• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dasar Teori Persamaan Diferensial Definisi 2.1 Definisi 2.1

2.1 Persamaan Diferensial

2.1.1 Dasar Teori Persamaan Diferensial Definisi 2.1 Definisi 2.1

Turunan fungsi 𝑓 adalah fungsi lain 𝑓′ (dibaca β€œπ‘“ aksen”) yang nilainya pada sebarang bilngan 𝑐 adalah

𝑓′(𝑐) = lim

β„Žβ†’0

𝑓(𝑐+β„Ž)βˆ’π‘“(𝑐)

β„Ž (2.1)

asalkan limit ini ada (Purcell dan Varberg, 1987). Definisi 2.2

Persamaan diferensial adalah persamaan yang memuat turunan dari satu atau lebih peubah terikat terhadap satu atau lebih peubah bebas (Ross, 1984). Persamaan diferensial terdiri dari persamaan diferensial biasa dan persamaan diferensial parsial, yang didefinisikan sebagai berikut.

Definisi 2.3

Sebuah persamaan diferensial yang hanya memiliki satu variabel bebas, disebut persamaan diferensial biasa. Sedangkan jika variabel bebasnya lebih dari satu maka persamaannya disebut persamaan diferensial parsial (Ross, 1984). Sebagai contoh persamaan diferensial biasa dari model Von Bertalanffy yaitu

𝑑𝐿(𝑑)

𝑑𝑑 = πΏβ€²π‘šπ‘Žπ‘₯βˆ’ 𝑏(𝐿(𝑑) βˆ’ πΏπ‘šπ‘–π‘›) (2.2) Persamaan (2.2) menjelaskan variabel 𝐿 adalah peubah terikat yang menyatakan pertumbuhan panjang suatu organisme terhadap waktu 𝑑, πΏβ€²π‘šπ‘Žπ‘₯ menyatakan besarnya energi yang masuk ke dalam tubuh organisme, 𝑏

10 menyatakan besarnya energi yang dikeluarkan untuk pertumbuhan (kecepatan pertumbuhan), dan 𝑑 adalah variabel bebas yang menyatakan waktu. Dari persamaan tersebut dapat dikatakan 𝐿 = 𝐿(𝑑). Argumen 𝑑 dalam 𝐿(𝑑) bisa dihilanggkan untuk penyederhanaan notasi (Panik, 2014).

Persamaan diferensial biasa terdiri dari persamaan diferensial linier dan non linier yang didefinisikan sebagai berikut,

Definisi 2.4

Persamaan diferensial biasa dikatakan linier apabila memenuhi sifat-sifat: (1) peubah tak bebas dan macam-macam turunannya hanya berlaku untuk derajat pertama, (2) tidak terdapat perkalian peubah terikat atau turunan-turunannya, dan (3) bukan merupakan fungsi transenden terhadap peubah terikat atau turunan-turunannya (Ross, 1984).

Sehingga dapat dikatakan bahwa persamaan (2.2) adalah persamaan diferensial biasa linier orde satu yang didefinisikan sebagai berikut.

Definisi 2.5

Persamaan diferensial biasa linier orde satu disebut linier terhadap peubah terikat 𝑦 dan peubah bebas π‘₯, dapat ditulis sebagai berikut

𝑑𝑦

𝑑π‘₯+ 𝑃(π‘₯)𝑦 = 𝑄(π‘₯) (2.3)

Jika 𝑄(π‘₯) = 0 maka persamaan (2.4) disebut persamaan diferensial biasa linier homogen orde satu. Dalam hal 𝑄(π‘₯) β‰  0 disebut persamaan diferensial biasa non homogen orde satu (Pamuntjak dan Santoso, 1990).

Selanjutnya untuk langkah-langkah penyelesaian solusi persamaan diferensial biasa linier orde satu dapat merujuk pada teorema berikut

11 Teorema 2.1

Didefinisikan persamaan diferensial biasa linier orde satu (2.3) 𝑑𝑦

𝑑π‘₯+ 𝑃(π‘₯)𝑦 = 𝑄(π‘₯)

Maka solusi umum persamaan diferensial biasa linier orde satu (2.3) yaitu 𝑦(π‘₯) = πΆπ‘Œ1(π‘₯) + π‘Œ2(π‘₯)

dimana

π‘Œ1(π‘₯) = π‘’βˆ’ ∫ 𝑃(π‘₯)𝑑π‘₯∫ 𝑄(π‘₯)π‘’βˆ« 𝑃(π‘₯)𝑑π‘₯

𝐢 sebagai konstanta (Ross, 1984). Bukti:

Persamaan diferensial biasa linier orde satu (2.3) dapat ditulis sebagai 𝑑𝑦

𝑑π‘₯+ 𝑃(π‘₯)𝑦 = 𝑄(π‘₯) atau

𝑑𝑦

𝑑π‘₯+ 𝑃(π‘₯)𝑦 βˆ’ 𝑄(π‘₯) = 0 (2.4)

Dengan mengalikan 𝑑π‘₯ pada persamaan diferensial (2.4) maka

𝑑𝑦 + [𝑃(π‘₯)𝑦 βˆ’ 𝑄(π‘₯)]𝑑π‘₯ = 0 (2.5)

Misalkan 𝑀(π‘₯, 𝑦) = [𝑃(π‘₯)𝑦 βˆ’ 𝑄(π‘₯)]𝑑π‘₯ dan 𝑁(π‘₯, 𝑦) = 1 maka diperoleh πœ•π‘€(π‘₯, 𝑦)

πœ•π‘¦ = 𝑃(π‘₯),

πœ•π‘(π‘₯, 𝑦)

πœ•π‘₯ = 0

Jadi persamaan diferensial (2.5) bukan persamaan diferensial eksak kecuali jika 𝑃(π‘₯) = 0. Jika mengalikan masing-masing sisi dari persamaan diferensial (2.5) dengan πœ‡(π‘₯) sebagai fungsi yang tidak diketahui terhadap π‘₯, maka diperoleh

12 Dengan mendefinisikan πœ‡(π‘₯) sebagai faktor integrasi yang bergantung π‘₯ terhadap persamaan diferensial (2.6) jika dan hanya jika persamaan diferensial (2.6) adalah eksak, sehingga jika dan hanya jika

πœ•

πœ•π‘¦[πœ‡(π‘₯)𝑃(π‘₯) βˆ’ πœ‡(π‘₯)𝑄(π‘₯)(π‘₯)] = πœ•

πœ•π‘₯[πœ‡(π‘₯)] Maka dapat dinyatakan

πœ‡(π‘₯)𝑃(π‘₯) = πœ•

πœ•π‘₯[πœ‡(π‘₯)] (2.7)

Persamaan (2.7) dapat ditulis menjadi

πœ‡π‘ƒ(π‘₯) =πœ•π‘’ πœ•π‘₯

Untuk πœ‡ = πœ‡(π‘₯). Jika peubah-peubah dari persamaan (2.7) dinyatakan terpisah diperoleh

π‘‘πœ‡

πœ‡ = 𝑃(π‘₯)𝑑π‘₯ (2.8)

yang disebut persamaan diferensial dengan peubah terpisah. Jika masing-masing sisi dari persamaan diferensial dengan peubah terpisah (2.8) diintegralkan diperoleh

𝑙𝑛|πœ‡| = ∫ 𝑃(π‘₯)𝑑π‘₯ Maka

πœ‡(π‘₯) = π‘’βˆ« 𝑃(π‘₯)𝑑π‘₯ (2.9)

dimana πœ‡ > 0. Persamaan (2.9) merupakan solusi persamaan (2.7). kembali ke persamaan diferensial (2.6) dimana

πœ‡(π‘₯)𝑑𝑦 + πœ‡(π‘₯)[𝑃(π‘₯)𝑦 βˆ’ 𝑄(π‘₯)]𝑑π‘₯ = 0 yaitu

πœ‡(π‘₯)𝑑𝑦

13 maka πœ‡(π‘₯)𝑑𝑦 𝑑π‘₯+ πœ‡(π‘₯)𝑃(π‘₯)𝑦 = πœ‡(π‘₯)𝑄(π‘₯) karena πœ‡(π‘₯) = π‘’βˆ« 𝑃(π‘₯)𝑑π‘₯ diperoleh [π‘’βˆ« 𝑃(π‘₯)𝑑π‘₯]𝑑𝑦 𝑑π‘₯+ [π‘’βˆ« 𝑃(π‘₯)𝑑π‘₯]𝑃(π‘₯)𝑦 = 𝑄(π‘₯)[π‘’βˆ« 𝑃(π‘₯)𝑑π‘₯] (2.10) Jika diambil fungsi π‘¦π‘’βˆ« 𝑃(π‘₯)𝑑π‘₯ dan diturunkan terhadap π‘₯ maka menghasilkan

𝑑

𝑑π‘₯[π‘’βˆ« 𝑃(π‘₯)𝑑π‘₯]𝑦 = [π‘’βˆ« 𝑃(π‘₯)𝑑π‘₯]𝑑𝑦

𝑑π‘₯+ [π‘’βˆ« 𝑃(π‘₯)𝑑π‘₯]𝑃(π‘₯)𝑦 (2.11) sehingga persamaan (2.10) dapat ditulis

𝑑 𝑑π‘₯[𝑒

∫ 𝑃(π‘₯)𝑑π‘₯]𝑦 = 𝑄(π‘₯)[π‘’βˆ« 𝑃(π‘₯)𝑑π‘₯] Jika kedua ruas dikalikan 𝑑π‘₯ maka diperoleh

𝑑[π‘’βˆ« 𝑃(π‘₯)𝑑π‘₯]𝑦 = 𝑄(π‘₯)[π‘’βˆ« 𝑃(π‘₯)𝑑π‘₯]𝑑π‘₯ Jika kedua ruas diintegralkan diperoleh

[π‘’βˆ« 𝑃(π‘₯)𝑑π‘₯]𝑦 = ∫ 𝑄(π‘₯)[π‘’βˆ« 𝑃(π‘₯)𝑑π‘₯] + 𝐢 (2.12) Dengan mengalikan π‘’βˆ’ ∫ 𝑃(π‘₯)𝑑π‘₯ pada persamaan (2.12) diperoleh

𝑦 = π‘’βˆ’ ∫ 𝑃(π‘₯)𝑑π‘₯∫ 𝑄(π‘₯)[π‘’βˆ« 𝑃(π‘₯)𝑑π‘₯] + πΆπ‘’βˆ’ ∫ 𝑃(π‘₯)𝑑π‘₯ (2.13) Dengan memisalkan

𝑦1 = πΆπ‘’βˆ’ ∫ 𝑃(π‘₯)𝑑π‘₯ dan

𝑦2 = π‘’βˆ’ ∫ 𝑃(π‘₯)𝑑π‘₯∫ 𝑄(π‘₯)[π‘’βˆ« 𝑃(π‘₯)𝑑π‘₯] Maka persamaan (2.13) menjadi

π‘Œ(π‘₯) = π‘Œ2(π‘₯) + πΆπ‘Œ1(π‘₯) Untuk 𝐢 sebarang konstanta.

14 Selanjutnya untuk penjelasan solusi persamaan diferensial biasa didefinisikan sebagai berikut.

Definisi 2.6

Solusi persamaan diferensial biasa adalah tiap fungsi 𝑓(π‘₯) terdiferensiabel ke-𝑛 dan terdefinisikan pada interval π‘Ž < π‘₯ < 𝑏 (bisa tak hingga) sedemikian sehingga 𝐹(π‘₯, 𝑦, 𝑦′, … , 𝑦𝑛) = 0 menjadi suatu kesamaan (identity) ketika 𝑦 dan turunan-turunannya digantikan dengan 𝑓′(π‘₯), 𝑓′′(π‘₯), … , 𝑓𝑛(π‘₯), dan memenuhi 𝑓𝑛(π‘₯) = 𝐹(π‘₯, 𝑓(π‘₯), 𝑓′(π‘₯), … , πΉπ‘›βˆ’1(π‘₯)). Atau fungsi kontinu pada interval dan setiap persamaan diferensial bisa tersebut terdapat turunan-turunannya, sedemikian sehingga ketika disubstitusi ke dalam lingkungan persamaan diferensial biasa tersebut menjadi suatu kesamaan (identity) untuk setiap nilai pada interval (Goldstein dan Diprima, 2011).

Dari definisi solusi persamaan diferensial tersebut dapat diberikan contoh sebagai berikut: misal diberikan contoh 𝐿 = 𝐿0π‘’π‘˜π‘‘ dengan 𝐿0 yaitu sebarang konstanta, maka 𝐿 disebut solusi persamaan diferensial biasa dari 𝑑𝐿 = π‘˜πΏ 𝑑𝑑 pada interval βˆ’βˆž < 𝑑 < ∞.

Solusi persamaan diferensial terdiri dari solusi umum (general situation) dan solusi khusus (particular) yang didefinisikan sebagai berikut.

Definisi 2.7

Solusi umum (general solution) adalah solusi (baik dinyatakan secara eksplisit atau implisit) yang memuat semua solusi yang mungkin pada suatu interval (Ross, 1984). Pada umumnya solusi umum persamaan diferensial biasa masih memuat konstanta, sedangkan solusi khusus (particular) adalah solusi yang tidak

15 memuat konstanta karena adanya syarat awal pada suatu persamaan diferensial biasa (Ayres, 1981).

Contoh solusi umum (general solution) dan solusi khusus (particular), misal diberikan contoh 𝐿′ = 2 memiliki solusi umum yaitu 𝐿 = 2𝑑 + 𝐢. Jika diberikan syarat awal 𝐿(0) = 1, maka diperoleh solusi khusus yaitu 𝐿 = 2𝑑 + 1. 2.2 Pertumbuhan dan Peluluhan Eksponen

Pada permulaan tahun 1975, penduduk dunia diperkirakan sebanyak 4 milyar. Menjelang tahun 2000, penduduk dunia akan mencapai 6,6 milyar. Untuk menyelesaikan persoalan ini secara matematis, kita andaikan 𝑦 = 𝑓(𝑑) adalah banyaknya penduduk bumi pada saat 𝑑, dengan 𝑑 banyaknya tahun setelah tahun 1975. Jelaslah bahwa 𝑓(𝑑) bilangan bulat dan grafiknya β€œmeloncat” apabila ada seseorang lahir atau meninggal dunia. Akan tetapi loncatan ini kecil dibandingkan dengan banyaknya penduduk yang besar, oleh karena itu kita dapat menganggap 𝑓 sebagai suatu fungsi yang dapat didiferensialkan.

Kita dapat pula mengandaikan bahwa penambahan βˆ†π‘¦ populasi (angka kelahiran dikurangi angka kematian) dalam jangka waktu pendek βˆ†π‘‘ sebanding dengan banyaknya penduduk pada awal jangka waktu itu dan sebanding dengan panjangnya jangka waktu itu sendiri. Jadi βˆ†π‘¦ = π‘˜π‘¦ βˆ†π‘‘, atau

βˆ†π‘¦ βˆ†π‘‘ = π‘˜π‘¦

Kondisi 𝑦 = 𝑦0 pada 𝑑 = 0 akan menghasilkan 𝐢 = ln 𝑦0. Jadi, 𝑑𝑦

16 Apabila π‘˜ > 0, populasi meningkat, apabila π‘˜ < 0, populasi berkurang. Untuk penduduk dunia, dan menurut pengamatan, π‘˜ β‰ˆ 0,0198 (𝑑 dihitung dengan tahun), meskipun para pakar statistik menunjukkan jumlah yang lebih rendah.

Untuk menyelesaikan persamaan diferensial 𝑑𝑦 𝑑𝑑⁄ = π‘˜π‘¦ dengan syarat awal 𝑦 = 𝑦0 apabila 𝑑 = 0. Dengan memisahkan variabel-variabel dan mengintegralkan, kita memperoleh

𝑑𝑦

𝑦 = π‘˜ 𝑑𝑑 βˆ«π‘‘π‘¦

𝑦 = ∫ π‘˜ 𝑑𝑑 ln 𝑦 = π‘˜π‘‘ + 𝐢

Syarat pada saat 𝑑 = 0 𝑦 = 𝑦0 akan menghasilkan 𝐢 = ln 𝑦0. Sehingga ln 𝑦 βˆ’ ln 𝑦0 = π‘˜π‘‘

Atau

ln 𝑦 𝑦0 = π‘˜π‘‘ Dalam bentuk eksponen, ini menjadi

𝑦 𝑦0 = 𝑒

π‘˜π‘‘

Atau akhirnya

𝑦 = 𝑦0π‘’π‘˜π‘‘ 2.3 Dasar Teori Model Von Bertalanffy

Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran, baik panjang maupun berat pada periode waktu tertentu. Pertumbuhan biasanya bersifat positif, hal tersebut menunujukkan bahwa keseimbangan energi yang positif dalam metabolisme. Pada

17 perttumbuhan ikan terjadi dua proses berlawanan yaitu anabolisme dan katabolisme (Fujaya, 2004).

Anabolisme adalah penyusunan senyawa kimia sederhana menjadi senyawa kimia atau komplek. Proses anabolisme membutuhkan energi dari luar. Energi yang digunakan dalam reaksi ini dapat berupa energi cahaya ataupun energi kimia. Energi tersebut selanjutnya digunakan unttuk mengikat senyawa yang lebih komplek. Jadi dalam proses ini energi yang diperlukan tersebut tidak hilang, tetapi tersimpan dalam bentuk ikatan-ikatan kimia pada senyawa komplek yang terbentuk. Hasil anabolisme berguna dalam fungsi esensial, hasil tersebut berupa glikogen, protein sebagai bahan bakar dalam tubuh, dan asam nukleat untuk pengkopian informasi genetik. Protein, lipid, dan karbohidrat yang menyusun struktur tubuh ikan (Kimball, 1997).

Katabolisme adalah reaksi pemecahan atau pembongkaran senyawa kimia komplek yang mengandung energi tinggi menjadi senyawa sederhana yang mengandung energi lebih rendah. Tujuan utama katabolisme adalah untuk membebaskan energi yang terkandung dalam senyawa sumber, yang dapat digunakan untuk melakukan aktivitas termasuk reaksi pemecahan dan oksidasi molekul makanan seperti reaksi yang mengangkap energi dari cahaya matahari. Fungsi reaksi katabolisme adalah untuk menyediakan energi dan komponen yang dibutuhkan oleh reaksi anabolisme (Kimball, 1997).

Cloern dan Nichols (1978) menyatakan bahwa pertumbuhan anabolisme memiliki pertumbuhan melebihi pertumbuhan katabolisme. Jika pertumbuhan organisme terhadap waktu (𝑑) sebanding dengan selisih antara proses anabolisme dan katabolisme maka bentuk model Von Bertalanffy adalah sebagai berikut

18 𝑑𝐿(𝑑)

𝑑𝑑 = πΏπ‘šπ‘Žπ‘₯

β€² βˆ’ 𝑏(𝐿(𝑑) βˆ’ πΏπ‘šπ‘–π‘›)

Dokumen terkait