• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

B. Jual BeliOnline

2. Dasar Hukum Jual Beli Online

Transaksi jual beli online, penjual dan pembeli tidak bertemu langsung dalam satu tempat melainkan melalui dunia maya.Adapun yang menjadi subjek jual beli online tidak berbeda dengan jual beli secara konvensional, yakni pelaku usaha selaku penjual yang menjual barangnya dan pembeli sebagai konsumen yang membayar harga barang.

Setiap perbuatan yang dilakukan oleh manusia, baik dalam urusan ibadahmaupun muamalah mempunyai landasan hukum, demikian juga dengan transaksijual beli telah diatur oleh syari’ah. Jual beli merupakan transaksi yang palingpenting dalam dunia usaha, oleh karena itu menjadi sebuah kewajiban bagi pelakuusaha untuk mengenal hal-hal yang menentukan sah atau tidak, halal atau haram,sehingga transaksi tersebut terhindar dari hal yang syubhat dan mendapatkeridhaan dari Allah.25

Transaksi jual beli online, penjual dan pembeli tidak bertemu langsung dalam satu tempat melainkan melalui dunia maya.Adapun yang menjadi subjek jual beli online tidak berbeda dengan jual beli secara konvensional, yaitu pelaku usaha selaku penjual yang menjual barangnya dan pembeli sebagai konsumen yang membayar harga barang.Penjualan dan pembelian online terkadang hanya dilandasi oleh kepercayaan, artinya pelaku jual beli online kadang tidak jelas rentan terjadinya penipuan.

25 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, jilid 3, (Jakarta: al-I’tishom, 2008), h. 264

Penjualan dan pembelian online terkadang hanya dilandasi oleh kepercayaan, maksudnya pelaku jual beli online kadang tidak jelas sehingga rentan terjadinya penipuan.

Segala tindakan muamalat pada dasarnya sah dilakukan sepanjang tidak ada larangan tegas atas tindakan itu. Jika dikaitkan dengan tindakan hukum, khususnya perjanjian, maka ini berarti bahwa “tindakan hukum dan perjanjian apapun dapat dibuat sejauh itu tidak ada larangan khusus mengenai perjanjian tersebut.26

Jual beli sebagai sarana tolong menolong antara sesama umat manusia mempunyai landasan yang kuat dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW.Terdapat sejumlah ayat al-Quran yang berbicara tentang jual beli. Adapun dasar hukum jual beli dari al-Quran antara lain:Surah Al-Baqarah (2) ayat 275, sebagi berikut:

ْﺍ

mengharamkan riba (Al-Baqarah (2) ayat 275).27

Maksud dari ayat diatas adalah, Allah memperbolehkan transaksi yang berbasis jual beli dan tanpa dibarengi dengan adanya keribaan atau penambahan dari segi uang ataupun benda, dari segi jumlah maupun waktu berlangsungnya.28

Sedangkan dalam Surah al-Baqarah (2) ayat 282 yaitu:

26 Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah: Studi Tentang Teori Akad dalam Fiqh Muamalat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 84

27 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung: Syamiil Quran, 2010), h.47

28 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuh, h. 32

ُت ۡعَياَبَت ﺍَﺫِإ ْﺍ َٰٓﻭُدِه ۡشَأ َﻭ ۗ

Artinya: Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu.Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu (al-Baqarah (2) ayat 282).29

Sedangkan dalam Surah an-Nisa (4) ayat 29, sebagai berikut:

َنيِذَّلٱاَهُّيَأَٰٓ َي

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu (an-Nisa (4) ayat 29).30

Maksud dari ayat diatas adalah menurut kesepakatan para jumhur ulama bahwa jalan suka sama suka antara kedua belah pihak adalah dengan melalui sarana ijab dan qabul Hadits dari Rifa’ah ibn Rafi’:Dari Rifa’ah ibnu Rafi’ bahwa Nabi Saw. Ditanya usaha apakah yang paling baik ? Nabi menjawab: usaha seseorang dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur. (diriwayatkan oleh al-Bazzar dan dishahihkan oleh al-Hakim).31

Jual beli mabrur adalah setiap jual beli yang tidak ada dusta dan Khianat.32Yang artinya jual beli yang jujur tanpa diiringi dengan kecurangan mendapat berkat dari Allah.Jual beli merupakan pekerjaan yang halal dan mulia.Para fuqaha berpendapat bahwa hukum jual beli itu boleh,namun pada kondisi tertentu jual beli menjadi wajib, mandub, makruh dan

29 Kementrian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahany, h.48

30Ibid., 83

31 Muhammad Bin Ismail Al-Kahlani, Subul As-Salam Juz 3 (Mesir: t.p., 1990), 4

32 Zakaria al-Anshari, Hasyiah Ibn Abidin (Beirut: Dar el-fikr, t.th.), 2-4.

bahkanharam.keadaan terpaksa, seperti dalam kondisiperang dan bencana alam. Jika tidak terpenuhi akan mendatangkan kebinasaan.

Selain dalam hukum Islam, dasar hukum transaksi elektronik juga diatur dalam hukum positif, yaitu:

a. Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE)

Menurut pasal 1 ayat 2 UU ITE, transaksi elektronik, yaitu:

Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer media elekronik lainnya.33

Pasal 3 UU ITE disebutkan juga bahwa: Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik dilaksanakan berdasarkan asas kepastian hukum, manfaat, kehati-hatian, iktikad baik, dan kebebasan memilih teknologi atau netral teknologi.34

Pada pasal 4 UU ITE tujuan pemanfaatan teknologi dan informasi elektronik, yaitu: Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik dilaksanakan dengan tujuan untuk: a. Mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia; b.

Mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.35

Transaksi elektronik dapat dilakukan dalam lingkup publik ataupun privat sesuai dengan pasal 17 ayat (1) UU ITE.Penyelenggaraan Transaksi Elektronik dapat dilakukan dalam lingkup publik ataupun

33Sederet.comOnline Indonesian English Dictionary. http://mobile.sederet.com/ (5 Februari 2015)

34 Republik Indonesia, Undang-undang RI Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Bab I, Pasal 1, angka 2

35 Republik Indonesia, Undang-undang RI Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Bab II, Pasal 3

privat.36Transaksi Elektronik juga diatur dalam KUHPerdata yang menganut asas kebebasan berkontrak.

b. Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata)

Jual beli adalah perjanjian yang berarti perjanjian sebagaimana dimaksud dalam pasal 1313 KUHPerdata, yaitu: Suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.37

Jual beli adalah suatu bentuk perjanjian yang melahirkan kewajiban atau perikatan untuk memberikan sesuatu, yang dalam hal ini terwujud dalam bentuk penyerahan kebendaan yang dijual oleh penjual dan penyerahan uang dari pembeli ke penjual.

Maksudnya ialah setiap orang bebas untuk menentukan bentuk, macam dan isiperjanjian asalkan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yangberlaku, kesusilaan dan ketertiban umum, serta selalu memperhatikan syarat sahnyaperjanjian sebagaimana termuat dalam pasal 1320 KUHPerdata: Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat:

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

36 Republik Indonesia, Undang-undang RI Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Bab II, Pasal 4

37 Republik Indonesia, Undang-undang RI Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Bab II, Pasal

3. Suatu hal tertentu;

4. Suatu sebab yang halal.38

Adapun hikmah dari persyariatan adalah sebagai media atau sarana umat Islam dalam memenuhi kebutuhannya. Semua itu tidak akan terealisasi tanpa adanya peranan orang lain dengan cara tukar menukar dan kebutuhan hidup lainnya dengan orang lain, dan saling memberi juga menerima manusia sehingga hajat hidupnya terpenuhi

Adapun yang menjadi objek jual beli online, adalah barang atau jasa yang dibeli oleh konsumen, namun barang atau jasa tidak dilihat langsung oleh pembeli selaku subjek jual beli online.Sangat berbeda dengan jual beli secara konvensional dimana penjual dan pembeli dapat bertemu dan melihat objek jual beli secara langsung, sehingga memungkinkan pembeli memperoleh kepastian terkait dengan kualitas barang yang ingin dibelinya, sehingga sangat minim terjadi tindakan penipuan.

Dokumen terkait