• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori

2.1.1 Pengertian Air Aki

Aki atau yang biasa disebut dengan accumulator adalah sebuah komponen utama kelistrikan pada kendaraan bermotor. Aki mampu mengubah tenaga kimia menjadi tenaga listrik. Air isi ulang aki adalah air hasil penyulingan (destilasi) yang murni tidak mengandung mineral. Air isi ulang aki yang memiliki label berwana biru merupakan air isi ulang aki yang aman karena sudah mengalami demineralisasi sehingga menjadi air murni. Air isi ulang ini hanya diperlukan untuk menambah volume air aki yang berada di garis batas bawah atau juga disebut lower. Air aki yang memiliki label warna merah merupakan air aki yang berbahaya karena mengandung asam sulfat. Asam Sulfat (H2SO4) mengandung elektrolit yang dapat menyimpan dan menghantarkan arus listrik.

Saat ini banyak macam – macam air aki yang dijual di pasaran dengan berbagai merk. Ada sebagian orang atau sekelompok orang yang mencoba untuk membuat air aki dengan cara yang lebih mudah dan bisa mendapatkan penghasilan dari membuat air aki. Ada yang membuat dengan cara demineralisasi dan ada yang membuat daya cara destilasi (penyulingan). Air aki hasil demineralisasi, memiliki harga jual di pasaran yang lebih murah, dibanding dengan cara destilasi (penyulingan).

2.1.2 Pembuatan Air Aki

Pembuatan air aki dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan metode penyulingan (destilasi) dan demineralisasi.

a. Penyulingan (destilasi)

Proses penyulingan dilakukan dengan cara memanaskan air hingga menguap sehingga uap air melewati saluran yang pada dinding luarnya diberi aliran air dingin sehingga air akan mengalami proses kondensasi. Uap air yang sudah mengembun itu dialirkan kemudian ditampung pada suatu wadah. Hasil penyulingan ini adalah air murni yang tidak tercampur zat lain. Hasil penyulingan ini dinamakan akuades. Akuades ini tidak tercampur zat kontaminan, terutama kontaminan yang memiliki titik didih dan titik uap lebih tinggi dari pada air, misalnya zat logam. Proses penyulingan atau destilasi disajikan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Proses Penyulingan (destilasi)

b. Demineralisasi

Demineralisasi adalah proses untuk menghilangkan material terlarut dalam air. Hasil dari proses demineralisasi adalah ultrapure water (air dengan tingkat kemurnian sangat tinggi). Air yang dihasilkan dari proses demineralisasi hampir tidak mengandung mineral sama sekali. Proses demineralisasi dilakukan dengan menggunakan resin anion dan kation. Resin yang ditambahkan ini berfungsi untuk mengikat mineral-mineral yang terlarut dalam air sehingga mineral-mineral yang terlarut akan terpisah dengan molekul air.

2.1.3 Definisi Siklus Kompresi Uap

Pada siklus kompresi uap fluida kerja, mengalami proses yang berganti-ganti, proses penguapan danproses pengembunan yang berlangsung secara terus-menerus. Fluida kerja yang dipakai pada proses ini menggunakan refrigeran. Siklus kompresi uap memiliki komponen utama kompresor, evaporator, kondensor, dan pipa kailer.

Siklus kompresi uap seringkali digunakan dalam mesin pendingin, maupun dalam perpindahan kalor. Pada penelitian ini, siklus kompresi uap dipergunakan untuk menghasilkan air destilasi (penyulingan). Secara skematik, rangkaian komponen pada siklus kompresi uap disajikan pada Gambar 2.2. Gambar 2.3 dan Gambar 2.4, menyajikan siklus kompresi uap pada diagram P-h dan diagram T-s.

Gambar 2.2. Siklus Kompresi Uap

Gambar 2.3. Siklus Kompresi Uap Pada Diagram P-h

Gambar 2.4. Proses Kompresi Uap Pada Diagram T-s

Proses-proses pada siklus kompresi uap: a. Proses Kompresi 1 – 2

Proses kompresi terjadi pada tahap 1-2 dari Gambar 2.3 dan Gambar 2.4. Refrigeran dalam bentuk gas panas lanjut masuk ke kompresor, kerja yang diberikan pada kompresor akan menyebabkan kenaikan tekanan sehingga refrigeran temperatur refrigeran akan naik dan lebih tinggi dari temperatur lingkungan (refrigeran mengalami fase superheated / gas panas lanjut). Proses kompresi berlangsung pada entropi yang konstan (iso-entropi). Kompresor dapat bekerja karena ada aliran listrik yang diberikan pada kompresor. Suhu yang keluar dari kompresor, merupakan suhu refrigeran yang tertinggi pada siklus kompresi uap. Daya yang diberikan pada kompresor besarnya bergantung pada besarnya arus listrik dan voltage-nya.

b. Proses pendinginan suhu gas panas lanjut (2-2a) (desuperheating)

Proses pendingin dari gas panas lanjut menjadi gas jenuh terjadi pada tahap 2-2a dari Gambar 2.3 dan Gambar 2.4. Refrigeran mengalami penurunan suhu pada tekanan tetap. Hal ini disebabkan adanya kalor yang mengalir ke lingkungan, karena suhu refigeran lebih tinggi dari suhu lingkungan.

c. Proses Kondensasi (2a-2b)

Proses kondensasi terjadi pada tahap 2a-2b dari Gambar 2.3 dan Gambar 2.4. Pada proses ini gas jenuh mengalami perubahan fase menjadi cair jenuh. Proses berlangsung pada suhu dan tekanan tetap. Pada proses ini terjadi aliran kalor dari kondensor ke lingkungan karena suhu refrigeran di kondensor lebih tinggi dari suhu udara lingkungan. Keluarnya kalor dari refrigeran di kondensor, tidak menyebabkan suhu refrigeran mengalami penurunan suhu, tetapi menyebabkan refrigeran berubah fase dari gas jenuh menjadi cair jenuh.

d. Proses Pendinginan Lanjut (2b-3)

Proses pendinginan lanjut terjadi pada tahap 2b-3 dari Gambar 2.3 dan Gambar 2.4. Pada proses pendinginan lanjut terjadi proses penurunan suhu refrigeran dari keadaan cair jenuh ke refrigeran cair lanjut. Proses ini berlangsung pada tekanan konstan. Proses ini di perlukan agar kondisi refrigeran keluar kondensor benar-benar dalam fase cair, sehingga memudahkan refrigeran mengalir ke pipa kapiler. Proses pendinginan lanjut dapat menyebabkan nilai entalpi h3 atau h4 rendah dan ini menyebabkan efek pendinginan menjadi besar (h1-h4). Bila efek pendinginan besar maka nilai COPaktual juga menjadi besar. Efisiensi menjadi meningkat.

e. Proses Penurunan Tekanan (3-4)

Proses penurunan tekanan pada tahap 3-4 dari Gambar 2.3 dan Gambar 2.4. Dalam fasa cair refrigeran mengalir menuju ke komponen pipa kapiler dan mengalami proses penurunan tekanan dan penurunan suhu. Sehingga suhu refrigeran lebih rendah dari temperatur lingkungan. Pada tahap ini fasa refrigeran berubah dari fase cair menjadi fase campuran: cair dan gas. Proses berjalan dengan nilai entalpi yang tetap (iso entalpi atau isentalpi).

f. Proses Evaporasi (4-4a)

Proses evaporasi terjadi pada tahap 4-4a dari Gambar 2.3 dan Gambar 2.4. Refrigeran dalam fasa campuran cair dan gas mengalir ke evaporator dan kemudian menerima kalor dari lingkungan, sehingga fasa dari refrigeran berubah seluruhnya menjadi gas jenuh. Proses berlangsung pada tekanan yang tetap, demikian juga berlangsung pada suhu yang tetap. Kalor dapat mengalir dari lingkungan ke evaporator dikarenakan suhu lingkungan lebih tinggi dari suhu kerja evaporator.

g. Proses Pemanasan Lanjut (4a-1)

Proses pemanasan lanjut terjadi pada tahap 4a-1 dari Gambar 2.3 dan Gambar 2.4. Pada saat refrigeran meninggalkan evaporator refrigeran kemudian mengalami proses pemanasan lanjut. Dengan adanya proses pemanasan lanjut fase refrigeran berubah dari fase gas jenuh menjadi gas panas lanjut. Dengan demikian refrigeran sebelum masuk kompresor benar-benar dalam fase gas. Proses berlangsung pada tekanan konstan. Proses pemanasan lanjut dapat menaikan nilai COP dan efisiensi.

2.1.4 Perhitungan Pada Siklus Kompresi Uap

Dengan mempergunakan P-h diagram pada siklus kompresi uap dapat dihitung besarnya kerja kompresor, energi kalor yang dilepas kondensor, energi kalor yang diserap evaporator, COP, efisiensi. Pada perhitungan ini, satuan yang dipergunakan mempergunakan satuan yang biasa dipergunakan pada perhitungan siklus kompresi uap. satuan properti dapat mempergunakan sesuai dengan yang diinginkan.

a. Kerja kompresor (Win)

Kerja kompresor perpersatuan massa refrigeran dapat dihitung dengan Persamaan (2.1). Satuan yang dipergunakan Win dapat berbagai macam, tetapi pada persoalan ini dipergunakan satuan kJ/kg.

Win = h2 – h1 , kJ/kg .... (2.1) Pada Persamaan (2.1) :

Win : Kerja kompresor persatuan massa refrigeran, kJ/kg h2 : Nilai entalpi refrigeran saat keluar kompresor, kJ/kg h1 : Nilai entalpi refrigeran saat masuk kompresor, kJ/kg

b. Energi kalor yang dilepas kondensor persatuan massa refrigeran (Qout) Besarnya energi kalor persatuan massa refrigeran yang dilepas kondensor dapat dihitung dengan Persamaan (2.2):

Pada Persamaan (2.2) :

Qout : Kerja kompresor persatuan massa refrigeran, kJ/kg h2 : Nilai entalpi refrigeran saat masuk kondensor, kJ/kg h3 : Nilai entalpi refrigeran saat keluar kondensor, kJ/kg

c. Energi kalor yang diserap evaporator persatuan massa refrigeran (Qin) Besarnya energi kalor persatuan massa refrigeran yang diserap oleh evaporator dapat dihitung dengan Persamaan (2.3):

Qin = h1 – h4 , kJ/kg .... (2.3) Pada Persamaan (2.3) :

Qin : Kerja kompresor persatuan massa refrigeran, kJ/kg

h1 : Nilai entalpi refrigeran saat keluar evaporator atau sama dengan nilai enthalpi refrigeran saat masuk kompresor, kJ/kg

h4 : Nilai entalpi refrigeran saat masuk evaporator atau sama dengan nilai enthalpi saat refrigeran masuk pipa kapiler, kJ/kg

d. COPaktual mesin siklus kompresi uap

COPaktual (Coefficient Of Performance) mesin siklus kompresi uap adalah perbandingan antara kalor yang diserap evaporator dengan energi listrik yang diperlukan untuk menggerakkan kompresor. Nilai COPaktual mesin siklus kompresi uap dapat dihitung dengan Persamaan (2.4):

Pada Persamaan (2.4) :

Qin : Kalor yang diserap evaporator persatuan massa refrigeran, kJ/kg Win : Kerja yang dilakukan kompresor persatuan massa refrigeran, kJ/kg h1 : Entalpi refrigeran keluar evaporator, kJ/kg

h2 : Entalpi refrigeran masuk kondensor, kJ/kg h3 : Entalpi refrigeran keluar kondensor, kJ/kg h4 : Entalpi refrigeran masuk evaporator, kJ/kg

e. COPideal mesin siklus kompresi uap

COPideal merupakan COPmaksimal yang dapat dicapai mesin siklus kompresi uap dapat dihitung dengan Persamaan (2.5):

COPideal = Te / ( Tc – Te ) .... (2.5) Pada Persamaan (2.5):

Te : Suhu mutlak evaporator, K Tc : Suhu mutlak kondensor, K

f. Efisiensi mesin siklus kompresi uap (ƞ)

Efisiensi dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (2.6):

Ƞ = [COPAktual / COPIdeal ]x 100% .... (2.6) Pada Persamaan (2.6):

Ƞ : Efisiensi mesin siklus kompresi uap.

COPaktual : Koefisien prestasi mesin siklus kompresi uap.

2.1.5 Psychrometric Chart

Psychrometric Chart adalah grafik yang dapat digunakan untuk mendapatkan nilai properti udara pada keadaan yang ditinjau seperti suhu, enthalpi, kelembapan udara dan spesifive volume. Untuk mengetahui nilai dari properti-properti pada udara (h, RH, w, SpV, Twb,Tdb, dan Tdp) bisa diperoleh apabila minimal dua buah diantara properti tersebut sudah diketahui dan bisa diketahui dengan diagram psychrometric chart pada Gambar 2.5.

a. Data – data yang terdapat pada Psychrometric Chart

Di dalam Psychrometric Chart terdapat beberapa data – data yang ada antara lain:

1. Suhu Bola Kering (Dry Bulb Temperature)

Dry Bulb Temperature adalah suhu udara yang diperoleh melalui alat termometer dengan kondisi bulb dalam keadaan kering. Dry Bulb Temperature menggunakan simbol (Tdb) dan satuan yang digunakan oC (Celcius), F (Fahrenhet) atau K (Kelvin).

Gambar 2.6 Dry bulb temperature

2. Suhu Bola Basah (Wet Bulb Temperature)

Wet Bulb Temperature adalah adalah suhu udara ruang yang diperoleh melalui termometer dengan kondisi bulb dalam keadaan basah. Wet Bulb Temperature menggunakan simbol (Twb) dan satuan yang digunakan oC (Celcius), F (Fahrenhet) atau K (Kelvin).

Gambar 2.7 Wet bulb temperature

3. Suhu Titik Embun (Dew Point Temperature)

Dew Point Temperature adalah suhu di mana uap air yang ada di udara mulai mengembun ketika udara didinginkan. Dew Point Temperature menggunakan simbol (Tdp) dan satuan yang digunakan oC (Celcius), F (Fahrenhet) atau K (Kelvin).

4. Kelembaban Relatif (Relative Humidity)

Relative Humidity adalah persentase perbandingan jumlah air yang terkandung dalam 1m3 dengan jumlah air maksimal yang dapat terkandung dalam 1m3 udara kerja tersebut. Relative Humidity menggunakan simbol (RH).

Gambar 2.9 Relative humidity

5. Entalphi (Enthalpy)

Entalphi adalah jumlah kalor total dari campuran udara dan uap air di atas titik nol. Entalphi menggunakan satuan kJ/kg.

6. Specific Humidity

Specific Humidity adalah jumlah kandungan uap air di udara dalam setiap kilogram udara kering. Specific Humidity menggunakan simbol (w) dan satuan yang digunakan adalah kg air/kg udara kering.

7. Volume Spesifik

Volume spesifik adalah volume udara campuran dengan satuan meter kubik per kilogram udara kering, dapat juga dikatakan sebagai meter kubik udara kering atau meter kubik campuran per kilogram udara kering. Volume Spesifik menggunakan simbol (SpV) dan satuan yang digunakan (m3/kg udara kering).

b. Proses–proses yang terjadi pada Psychomeric Chart.

Proses-proses yang terjadi di dalam Psychometric Chart meliputi proses cooling and dehumidifying, heating, cooling and humidifying, cooling, humidifying, dehumidifying, dan heating and humidifying.

1. Proses pendinginan dan penurunan kelembaban (cooling and dehumidifying) Proses pendinginan dan penurunan kelembaban adalah proses penurunan kalor sensibel dan penurunan kalor laten ke udara. Pada proses pendinginan dan penurunan kelembaban terjadi penurunan temperatur bola kering, temperatur bola basah, entalpi, volume spesifik, temperatur titik embun, dan kelembaban spesifik. Sedangkan kelembaban relatif dapat mengalami peningkatan dan dapat mengalami penurunan, tergantung dari prosesnya.

Gambar 2.12 Proses cooling dan dehumidifying

2. Proses pemanasan (heating)

Proses pemanasan (heating) adalah proses penambahan kalor sensibel ke udara. Pada proses pemanasan, terjadi peningkatan temperatur bola kering, temparatur bola basah, entalpi, dan volume spesifik. Sedangkan temperatur titik embun dan kelembaban spesifik tetap konstan. Namun kelembaban relatif mengalami penurunan.

Gambar 2.13 Proses pemanasan (heating)

3. Proses pendinginan dan kenaikan kelembaban (cooling and humidifying) Proses pendinginan dan kenaikan kelembaban berfungsi untuk menurunkan temperature dan menaikan kandungan uap air di udara. Proses ini menyebabkan perubahan temperature bola kering, temperatur bola basah, dan kelembaban spesifik. Pada proses ini terjadi penurunan temperatur kering dan volume spesifik. Selain itu, terjadi peningkatan temperatur bola basah, titik embun, kelembaban relatif, dan kelembaban spesifik.

4. Proses pendinginan (cooling)

Proses pendinginan adalah proses pengambilan kalor sensibel dari udara sehingga temperatur udara mengalami penurunan. Pada proses pendinginan, terjadi penurunan pada suhu bola kering, suhu bola basah dan volume spesifik, namun terjadi peningkatan kelembaban relatif. Pada kelembaban spesifik dan suhu titik embun tidak terjadi perubahan atau konstan. Garis proses pada psychrometric chart adalah garis horizontal ke arah kiri.

Gambar 2.15 Proses pendinginan (cooling) 5. Proses humidifying

Proses humidifying merupakan penambahan kandungan uap air ke udara tanpa merubah suhu bola kering sehingga terjadi kenaikan entalpi, suhu bola basah, titik embun dan kelembaban spesifik. Garis proses pada psychrometric chart adalah garis vertikal ke arah atas.

Gambar 2.16 Proses humidifying

6. Proses dehumidifying

Proses dehumidifying merupakan proses pengurangan kandungan uap air pada udara tanpa merubah suhu bola kering sehingga terjadi penurunan entalpi, suhu bola basah, titik embun dan kelembaban spesifik. Garis dalam psychrometric chart adalah garis vertikal ke arah bawah.

Gambar 2.17 Proses dehumidifying

7. Proses pemanasan dan penurunan kelembaban (heating and dehumidifying) Pada proses ini berfungsi untuk menaikkan suhu bola kering dan menurunkan kandungan uap air pada udara. Pada proses ini terjadi penurunan kelembaban spesifik, entalpi, suhu bola basah dan kelembaban relatif tetapi terjadi peningkatan suhu bola kering. Garis proses ini pada psychrometric chart adalah kearah kanan bawah.

Gambar 2.18 Proses heating and dehumidifying

8. Proses pemanasan dan menaikkan kelembaban (heating and humidifying) Pada proses ini udara dipanaskan disertai penambahan uap air. Pada proses ini terjadi kenaikan kelembaban spesifik, entalpi, suhu bola basah, suhu bola kering. Garis proses pada psychrometric chart adalah garis kearah kanan atas.

c. Proses yang terjadi pada mesin penghasil air aki

Gambar 2.20 Proses yang terjadi pada mesin penghasil air aki

Proses-proses yang terjadi pada mesin penghasil air aki disajikan pada Gambar 2.20. Proses pertama kali merupakan proses heating dimana proses ini terjadi di dalam kondensor yang menyebabkan udara berada pada kondisi panas, kemudian terjadi proses evaporative cooling untuk mendapatkan suhu rendah dan kadar uap air meningkat. Proses evaporative cooling berlangsung pada pipa pencurah air, kemudian proses cooling dimana proses ini terjadi pada evaporator yang menyebabkan suhu berada pada titik jenuh dan RH (relative huminity) berada pada 100%. Setelah melewati eaporator suhu kembali bercampur dengan suhu lingkungan menyebabkan suhu mengalami kenaikan dan kelembaban juga mengalami kenaikan. Te Tdb Tc Tb Td Tevap Twb Wa Wb

d. Perhitungan-perhitungan pada psychrometric Chart

Dengan mempergunakan psychrometric Chart dapat diperoleh data-data yang dapat dipergunakan untuk menghitung wb, wa, Δw, laju pengembunan, laju aliran

massa udara :

1. Laju pengembunan (mair

)

Laju pengembunan dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (2.7) :

mair = mair / t , kgair/jam .... (2.7) Pada Persamaan (2.7) : air m

: Laju pengembunan, kgair/jam

air

m : Massa air, kgair

t : Waktu yang diperlukan untuk menghasilkan air, jam

2. Perhitungan massa air yang berhasil diembunkan (Δw)

Massa air yang berhasil diembunkan dapat dihitung dengan Persamaan (2.8) :

Δw = wb– wa, kgair/kgudara .... (2.8) Pada Persamaan (2.8) :

Δw : Massa air yang diuapkan, kgair/kgudara

wb : Kelembaban spesifik udara setelah keluar dari mesin, kgair/kgudara wa : Kelembaban spesifik udara masuk ke mesin, kgair/kgudara

3. Laju aliran massa udara (mudara

)

Laju aliran massa udara dapat dihitung dengan Persamaan (2.9) :

udara m = mair / Δw , kgudara/jam .... (2.9) Pada Persamaan (2.9) : udara m

: Laju aliran massa udara, kgudara/jam

air m

: Laju pengembunan, kgair/jam

Δw : Massa air yang berhasil diembunkan, kgair/kgudara

2.1.6 Komponen Siklus Kompresi Uap

Komponen utama mesin kompresi uap terdiri dari beberapa komponen seperti : kompresor, kondensor, evaporator, dan pipa kapiler.

a. Kompresor

Kompresor adalah unit mesin kompresi uap yang berfungsi untuk mensirkulasikan refrigeran yang mengalir dalam setiap unit mesin siklus kompresi uap. Kompresor juga mempunyai fungsi lain yaitu menaikan tekanan refrigerant dari tekanan kerja evaporator ke tekanan kerja kondensor. Ada berbagai macam kompresor yang dapat dipergunakan pada mesin siklus kompresi uap, seperti kompresor sentrifugal, kompresor scroll, kompresor sekrup, dan kompresor torak:

1. Kompresor Sentrifugal

Prinsip dari kompresor sentrifugal adalah menggunakan gaya sentrifugal untuk mendapatkan energi kinetik pada impeller sudu dan energi kinetik ini diubah menjadi tekanan potensial. Tekanan dan kecepatan uap yang rendah dari saluran suction dihisap ke dalam lubang masuk atau mata roda impeller oleh aksi dari shaft rotor, dan kemudian diarahkan dari ujung-ujung pisau ke rumah kompresor untuk diubah menjadi tekanan yang bertambah.

Karakteristik kompresor sentrifugal dapat diklasifikasikan secara umum sebagai berikut:

a. Aliran dischargeunifrom.

b. Mempunyai kapasitas dari yang kecil sampai besar. c. Density udara mempengaruhi tekanan discharge.

d. Mampu bekerja pada efisiensi yang tinggi dengan beroperasi pada tekanan yang besar.

Gambar 2.21 Kompresor sentrifugal

(

2. Kompresor Scroll

Prinsip kerja dari komprespr scroll adalah mengunakan 2 buah scroll atau yang biasa disebut dengan pusaran. Fixed Scroll (pusaran yang tidak bergerak) dan Orbiting Scroll (pusaran yang bergerak) merupakan 2 buah scroll yang digunakan pada kompresor scroll. Satu scroll dipasang tetap dan salah satu scroll lainnya berputar pada orbiting scroll. Refrigeran dengan tekanan rendah dihisap dari saluran hisap oleh scroll dan dikeluarkan melalui saluran tekan yang letaknya pada pusat orbiting dari scroll tersebut.

Gambar 2.22 Kompresor scroll

3. Kompresor Sekrup

Uap refrigeran memasuki satu ujung kompresor dan meninggalkan kompresor dari ujung yang lain. Pada posisi langkah hisap terbentuk ruang hampa sehingga uap mengalir kedalamnya. Bila putaran terus berlanjut, refrigeran yang terkurung digerakkan mengelilingi rumah kompresor. Pada putaran selanjutnya terjadi penangkapan kuping rotor jantan oleh lekuk rotor betina, sehingga memperkecil volume rongga dan menekan refrigerant tersebut keluar melalui saluran buang.

Gambar 2.23 Sketsa kompresor sekrup

(http://teknikmesin.org/konstruksi-kompresor-sekrup/)

4. Kompresor Torak

Pada konstruksi semi hermetik kompresor torak bekerjanya mempergunakan piston yang bekerja bolak-balik. Pada mesin kompresi uap berdaya rendah, biasanya kompresor yang dipergunakan adalah kompresor semi hermetik dan hermetik.

Gambar 2.24 Kompresor torak semi hermetik

5. Kompresor Hermetik

Pada dasarnya, kompresor hermetik hampir sama dengan semi-hermetik, perbedaannya hanya terletak pada cara penyambungan rumah (baja) kompresor dengan stator motor penggeraknya. Pada kompresor hermetik dipergunakan sambungan las sehingga rapat udara. Pada kompresor semi-hermetik dengan rumah terbuat dari besi tuang, bagian-bagian penutup dan penyambungnya masih dapat dibuka.

Sebaliknya dengan kompresor hermetik, rumah kompresor dibuat dari baja dengan pengerjaan las, sehingga baik kompresor maupun motor listriknya tak dapat diperiksa tanpa memotong rumah kompresor.

Gambar 2.25 Kompresor torak hermetik

(http://www.emsteknik.com/FileUpload/bs370572/UrunResim/1193

7301.jpg)

b. Kondensor

Kondensor mempunyai fungsi melepaskan kalor yang diserap refrigeran di evaporator dan energi yang diberikan pada proses kompresi. Dilihat dari sisi media yang digunakan kondensor dapat dibedakan 2 macam:

1. Kondensor Berpendingin Udara (Air Cooled Condenser)

Kondensor yang menggunakan udara sebagai media pendinginnya. Selain udara sebagai media pendinginnya kondensor ini ada juga yang menggunakan kipas untuk membantu proses pendinginannya. Biasanya yang memakai kipas untuk membantu proses pendinginannya antara lain AC window dan AC split. Untuk proses pendingin kondensor tanpa kipas, proses pendinginan berlangsung secara konveksi bebas. Hal ini dapat dilihat pada mesin siklus kompresi uap pada kulkas 1 pintu.

Gambar 2.26 Kondensor berpendingin udara

2. Kondensor Berpendingin Air (Water Cooled Condenser)

Water cooled condensor adalah kondensor yang menggunakan air sebagai media pendinginnya. Kondensor berpendingin air dibedakan menjadi 2 kategori: a. Kondensor yang membuang air secara langsung.

Kondensor jenis pertama yang membuang air secara langsung berarti air yang telah disuplai melewati kondensor langsung dibuang keluar dari kondensor dan tidak dipergunakan lagi. Untuk kondensor jenis kedua, air setelah melewati kondensor tidak langsung dibuang, tetapi dipergunakan lagi. Air disirkulasikan kembali ke kondensor, setelah air mengalami proses pendinginan.

Gambar 2.27 Kondensor berpendingin air

(http://irma-teknikkimia.blogspot.co.id/2013/02/kondensor.html) c. Evaporator

Evaporator adalah komponen penukar kalor yang memegang peranan yang paling penting di dalam siklus kompresi uap. Evaporator berfungsi untuk mendinginkan udara yang melewatinya. Selain itu fungsi evaporator pada mesin kompresi uap adalah sebagai pipa yang menguapkan refrigeran. Dilihat dari bentuknya, evaporator memiliki konstruksi yang sama dengan bagian kondensor,

Dokumen terkait