• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II: TRAGEDI 11 SEPTEMBER 2001 DI AMERIKA

2.4 Dasar Kebijakan Amerika Dalam Memerangi Terorisme

Terorisme bukan merupakan masalah baru bagi pemerintahan Amerika, setelah tahun 1961 Departemen Luar Negeri Amerika mencatat telah banyak warga negara Amerika yang menjadi korban dari kekerasan dan kekejaman terorisme. Kebijakan politik Luar negeri Amerika yang sering dianggap mementingkan diri sendiri dan merugikan negara lain, serta kemakmuran ekonomi negara ini yang cukup tinggi, menyebabkan warga negara Amerika menjadi target empuk bagi berbagai kelompok teroris dimanapun juga.

44

Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa terorisme mempunyai latar belakang yang bermacam-macam, antara lain: penjajahan, etnisitas,agama, pertentangan ideologi, pertentangan pandangan individu, separatisme maupun akibat kesenjangan sosial menyebabkan kesulitan dalam membina kerjasama diantara negara-negara di dunia dalam perang melawan terorisme ini.

Secara umum terdapat persamaan dalam definisi yang diberikan terhadap masalah ini, terorisme sering kali di definisikan sebagai kejahatan politik atau tindakan perlawanan terhadap pemerintahan yang sah dan rakyat, yang menghalalkan segala cara termasuk penggunaan kekerasan demi tercapainya tujuan. Terorisme yang bersifat memaksa dan menghalalkan kekerasan dianggap sangat berbahaya dan bertentangan dengan pemikiran liberal barat yang sangat mengagungkan kebebasan individu yang disertai tanggung jawab moral, hak azasi setiap manusia untuk hidup dan mengejar kebahagiaan. Tindakan kejahatan yang dilakukan oleh kelompok teroris melampaui batas sebuah negara, dan menjadikannya musuh utama bagi perdamaian dunia yang dicita-citakan setiap umat manusia.45

Pemerintahan Amerika sendiri menganggap terorisme sebagai kejahatan politik. Definisi yang diberikan pemerintah Amerika mengenai terorisme adalah:

” The unlawful use or threat of violence against person of property to further or social objectives.”

Untuk itu, sejak awal pemerintah bersikap tegas, tidak melakukan kompromi dan menolak melakukan negosiasi dengan kelompok teroris, baik itu berupa

45

pembayaran tebusan, perubahan kebijakan, penukaran atau pembebasan tawanan. Sikap Amerika ini kemudian diikuti oleh Negara-negara barat sekutunya.46

Sikap tegas pemerintah Amerika terhadap masalah terorisme ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Terorisme dianggap sangat membahayakan kepentingan nasional Amerika. Terutama karena seringnya warga negara, gedung Kedutaan maupun perusahaan milik Amerika menjadi sasaran tindakan terorisme, antara tahun 1995-2001, diperkirakan bahwa puluhan warga negara Amerika terbunuh, ratusan orang terluka setiap tahunnya akibat tindakan terorisme. 2. Tindakan terorisme juga sering kali dianggap mengganggu proses

perdamaian yang telah diupayakan Amerika selama lebih dari 20 tahun di Timur Tengah dalam menyelesaikan konflik Arab-Israel.

3. Terorisme juga mengancam stabilitas keamanan di Negara-negara yang menjadi aliansi Amerika.

4. Terorisme selalu terkait dengan tindakan kekerasan sehingga bertentangan dengan prinsip Demokrasi dan Hak Azasi Manusia.

Dengan keempat faktor diatas yang dianggap sangat merugikan kepentingan Amerika, maka Negara ini merasa berhak berada di posisi paling depan dalam upaya melawan terorisme internasional.

Amerika Serikat adalah Negara yang sangat mengagungkan Demokrasi dan HAM, dan bahkan kedua hal ini merupakan elemen penting yang mempengaruhi kebijakan luar negerinya. Tujuan dari kebijakan demokrasi dan HAM yang ada dalam politik luar negeri Amerika adalah untuk menciptakan tata

46

kehidupan dunia yang lebih baik atau mendukung kepentingan dan keamanan nasional dan ekonomi Amerika. Terorisme dianggap lawan bagi demokrasi, dan suatu upaya penolakan terhadap kekuasaan yang sah karena menganggap melalui upaya terorisme akan dicapai suatu keadaan yang lebih baik.

Dengan demikian, terorisme merupakan musuh bagi nilai-nilai demokrasi dan HAM yang dianut Amerika. Meskipun Amerika adalah negara adidaya satu- satunya setelah Perang dingin, namun itu tidak menjadikannya terlepas dari masalah terorisme, dan meskipun Amerika telah memiliki perangkat hukum yang memberikan hukuman berat ( hukuman mati) pada pelaku terorisme, Badan intelijen yang terbaik di dunia, berbagai perlengkapan penangkal terorisme yang canggih, tetapi bukan hal yang mudah bagi Amerika, yang terbuka dan bebas untuk mempertahankan diri melawan kelompok teroris.47

Berkaitan dengan kasus terorisme yang menimpa Amerika pada Tragedi 11 September 2001, sehari setelah peristiwa tersebut, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan sebuah resolusi yang kemudian digunakan oleh Amerika untuk memerangi terorisme.

Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1368 tanggal 12 September 2001 itu berisikan antara lain:

“Calls those state to work together urgently to bring justice the

perpetrators, organizers and sponsor of these terrorist attacks and stressnes that those responsible for aiding, supporting or harbouring ther perpetrators, organizers and sponsors of these acts will be held accountable”

( Mengajak Negara-negara tersebut bekerjasama secepatnya untuk menegakkan keadilan bagi pelaku, penggerak dan pendukung dari penyerangan-penyerangan teroris ini dan menekankan bahwa hal-hal tersebut harus dipertanggung jawabkan bagi pertolongan, bantuan atau

47

penyembunyian pelaku-pelaku, penggerak-penggerak dan pendukung- pendukung dari tindakan ini akan dipertanggung jawabkan.)48

Dari sini dapat dilihat bahwa setiap Negara mempunyai yuridiksi universal berkaitan dengan terorisme. Secara teoritis setiap Negara anggota PBB mempunyai kewajiban untuk memerangi terorisme dengan segala cara atau By

any means.

Selain resolusi tersebut, Amerika juga mendasarkan tindakan dalam mengatasi dan memerangi terorisme pada prinsip Self-Defence yang tercantum dalam Pasal 51 Piagam PBB:

” Nothing in the present charter shall impair the inherent right of individual or collective self-defence if an armed attacks occurs against a member of the United Nation, until the Security Council has taken measures necessary to maintain international peace and security...

( Tidak ada didalam perjanjian ini yang akan melarang hak individu atau kelompok untuk membela diri jika sebuah serangan bersenjata terjadi terhadap anggota dari PBB, sampai Dewan Keamanan mengambil tindakan yang diperlukan untuk memelihara perdamaian dan keamanan dunia……)

Hal inilah yang menjadi dasar bagi Amerika dalam memerangi terorisme. Selain itu ada juga Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1373, dimana resolusi ini melarang Negara anggota memberi dukungan keuangan kepada teroris.

48

Sunan J Rustam, Dasar Amerika Dalam Memerangi Terorisme, Dapat diakses di:http://www.yahoo.com. Diakses tanggal: 10 November 2007

Dokumen terkait