Dalam Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Sidoarjo Nomor 10 Tahun 2011 tentang Pajak Penerangan Jalan dasar pengenaan pajak penerangan jalan adalah nilai jual tenaga listrik (NJTL). Nilai jual tenaga listrik dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Dalam hal tenaga listrik berasal dari sumber lain dengan pembayaran, Nilai Jual Tenaga Listrik adalah jumlah tagihan biaya beban/tetap ditambah dengan biaya pemakaian kWh/variabel yang ditagihkan dalam rekening listrik.
b. Dalam hal tenaga listrik dihasilkan sendiri, Nilai Jual Tenaga Listrik dihitung berdasarkan kapasitas tersedia, tingkat penggunaan listrik, jangka waktu pemakaian listrik, dan harga satuan listrik yang berlaku di wilayah Kabupaten Sidoarjo.
2. Tarif Pajak Penerangan Jalan
Tarif pajak penerangan jalan Kabupaten Sidoarjo ditetapkan sebagai berikut:
a. Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan sebesar 9% (sembilan persen) untuk golongan Rumah Tangga (R) dan Bisnis (B).
Tarif tenaga listrik untuk keperluan Rumah Tangga (R), terdiri atas:
1) Golongan tarif untuk keperluan rumah tangga kecil pada tegangan rendah, dengan daya sampai dengan 2.200 VA (R-1/TR).
2) Golongan tarif untuk keperluan rumah tangga menengah pada tegangan rendah, dengan daya 3.500 VA-5.500 VA (R-2/TR).
3) Golongan tarif untuk keperluan rumah tangga besar pada tegangan rendah, dengan daya 6.600 VA ke atas (R-3/TR).
Tarif tenaga listrik untuk keperluan Bisnis, terdiri atas:
1) Golongan tarif untuk keperluan bisnis kecil pada tegangan rendah, dengan daya 450 VA-5.500 VA (B-1/TR).
2) Golongan tarif untuk keperluan bisnis menengah pada tegangan rendah, dengan daya 6.600VA-200 kVA (B-2/TR).
3) Golongan tarif untuk keperluan bisnis nesar pada tegangan menengah, dengan daya di atas 200 kVA (B-3/TM).
b. Dikecualikan dari penetapan tarif Pajak Penerangan Jalan yaitu:
1) Penggunaan tenaga listrik dari sumber lain oleh industri, pertambangan minyak bumi dan gas alam. Tarif Pajak Penerangan Jalan untuk penggunaan tenaga listrik dari sumber lain ditetapkan sebesar 3% (tiga persen).
Tarif tenaga listrik untuk keperluan industri, terdiri atas:
a) golongan tarif untuk keperluan industri kecil atau industri rumah tangga pada tegangan rendah, dengan daya 450 VA-14 kVA (I-1/TR).
b) Golongan tarif untuk keperluan industri sedang pada tegangan rendah, dengan daya diatas 14 kVA-200 kVA (I-2/TR).
c) Golongan tarif untuk keperluan industri menengah pada tegangan menengah, dengan daya di atas 200 kVA (I-3/TM).
d) Golongan tarif untuk keperluan industri besar pada tegangan tinggi, dengan daya 30.000 kVA ke atas (I-4/TT).
2) Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri. Tarif Pajak Penerangan Jalan untuk penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri ditetapkan sebesar 1,5% (satu koma lima persen).
3. Perhitungan Pajak Penerangan Jalan
Pajak penerangan jalan dapat dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak. Atau bila dituliskan dalam bentuk rumus sebagai berikut:
Pajak Terutang = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak = Tarif Pajak x Nilai Jual Tenaga Listrik
Jika pajak penerangan jalan dipungut oleh PLN, besarnya pokok pajak terutang dihitung berdasarkan jumlah rekening listrik yang dibayarkan oleh pelanggan PLN. Umumnya dalam rekening listrik sudah tercantum perhitungan besarnya pajak penerangan jalan yang harus dibayar
berdasarkan jumlah pemakaian listrik dan biaya langganan yang digunakan oleh pelanggan PLN (jumlah yang tercantum dalam rekening listrik).
2.1.19 Masa Pajak, Tahun Pajak, Saat Terutang Pajak dan Wilayah Pemungutan Pajak Penerangan Jalan
Pada pajak penerangan jalan, masa pajak merupakan jangka waktu yang lamanya sama dengan satu bulan takwim atau jangka waktu lain yang ditetapkan dengan keputusan bupati/walikota. Dalam pengertian masa pajak bagian dari bulan dihitung satu bulan penuh. Selain masa pajak, dalam pajak penerangan jalan juga ditentukan tahun pajak, yaitu jangka waktu yang lamanya satu tahun takwim, kecuali wajib pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun takwim.
Pajak yang terutang merupakan pajak penerangan jalan yang harus dibayar oleh wajib pajak pada suatu saat, dalam masa pajak, atau dalam tahun pajak menurut ketentuan peraturan daerah tentang pajak penerangan jalan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota setempat. Saat pajak terutang dalam masa pajak ditentukan sejak diterbitkannya Surat Keetetapan Pajak Daerah (SKPD) pajak penerangan jalan oleh bupati/walikota.
Pajak penerangan jalan yang terutang dipungut di wilayah kabupaten/kota tempat penggunaan tenaga listrik. Hal ini terkait dengan kewenangan pemerintah kabupaten/kota yang hanya terbatas atas setiap penggunaan tenaga listrik (baik yang berasal dari PLN maupun bukan dari PLN) yang berlokasi dan terdaftar dalam lingkup wilayah adminitrasinya. Praktik pemungutan pajak penerangan
jalan dilakukan dengan cara bekerja sama dengan PLN dan atau intansi lain yang ditunjuk oleh bupati/walikota. Tata cara pemungutan pajak penerangan jalan ditetapkan lebih lanjut oleh kepala daerah.
2.1.20 Penetapan Pajak Penerangan Jalan
Penetapan pajak penerangan jalan ditetapkan dengan Surat Pemeberitahuan Pajak Daerah (STPD) yang ditetapkan oleh Walikota. Setiap Wajib Pajak yang menggunakan tenaga listrik bukan PLN wajib mengisi SPTPD.
SPTPD harus disampaikan kepada Walikota selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah berakhirnya masa pajak. Sedangkan untuk wajib pajak yang menggunakan tenaga listrik dari PLN daftar rekening listrik yang diterbitkan oleh PLN merupakan STPD.
2.1.21 Potensi Penerimaan Pajak Penerangan Jalan
Potensi Pajak Penerangan Jalan ini diperoleh dengan cara mengalikan basis pajak (tax Base) Pajak Penerangan Jalan dengan tarif pajak yang berlaku.
Basis pajak (Tax Base) merupakan hasil perhitungan biaya tarif beban dengan biaya pemakaian listrik (KWH). Untuk mendapatkan hasil biaya tarif beban dengan cara mengalikan persentase Pajak Penerangan Jalan berdasarkan golongan pelanggan PLN (Golongan Rumah Tangga, Bisnis dan Industri), jumlah pelanggan PLN dan rata-rata tarif dasar listrik dari masing-masing golongan pelanggan PLN. Sedangkan untuk mendapatkan hasil biaya pemakaian listrik (KWH) dengan cara mengalikan persentase pajak penerangan jalan berdasarkan golongan pelanggan PLN (Golongan Rumah Tangga, Bisnis dan Industri), jumlah
pemakaian listrik (KWH) dan rata-rata tarif dasar listrik dari masing-masing golongan pelanggan PLN (Hamrolie, 2003).
2.1.22 Efektivitas Pajak Penerangan Jalan
Menurut Simanjuntak (2001) efektivitas merupakan ukuran antara hasil output hasil pungut suatu pajak dengan potensi pajak itu sendiri. Efektivitas digunakan untuk mengukur keberhasilan hubungan antara hasil pungutan suatu pajak dengan tujuan atau target yang telah ditetapkan (Mardiasmo, 2002).
Adapun rumus untuk mengukur efektivitas pungutan pajak menurut Simanjuntak (2001) yaitu sebagai berikut:
Efektivitas = Realisasi Penerimaan Pajak x 100%
Potensi Penerimaan Pajak
Dari pengertian efektivitas tersebut disimpulkan bahwa efektivitas bertujuan untuk mengukur rasio keberhasilan, semakin besar rasio maka semakin efektif, standar minimal rasio keberhasilan adalah 100% atau 1 (satu) dimana realisasi sama dengan target yang telah ditentukan. Rasio dibawah standar minimal keberhasilan dapat dikatakan tidak efektif. Selama ini belum ada ukuran baku mengenai kategori efektifitas, ukuran efektifitas biasanya dinyatakan secara kualitatif dalam bentuk pernyataan saja (judgement). Tingkat efektifitas dapat digolongkan kedalam beberapa kategori yaitu:
1. Hasil perbandingan tingkat pencapaian diatas 100 persen berarti sangat efektif.
2. Hasil perbandingan tingkat pencapaian 100 persen berarti efektif.
3. Hasil perbandingan tingkat pencapaian dibawah 100 persen berarti tidak efektif.
2.2 Rerangka Pemikiran
Gambar 1 Rerangka Pemikiran Basis Pajak Penerangan Jalan x Tarif Pajak
Potensi Penerimaan Pajak Penerangan Jalan Realisasi Penerimaan Pajak Penerangan Jalan
Efektivitas Pajak Penerangan Jalan
Peningkatan Pajak Daerah