntan Publik dapat memberikan jasa lainnya berkaitan dengan akuntansi, keuangan, dan manajemen sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan..

Independensi Akuntan yang Memberikan Jasa di Pasar Modal yang sebelumnya merupakan Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor Kep-310/BL/2008 tanggal 1 Agustus 2008.

Dokumen terkait