• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Dasar Hukum Gadai

Para ulama fiqh sepakat bahwa menggadaikan barang boleh hukumnya, dengan landasan firman Allah Swt yang terdapat dalam Al-Qur‟an dan juga dari landasan lain yaitu As-Sunnah dan Ijma‟.

1. Al-Qur‟an

Landasan utama diperbolehkannya Gadai adalah terdapat dalam Al-Qur‟an surat Al-baqarah (2) ayat 283 :

29

Gadai, (https://id.wikipedia.org/wiki/Gadai, akses pada 23 Januari 2019)

30

اَُدِجَح ْمَنََ ٍسَفَس َّٰهَع ْمُخْىُك ْنِإََ

اًضْعَب ْمُكُضْعَب َهِمَأ ْنِئَف ٌتَضُُبْقَم ٌناٌَِسَف اًبِحاَك

َّوِئَف اٍَْمُخْكَٔ ْهَمََ َةَداٍََّشنا اُُمُخْكَح َلَََ ًَُّبَز َ َّاللَّ ِقَّخَْٕنََ ًَُخَواَمَأ َهِمُحْؤا ِْرَّنا ِّدَؤُْٕهَف

ٌمِثآ ًُ

ٌمِٕهَع َنُُهَمْعَح اَمِب ُ َّاللَََّ ًُُبْهَق

Jika kamu dalam perjalanan (bermuamalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang jaminan yang dipegang (oleh yang mengutangkan). Akan tetapi, apabila sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertakwa kepada tuhannya. Dan, janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian, barang siapa yang menyembunyikannya, sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.31

Didalam Q.S Al-Baqarah: 283 tersebut Allah Swt berfirman “jika kamu dalam perjalanan”, maksudnya adalah sedang melakukan perjalanan, lalu kamu berutang sampai waktu tertentu,” sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis” yang dapat menuliskan transaksi mu. Ibnu Abbas berkata “atau kamu memperoleh penulis namun tidak ada kertasnya, atau tintanya, atau penanya, maka hendaklah ada barang jaminan yang dipegang oleh orang yang mengutangkan”. Yang di maksudkan dengan “penulis” yaitu adalah jaminan yang dipegang oleh orang yang mengutangkan. Firman Allah Swt “maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang memberi pinjaman), ayat ini dijadikan sebagai dalil yang menunjukkan bahwa jaminan harus

31

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Bandung: Diponegoro, 2010),h.49.

merupakan sesuatu yang dipegang.32Didalam ayat tersebut juga terdapat firman Allah, “Namun, apabila sebagian kamu mempercayai yang lain, maka orang yang diberi kepercayaan harus melaksanakan amanatnya.33 Berdasarkan ayat tersebut juga, para ulama telah sepakat bahwa barang jaminan (rahn) dibolehkan (Jaiz). Rahn dapat dilakukan baik dalam bepergian maupun tidak dalam keadaan bepergian.34

Sehingga dapat disimpulkan bahwa ayat tersebut diatas menunjukkan sebuah bentuk jaminan yang memudahkan bagi setiap orang yang akan berhutang walaupun dalam kondisi tidak menemukan juru tulis untuk menuliskan hutang atau transaksi yang dilakukan secara tidak tunai. Namun, jika kamu mempunyai orang lain untuk dijadikan saksi, maka orang tersebut harus melaksanakan persaksiannya. Hal ini juga dipertegas dengan firman Allah Swt Q.S Al-Ma‟idah (5) ayat 106 :

َءْلٱ َهِمَّن اًذِإ ٓاَّوِإ ِ َّللَّٱ َةَدٍََٰش ُمُخْكَو َلَََ

َهِٕمِثا

32

Abdullah bin Muhammad bin Ishaq, Lubabut Tafsir Min Ibnu Katsir (Tafsir Ibnu Katsir

Jilid I), Penj. M. Abdul Ghofur: Pustaka Imam Asy-Syafi‟i, Bogor,2004,h.569. 33

Muhammad Nasib Ar-Rifa‟i,Kemudahan Dari Allah Ringkasan Ibnu Katsir Jilid 1(Jakarta: Gema Insani , 1999),h.469.

34

H.Bsyafuri,”Aktivitas Gadai Syariah dan Implikasinya Terhadap Produktivitas

Masyarakat di Provinsi Banten”Al-„Adalah Vol.XII, No.2 Desember 2014,( Banten: Fakultas

Syariah dan ekonomi Islam IAIN Maulana Hasanudin Banten, 2014, (On-line),tersedia di:

Dan tidak pula kami menyembunyikan persaksian Allah; sesungguhnya kami kalau demikian tentulah termasuk orang-orang yang berdosa.35

2. As-Sunnah

Dibolehkannya gadai selain di dalam Al-Qur‟an juga dapat didasarkan pada Sunnah Rasul yang berfungsi sebagai penjelas diperbolehkannya gadai dalam Al-Qur‟an.

Di riwayatkan didalam Hadis Nabi Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah r.a berkata :

َِسَخْشا َمَّهَس ََ ًَِْٕهَع ُاللَّ َّّهَص َِّٓبَّىَنا َّنَأ : اٍَْىَع ُاللَّ َِٓضَز َتَشِئاَع ْهَع

اًماَعَط

ٍدِْٔدَح ْهِم اًع ْزِد ًَُىٌََز ََ ٍمَجَأ َّنِإ ِْدٍَُُْٔ ْهِم

Dari Aisyah r.a berkata : sesungguhnya nabi SAW pernah membeli makanan dari orang yahudi, dan beliau menggadaikannya baju beliau.36

Begitu juga dengan hadis lain Anas r.a pernah menuturkan :

ًَُن اًع ْزِد َمَّهَس ََ ًَِْٕهَع ُاللَّ َّّهَص ِٓبَّىنا َهٌََز ْدَقَن ًُْىَع ُاللَّ ِٓضَز ٍسَوَا ْهَع

ًِِهٌَْ ِلِ اًسِْٕعَش ًُْىِم َرَخَأ ََ ِْد ٍَُُْٔ َدْىِع ِتَىِْٔدَمْناِب

Dari Anas r.a sesungguhnya Nabi muhammad saw pernah menggadaikan baju besinya di madinah kepada orang yahudi, sementara beliau mengambil gandum dari orang tersebut untuk memenuhi kebutuhan keluarga beliau.37

35

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Bandung: Diponegoro, 2010),h.125.

36

Muhammad ibn ismail Abu Abdullah al-bukhari al-Ja‟fi,al-Jami:al-shahih al-Mukhtasar, juz 2,(Beirut, Dar Ibn Katsir,1987).hlm,729, hadis ke-1962).

Menurut kesepakatan para fiqh ulama, peristiwa Rasul Saw menggadaikan baju besinya itu, adalah kasus gadai pertama dalam Islam yang dilakukan sendiri oleh Rasulullah Saw. Dan agama Islam tidak membeda-bedakan antara orang muslim dan non-muslim dalam bidang muamalah, maka seorang non-muslim tetap wajib membayar utang nya sekalipun kepada non-muslim.38 Kisah yang sama juga di riwayatkan oleh Abu Hurairah :

ِاللَّ َل ُُْسَز َّنَأ َلاَق َةَسَْٔسٌُ ّْبَا ْهَع

َمَّهَسََ ًَِْٕهَع ُاللَّ َّّهَص

ًَِْٕهَعََ ًُُمْىُغ ًَُن ًَُىٌََز ِِرَّنا ًِِبِح اَص ْهِم ُهٌَّْسنا ُقِهْغُٔ َلَ ( : َلاَق

.)ًُُم ْسَغ

“dari Abu Hurairah, dia berkata : Rasulullah SAW, bersabda:gadai tidak menutup pemiliknya yang menggadaikannya (ia memilikihasilnya) dan wajib menanggung kerusakannya”.39

Berdasarkan hadis tersebut diatas dijelaskan bahwa pemilik barang gadai itu masih tetap boleh mengambil manfaat dari barang yang ia gadaikan.

3. Ijma‟

Dasar hukum gadai selain atas dasar Al-Qur‟an dan Hadis Nabi, gadai juga dituliskan atas dasar ijma‟, jumhur ulama berpendapat bahwa gadai diperbolehkan dan mereka tidak pernah berselisih pendapat mengenai hal ini. Jumhur ulama berpendapat

38

Hendi Suhandi, Fiqh Muamalah,(Jakarta: Rajawali Pers,2014),hlm.107.

bahwa disyariatkan pada waktu tidak bepergian maupun pada waktu bepergian, berdasarkan kepada perbuatan Rasulullah saw yang menggadaikan baju besinya kepada seorang yahudi untuk mendapatkan makanan.40

4. Fatwa DSN No 25 Tahun 2002

Di dalam Fatwa Dewan Nasional No 25 tahun 2002 gadai diperbolehkan dengan beberapa ketentuan sebagai berikut :

Ketentuan Umum41

1. Murtahin (penerima barang) mempunyai hak untuk menahan marhun (barang) sampai semua utang rahin (yang menyerahkan barang) di lunasi

2. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik rahin. Pada prinsipnya, marhun tidak boleh dimanfaatkan oleh murtahin kecuali seizin rahin, degan tidak mengurangi nilai marhun dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya pemeliharaan dan perawatannya.

3. Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya menjadi kewajiban rahn, namun dapat dilakukan juga oleh murtahin, sedangkan biaya dan pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban rahin.

4. Besarnya biaya pemeliharaan dan penyimpanan marhun tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman.

40

Umam, Khotibul, Perbankan Syariah: dasar-dasar dan dinamika perkembangan di

indonesia (Jakarta :Rajawali pers,2017),h.174. 41

5. Penjualan marhun

6. Apabila jatuh tempo, murtahin harus memperingatkan rahin untul melunasi utangnya

7. Apabila rahin tetap tidak melunasi utangnya, Maka marhun dijual paksa/ dieksekusi melalui lelang sesuai syariah. 8. Hasil penjualan marhun digunakan untuk melunasi utang,

biaya peliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya penjualan.

9. Kelebihan hasil jualan menjadi milik rahin dan kekurangannya menjadi kewajiban rahin.

Ketentuan penutup42

1. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah. 2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan

jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.

Dokumen terkait