• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dasar Hukum Kepala Desa Sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Sementara Sementara

PERTANGGUNG JAWABAN KEPALA DESA SEBAGAI PPAT SEMENTARA DALAM PEMBUATAN AKTA JUAL BELI

A. Dasar Hukum Kepala Desa Sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Sementara Sementara

TANAH

A. Dasar Hukum Kepala Desa Sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Sementara

Desa merupakan otonomi murni yang ada secara turun temurun yang berlandaskan kepada demokrasi masyarakat. Unsur demokrasi yang digambarkan dengan sistem pemilihan pemimpin di lingkungan desa tersebut baik kepala desa maupun kepala dusun, sedangkan perangkat-perangkat lain ditetapkan oleh kepala desa atas dasar musyawarah. Penyelenggaraan pemerintahan dilakukan oleh pemerintah desa yang terdiri dari kepala desa yang dibantu oleh perangkat desa, sedangkan penetapan kebijaksanaan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan masyarakat dilakukan bersama antara pemerintah desa dengan wakil masyarakat.

Kepala desa adalah pemimpin formal karena ia menerima pengangkatan resmi dari pemerintah. Penyelenggaraan pemerintahan desa akan lebih sukses jika pelaksanaannya tidak hanya didasarkan kepada peraturan-peraturan, tetapi ditunjang pula dengan dasar hubungan pribadi, hubungan bathin dan kepemimpinan. Seorang pemimpin mempunyai kemampuan untuk memancarkan pengaruhnya terhadap orang lain sedemikian rupa sehingga orang ini mentaati pemimpin secara sukarela disertai kesadaran dan tanpa paksaan. Seni dan

pengetahuan kepemimpinan harus dipelajari dan dikuasai oleh kepala desa dan diterapkan.

Berdasarkan Pasal 26 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Kepala Desa mempunyai tugas sebagai berikut :

a. memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa;

b. mengangkat dan memberhentikan perangkat desa;

c. memegang kekuasaan pengelolaan keuangan dan aset desa;

d. menetapkan peraturan desa;

e. menetapkan anggaran pendapatan dan belanja desa;

f. membina kehidupan masyarakat Desa;

g. membina ketenteraman dan ketertiban masyarakat desa;

h. membina dan meningkatkan perekonomian desa serta mengintegrasikannya agar mencapai perekonomian skala produktif untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat desa;

i. mengembangkan sumber pendapatan desa;

j. mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan negara guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa;

k. mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat desa;

l. memanfaatkan teknologi tepat guna;

m. mengoordinasikan Pembangunan Desa secara partisipatif;

n. mewakili Desa di dalam dan di luar Pengadilan atau menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

dan

o. melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam Pasal 26 huruf (o) UU No.6 Tahun 2014 telah disebutkan bahwa kepala desa berhak melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan undangan. Dimana apabila ada peraturan perundang-undangan yang memperbolehkan kepala desa melaksanakan kewenangan lain maka hal itu bisa terjadi. Untuk itu jika dikaitkan dengan PP No.37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah yang sebagai landasan mengenai PPAT, maka pada pasal 5 angka (3) telah dijelaskan bahwa untuk melayani masyarakat dalam pembuatan akta PPAT di daerah yang belum terdapat PPAT atau untuk melayani golongan masyarakat tertentu dalam pembuatan akta PPAT tertentu, Menteri dapat menunjuk pejabat-pejabat di bawah ini sebagai PPAT Sementara atau PPAT Khusus diantaranya Camat atau Kepala Desa untuk melayani pembuatan akta di daerah yang belum cukup terdapat PPAT sebagai PPAT Sementara. Artinya bahwa kepala desa dapat diangkat sebagai PPAT Sementara apabila di desa tersebut belum ada PPAT yang melayani pembuatan akta PPAT seperti akta jual beli, imbreng, hibah dan sebagainya dengan diangkat sumpah oleh Menteri.

Camat atau Kepala Desa mempunyai wewenang dalam proses pembuatan akta PPAT, namun apabila di daerah tersebut sudah ada PPAT Umum, maka kepala desa tidak boleh lagi menjabat sebagai PPAT Sementara. Hal itu dikarenakan pengangkatan Kepala Desa sebagai PPAT Sementara hanya untuk melayani pembuatan akta PPAT yang masih belum terjangkau daerahnya.

Menurut Pasal 37 PP No.24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, dinyatakan bahwa peralihan hak atas tanah dan milik atas satuan rumah susun melalui jual beli, tukar menukar, hibah, pemasukan dalam perusahaan dan perbuatan hukum pemindahan hak lainnya, kecuali pemindahan melalui lelang, hanya dapat didaftarkan, jika dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT yang berwenang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dari segi pasal ini, bisa ditelaah bahwa meskipun kepala desa menjabat sebagai PPAT Sementara, asalkan telah diangkat sumpah jabatan PPAT oleh Menteri atau Pejabat yang ditunjuk. Dimana kewenangan Kepala Desa sebagai PPAT Sementara yang melaksanakan tugas PPAT sama seperti kewenangan PPAT sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah 37 Tahun 1998, yaitu : 1. PPAT bertugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan pendaftaran tanah

dengan membuat akta sebagai bukti telah dilakukannya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun, yang akan dijadikan dasar bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah yang diakibatkan oleh perbuatan hukum itu.

2. Perbuatan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut : a. Jual beli;

b. Tukar menukar;

c. Hibah;

d. Pemasukan ke dalam perusahaan (inbreng);

e. Pembagian hak bersama;

f. Pemberian Hak Guna Bangunan/Hak Pakai atas Tanah Hak Milik;

g. Pemberian Hak Tanggungan;

h. Pemberian kuasa membebankan Hak Tanggungan;31

Dari ketentuan-ketentuan di atas, maka Kepala Desa dapat menjadi PPAT Sementara dengan tugasnya yang sama dengan PPAT Umum, tujuannya agar melayani masyarakat di daerah yang belum ada PPATnya untuk membuat akta-akta tanah serta melayani pendaftaran tanah. Dalam hal tugas dan wewenang PPAT, secara normatif PPAT bukan membuat tetapi mengisi blanko akta yang dibeli dari BPN secara lengkap sesuai petunjuk pengisiannya berdasarkan data yang lengkap. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, membuat berarti menciptakan, melakukan, mengerjakan. Dengan kata lain, PPAT menciptakan, melakukan, serta mengerjakan sendiri akta otentik yang menjadi kewenangannya.32

Hal ini akan menjadi contradiction in terminis apabila menghubungan antara arti makna kata “membuat”, dengan keharusan mengisi blanko/formulir adalah lembar isian atau surat isian. Tujuan digunakannya blanko dalam membuat akta adalah untuk memudahkan PPAT khususnya PPAT Sementara yaitu Camat atau Kepala Desa yang wilayahnya belum terdapat PPAT untuk memberikan pelayanan serta kepastian hukum atas perbuatan hukum yang telah dilakukan.

Dikutip dari laman resmi setkab.go.id, dengan adanya PP No. 24 Tahun 2016 perubahan atas PP No.37 Tahun 1998 mengenai Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah untuk meningkatkan peranan PPAT dalam melayani

31Tri Jata Ayu Pramesti, S.H, Camat Sebagai PPAT Sementara yang dibuat oleh Ilman Hadi, S.H, diakses dari https://m.hukumonline.com/klinik/detail/lt4fc505acd52e/kedudukan-camat-sebagai-ppat-sementara, pada tanggal 2 Desember 2018 pukul 23.13 WIB.

32 Djumardin, ”Kewenangan Camat dan Kepala Desa Sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Setelah Berlakunya UUJN”, Jurnal Notariil Vol.2 No.2 November 2017, hal 84-100.

masyarakat pendaftaran tanah, menjelaskan bahwa mengenai syarat-syarat menjadi PPAT telah diubah antara lain, Warga Negara Indonesia, berusia paling rendah 22 Tahun (dalam PP sebelumnya berusia 30 Tahun), berkelakuan baik yang dinyatakan dengan keterangan yang dibuat kepolisian setempat. Dengan adanya perubahan tersebut, tentu akan memudahkan Kepala Desa yang masih berusia muda pun telah dapat menjadi PPAT dikarenakan syarat-syarat menjadi PPAT.

B. Kedudukan Kepala Desa Menerbitkan Akta Jual Beli Dalam Transaksi