• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dasar pertimbangan hakim dalam memutuskan tindak pidana narkotika yang di lakukan oleh anak dalam

TINJAUAN UMUM

B. Tinjauan Fiqh Jinayah Terhadap Tindak Pidana Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak

1. Dasar pertimbangan hakim dalam memutuskan tindak pidana narkotika yang di lakukan oleh anak dalam

putusan nomor :123/Pid-Sus-Anak/2015/PN.PLG. Telah terpenuhnya unsur-unsur :Alat bukti yang sah berupa keterangan saksi, seorang hakim dalam hal menjatuhkan pidana kepada terdakwa tidak boleh dijatuhkan pidana tersebut kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah, sehingga hakim memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan terdakwalah yang bersalah melakukannya (Pasal 183 KUHAP). Alat bukti sah yang dimaksud adalah :

1. Keterangan saksi; 2. Keterangan Ahli; 3. Surat;

4. Petunjuk;

5. Keterangan terdakwa atau hal yang secara umum sudah di ketahui sehingga tidak perlu di buktikan (Pasal 184).12 26 Pasal 185 Ayat (2) KUHAP menyebutkan bahwa keterangan seorang saksi raja tidak cukup untuk membuktikan bahwa terdakwa bersalah terhadap perbuatan yang di dakwa kan kepadanya, sedangkan Pasal 185 dalam Ayat (3) dikatakan ketentuan tersebut tidak berlaku apabila disertai dengan suatu alat bukti yang sah lainnya. (unus testis nullus testis). Saksi korban juga berkualitas sebagai saksi, sehingga apabila terdapat alat bukti yang lain sebagaimana dimaksud dalam ayat tersebut, maka hal itu cukup untuk menuntut pelaku tindak pidana.

Sanksi pidana narkotika bagi anak di bawah umur dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, tidak diatur secara khusus mengenai anak sebagai pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika. Di dalam undang-undang ini juga, diberikan alternatif lain dalam penyelesaian

kasus anak pelaku tindak pidana penyalahguna narkotika yaitu secara diversi, sehingga tidak melibatkan anak ke dalam proses peradilan yang panjang dan cukup rumit bagi anak yang masih di bawah umur dan bagi pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.

2. Ketentuan hukum Islam tentang sanksi pelaku tindak pidana narkotika anak di bawah umur, dalam hukum Islam anak yang belum baligh, bila melakukan tindakan yang melanggar hukum, maka wajib dikenakan sanksi had ataupun ta‟zīr. Sebab ia belum termasuk (dewasa) dan belum mengetahui hak dan kewajiban dalam Islam. Para fuqaha telah sepakat bahwa seorang anak yang belum mencapai usia baligh tidak wajib. Dikenakan hukuman, bila anak tersebut melakukan perbuatan dosa.

SARAN

Adapun saran dari penulis dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Orang tua harus meluangkan waktu untuk mendidik, mengawasi juga berkomunikasi pada anak-anaknya, karena dengan cara inilah menjaga hubungan anak dengan orang tua menjadi baik, sehingga anak tidak menyalahgunakan narkotika.Bagi para remaja harus lebih selektif dalam memilih teman dan tidak mudah terpengaruh ajakan untuk menggunakan narkotika. Narkotika bukan jalan terbaik untuk menyelesaikan atau lari dari masalah.

2. Bagi pihak berwenang lebih mengutamakan anak diserahkan kembali kepada orang tua/wali untuk di asuh dan mewajibkan melaporkan perkembangan anak setiap bulannya hingga anak berumur 18 tahun. Dalam hal rehabilitasi agar pemerintah memberikan fasilitas yang memadahi bagi anak penyalahguna narkotika, agar tidak menggangu psikologis dan mental anak, dalam hal letak rehabilitasi, tempat rehabiltasi, dan alat-alat kelengkapan

pemenuhan rehabilitasi anak, serta lebih banyak melakukan pembinaan anak diluar pendidikan formal, misalnya dengan melakukan penyuluhan mengenai bahayanya narkotika bagi anak, dengan sesering mungkin.

95

Agung Nanda Dewantara, 1987, Masalah Kebebasan Hakim Dalam Menangani Suatu Perkara Pidana, Jakarta : Aksara Persada Indonesia.

Jazari Abdurrahman, Kitab Fiqh Ala Mazahib Al-Arba’ah (Beirut: Dār Al-Fikr, t.t.h).

Audah Qadir Abdul, 2008, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam III, (terj. Ali Yafie), Bogor: Kharisma Ilmu.

Departemen Pendidikan Nasional, 2005, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Direktorat Diseminasi Informasi Deputi Bidang Pencegahan, 2010, Narkotika dalam Pandangan Agama, Jakarta: Badan Narkotika Nasional.

G Supramono, 2001, Hukum Narkotika Indonesia. Jakarta : Djambatan

Kansil, 2010, Latihan Ujian Hukum Pidana, Jakarta: Sinar Grafika.

Kharisudin, 2005, INABAH, Surabaya: Bina Ilmu.

Mohammad Jamin, 1989, Kebebasan Hakim dan Rasa Keadilan, Jakarta : Pelita

Mulyadi Lilik, 2007, Kekuasaan Kehakiman, Surabaya : Bina Ilmu

Prasetyo Teguh, 2013, Hukum Pidana, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Rahman Abdur, 1997, Tindak Pidana dalam Syari’at Islam, Jakarta: PT. Rineka Cipta,

Remmelink Jan, 2003, Hukum Pidana “komentar atas pasal-pasal terpenting dari Kitab Undang Undang Hukum Pidana Belanda dan padanannya dalam Kitab Undang- Undang Hukum Pidana Indonesia”, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Rifai Ahmad, 2011, Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Persfektif Hukum Progresif. Jakarta: Sinar Grafika. Sabiq Sayyid, Fiqh Sunnah, alih bahasa H. A. Ali, Semarang: Toha Putra t. t.

Suryabrata Sumadi, 1987, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Penerbit Rajawali.

Syaukanie Lutfi, 1998, Politik, HAM, dan Isu-isu Teknologi dalam Fikih Kontemporer, Bandung: Pustaka Hidayah. Syafaat Aat dkk, 2008, Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah Kenakalan Remaja (Juvenile Delinquency), Jakarta: Rajawali Press.

S. Praja Juhaya, 2011, Teori Hukum dan Aplikasinya, Bandung: Pustaka Setia.

Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. M. Abdul mujieb, Mabruri, tholhahsyafi’ah, 1994,

kamusistilahfiqih, Jakarta : PT. PustakaFirdaus.

Sudarto, 1990/1991. Hukum Pidana 1A-1B. Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto

Ali, Mahrus, 2011, Dasar-Dasar Hukum Pidana, Sinar Grafika : Jakarta.

Ali, Achmad, 2009, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicial Prudence) Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legis Prudence), Kencana, Jakarta.

Andi Hamzah, 1993, Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia, Cet. 2, (Jakarta : PT. Pradnya Paramita,

--- dan Siti Rahayu, 1983, Suatu Tinjauan Ringkas

Sistem Pemidanaan di Indonesia, Buku II, Jakarta,

Akademika Pressindo,

Arief Gosita, 1993, Masalah Korban Kejahatan, Akademika Pressindo, Bandung,

Atmasasmita, Romli, 1982, Strategi Pembinaan Pelanggar Hukum dalam Konteks Penegakan Hukum di Indonesia, Alumni, Bandung.

Cooke, David J, Pamela J Baldwin dan Jaqueline Howlson, 2008, Menyingkap Dunia Gelap Penjara, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Diyah Irawati, 2005, Menuju Pemasyarakatan Berwawasan HAM, UKI Press, Jakarta

Dwija, Priyatno, 2006, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia, Refika Aditama, Bandung.

Dirjosisworo, Soedjono, 1990, Hukum Narkotika di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Gunakarya, A. Widiada, 1988, Sejarah dan Konsepsi Pemasyarakatan, Armico, Bandung.

Hamzah, Andi, 1994, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta.

Harsono, 1995, Sistem Baru Pembinaan Narapidana, Djambatan, Jakarta.

Ketut Sudiri, DR. Sahardjo, SH, 1983, Riwayat Hidup dan

Karya-Karyanya, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Jakarta,

Muladi, dan Arief Barda Nawawi, 1998, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, Alumni, Bandung.

Nawawi Arief, Barda, 1996, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti, Bandung.

---, 2010, Kebijakan Legislatif Dalam Penanggulangan Kejahatan Dengan Pidana Penjara, Genta Publishing, Yogyakarta.

---, 2007, Teori dan Kapita Selekta Kriminologi, Rafika Aditama, Bandung.

Sasangka, Hari, 2003, Narkotika dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana, Mandar Maju, Bandung.

Sholehuddin, 2002, Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sujatno, Adi, 2001, Negara Tanpa Penjara, Montas Ad, Jakarta.

---, 2004, Sistem Pemasyarakatan Indonesia (Membangun Manusia Mandiri), Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Departemen Kehakiman dan HAM RI), Jakarta.

---, 2008, Pencerahan Dibalik Penjara dari Sangkar Menuju Sanggar Untuk Menjadi Manusia Mandiri, Teraju, Jakarta.

Sulaiman, Holil, 2006, Comprehensive multidisciplinary out line (CMO) / Garis Besar Penanggulangan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba Secara Komprehensif dan Multidisiplin, disunting BNN, Konsultan Ahli BNN, Jakarta.

Sumaryanti, 2007, Peradilan Koneksitas di Indonesia Suatu Tinjauan Ringkas, Bina Aksara, Jakarta.

Supramono, G. 2001, Hukum Narkotika Indonesia, Djambatan, Jakarta.

Tim Penyusun, 1990, Pola Pembinaan Narapidana/Tahanan, Cetakan I, Departemen Kehakiman Republik Indonesia, Jakarta.

Tim Penyusun, 2006, Modul Pelatihan Petugas Rehabilitasi Sosial Dalam Pelaksanaan One Stop Center (OSC), BNN RI, Pusat Laboratorium Terapi dan Rehabilitasi, Jakarta.

Peraturan Perundang-undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Keputusan Menteri Kehakiman dan HAM RI No.

04.PR.07.03 Tahun 2003 tentang Pembentukan Lapas Narkotika Pematangsiantar, Lubuk Linggau, Bandar Lampung, Jakarta, Bandung, Nusakambangan, Martapura, Bangle, Maros dan Jayapura.

Surat Edaran Mahkamah Agung RI Nomor 07 Tahun 2009 tentang Menempatkan Pemakai Narkoba Ke Dalam Terapi dan Rehabilitasi

Dokumen terkait